• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5. PEMBAHASAN

5.1. Hubungan Karakteristik Ibu dengan Pemberian Imunisas

5.1.1. Hubungan Umur dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0 - 7 Hari

Hubungan umur dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0 - 7 hari pada

analisis bivariat diperoleh hasil uji Chi Square yakni p value = 0,865. Nilai p value

itu secara statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

umur dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0 - 7. Hasil ini sama dengan hasil

penelitian Syahrul (2002) yang melaporkan bahwa tidak ada hubungan antara umur

ibu dengan status imunisasi bayi.

Berbeda dengan penelitian Idwar (2000) yang menyatakan hasil sebaliknya,

alasannya karena umur ibu (responden) yang berumur < 24 tahun proporsinya lebih

rendah bila dibandingkan dengan responden yang berumur > 24 tahun yang telah

memberikan imunisasi hepatitis B mencapai 64 %, hal ini menjadikan ibu yang lebih

berumur cenderung memberikan anaknya untuk diimunisasi hepatitis B dibandingkan

dengan ibu-ibu yang lebih muda.

Di lokasi penelitian populasi reponden yang berumur 24-35 tahun proporsinya

lebih besar dibandingkan dengan responden berumur < 24 tahun tetapi responden

sama pada ketiga kelompok ini dibandingkan dengan yang tidak memberikan

imunisasi hepatitis B pada bayi 0 - 7 hari.

5.1.2. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0 - 7 Hari

Hubungan tingkat pendidikan dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7

pada analisis bivariat diperoleh hasil uji Chi Square yakni p value = 0,165. Nilai

tersebut secara statistik berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

tingkat pendidikan dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0 - 7. Hasil ini sama

dengan hasil penelitian Khatab (2006) dan Kennedy (2005) menyatakan bahwa tidak

ada kecenderungan hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku ibu dalam

pemberian imunisasi hepatitis B pada bayi dan ini sangat dipengaruhi oleh tindakan

bidan sewaktu periksa ante natal care dan saat menolong persalinan yang memberikan

penyuluhan tentang manfaat imunisasi hepatitis B bayi baru lahir. Namun berbeda

dengan hasil penelitian Muchlis (2006) menyatakan bahwa ada hubungan antara

tingkat pendidikan ibu dengan status imunisasi pada bayi.

Tingkat pendidikan responden merupakan faktor yang sulit diintervensi,

upaya yang dapat dilakukan adalah dengan pengembangan tingkat pengetahuan

kesehatan bagi masyarakat melalui promosi kesehatan sehingga ibu-ibu mampu untuk

memahami dan mencegah terinfeksi penyakit hepatitis B dengan memberikan

Di lokasi penelitian kelompok dengan tingkat pendidikan menengah

proporsinya tertinggi diikuti tingkat pendidikan dasar dan terendah tingkat

pendidikan tinggi tetapi pada saat wawancara diketahui bahwa tidak terlihat

perbedaan pada ketiga kelompok ini dalam hal pemberian imunisasi hepatitis B 0 - 7

hari.

5.1.3. Hubungan Status Pekerjaan dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7

Hubungan status pekerjaan dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0 - 7 pada

analisis bivariat diperoleh hasil uji Chi Square yakni p value = 0,674. Nilai tersebut

secara statistik berarti tidak ada hubungan yang bermakna antara status pekerjaan

dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0 - 7, hasil ini berbeda dengan penelitian

Siswandoyo dan Putro (2003) menyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara

status pekerjaan ibu dengan kelengkapan imunisasi hepatitis B, disebutkan ibu yang

tidak bekerja mempunyai resiko 4 kali status imunisasinya tidak lengkap

dibandingkan dengan ibu yang bekerja.

