• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sebagaian besar responden (90 persen) memiliki luas lahan >0.25 Ha, karena pada umumnya petani di desa Cibunian adalah petani berlahan luas, lahan yang dimiliki pada umumnya adalah lahan pesawahan sehingga komoditi utama yang dihasilkan di Desa Cibunian adalah padi.

5.6 Rata-rata Penghasilan Responden

Jumlah dan persentase responden berdasarkan rata-rata penghasilan/bulan di Gapoktan Jaya Tani dapat dilihat melalui Tabel 11.

Tabel 11.Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Rata-rata Penghasilan/Bulan

No Rata-rata penghasilan/bulan Jumlah Persentase

1 < 500.000 2 6,7 2 500.000-799.000 15 50,0 3 800.000-1.099.000 4 13,3 4 1.100.00-1.400.000 2 6,7 5 > 1.400.000 7 23,3 Total 30 100,0

Mayoritas responden memiliki rata-rata penghasilan/bulan yaitu 500.000-799.000 (50 persen) sumber utama mata pencaharian dari responden adalah bertani, responden yang memiliki penghasilan >1.100.000 umumnya adalah para petani yang memiliki lahan cukup luas ataupun memiliki pekerjaan lain seperti pedagang atau pegawai desa.

5.7 Hubungan Karakteristik Petani dengan Tingkat Partisipasi dalam Program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu SL-PTT

5.7.1 Hubungan Jenis Kelamin dengan Tingkat Partisipasi

Analisis Chi-square digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara jenis kelamin responden dengan tingkat partisipasi petani dalam program

SL-PTT. Berdasarkan uji independensi chi-square didapatkan koefisien kontingensi sebesar 0.392 dengan tingkat signifikansi 0.141. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada perbedaan tingkat partisipasi dalam program SL-PTT berdasarkan jenis kelamin (terima H0 karena angka signifikansi diatas 0.05). Hubungan antara tingkat partisipasi dengan jenis kelamin sangat lemah, ditunjukan dengan koefisien kontingensi berada jauh dibawah 0.5. Hasil tabulasi silang antara antara jenis kelamin responden dengan tingkat partisipasi dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Jumlah dan Persentase Tingkat Partisipasi Responden Menurut Jenis Kelamin

Tabel 12 memperlihatkan bahwa tingkat partisipasi laki-laki lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan, seperti data di atas level partisipasi placation sampai partnership semuanya adalah responden laki-laki. Namun disamping itu secara umum tidak terdapat perbedaan tingkat partisipasi yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dimana pada level partisipasi tertentu persentase antara laki-laki dan perempuan relatif seimbang. Untuk kedepannya tentu diperlukan sebuah lembaga yang bisa memberi ruang untuk petani perempuan lebih aktif dan partisipatif misalnya dengan dibentuk kelompok wanita tani (KWT).

5.7.2 Hubungan Usia dengan Tingkat Partisipasi

Persentase responden di Gapoktan Jaya Tani berdasarkan usia untuk selang 20-30tahun sebesar 3.3 persen, 31-40 tahun sebesar 6.7 persen, 41-50 sebesar 50 persen, dan diatas 50 tahun sebesar 40 persen. Berdasarkan uji independensi Chi-square diperoleh koefisien kontingensi dan signifikansi berturut-turut sebesar 0.511 dan 0.303. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat partisipasi petani dalam program SL-PTT berdasarkan usia dari petani. Hal itu ditunjukan dengan angka signifikansi yang jauh diatas 0.05. Untuk lebih jelasnya hubungan antara usia responden dengan

No Jenis Kelamin Tingkat Partisipasi Total

Tokenism Citizen Control

1 Perempuan 3 (100,0) 0 (0) 3 (100)

tingkat partisipasi petani dalam program SL-PTT dapat dilihat pada Tabel 13 berikut.

Tabel 13. Jumlah dan Persentase Tingkat Partisipasi Responden Menurut Usia

Tabel 13 menyatakan bahwa secara umum tingkat partisipasi dari masing-masing golongan usia tidak jauh berbeda. Secara umum dapat dikatakan bahwa usia tidak berhubungan dengan tingkat partisipasi setiap individu dalam program SL-PTT.

