SELF EFFICACY SISWA SMP/MTs
OLEH :
RADINA FEBRIANTY NIM. 11515200113
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU
1444 H/ 2022 M
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E TERHADAP KEMAMPUAN
KOMUNIKASI MATEMATIS BERDASARKAN SELF EFFICACY SISWA SMP/MTs
Skripsi
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Oleh :
RADINA FEBRIANTY NIM. 11515200113
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU PEKANBARU
1444 H/ 2022 M
iii
Ta’ala yang telah memberi nikmat akan iman, islam dan ihsan serta dengan segala halangan yang telah dilalui oleh penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis ucapkan kepada nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wassallam yang menjadi suri tauladan bagi penulis.
Skripsi dengan judul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis berdasarkan Self Efficacy Siswa SMP/MTs, merupakan karya ilmiah yang ditulis untuk memenuhi salah satu syarat guna mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) pada Jurusan pendidikan matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
Dukungan berupa moril maupun materil telah penulis dapatkan baik dari keluarga maupun orang-orang yang dikenal. Ucapan terima kasih penulis kepada Ayahanda Rajudin dan Ibunda Marniati serta keluarga besar. Penulis juga turut mengucapkan terima kasih kepada civitas akademika Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau atas pembelajaran yang diberikan. Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Hairunas, M.Ag selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Dr. Hj. Helmiati, M.Ag, selaku Wakil Rektor I Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Dr. H. Mas’ud Zein, M.Pd, selaku Wakil Rektor II Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Prof. Edi Erwan, S.Pt., M.Sc., Ph.D selaku Wakil Rektor III Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
2. Dr. H. Kadar, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Dr. Zarkasih, M.Ag, selaku Wakil Dekan I Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Dr. Zubaidah Amir MZ., S.Pd., M.Pd selaku Wakil Dekan II Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
iv
3. Dr. Granita, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Ramon Muhandaz, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
4. Ramon Muhandaz, M.Pd. selaku Penasehat Akademik dan Pembimbing Skripsi yang telah memberikan semangat, bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
5. Drs. Jasir, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Siak Hulu.
6. Dra. Fitriyanty, S.Pd. selaku guru mata pelajaran matematika SMP Negeri 1 Siak Hulu
7. Teman-teman group Anggi Desi Rukmana, Dea Wulan Monica Rahayu, Desi Pradipta, Windi Gita Amalia, Putri Sarida Dewi, Era Suswita dan Nur Oktaviani. Serta teman-teman seperjuangan Pendidikan Matematika khususnya PMT B dan Rekan-rekan KKN Kelurahan Ratu Sima dan PPL SMK LABOR BINAAN FKIP UNRI Pekanbaru.
8. Teman-teman group pejuang skripsi Radina Febrianty, Indah Puspita Sari, Dwi Wulan Sari, Ranti Novia, Rahma Dwi Dayani,Siti Fatimah, Putri Sarida Dewi, Desi Pradipta, Windi Gita Amalia, Helmawati, Yuliana, Desty Daragita Nayan, Murni Yati, Risna Dewi, Nur Oktaviani dan, Hildatul Jannah.
9. Teman-teman kos Mega, Dira, dan Tia yang telah memberikan semangat kepada penulis hingga selesainya skripsi ini.
10. Semua pihak yang telah memberikan semangat dan bantuannya kepada penulis baik secara moril maupun materil yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
v
penulis buat, karena hal ini sangatlah berkesan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarokatuh
Pekanbaru, 20 Agustus 2022
Radina Febrianty NIM. 11515200113
vi
Hidayah-Mu telah meliputiku, sehingga dengan bekal ilmu pengetahuan yang telah engkau anugerahkan kepadaku dan atas izin-Mu akhirnya
skripsi yang sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam teruntuk baginda Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam pemimpin yang
sempurna yang hingga akhir hayatnya begitu mencintai umatnya.
~Ibu dan Ayahanda Tercinta~
Ku persembahkan sebuah karya kecil ini untuk Ibunda Marniati dan Ayahanda Rajudin tercinta, yang tiada hentinya selama ini memberi doa, semangat, nasehat, kasih sayang, dan pengorbanan
yang tak tergantikan hingga Ananda selalu tegar menjalani setiap rintangan.
Dalam silah dilima waktu mulai fajar terbit hingga terbenam, seraya tanganku menadah
“Ya AllahYa Rahman Ya Rahim, terimakasih telah Engkau tempatkan hamba diantara kedua malaikatMu yang setiap waktu ikhlas menjagaku, mendidikku, membimbingku dengan baik, ya Allah berikanlah balasan
yang setimpal syurga Firdaus untuk mereka dan jauhkanlah mereka nanti dari siksaanMu” Aamiin.