Di lokasi penelitian populasi responden yang tidak bekerja lebih banyak

dibandingkan dengan yang bekerja tetapi dalam hal pemberian imunisasi hepatitis B

pada bayi 0 - 7 hari dari hasil wawancara yang mendalam pada kelompok responden

yang tidak bekerja untuk memberikan imunisasi hampir sama jumlahnya dengan

5.1.4. Hubungan Jumlah Anak dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0 - 7

Hubungan jumlah anak dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0 - 7 pada

analisis bivariat diperoleh hasil uji Chi Square yakni p value = 0,686. Nilai tersebut

secara statistik berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara jumlah anak

dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0 - 7. Hasil ini sama dengan hasil penelitian

Rois (2000) yang mendapatkan tidak ada hubungan antara jumlah anak dalam

keluarga dengan pemberian imunisasi HB 0 - 7 hari. Menurut Dombkowski (2004)

menyebutkan makin banyak jumlah anak dalam keluarga semakin besar kesibukan

ibu dalam mengurus anaknya sehingga memungkinkan ketidaktepatan pemberian

imunisasi pada anak dan alasan tidak ditemukannya hubungan antara jumlah anak

dengan pemberian imunisasi HB 0 - 7 hari dalam penelitian ini adalah kenyataan

bahwa pusat perhatian ibu setelah melahirkan adalah pada bayi yang baru lahir

sehingga pemberian imunisasi seputar waktu kelahiran akan sama resikonya pada ibu

yang mempunyai anak kurang dari dua atau lebih dari dua.

5.1.5. Hubungan Pengetahuan dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0 - 7

Hubungan pengetahuan dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0 - 7 pada

analisis bivariat diperoleh hasil uji Chi Square yakni p value = 0,003 nilai tersebut

secara statistik berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan

dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian

Rois (2000) dan Siswandoyo & Putro (2003) yang menyatakan semakin tinggi tingkat

Penerimaan ibu akan imunisasi terhadap anaknya bukan karena mereka mengerti

tentang pesan-pesan kesehatan yang disampaikan kepada mereka tetapi karena faktor-

faktor lain di luar faktor tersebut. Anjuran dari keluarga terdekat mempengaruhi sikap

patuh terhadap pelaksanaan program imunisasi, dan ibu akan menerima program

imunisasi jika dianjurkan meskipun mereka tidak terlalu mengerti tujuan dari

imunisasi itu sendiri (Kasniyah, 2001).

Berkaitan dengan pengetahuan ibu tentang penyakit hepatitis B ada beberapa

hal yang berkaitan dengan pengetahuan diantaranya; tahu (know) diartikan mengingat

suatu materi atau ilmu yang berkaitan dengan hepatitis B. Dalam hal ini ibu

mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau

didapatkan atau rangsangan yang telah diterima. Tahu merupakan tingkat

pengetahuan yang rendah. Misalnya dalam menguraikan, mendefinisikan tentang

penyakit hepatitis. Memahami (comprehension), adalah kemampuan ibu dalam

menjelaskan secara benar tentang penyakit hepatitis. Orang yang telah paham

terhadap objek atau materi dapat menjelaskan kembali, misalnya dapat menjelaskan

penyakit hepatitis B dapat ditularkan melalui apa saja. Aplikasi (application) adalah

kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang didapat dan dapat diterapkan

dalam kehidupan sehari-hari. Analisis (analysis) diartikan kemampuan dalam

menjabarkan objek kehidupan sehari-hari misalnya saling menjaga kebersihan diri

atau tidak menggunakan pakaian orang lain. Sintesis (synthesis) diartikan adanya

kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

harus dijaga dengan orang yang menderita hepatitis B. Evaluasi artinya kemampuan

seseorang dalam melakukan penilaian terhadap kejadian hepatitis B. Penilaian ini

didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-

kriteria orang lain. Misalnya dapat membandingkan dengan kebiasaan hidup yang

kurang maka ibu mudah terkena penyakit hepatitis B. Pada penelitian ini ibu

kemungkinan belum mengetahui penyebab hepatitis B dan cara menghindari penyakit

tersebut.

Menurut Roger dalam Notoatmodjo (2005) berpendapat bahwa sebelum orang

mengadopsi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berturut-

turut. Kesadaran (awareness) yaitu orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

objek terlebih dahulu,Interest adalah orang mulai tertarik kepada stimulus, misalnya

ibu ingin mengikuti hidup bersih sesuai dengan kaidah yang menyatakan kebersihan

bagian dari iman, evaluation artinya menimbang baik atau tidaknya stimulus yang

diterima. Trial adalah mereka telah mulai mencoba dengan perilaku positif untuk

menghindar terjadinya penyakit hepatitis B. Adoption yaitu seseorang telah

berperilaku positif sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, sikap terhadap stimulus

objek (Notoatmodjo, 2005).

