BAB II KAJIAN TEORI
4. Hubungan Kemampuan Komunikasi Matematis
untuk menciptakan pengetahuan fungsional yang siswa dapat mengatur setiap saat untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi.
Dengan strategi Learning Cycle 7E siswa akan dapat meningkatkan motivasi belajarnya karena terlibat aktif dalam proses pembelajaran, membantu mengembangkan sikap ilmiah siswa dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna.
2) Kekurangan Model Learning Cycle 7E
Selain kelebihan yang telah dijelaskan di atas, model Learning
diagram, menggunakan benda nyata atau menggunakan simbol-simbol matematika. Kemampuan berkomunikasi matematika ini diperlukan untuk melihat seberapa baik pemahaman siswa setelah mempelajari suatu mata pelajaran. Karena kemampuan berkomunikasi ini sangat diperlukan siswa ketika menyelesaikan suatu masalah matematika. Oleh karena itu, kemampuan berkomunikasi matematika ini sangat berguna dalam memecahkan masalah matematika.
Untuk itu perlu diciptakan proses pembelajaran yang bermakna yang dapat dicapai dengan menerapkan suatu inovasi dalam proses pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan oleh seorang guru dengan mengubah metode, metode, strategi, atau pola pembelajaran dari masa lalu. Disini penulis menggunakan model Learning Cycle 7E untuk proses pembelajarannya.
Model siklus belajar 7E melibatkan peran siswa, sehingga proses pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa.
Menurut Mecit, model Learning Cycle merupakan model pembelajaran berbasis visi konstruktivis dimana pengetahuan dibangun dalam pikiran siswa. Dengan demikian terlihat jelas bahwa model Learning Cycle 7E lebih mengutamakan peran aktif siswa, dimana guru hanya terlibat sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa dalam proses pembelajaran langsung.
Selain itu, model Learning Cycle 7E juga menuntut siswa untuk mengemukakan pendapatnya, dengan tetap memperhatikan kesediaan siswa untuk menerima pelajaran. Oleh karena itu, model Learning Cycle
7E sangat cocok untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
5. Pembelajaran Konvensional
Pada kamus besar bahasa Indonesia, konvensional artinya
“pemufakatan atau kelaziman atau sesuatu yang telaha menjadi kebiasaan”. Jadi, pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang sering dilakukan oleh guru. Menurut sanjaya, mengatakan pada pembelajaran konvensional siswa ditempatkan sebagai obyekw belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif. Berarti peran siswa dalam pembelajaran terbatas hanya pada pendengar. Gurulah yang yang mendominasi kegiatan pembelajaran secara keseluruhan.37
Model pembelajaran langsung adalah pendekatan pedagogis yang dirancang khusus untuk mendukung proses belajar siswa yang melibatkan pengetahuan prosedural dan deklaratif yang terstruktur dengan baik yang diajarkan dengan model operasi bertahap dan langkah demi langkah. 38
Nurhadi dalam Ni Nyoman Sri Lestari mengungkapkan beberapa karakteristik pembelajaran konvensional, yaitu: 39
1. Siswa adalah penerima informasi secara pasif
37Wina sanjaya, Op.Cit, hlm. 261
38Fatmawati, Penerapan Model Pembelajaran Langsung untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Perkalian Bentuk Aljabar di SMP Al-Kahiraat 1 Palu, Jurnal Pendidikan Matematika, Vol. 3 No. 2, Tahun 2014, hlm. 110
39Ni Nyoman Sri Lestari, Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dan motivasi Belajar terhadapt Prestasi Belajar Fisika Bagi Siswa Kelas VIII SMP, (Singaraja, 2011)
2. Siswa belajar secara indivual
3. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
4. Rumus yang ada di luar diri siswa harus diterangkan, diterima, dihafalkan dan dilatihkan
5. Siswa secara pasif menerima rumus atau kaidah (membaca, mendengarkan, mencatat dan menghafal)
6. Keterampilan dikembangkan atas dasar latihan-latihan 7. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran 8. Hasil belajar diukur dengan tes
9. Pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa.
Berdasarkan uraian pendapat tersebut, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa model pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang sering dilakukan oleh guru, dimana gurulah yang mendominasi kegiatan pembelajaran secara keseluruhan, peran siswa dalam pembelajaran terbatas hanya pada pendengar dan memperhatikan sehingga terjadi bentuk pembelajaran yang satu arah dan mengakibatkan siswa menjadi pasif. Berdasarkan teori yang telah peneliti paparkan mengenai model pembelaran yang akan digunakan dalam penelitian ini, maka dapat diketahui perbedaan antara kedua model tersebut. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel II.1 berikut:
TABEL II.3
PERBEDAAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL
NO Model Pembelajaran Learning Cycle 7E
Model Pembelajaran Konvensional
1. Guru mengatur siswa duduk dalam kelompoknya
Secara individu dalam belajar 2. Guru mengorientasikan siswa
pada masalah dengan
memberikan lembar observasi
Guru menyampaikan materi pelajaran dengan metode ceramah dan penjelasan
3. Guru membimbing penyelidikan individual maupin kelompok
Guru memberikan contoh soal dan penyelesaiannya, serta guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya 4. Siswa mengembangkan dan
menyajikan hasil karya
Siswa mencatat pelajaran dan siswa mengerjakan latihan pada lembar observasi
5. Guru dan siswa menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Guru dan siswa menyimpulkan hal-hal penting yang berkaitan dengan pembelajaran
B. Konsep Operasional
Konsep operasional adalah suatu standar yang mengevaluasi cara kerja penelitian agar relevan dan terfokus, atau suatu konsep yang digunakan untuk membatasi konsep teoritis sehingga penelitian menjadi jelas dan terarah.
Berdasarkan variabel-variabel penelitian ini, penulis menggambarkan konsep operasi dari variabel-variabel tersebut:
1. Model Pembelajaran Learning Cycle 7E
Langkah-langkah pembelajaran model Learning Cycle 7E yang akan dilakukan peneliti sebagai berikut:
a. Kegiatan Pendahuluan
1) Guru masuk ke kelas memberikan salam kepada siswa dan meminta ketua kel as untuk memimpin doa.
2) Guru memeriksa kehadiran siswa.
3) Guru menyampaikan tujuan dan materi pembelajaran.
a) Tahap Elicit
4) Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk memperhatikan pelajaran
5) Guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menarik minat belajar siswa yang berkaitan dengan materi
b) Tahap Engagement
6) Guru menyajikan suatu masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan materi yang dipelajari
7) Guru mengkondisikan siswa untuk melakukan kegiatan diskusi dalam kelompok masing-masing
b. Kegiatan Inti
c) Tahap Exploration
8) Siswa dan kelompok masing-masing bekerjasama untuk menyelesaikan permasalahan dalam LKK tentang materi yang dipelajari.
9) Guru mengawasi jalannya diskusi kelompok dan memberikan bimbingan bilamana diperlukan.
d) Tahap Explanation
10) Salah satu kelompok mempresentasikan hasil pekerjaan mereka didepan kelas sedangkan kelompok lain dipersilahkan untuk memberikan tanggapan, masukkan maupun pertanyaan.
e) Tahap Elaboration
11) Siswa kembali melakukan diskusi dalam kelompoknya masing-masing untuk menyelesaikan permasalahan pada LKK yang diberikan guru.
12) Guru mengamati aktifitas diskusi siswa, menilai keaktifan siswa dalam diskusi serta memberikan bimbingan bila diperlukan.
13) Siswa saling bertukar informasi dan ide dalam penyelesaian masalah dan bertanggung jawab kepada anggotanya agar memahami materi secara keseluruhan.
14) Beebrapa siswa menuliskan hasil pekerjaan mereka dipapan tulis sedangkan siswa yang lain memberikan tanggapan.
f) Tahap Evaluation
15) Guru mengamati pengetahuan siswa atau pemahaman siswa dalam hal penerapan konsep dalam permasalahan yang diajukan
16) Selanjutnya guru memberikan tugas kepada siswa untuk menguatkan konsep yang telah dipelajari siswa. Setiap siswa wajib mengerjakan soal latihan pada kertas yang telah disediakan
c. Kegiatan Penutup g) Tahap Extend
17) Sebelum menutup pelajaran, guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi yang telah dipelajari dan membimbing siswa untuk mencari hubungan materi yang dipelajari saat itu dengan kehidupan sehar-hari.
18) Guru mengingatkan siswa untuk mempelajari materi yang akan dipelajari selanjutnya.
19) Guru menutup pelajaran dengan memberikan salam.
2. Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa digunakan pertanyaan deskriptif berdasarkan indikator kemampuan komunikasi yang diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti menambahkan indikator yang perlu ditinjau: kelengkapan. Melengkapi ini termasuk indikator keterampilan komunikasi yang disajikan oleh para ahli. Ketika melakukan ini, siswa mengekspresikan atau mengekspresikan ide matematika, simbol, istilah matematika, dll.
