• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL TEMUAN DAN ANALISIS

A. Penyebab Terjadinya Bullying

3. Rasa Dendam

Pelaku bullying umumnya bersifat temperamental. Mereka melakukan bullying

terhadap orang lain sebagai pelampiasan kekesalan dan kekecewaannya. Ada kalanya karena mereka merasa tidak punya teman, sehingga ia menciptakan situasi bullying supaya memiliki „pengikut‟ dan kelompok sendiri. Bisa jadi mereka takut kembali menjadi korban bullying, sehingga lebih dulu mengambil inisiatif sebagai pelaku

bullying untuk keamanan dirinya sendiri.

Rasa dendam ingin membalas atas perlakuan kekerasan yang dialami biasanya muncul pada diri seseorang. Anak akan memiliki dorongan balas dendam pada anak-anak yang pemberani, bila ia memiliki kesempatan untuk membalas maka iapun langsung melampiaskan pada orang tuanya. Tetapi efeknya adalah anak juga akan melampiaskan kekerasan pada orang lain ketika orang tersebut berupaya menentangnya.77

76

Nanang, M, Kekerasan Simbolik di Sekolah (Sebuah Ide Sosiologi Pendidikan Pierre Bourdieu), PT Raja Grafindo Persada, (Jakarta, 2012), h. 39

77

Beranda Agency, mengasuh dan mendidik buah hati tanpa kekerasan, (PT. Gramedia, Jakarta, 2015), h.8

Pelaku bullying kemungkinan besar juga sekedar mengulangi apa yang pernah ia lihat dan alami sendiri. Ia menganiaya anak lain karena mungkin ia sendiri dianiaya orangtuanya dirumah, atau pernah ditindas dan dianiaya anak lain yang lebih kuat darinya di masa lalu.

Hal ini serupa dengan apa yang informan “AM” sampaikan, bahwa ia mem

-bully junior karena ia pernah di bully oleh senior sebelumnya. Ia menganggap bahwa tindakan bullying senior kepada junior memang wajar terjadi.

“kenapa gitu, soalnya dulu gue juga pernah ngalamin hal yang sama. Gue juga waktu kelas 1 makan di kantin trus gue disiram juga dikepala gue, gue juga disuruh makan yang di lantai. Ya gue mau ngga mau gue makan lah.. nah terus deh ke bawah berlanjut tradisi kayak gitu, ngga tau deh kalau sekarang. Pokoknya gue cuma nerusin apa yang udah gue rasain waktu gue masih jadi junior.”78

Menurut “AM” tindakan bullying yang turun menurun memang biasa terjadi, rasa dendam yang di rasakan korban-korban bullying lah yang memunculkan sikap menindas selanjutnya. Penyebab terjadinya bullying tidak jarang dikaitkan dengan adanya tindak kekerasan yang dialami oleh pelaku dimasa sebelumnya.

“Gue ditindas harus diem, gue lawan gue makin abis (tertekan), ya pas gue jadi senior gue juga mau ngerjain junior gitu biar mereka juga ngerasain hal yang sama kaya yang gue rasain.”79

Aksi bullying yang paling sering terlihat dan dianggap sebagai suatu tradisi yang wajar adalah ketika Masa Orientasi Siswa (MOS). Ketika MOS, umumnya kakak-kakak kelas selalu memberi pembenaran bagi sikap-sikapnya yang sudah masuk kategori sebagai pelaku bullying untuk menindas adik kelasnya yang lebih

78

Wawa ara Pri adi de ga I for a AM , Jakarta, Agustus 6

79

muda atau lebih lemah.80 “AM” mengaku sebelumnya ia sering menjadi korban bullying oleh seniornya karena ia termasuk anak yang melawan. Pengalaman menjadi korban bullying di SMP membuat dirinya melampiaskan kekecewaan dan kekesalannya terhadap orang lain. Saat SMA “AM” mengambil inisiatif untuk menjadi pelaku bullying sebagai bentuk pertahanan dirinya agar pengalaman pahit menjadi korban bullying tidak terulang kembali. Hal tersebut diakui oleh informan “AM” bahwa pelaku bullying biasanya adalah korban sebelumnya.

“kalau nge-bully gini sih bukan turunan ya, tapi pasti yang pernah dibully bakalan nge-bully lagi selanjutnya.”81

“Ya dengan nge-bully gue jadi semakin ditakutin dan dipandang orang, gue jadi dapetin kekuatan gitu buat standing di lingkungan.”82

Bentuk pertahanan diri yang informan “AM” lakukan sebagai pelaku bullying

tidak dilakukan semata-mata hanya untuk mencari nama agar dihormati, namun ia melakukan tindakan bullying seperti ini lebih cenderung karena alasan dirinya menyimpan dendam setelah sebelumnya ia pernah menjadi korban bullying saat masih SMP. “AM” mengaku akibat menjadi korban bullying, membuat dirinya terbentuk menjadi seorang anak yang bersikap keras atau temperamental.

“Dan sejak saat itu juga gue nyimpen dendam, gue bertekad gue ngga mau diinjek-injek orang lagi, jadilah terbentuk gue anak yang keras..”83

Para pelaku bullying umumnya memiliki sifat berani, tidak mudah takut dan punya motif dasar tertentu seperti agresifitas, rasa rendah diri dan kecemasan. Dengan menjadi pelaku bullying, dapat digunakan menjadi pertahanan diri dan untuk

80

SEJIWA, Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan, (Jakarta: PT. Grasindo, 2008), h. 15 81

Wawancara Pri adi de ga I for a AM

82

Wawancara Pri adi de ga I for a AM , Jakarta, 11 Agustus 2016)) 83

menutupi rasa rendah dirinya tersebut. Sama halnya dengan informan “AM” yang melakukan perilaku bullying karena alasan dendam bahwa dirinya pernah menjadi korban bullying, informan “NE”-pun mengaku bahwa tindakan bullying memang wajar terjadi setiap tahunnya. Menurutnya, perilaku senioritas dapat membantu membentuk mental junior agar lebih kuat serta dapat menghormati orang yang lebih tua.

“Buat gue juga wajar aja ada kayak begini, biar mereka kuat lah mental nya, ngga cengeng, yang cengeng ya paling „mental‟ (tersingkirkan)”84

Rasa dendam sebagai junior pasti sering dirasakan oleh korban-korban bullying, terkadang ada yang menerima perlakuan seperti ini namun lebih banyak korban yang akhirnya membalaskan dendam nya kepada orang lain. Sikap melawan yang informan “NE” miliki terkadang menjadi perhatian seniornya, kerap kali “NE” menjadi korban bullying karena dirinya melawan senior.

“gue juga kan pernah jadi kelas satu, gue juga pernah ngalamin kayak gitu.. kadang kalau lagi iseng gue suka ngelawan, bikin mereka makin kesel, pura-pura nurut ntar gue lawan lagi, gitu aja”85

Korban bullying umumnya bukanlah pemberani, memiliki rasa cemas dan rendah diri, yang menjadikan mereka sebagai korban bullying. Akibat mendapatkan perlakuan ini, tidak jarang korban pun memiliki rasa dendam, untuk suatu ketika akan membalaskan dendamnya terhadap orang lain. Sehingga bukan tidak mungkin korban

bullying akan menjadi pelaku bullying pada anak lain yang ia pandang sesuai dengan tujuannya, yaitu agar mendapatkan kepuasan dengan cara membalas dendam.

84

Wawa ara Pri adi de ga I for a NE , Jakarta, 8 Agustus 2016) 85

Dokumen terkait