Sesuai dengan teori di atas maka ibu yang menderita hepatitis B

membutuhkan tahap-tahap dalam meningkatkan pengetahuan. Peningkatan

pengetahuan juga harus diikuti dengan informasi-informasi yang dapat menambah

pengetahuan bagi ibu. Pengetahuan tentang penyakit hepatitis B belum dapat

berlaku di masyarakat termasuk opini dan persepsi yang salah terhadap penyakit

hepatitis B ternyata cukup sulit diubah.

Kurangnya pengetahuan terhadap penyakit hepatitis B, sehingga

menyebabkan cepatnya penularan hepatitis yang terjadi di dalam lingkungan

masyarakat. Penularan hepatitis dalam kategori tinggi di dalam masyarakat,

lingkungan keluarga, sekolah. Menurut Kerlinger (2003) pengetahuan yang maksimal

dalam waktu singkat sulit terjadi perubahan, baik peningkatan ataupun penurunan

pengetahuan. Banyak faktor yang menjadi alasan diantaranya masyarakat kesulitan

memperoleh informasi yang lebih banyak tentang sesuatu materi, setelah informasi

utama diperolehnya (Sadulloh, 2003).

5.1.6. Hubungan Sikap dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0 - 7

Hubungan sikap dengan pemberian imunisasi Hepatitis B 0 - 7 pada analisis

bivariat diperoleh hasil uji Chi Square yakni p value = 0,036. Nilai tersebut secara

statistik berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan pemberian

imunisasi Hepatitis B 0 - 7. Hasil ini sesuai dengan penelitian Idwar (2000) di Aceh

Besar yang menyimpulkan secara statistik bahwa sikap mempunyai hubungan yang

bermakna terhadap status imunisasi hepatitis B, namun berbeda dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Syamsudin (2007) di Provinsi Sulawesi Tengah.

Sikap merupakan reaksi yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus

mempermudah untuk terjadi tindakan. Sikap ibu yang baik akan menumbuhkan

tindakan yang baik dalam memberikan imunisasi hepatitis B pada bayinya.

Penelitian berdasarkan analisis distribusi frekuensi terhadap pernyataan yang

diukur dapat dibicarakan beberapa hal yang berkaitan dengan sikap ibu. Sikap baik

yang dimiliki ibu antara lain segera memberikan imunisasi hepatitis B, pada bayi

berumur 0 - 7 hari.

Sikap yang terbentuk pada individu selalu didasari pengetahuannya tentang

masalah yang dihadapinya di samping itu terdapat konsistensi antara pengetahuan dan

sikap. Informasi yang telah diperoleh pengungsi telah membentuk sikap positif

mereka dalam menghadapi masalah kesehatan. Pemilihan promotor kesehatan yang

paham dengan masalahnya dan menarik (Kiesler dan Kiesler, 1969), dalam hal ini

dokter puskesmas dipercaya menjadi salah satu faktor yang mendukung terjadinya

peningkatan sikap ibu. Perubahan sikap ibu juga dapat didasari keinginan mereka

untuk memperlihatkan identitas diri mereka, bahwa mereka memiliki sikap yang lebih

baik daripada komunitas lain untuk menghadapi masalah kesehatan (Azwar, 2003).

Komunikasi yang lebih mudah dilakukan antara sesama ibu karena berada

dalam satu kelompok yang mudah dijangkau menyebabkan intensitas interaksi dan

pertukaran informasi diantara mereka lebih tinggi. Komunikasi yang mudah dipahami

dan diterima menurut Azwar (2003) lebih banyak terjadi dari pertukaran informasi

sesama anggota kelompok sehingga mereka cenderung memiliki sikap yang sama

terhadap suatu masalah.

