Karakteristik individu merupakan identitas yang melekat pada individu migran desa yang bekerja sebagai pedagang kaki lima pada paguyuban Kaki Lima Modern Stasiun Bogor. Karakteristik tersebut dapat diketahui dari etnis, tingkat umur, jenis kelamin, dan status perkawinan. Masing-masing dari keempat karakteristik individu tersebut, akan dihubungkan dengan derajat solidaritas dan variabel-variabelnya, yaitu derajat formalitas hubungan, derajat ketergantungan anggota, dan derajat kerjasama.
Hubungan antara karakteristik individu dan derajat solidaritas dianalisis melalui uji korelasi Rank Spearman. Pada penelitian ini, tingkat signifikasi atau probabilitas yang digunakan sebesar 20 persen. Apabila nilai signifikansi (Sig. (2- tailed)) < dari 0.2, maka keputusan yang digunakan adalah tolak H0 atau terima H1. Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan derajat solidaritas migran desa PKL modern Stasiun Bogor. Sebaliknya, tidak terdapat hubungan antara karakteristik individu dan derajat solidaritas apabila sig. (2-tailed) > dari 0.2. Secara statistik, hal tersebut berarti terima H0 atau tolak H1. Sebelumnya, yang dimaksud dengan H0 adalah tidak ada korelasi, sedangkan yang dimaksud dengan H1 adalah ada korelasi.
Hubungan Etnis dengan Derajat Formalitas Hubungan, Derajat Ketergantungan Anggota, dan Derajat Kerjasama
Etnis merupakan salah satu karakteristik individu yang akan dihubungkan dengan derajat solidaritas migran desa PKL modern Stasiun Bogor. Selain itu, etnis juga dihubungkan dengan derajat formalitas hubungan, derajat ketergantungan anggota, dan derajat kerjasama. Pada paguyuban PKL modern Stasiun Bogor terdapat tiga etnis, yaitu etnis Minang, Sunda, dan Jawa. Tabel 9 akan menunjukan hubungan antara etnis dengan derajat solidaritas migran desa PKL modern Stasiun Bogor dan variabel-varibelnya.
Tabel 9 Hasil uji korelasi Rank Spearman etnis dengan derajat solidaritas dan variabel-variabelnya
Derajat Solidaritas Migran Desa
Koefisien Korelasi
Sig. (2-tailed) Keterangan
Derajat Solidaritas 0.030 0.854 Tidak
Berhubungan Derajat Formalitas Hubungan -0.100 0.539 Tidak Berhubungan Derajat Ketergantungan Anggota 0.113 0.487 Tidak Berhubungan
Derajat Kerjasama -0.232 0.149 Berhubungan
44
Data pada Tabel 9 menunjukkan bahwa nilai signifikansi antara etnis dengan derajat solidaritas, derajat formalitas hubungan, dan derajat ketergantungan anggota lebih besar dari nilai α (0.2). Keputusan yang diambil dari kondisi tersebut adalah terima H0 atau tolak H1. Hal ini berarti bahwa etnis tidak berhubungan dengan derajat solidaritas, derajat formalitas hubungan, dan derajat ketergantungan anggota. Namun, hasil yang berbeda ditunjukkan oleh nilai signifikansi antara etnis dan derajat kerjasama, yaitu lebih kecil dari nilai α (0.2), sehingga keputusan yang diambil adalah tolak H0 atau terima H1. Olehkarenanya, terdapat hubungan antara etnis dan derajat kerjasama.
Kondisi tersebut dapat dikarenakan para pedagang tidak memandang darimana pedagang lain berasal untuk menjalani hubungan sosial, berinteraksi, dan berbagi tugas. Seperti halnya pernyataan wakil ketua paguyuban Padasuka, bahwa “... kita ini bhineka tunggal ika, jadi tidak masalah darimana pedagang lain berasal...”. Jika mereka ingin berinteraksi dengan pedagang yang lain, para pedagang tidak memilih pedagang yang memiliki kesamaan etnis saja, tetapi juga dengan etnis lainnya.
Bergabung bersama etnis lain yang berbeda, tidak membuat tingkat formalitas dalam paguyuban menjadi tinggi ataupun rendah. Hal ini dibuktikan dengan derajat formalitas yang dimiliki oleh pedagang kaki lima modern Stasiun Bogor berada pada taraf sedang. Berbagai peraturan yang diterapkan kepada para PKL tidak hanya dikhususkan untuk satu etnis saja, tetapi untuk semua etnis yang ada dalam paguyuban. Begitupun dengan menentukan nama paguyuban, prasyarat anggota, struktur paguyuban, tujuan paguyuban, maupun fungsi tugas paguyuban. Walaupun kedua paguyuban memakai nama yang berasal dari bahasa Sunda, tetapi bukan berarti bahwa etnis Sunda berpengaruh pada formalnya paguyuban. Nama paguyuban sudah menjadi kesepakatan bersama semua anggota.
