• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS

A. Penyebab Terjadinya Bullying

1. Hubungan Keluarga

Latar belakang seseorang memiliki perilaku bullying salah satunya adalah peranan kelurga. Keluarga sangat mempengaruhi perilaku bullying pada individu. Banyak orangtua yang menghukum anaknya dengan kekerasan meskipun si anak hanya melakukan kesalahan yang kecil. Sebenarnya ada berbagai tujuan kenapa orangtua melakukan kekerasan yakni ingin anaknya disiplin, supaya menuruti kata orangtua, supaya anaknya jera, paling parah lagi karena prestasi.54

Ada beberapa alasan mengapa keluarga sangat berpengaruh terhadap pola asuh seorang anak untuk menjadi pelaku bullying, yang tampak bahwa hukuman dengan kekerasan akan membuat anak menjadi disiplin serta anak juga dapat belajar dari kesalahan. Tapi disisi lain, anak yang diperlakukan dengan kekerasan rentan menghadapi trauma, dendam, bahkan ketika dewasa ia cenderung suka melakukan kekerasan untuk menyelesaikan persoalan.55 beberapa diantaranya terjadi pada informan “NE” dan “AM”. Menurut informan “AM”, sejak kecil orangtua “AM” mendidiknya dengan pola asuh yang sedikit otoriter, bila “AM” dan kedua kakak nya membuat kesalahan terkadang orang tua nya menggunakan hukuman sebagai bentuk disiplin.

53

Sullivan, dkk, Bullying in Secondary Schools: What is Looks Like and How to Manage it (Corwin Press, 2004)

54

Beranda Agency, mengasuh dan mendidik buah hati tanpa kekerasan, (PT. Gramedia, Jakarta, 2015), h.2

55 Ibid, h.5

“hahahah gue udah agak kebal sih kalau mereka ngomel (marah), gue dari kecil sering dihukum. Bokap nyokap gue itu pake cara kalau bikin salah dihukum gitu, kalau bikin sesuatu yang baik ya dapet reward”56

Menurut pengakuan “AM”, tindakan kasar sebagai hukuman dari orangtua nya sudah biasa ia rasakan, sebelumnya hukuman yang ia dapatkan tidak sampai terlalu parah, tetapi semakin lama semakin ayahnya geram “AM” sampai harus merasakan diusir dari rumah. Namun ibu nya selalu membela dirinya.

kalau gamparan (tamparan) dari bokap mah gue udah biasa sih.. sempet juga gue di usir dari rumah heheheh tapi nyokap belain waktu itu”57

Informan “AM” menerima bahwa semua hukuman yang ia dapatkan memang setimpal dengan kenakalan yang sudah ia lakukan, namun pola asuh seperti ini membuat seorang anak tumbuh dengan sikap yang keras dan tidak merasa takut terhadap apapun diluar rumah.

“ya gitu deh gue jadi berani sama orang lain..”58

Menurut pengakuan “AM” hukuman dirumah tidak hanya ia dapatkan dari orangtuanya, tetapi tindak kekerasan seperti itu tetap ia dapatkan dari kakak nya setelah ayah “AM” meninggal dunia. Namun, karena “AM” menganggap yang menghukum hanya seorang kakak, ia berpikir masih bisa melawan dan tetap mencoba bersikap santai.

“gue kayak agak bebas gitu bokap ngga ada, ngga ada yang gue takutin lagi, tapi ternyata gue malah digamparin kakak gue hahahah sama aja kena juga, tapi yaudah gue sih santai aja, makin gede gue makin bisa ngelawan.”59

56Wawa ara Pri adi de ga I for a AM , Jakarta, Agustus 6

57

Wawancara Pri adi de ga I for a AM

58

Wawancara Pri adi de ga I for a AM

59

Terlihat raut wajah “AM” yang tiba-tiba berubah menjadi sedikit muram saat dirinya bercerita mengenai hal ini,60 ia merasa menyesal karena selalu membuat ayahnya geram dan belum sempat menjadi anak yang baik selama semasa hidup ayahnya.

“gue kayak nyesel kenapa gue ngga jadi anak baik dari dulu biar bokap ngga perlu maki-maki gue sampe darahnya harus tinggi dan sakit. Gue kadang suka nyesel dan mikir bokap ngga ada itu karena ulah gue”61 Latar belakang pola asuh orangtua sebagai penyebab seseorang menjadi pelaku

bullying bukan hanya dikarenakan cara didik yang otoriter, tetapi cara mendidik yang

permissive terkadang dengan pola asuh yang serba membolehkan namun terkadang terlalu membatasi anak untuk berperilaku juga dapat menjadikan anak tumbuh dengan sikap yang menyimpang. Seorang anak akan meluapkan emosinya diluar rumah dengan orang yang tidak bersalah.

Berbeda dengan informan “AM” yang di didik dengan hukuman oleh orangtuanya, informan “NE” justru lebih dibatasi untuk berperilaku. “NE” mengaku dirinya menjadi anak yang pendiam dirumah, namun bila sedang diluar rumah ia merasa bebas melakukan segala hal. Orangtua “NE” termasuk orangtua yang sangat memperhatikan perilaku anaknya, hanya saja karena selalu membatasi anak-anaknya berperilaku, membuat “NE” mencari kebebasan diluar rumah.