5.1.7. Hubungan Tindakan dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0 - 7

Hubungan tindakan dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0-7 pada analisis

bivariat diperoleh hasil uji Chi Square yakni p value = 0,039. Nilai tersebut secara

statistik berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara tindakan dengan

pemberian imunisasi hepatitis B 0-7. Hal ini sesuai dengan penelitian Elder, (1993)

cit Graeff (1996) yang dikutip dari Notoadmodjo, 2005 menyatakan bahwa kebiasaan

yang berkaitan dengan kesehatan dibentuk oleh kejadian-kejadian yang terjadi

di lingkungan sosial maupun fisik.

Tindakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh individu-individu sebaiknya

mendapatkan dukungan untuk mengidentifikasikan tingkah laku yang khusus dan

positif sehingga mereka mendapatkan kesempatan untuk memulai tindakan dan

kemudian mengevaluasikan apakah tindakan ini berhubungan dengan bagaimana

mereka ingin bertingkah laku. Kepentingan tujuan mencoba untuk membedakan

tujuan yang penting bagi individu dan sasaran yang penting bagi orang lain, untuk

mencapai suatu tujuan dari tindakan kebiasaan yang sering dilakukan mereka juga

memiliki beberapa rintangan. Rintangan yang dimaksud antara lain kurangnya

pengetahuan dan dibutuhkannya informasi atau fakta-fakta yang dibutuhkan jika

tujuan ingin dicapai.

Rintangan yang kedua adalah kurangnya kemampuan untuk mengambil

keputusan karena individu sering kali tahu apa yang seharusnya dilakukan tetapi tidak

tahu bagaimana melakukannya. Rintangan yang ketiga adalah kekhawatiran terhadap

yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya tetapi takut menghadapi

risikonya.

5.2. Hubungan Lingkungan Sosial Budaya dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0 - 7 Hari

5.2.1. Hubungan Penolong Persalinan dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7 Hari

Hubungan penolong persalinan dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0 - 7

pada analisis bivariat diperoleh hasil uji Chi Square yakni p value = 0,005. Nilai

tersebut secara statistik berarti bahwa ada hubungan yang bermakna antara penolong

persalinan dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0 - 7 pada bayi. Hal ini sesuai

dengan penelitian Ismail et al (1994) dan Laila Kusumawati (2006) namun berbeda

dengan Rois (2000) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara penolong

persalinan dengan status imunisasi anak. Hal ini disebabkan karena yang dilihat

adalah kelengkapan status imunisasi sampai anak berusia 1 tahun namun tidak

memandang ketepatan usia pemberian imunisasi. Sehingga meskipun pada saat

dilahirkan anak mengalami kontak dengan penolong persalinan namun pada tahap

pemberian imunisasi selanjutnya dapat saja kontak tersebut dengan berbagai alasan

terputus. Pada penelitian ini yang diharapkan adalah ketepatan waktu pemberian

imunisasi yaitu segera setelah bayi dilahirkan sampai seminggu. Bila penolong

persalinannya adalah petugas kesehatan maka anak bisa mendapat imunisasi hepatitis

Pemberian imunisasi hepatits B 0 - 7 hari menjadi kewenangan petugas KIA

di mana penjangkauan bayi baru lahir dengan memantau kohort ibu hamil yang

dimulai saat antenatal care (ANC). Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan

dapat langsung mendapatkan imunisasi hepatitis B pada saat kelahiran, sedangkan

persalinan yang ditolong oleh dukun penjangkauannya berdasarkan laporan keluarga/

kader/dukun kepada tenaga kesehatan atau bidan di desa sehingga memungkinkan

keterlambatan informasi dan keterlambatan dalam pemberian imunisasi hepatitis B 0

- 7 hari.

5.2.2. Hubungan Tempat Persalinan dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0 - 7

Hubungan tempat persalinan dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0 - 7

pada analisis bivariat diperoleh hasil uji Chi Square yakni p value = 1,121. Nilai

tersebut secara statistik berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

tempat persalinan dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0 - 7 pada bayi. Hal ini

sesuai dengan penelitian Pielak & Hilton (2003) namun berbeda dengan hasil

penelitian Laila Kusumawati (2006) yang menyatakan ada hubungan antara tempat

persalinan dengan pemberian imunisasi HB 0 - 7 hari. Biasanya ditempat persalinan

selalu dijumpai petugas kesehatan yang akan membantu para ibu untuk memeriksa

kehamilan dan melahirkan. Pelayanan petugas kesehatan dinilai oleh ibu sejak kontak

pertama sewaktu pemeriksaan antenatal care. Pemberian informasi sejak awal secara

dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0 - 7 hari akan meningkatkan pengetahuan

dan pemahaman ibu.