Paguyuban yang di dalamnya terdapat lebih dari satu etnis tidak membuat rasa saling ketergantungan menjadi rendah ataupun tinggi. Rasa saling ketergantungan selain dipengaruhi oleh pembagian kerja juga dipengaruhi oleh rasa saling melengkapi. Bagi pedagang, apabila sudah tercipta rasa saling percaya, maka dengan sendirinya akan tercipta rasa saling ketergantungan, meskipun pedagang lain berasal dari etnis yang berbeda. Pada penelitian ini, keragaman etnis tidak mempunyai hubungan dengan derajat ketergantungan dalam konteks paguyuban Kaki Lima Modern Stasiun Bogor itu sendiri. Namun, bila dilihat dari pihak luar, berdasarkan alur penerimaan barang keragaman etnis dapat mempunyai hubungan dengan derajat ketergantungan. Misalnya, pedagang dari Minang yang berdagang pakaian, akan membeli stok barang jualannya dari pedagang Minang juga. Begitu pun dengan pedagang buah dan buku yang berasal dari Sunda, akan membeli barang dagangan mereka dari pedagang lain yang berasal dari etnis Sunda juga.
Berbeda dengan derajat formalitas hubungan dan derajat ketergantungan anggota, derajat kerjasama berhubungan dengan etnis. Meskipun derajat kerjasama lebih dominan pada kategori rendah, namun tetap terjadi dalam paguyuban. Derajat kerjasama yang rendah tidak hanya dipengaruhi oleh bentuk kerjasama saja, tetapi ada juga frekuensi kerjasama. Sebanyak 80 persen pedagang melakukan kerjasama tidak kurang dari tiga kali setiap bulannya, yaitu sebanyak satu kali (70 persen) dan dua kali (10 persen) setiap bulannya. Kondisi ini diduga terdapat peran dari etnis dalam menentukan frekuensi pedagang bekerjasama
45 dalam satu bulan. Walaupun dalam bentuk kerjasama yang terjalin dapat melibatkan etnis tertentu saja. Misalnya, etnis Sunda yang berjualan buku akan bekerjasama dengan pedagang buku yang asalnya dari Sunda. Begitupun dengan pedagang Minang, apabila tidak terdapat pakaian yang diinginkan pembeli, mereka akan meminjam pakaian dari pedagang lain yang berasal dari Minang.
Tanda negatif (-) pada koefisien korelasi menunjukkan arah yang berlawanan antara etnis dengan derajat formalitas hubungan dan derajat kerjasama. Apabila nilai etnis tinggi, maka nilai derajat formalitas hubungan dan derajat kerjasama rendah. Sebaliknya, jika nilai etnis rendah, maka nilai derajat formalitas hubungan dan derajat kerjasama tinggi. Hubungan yang terjadi antara etnis dan derajat kerjasama dapat tergolong kuat, jika dibandingkan dengan variabel lain. Hal ini terlihat pada hasil nilai signifikansi yang diperoleh, yaitu 0.149. Nilai tersebut lebih mendekati angka signifikansi 1 (berarti kuat) dibandingkan dengan variabel lain yang berhubungan. Hal ini dapat dikarenakan dalam memperoleh keuntungan usaha, pedagang akan mereasa lebih nyaman jika bekerjasama dengan pedagang lain yang berasal dari daerah dan etnis yang sama, terlebih jika mereka masih mempunyai ikatan darah.
Hubungan Tingkat Umur dengan Derajat Formalitas Hubungan, Derajat Ketergantungan Anggota, dan Derajat Kerjasama
Tingkat umur merupakan umur migran desa yang bekerja sebagai pedagang kaki lima modern Stasiun Bogor pada saat dilakukan penelitian. Tingkat umur yang digunakan dalam penelitian ini merujuk pada BPS (2010), yang menggolongkan umur menjadi umur produktif awal (15-31 tahun), umur produktif pertegahan (32-48 tahun), dan umur produktif akhir (49-64 tahun).
Tingkat umur juga salah satu karakteristik individu yang dihubungkan dengan derajat solidaritas dan variabel-variabelnya, yaitu derajat formalitas hubungan, derajat ketergantungan anggota, dan derajat kerjasama. Berikut merupakan tabel yang menggambarkan hubungan antara tingkat umur dengan derajat solidaritas migran desa PKL modern Stasiun Bogor dan variabel- variabelnya.