5.7.3 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi

Persentase responden di Gapoktan Jaya Tani berdasarkan golongan pendidikan adalah tidak sekolah sebesar 3,3 persen, tamat SD atau sederajat sebesar 80 persen, tamat SMP atau sederajat sebesar 6,7 persen dan yang tamat SMA atau sederajat yaitu sebesar 10 persen.

Berdasarkan uji independensi Chi-square diperoleh koefisien kontingensi dan signifikansi berturut-turut sebesar 0.565 dan 0.119. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat partisipasi petani dalam program SL-PTT berdasarkan golongan pendidikan dari petani (terima H0 itu karena angka signifikansi yang jauh diatas 0.05). Untuk lebih jelasnya hubungan antara usia responden dengan tingkat partisipasi petani dalam program SL-PTT dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14 memperlihatkan bahwa tingkat partisipasi antara responden yang pendidikannya tamat SD dan SMA ternyata sama-sama bisa sampai pada level partnership (citizen control), hal ini menunjukan bahwa dalam program SL-PTT setiap anggota memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi. Perbedaan tingkat partisipasi antar responden yang terjadi lebih disebabkan oleh tingkat kesadaran dan kemauan untuk belajar dari petani yang masih berbeda-beda.

No Usia Tingkat Partisipasi Total

Tokenism Citizen Control

1 20-30 1 (100,0) 0 (0) 1 (100)

2 31-40 2 (100,0) 0 (0) 2 (100)

3 41-50 12 (80,0) 3 (20,0) 15 (100)

Tabel 14. Jumlah dan Persentase Tingkat Partisipasi Responden Menurut Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidkan Tingkat Partisipasi Total

Tokenism Citizen Control

1 Tidak Sekolah 1(100,0) 0(0) 1(100) 2 Tamat SD atau Sederajat 21(87,5) 3(12,5) 24(100) 3 Tamat SMP atau Sederajat 2(100,0) 0(0) 2(100) 4 Tamat SMA atau Sederajat 1(33,3) 2(66,7) 3(100)

5.7.4 Hubungan Luas Lahan dengan Tingkat Partisipasi

Persentase responden berdasarkan kepemilikan luas lahan ≤0.25 ha adalah sebesar 10 persen, sementara yang luas lahannya ≥0.25-0.50 sebesar 43,3 persen dan petani dengan luas lahan >0.50 ha yaitu sebesar 46,7 persen. Analisis Chi-square digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara luas lahan petani dengan tingkat partisipasinya dalam program SL-PTT. Berdasarkan uji independensi Chi-square didapatkan koefisien kontingensi sebesar 0.618 dengan tingkat signifikansi 0.05. Hal ini menunjukan bahwa ada perbedaan tingkat partisipasi dalam program SL-PTT berdasarkan kepemilikan luas lahan (terima H1 karena angka signifikansi yaitu 0.05). Hubungan antara tingkat partisipasi dengan kepemilikan luas lahan cukup kuat, ditunjukan dengan koefisien kontingensi berada diatas 0.5. Hasil tabulasi silang antara antara kepemilikan luas lahan responden dengan tingkat partisipasi dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 memperlihatkan bahwa semakin luas lahan yang dimiliki oleh seorang petani terdapat kecenderungan tingkat partisipasi petani tersebut akan semakin tinggi, hal tersebut terlihat dari tabel bahwa petani dengan luas lahan >0,5 Ha begitu dominan di level placation sampai partnership, sementara petani dengan luas lahan>0.25-0,50 di level consultation-placation, dan petani dengan luas lahan ≤0,25 semuanya berada di level informing. Hal tersebut disebabkan karena petani berlahan luas cenderung merasamemperoleh manfaat lebih banyak, memiliki status sosial yang tinggi dan lebih dihargai sehingga umumnya lebih aktif dibanding petani dengan luas lahan lebih kecil.

Tabel 15. Jumlah dan Persentase Tingkat Partisipasi Responden Menurut Luas Lahan No Luas Lahan (Ha) Tingkat Partisipasi Total

Tokenism Citizen Control

1 ≤ 0,25 3 (100) 0(0) 3(100)

2 >0.25-0,50 12(92,3) 1(7,7) 27(100)

3 > 0,5 10(71,4) 4(28,6) 14(100)

5.7.5 Hubungan Tingkat Penghasilan dengan Tingkat Partisipasi

Persentase responden di Gapoktan Jaya Tani berdasarkan rata-rata penghasilan/bulan yaitu sebagai berikut:<500.000 sebesar 6.7 persen, kemudian 500.000-799.000 sebesar 50 persen, sedangkan 800.000-1.099.000 sebesar 13.3 persen, sementara 1.100.000-1.400.000 sebesar 6.7 persen, dan > 1.400.000 sebesar 23.3 persen.