Ketika mengevaluasi hasil belajar siswa yang berkaitan dengan keterampilan komunikasi, fokusnya adalah pada proses menemukan jawaban daripada hasil. Scoring adalah proses mengubah (mengkuantifikasi) jawaban tes menjadi angka. Hasil evaluasi kemudian diubah menjadi nilai dengan menggunakan proses kontrol yang telah ditentukan. Simbol yang digunakan untuk merepresentasikan nilai adalah angka pada rentang 0-10, 0-100, dan 0-4, yang sebagian terdiri dari huruf A, B, C, D, dan E.40
3. Self Efficacy
Self efficacy matematis dalam penelitian ini adalah keyakinan seseorang mengenai kemampuan matematis dalam mengatasi beraneka ragam situasi yang muncul dalam hidupnya, atau bisa dikatakan bahwa self efficacy itu adalah kepercayaan diri seseorang dalam menyelesaikan suatu masalah. Indikator penelitian ini dijabarkan dalam beberapa dimensi adalah sebagai berikut:
40 Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran (PT. Remaja Rosdakarya, Bandung:2012), hal.70
a. Dimensi magnitude, yaitu bagaimana siswa dapat mengatasi kesulitan belajarnya.
b. Dimensi strength, yaitu seberapa tinggi keyakinan siswa dalam mengatasi kesulitan belajarnya.
c. Dimensi generality yaitu menunjukkan apakah keyakinan kemampuan diri akan berlangsung dalam domain tertentu atau berlaku dalam berbagai macam aktivitas dan situasi.
C. Penelitian yang Relevan
Adapun hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini diantaranya:
1. Penelitian ini dilakukan oleh Teni Sritresna dengan tujuan penelitian untuk mengeatahui peningkatan kemampuan komunikasi matematis dan self-confidance siswa yang mendapatkan model pembelajaran Learning Cycle 7E dengan yang mendapatkan model pembelajaran konvensional.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian Eksperimen Semu (quasi eksperimental) dengan mengadakan manipulasi terhadap dua kelompok dan pengambilan sampel dilakukan dengan cara Purposive Sampling. Dari hasil penelitian, kemampuan komunikasi mendApatkan model pembelajaran Learning Cycle 7E lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan pembelejaran konvensional dan self confidance siswa yang mendapatkan model pembelajaran Learning Cycle 7E secara signifikan lebih baik dari pada siswa yang mendapatkan model pembelajaran konvensional. Pada penelitiaan ini terdapat kesamaan dalam variabel bebas dan terikatnya yaitu Model pembelajaran Learning Cycle 7E dan
kemampuan komunikasi. perbedaan terletak pada variabel moderatnya yaitu self-confidance, sedangkan penulis menggunakan Self Efficacy.41 2. Penelitian ini dilakukan oleh Juhrani, Hardi Suyitno dan Khuaedi dengan
tujuan penelitian untuk menguji ketuntasan kemampuan komunikasi matematis siswa pada model pembelajaran Mea dan mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematis bedasarkan Self Efficacy siswa. Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah mix methods dan sample penelitian dipilih dengan teknik random sampling. Dari hasil penelitian siswa dapat mencapai ketuntasan kemampuan komunikasi dalam model pembelajaran MEA. Siswa dengan Self Efficacy tinggi dapat menggunakan semua indikator komunikasi matematis dengan maksimal. Pada penelitian ini terdapat kesamaan dalam variabel terikat dan moderatornya yaitu kemampuan komunikasi matematis dan Self Efficacy siswa. Perbedaan terletak pada variabel bebas nya yaitu Model Pembelajaran Mea, sedangkan peneliti menggunakan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E.42
D. Kerangka Berpikir
Masih banyak kemampuan komunikasi matematis yang lemah. Hal ini juga ditemukan di salah satu sekolah bernama SMPN 1 Siak Hulu.
Kemampuan komunikasi yang kurang baik dibuktikan dengan kurangnya
41 Teni Sitresna, Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis dan Self-Confidance Siswa Melalui Model Pembelajaran Learning Cycle 7E, Jurnal Mosharafa,Vol. 6 No. 3, 2017
42Juhrani, Hardi Suyitno dan Khuaedi, Analisis Kemampuan Komunikasi Matematis Berdasarkan Self-Efficacy Siswa pada model Pembelajaran Mea, Jurnal UJMER Vol. 6 No. 2, 2017
kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematis yang berkaitan dengan kemampuan komunikasi matematis.
Untuk itu diperlukan inovasi baru yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa. Disini peneliti menguji model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa, yaitu model Learning Cycle 7E. Model Learning Cycle 7E ini merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa dimana guru hanya berperan sebagai pembimbing dan fasilitator. Model tersebut terdiri dari 7 langkah yang dapat membuat proses pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Pada setiap tahap, peserta didik berperan aktif dalam mengungkapkan ide, konsep, atau pengetahuan tentang apa yang mereka pelajari.
E. Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah yang akan diuji kebenarannya. Hipotesis dalam penelitian ini ada 3 yaitu sebagai berikut 1. : Tidak terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa
yang belajar menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E dengan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional.
: Terdapat perbedaan kemampuan komuunikasi matematis siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E dengan siswa yang belajar dengan pembelajaran konvensional.
2. : Tidak terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang memiliki Self-Efficacy tinggi, sedang dan rendah.
: Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang memiliki Self-Efficacy tinggi, sedang dan rendah.
3. : Tidak terdapat interaksi model pembelajaran dengan Self Efficacy terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.
: Terdapat interaksi model pembelajaran dengan Self Efficacy terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.