Tabel 10 Hasil uji korelasi Rank Spearman tingkat umur dengan derajat solidaritas dan variabel-variabelnya
Derajat Solidaritas Migran Desa
Koefisien Korelasi Sig. (2-tailed) Keterangan
Derajat Solidaritas -0.069 0.671 Tidak
Berhubungan Derajat Formalitas Hubungan -0.528α 0.000 Berhubungan Derajat Ketergantungan Anggota 0.000 1.000 Tidak Berhubungan
Derajat Kerjasama -0.030 0.854 Tidak
Berhubungan ᵃCorrelation is significant at the 0.01 level (2-tailed). Hal tersebut berarti terdapat korelasi yang signifikan pada nilai α yang sebesar 0.01. Apabila pada nilai α 0.01 (yang lebih kecil dari 0.2)
46
dapat berkorelasi, maka pada nilai α 0.2 juga terdapat korelasi antara tingkat umur dan derajat formalitas hubungan; Sumber : Lampiran 12, Lampiran 13, Lampiran 14, Lampiran 15.
Berdasarkan Tabel 10, nilai signifikansi antara tingkat umur dengan derajat solidaritas, derajat ketergantungan anggota, dan derajat kerjasama lebih besar dari nilai α (0.2). Keputusan yang diambil dari hasil tersebut adalah terima H0 atau tolak H1. Artinya, tingkat umur tidak miliki hubungan dengan derajat solidaritas, derajat ketergantungan anggota, dan derajat kerjasama. Tidak adanya hubungan tersebut dapat disebabkan oleh tidak adanya batasan umur dalam menjalani usaha mereka baik dalam bekerjasama maupun dalam berbagi tugas.
Hasil berbeda yang diperoleh dari tabel di atas adalah nilai signifikansi dari derajat formalitas hubungan dan tingkat umur lebih kecil dari α (0.2). Oleh sebab itu, keputusan yang diambil adalah tolak H0 atau terima H1, yang berarti bahwa terdapat hubungan antara tingkat umur dengan derajat formalitas hubungan. Hubungan yang terjadi karena tingkat umur produktif awal dan pertengahan lebih banyak dari pada umur produktif akhir.
Umur produktif awal dan pertengahan masih mempunyai semangat dan tenaga yang lebih untuk menjalankan fungsi tugas mereka sebagai bagaian dari paguyuban, dan tanggung jawab terhadap peraturan yang dibuat. Namun, hal ini bukan berarti umur produktif akhir tidak mempunyai semangat dan tanggung jawab terhadap paguyuban, tetapi tujuan mereka menjalankan usaha dagang mereka sebagian besar lebih untuk mengisi waktu luang yang mereka miliki.
Penyebab lainnya, dapat berkaitan dengan norma kesopanan yang dianut masyarakat Indonesia pada umumnya. Pedagang dengan umur yang relatif lebih muda, atau pada usia produktif dan pertengahan, akan menghormati pedagang yang lebih tua. Pedagang yang tingkat umurnya lebih tua mempunyai lebih banyak pengalaman dan lebih dapat mengayomi pedagang yang lebih muda dari mereka.
Hubungan Jenis Kelamin dengan Derajat Formalitas Hubungan, Derajat Ketergantungan Anggota, dan Derajat Kerjasama
Berdasarkan jumlah responden, pedagang laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pedagang perempuan. Berkaitan dengan derajat solidaritas, jenis kelamin juga akan dianalis hubungannya dengan derajat formalitas hubungan, derajat ketergantungan anggota, dan derajat kerjasama. Berikut Tabel 11 menggambarkan ada atau tidaknya hubungan antara jenis kelamin dengan derajat solidaritas, derajat formalitas hubungan, derajat ketergantungan anggota, dan derajat kerjasama.
Nilai signifikansi antara jenis kelamin dengan derajat formalitas hubungan, derajat ketergantungan anggota, dan derajat kerjasama pada Tabel 11 lebih besar dari nilai α (0.2), dengan demikian keputusan yang diambil adalah terima H0 atau tolak H1. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa jenis kelamin tidak berhubungan dengan derajat formalitas hubungan, derajat ketergantungan anggota, dan derajat kerjasama.
Namun, nilai signifikansi antara jenis kelamin dan derajat solidaritas lebih kecil dari nilai α (0.2), sehingga keputusan yang diambil adalah tolak H0 atau
47 terima H1. Oleh kerena itu, dapat diartikan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dan derajat solidaritas.