Pada saat persalinan merupakan waktu yang tepat untuk menganjurkan

pemberian imunisasi HB 0 - 7 hari dalam masa post partum. Keadaan psikologis ibu

sangat tergantung pada sumber sumber di sekitarnya antara lain petugas kesehatan,

sehingga tempat persalinan di mana para petugas kesehatan berada menjadi penting

dalam pemberian imunisasi hepatitis B 0 - 7 hari.

Dalam penelitian ini meskipun 65% ibu melahirkan ditempat persalinan

namun tidak berhubungan dengan pelaksanaan pemberian imunisasi hepatitis B. Hal

ini kemungkinan disebabkan oleh kurang pahamnya para petugas kesehatan untuk

memberikan vaksin hepatitis B atau adanya penolakan para ibu dan keluarga bila

bayinya untuk disuntik.

5.2.3. Hubungan Pelayanan Petugas Kesehatan dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0 - 7

Hubungan pelayanan petugas kesehatan dengan pemberian imunisasi

Hepatitis B 0 - 7 pada analisis bivariat diperoleh hasil uji Chi Square yakni p value =

0,764. Nilai tersebut secara statistik berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna

antara pelayanan petugas kesehatan dengan pemberian imunisasi Hepatitis B 0 - 7

pada bayi. Hal ini disebabkan oleh pelayanan petugas kesehatan dinilai berdasarkan

pendapat ibu tentang pemberian informasi imunisasi HB 0 - 7 hari pada saat anta

persalinan, pengetahuan petugas kesehatan, kesulitan untuk mendapat informasi dari

petugas kesehatan, penjelasan tentang alasan imunisasi dan persiapan vaksin untuk

imunisasi segera setelah bayi lahir. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian

Siswandoyo & Putro (2003) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna

antara pelayanan petugas kesehatan dengan kelengkapan imunisasi.

5.2.4. Hubungan Norma dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0 - 7

Hubungan norma dengan pemberian imunisasi hepatitis B 0 - 7 pada analisis

bivariat diperoleh hasil uji Chi Square yakni p value = 0,443. Nilai tersebut secara

statistik berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara norma dengan

pemberian imunisasi hepatitis B 0 - 7 pada bayi. Hal ini disebabkan oleh karena

di lapangan masyarakat yang memberikan imunisasi hepatitis B 0 - 7 hari sangat

tergantung pada kemampuan para penolong persalinan untuk meyakinkan para ibu

untuk memberikan imunisasi hepatitis B dimulai semenjak ibu periksa hamil pertama

sekali.

5.2.5. Hubungan Dukungan Keluarga Terdekat dengan Pemberian Imunisasi Hepatitis B 0-7

Hubungan dukungan keluarga terdekat dengan pemberian imunisasi hepatitis

B 0-7 pada analisis bivariat diperoleh hasil uji Chi Square yakni p value = 0,153.

Nilai tersebut secara statistik berarti bahwa tidak ada hubungan yang bermakna

bayi. Hal ini disebabkan karena untuk program imunisasi hepatitis B 0 - 7 hari tidak

terlalu banyak dilaporkan efek samping demam pada bayi jadi dukungan keluarga

jadi tidak terlalu dominan yang paling penting adalah membangun rasa percaya

kepada ibu bila imunisasi ini aman. Hal ini sesuai dengan penelitian Siswandoyo &

Putro (2003) alasan yang mendasari kenyataan ini adalah sebagian besar responden

baik yang anaknya di imunisasi hepatitis B 0 - 7 hari maupun yang tidak diimunisasi

menyatakan bahwa keluarga dekat mendukung pemberian imunisasi tetapi

kenyataannya banyak bayi yang tidak diimunisasi hepatitis B 0 - 7 hari.

5.3. Faktor yang Paling Berpengaruh terhadap Pemberian Imunisasi

Dokumen terkait