Berdasarkan uji independensi Chi-square diperoleh koefisien kontingensi dan signifikansi berturut-turut sebesar 0.680 dan 0.011. Hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan tingkat partisipasi dalam program SL-PTT berdasarkan golongan penghasilan responden (terima H1 karena angka signifikansi < 0.05). Hubungan antara tingkat partisipasi dengan golongan penghasilan dapat dikatakan kuat, hal itu ditunjukan dengan koefisien kontingensi berada diatas 0.5. Hasil tabulasi silang antara rata-rata penghasilan responden dengan tingkat partisipasi dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel tersebut memperlihatkan bahwa semakin tinggi penghasilan petani maka semakin tinggi tingkat partisipasinya. Hal tersebut terlihat dari tabel bahwa petani dengan penghasilan > 1.400.00 tingkat partisipasi dari semua responden berada pada level placation-patnership, sedangkan petani dengan penghasilan pada selang 1.100.00-1.400.000 semua responden berada pada level placation, sementara untuk petani dengan penghasilan 800.000-1.099.000 berada pada level consultation-placation, kemudian petani dengan penghasilan 500.000-799.000 sangat dominan pada level informing-consultation dan terakhir petani dengan rata-rata pengahasilan <500.000 semuanya hanya berada pada level informing.

Tabel 16. Jumlah dan Persentase Tingkat Partisipasi Responden Menurut Tingkat Penghasilan

No Penghasilan/ Bulan Tingkat Partisipasi Total

Tokenism Citizen Control

1 < 500.000 2(100,0) 0(0) 2(100)

2 500.000-799.000 14(93,3) 1(6,7) 15(100)

3 800.000-1.099.000 2(50,0) 2(50,0) 4(100)

4 1.100.00-1.400.000 2(100,0) 0(0) 2(100)

5 > 1.400.000 5(71,4) 2(28,6) 7 (100)

Hal itu disebabkan karena terdapat kecenderungan bahwa petani yang memiliki penghasilan lebih besar umumnya adalah petani dengan luas lahan yang cukup luas. Petani berlahan luas cenderung lebih aktif karena lebih dihargai, kemudian memiliki status sosial yang lebih tinggi dan terlihst lebih mendapatkan manfaat dari program SL-PTT.

5.8 Ikhtisar

Keanggotaan dalam Gapoktan didominasi oleh laki-laki, dengan mayoritas anggota berusia di atas 40 tahun. Tingkat pendidikan petani sebagian besar hanya lulusan sekolah dasar, dengan penghasilan rata-rata 500.000-799.000 rupiah. Sebagian besar petani anggota Gapoktan pada umumnya memiliki luas lahan di atas 0,25 Ha. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hubungan yang kuat antara luas lahan dan tingkat penghasilan dengan tingkat partisipasi kelompok dalam program Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT). Hasil tersebut menunjukan bahwa petani dengan lahan lebih luas dan penghasilan lebih tinggi cenderung lebih aktif dalam program SL-PTT. Hal ini dikarenakan petani dengan lahan luas dan pengahasilan lebih tinggi cenderung memiliki status sosial yang tinggi di masyarakat, sehingga lebih dihargai oleh masyarakat, selain itu juga petani dengan lahan luas dan tingkat penghasilan lebih tinggi terlihat lebih merasakan manfaat dari program SL-PTT tersebut.

BAB VI

KEBERLANJUTAN KELEMBAGAAN

Dalam penelitian ini, keberlanjutan kelembagaan dikaji berdasarkan tingkat keseimbangan antara pelayanan-peran serta (manajemen), tingkat penerapan prinsip-prinsip good governance(demokrasi, transparansi, akuntabilitas) di Gapoktan, kekuatan jejaring kelembagaan yang terbangun dengan pihak-pihak lain di dalam maupundiluar komunitas, dan tingkat partisipasi kelompok dalam program SL-PTT di Gapoktan Jaya Tani.

Dokumen terkait