“Dari kecil bokap selalu batasin apa-apa yang harus dan ngga harus dilakuin,”62

60

Hasil Observasi Langsung de ga I for a AM , (Jakarta, 11 Agustus 2016) 61

Wawa ara Pri adi de ga I for a AM

62

Kesibukan “NE” diluar rumah membuat dirinya merasa bebas karena tidak ada yang membatasi apapun yang ingin ia lakukan, walaupun orangtua “NE” selalu memantau dirinya lewat telepon. “NE” mengaku jauhnya jarak rumah dan sekolah menjadi alasan ia lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah.

“gue jarang dirumah, gue lebih banyak abisin waktu setiap hari itu disekolah, sampe rumah ya kira-kira jam tujuh malem karena lumayan jauh juga sekolah gue. Nah gue mulai deh nge-eksplor diri gue…”63

Menurut pengakuan “NE”, karena dirinya lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah, membuat dirinya menjadi anak yang membangkang, ia berani melawan orangtua walaupun masih dalam batas yang wajar. Saat SMA ia tidak mau disekolahkan di SMA Al Azhar 2 karena ingin bersekolah di sekolah negeri pilihannya seperti teman-temannya. Orangtua “NE” tetap menyekolahkan “NE” di SMA Al Azhar dengan keyakinan bahwa “NE” dapat di didik menjadi pribadi yang lebih baik dengan nilai-nilai keagamaan yang diberikan sekolah kepada murid. saat awal masuk sekolah, “NE” sering memberontak dan selalu melawan orangtuanya, ia ingin diberi kebebasan karena ia merasa sejak kecil selalu dibatasi keinginannya. “NE” mengaku kerap kali ia membohongi orangtuanya karena ia sering „cabut‟ sekolah entah kemana perginya asal tidak ke sekolah. “NE” menjadi anak yang sulit beradaptasi dengan lingkungan baru karena sejak kecil yang ia tahu lingkungan nya selalu dibatasi oleh orangtuanya.

“Gue itu susah beradaptasi orangnya, gue susah nerima keberadaan orang baru dilingkungan gue, mungkin karena gue dari kecil lingkungan nya itu-itu aja kali ya..”64

63Wawa ara Pri adi de ga I for a NE , (Jakarta, 8 Agustus 2016) 64

“…Gue susah nerima orang baru juga mungkin karena dari kecil apa-apa gue dibatasin sama orangtua gue, jadi kalau ada temen gue punya temen baru gue ngga suka yaudah gue musuhin…”65

Penyebab seseorang anak menjadi pelaku bullying tidak terlepas dari pola asuh orangtua yang sangat berperan penting dalam mendidik tumbuh kembang anak. Penolakan, pelecehan (abusive), kesalahan mendidik (mistreatment), serta sikap keras orangtua terhadap anak cenderung menyebabkan anak bertindak agresif termasuk

bullying.66

ECOMAP INFORMAN

Informan “AM” (Pelaku laki-laki)

65Wawa ara Pri adi de ga I for a NE

66

Astuti, R.P. Meredam Bullying (3 Cara Efektif Mengatasi Kekerasan Pada Anak), 2008, Jakarta: PT. Grasindo Informan AM Ayah PB Ibu Y“ Kakak Perempuan NL Teman-teman Kakak Laki-laki TF

Dari Ecomap informan “AM” dapat diketahui bahwa hubungan “AM” dengan keluarga tidak begitu baik. Sejak kecil “AM” dididik dengan cara keras oleh ayahnya, sehingga saat “AM” besar ia tumbuh menjadi anak yang keras dan sering melawan orangtua nya sebagai bentuk pemberontakan. Begitu pula hubungan “AM” dengan kedua kakaknya, setelah ayah nya meninggal “AM” lebih sering mendapat tindak kekerasan dari kakak laki-lakinya bila ia melakukan kesalahan baik itu dirumah maupun di sekolah seperti pukulan dan hukuman-hukuman secara fisik lainnya, hal ini membuat “AM” tumbuh menjadi anak yang pendendam.

Informan “NE” (Pelaku Perempuan)

Dari hasil Ecomap pada informan “NE” dapat diketahui bahwa ayahnya perduli dengan “NE”, hanya saja “NE” menganggap sikap perduli ayahnya hanya sebagai

Informa n NE Ayah AF I u ET Adik perempuan A“ Adik Laki-laki JF Teman-te a NE

tekanan, begitupula hubungan “NE” dengan adik laki-lakinya, karena “NE” jarang di rumah membuat ia tidak begitu dekat dengan adiknya, namun dengan adik perempuan nya “NE” masih sering bercerita karena ia masih tidur satu kamar. “NE” merasa lebih dekat dengan teman-temannya karena ia lebih sering menghabiskan waktu bersama teman-teman.

Informan “ATC” (Korban bullying)

Penjelasan dari ecomap informan “ATC” sebagai korban bullying bahwa hubungan antara dirinya dengan ayah kandungnya kurang baik, karena ayahnya tidak tinggal satu rumah dengan “ATC” saat ini, hal itu karena ayah dan ibu “ATC” yang sudah berpisah. Hubungan informan dengan kakak laki-laki juga kurang begitu baik karena keduanya jarang bertemu. “ATC” lebih banyak berinteraksi dengan Ibu dan teman -teman sekolahnya. Informa n ATC Ayah ATC Ibu ATC Kakak laki-laki GD Teman-te a ATC

Dokumen terkait