Tabel 11 Hasil uji korelasi Rank Spearman Jenis Kelamin dengan derajat solidaritas dan variabel-variabelnya
Derajat Solidaritas Migran Desa
Koefisien Korelasi
Sig. (2-tailed) Keterangan
Derajat Solidaritas -0.269 0.093 Berhubungan
Derajat Formalitas Hubungan -0.201 0.214 Tidak Berhubungan Derajat Ketergantungan Anggota -0.037 0.822 Tidak Berhubungan
Derajat Kerjasama -0.140 0.389 Tidak
Berhubungan ᵃ Sumber : Lampiran 17, Lampiran 18, Lampiran 19, Lampiran 20.
Tidak adanya hubungan antara jenis kelamin dengan derajat formalitas hubungan, derajat ketergantungan anggota, dan derajat kerjasama dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Pedagang tidak hanya berinteraksi dengan jenis kelamin yang sama, tetapi juga dengan lawan jenis. Begitupun dalam bekerjasama, tidak membeda-bedakan antara perempuan maupun laki-laki. Misalnya saja ketika ada keharusan iuran untuk kebersihan dan keamanan, maka semua berpartisipasi menyetorkan iuran, baik laki-laki maupun perempuan.
Seperti halnya dalam musyawarah, suara perempuan juga mempunyai peran dalam pengambilan keputusan, sehingga pada pelaksanaan musyawarah tersebut, tidak membedakan jenis kelamin dalam pengampilan keputusan. Meskipun demikian, jumlah migran desa laki-laki lebih dominan dibandingkan dengan jumlah perempuan. Hal ini mempunyai pengaruh dominannya suara laki-laki dalam pengambilan keputusan. Oleh sebab itu, jenis kelamin berhubungan dengan derajat solidaritas.
Hubungan Status Perkawinan dengan Derajat Formalitas Hubungan, Derajat Ketergantungan Anggota, dan Derajat Kerjasama
Status perkawinan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menikah dan belum menikah. Jumlah pedagang yang sudah menikah lebih dominan dibandingkan dengan jumlah yang belum menikah.
Berdasarkan Tabel 12, nilai signifikansi antara status perkawinan dengan derajat ketergantungan anggota, dan derajat kerjasama lebih besar dari nilai α (0.2). Oleh sebab itu, keputusan yang diambil adalah terima H0 atau tolak H1, yang berarti bahwa status perkawinan tidak berhubungan dengan derajat ketergantungan anggota, dan derajat kerjasama.
Rasa saling ketergantungan dan pembagian kerja yang tercipta pada pedagang tidak memandang status perkawinan. Hal ini terbukti dengan adanya iuran yang tetap berjalan antara pedagang yang sudah menikah dan pedagang yang belum menikah. Begitupun dengan kegiatan kerjasama baik berupa tolong
48
menolong, musyawarah, gotong royong, imbalan, maupun arisan, pedagang berpartisipasi tanpa memandang status perkawinan.
Tabel 12 Hasil uji korelasi Rank Spearman status perkawinan dengan derajat solidaritas dan variabel-variabelnya
Derajat Solidaritas Migran Desa
Koefisien Korelasi
Sig. (2-tailed) Keterangan
Derajat Solidaritas -0.266 0.097 Berhubungan
Derajat Formalitas Hubungan -0.457 0.003 Berhubungan Derajat Ketergantungan Anggota 0.190 0.241 Tidak Berhubungan
Derajat Kerjasama -0.140 0.389 Tidak
Berhubungan ᵃ Sumber : Lampiran 20, Lampiran 21, Lampiran 22, Lampiran 23.
Hasil berbeda ditunjukkan oleh nilai signifikasi antara status perkawinan dengan derajat solidaritas dan derajat formalitas hubungan, yang lebih kecil dari nilai α (0.2), yaitu sebesar 0.097 dan 0.003. Keputusan yang diambil dari hasil tersebut adalah tolak H0 atau terima H1, yang berarti bahwa terdapat hubungan antara status perkawinan dengan derajat solidaritas dan derajat formalitas hubungan. Hubungan tersebut dapat terlihat dari adanya waktu luang lebih yang dimiliki oleh pedagang yang belum menikah. Mereka lebih cenderung fokus memperoleh pendapatan untuk mencukupi kebutuhan mereka sendiri. Meskipun pendapatan yang mereka peroleh juga untuk memenuhi kebutuhan orang tua, waktu mereka untuk berinteraksi, dan menjalin hubungan sosial akan lebih fokus untuk paguyuban yang mereka ikuti.