Terima kasih Ibu…Terima kasih Ayah…
~Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Tarbiyah dan Keguruan~
Hanya skripsi yang sederhana ini yang dapat Ananda persembahkan sebagai wujud rasa terima kasih kepada Ibu dan Bapak dosen atas segala ilmu yang
telah diberikan, serta kepada seluruh pegawai Fakultas Tarbiyah d an Keguruan yang telah banyak membantu demi kelancaran
berlangsungnya perkuliahan.
~Dosen Pembimbing~
Bapak Ramon Muhandaz, M.Pd selaku pembimbing skrips i, Ananda mengucapkan ban yak terim akasi h atas s udin ya Bapak meluangkan waktu
untuk membaca dan mencoret-coret skripsi Ananda demi terwujudnya skripsi yang baik. Skripsi yang sederhana inilah sebagai perwujudan dari rasa terima
kasih Ananda kepada Bapak pembimbingku.
vii
viii
pada murka orang tua.”
(H.R. At-tirmidzi: 1899)
“Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya...”
(Q.S Al-Baqarah: 286)
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
(Q.S Al Insyirah: 6)
“Hanya kepada Allah aku mengadu kesusahan dan kesedihanku”
(Q.S Yusuf:86)
“Ya Rabbku, lapangkanlah dadaku dan mudahkanlah urusanku...”
(Q.S Thaha: 25-26)
ix
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang belajar menggunakan model Learning Cycle 7E dengan siswa belajar menggunakan pembelajaran konvensional berdasarkan Self- Efficacy siswa. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Eksperimen dan desain yang digunakan adalah Faktorial Eksperimen. Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Cluster Random Sampling. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Siak Hulu. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIII.B sebagai kelas eksperimen dan VIII.E sebagai kelas kontrol. Instrumen penelitian ini berupa tes kemampuan komunikasi matematis, angket Self-Efficacy, lembar observasi dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan peneliti yaitu dengan menggunakan uji anova dua arah.. Berdasarkan hasil analisis data dapat diambil kesimpulan bahwa : 1) Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Learning Cycle 7E dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional, hal ini dibuktikan dengan skor nilai rata-rata yang lebih baik yaitu kelas eksperimen dengan nilai rata-rata 8,14 dan nilai rata-rata kelas kontrol yaitu 6,63. 2) Terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran Learning Cycle 7E dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional berdasarkan Self-Efficacy tinggi, sedang dan rendah dengan perolehan nilai rata-rata Self-Efficacy tinggi yaitu 9,20, Self – Efficacy Sedang yaitu 6,60 dan Self-Efficacy Rendah yaitu 4,25. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa siswa yang memiliki Self-Efficacy tinggi mempunyai kemampuan komunikasi matematis yang lebih baik daripada siswa yang memiliki Self-Efficacy sedang dan rendah. 3) Tidak terdapat interaksi penerapan model Learning Cycle 7E dengan Self-Efficacy siswa terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa. Hasil penelitian ini dapat digunakan guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, khususnya kemampuan komunikasi matematis.
Kata Kunci: Model Learning Cycle 7E, Kemampuan Komunikasi Matematis, Self-Efficacy.
x
ABSTRACT
Radina Febrianty, (2022): The Effect of Implementing Learning Cycle 7E Model toward Students Mathematical Communication Ability Based on Their Self- Efficacy at Junior High School/Islamic Junior High School
This research aimed at finding out the difference on mathematical communication ability between students taught by using Learning Cycle 7E model and those who were taught by using conventional learning based on their self-efficacy. It was a quasi-experimental research with factorial experiment design. Cluster random sampling was used in this research. This research was administered at State Junior High School 1 Siak Hulu. The samples were the eighth-grade students of class B as the experimental group and the students of class E as the control group.
Mathematical communication ability test, self-efficacy questionnaire, observation sheet, and documentation were the research instruments. Two-way ANOVA was used to analyze the data. Based on the result of data analysis, it could be concluded that 1) there was a difference on mathematical communication ability between students taught by using Learning Cycle 7E model and those who were taught by using conventional learning, and it was proven with the experimental group mean score 8.14 was better than the control group 6.63; 2) there was a difference on mathematical communication ability between students taught by using Learning Cycle 7E model and those who were taught by using conventional learning based on their high, moderate, and low self-efficacy, the mean score of high self-efficacy was 9.20, moderate self-efficacy was 6.60, and low self-efficacy was 4.25; therefore, it could be concluded that students owning high self-efficacy owned better mathematical communication ability than those owning moderate and low self-efficacy; and 3) there was no interaction between the implementation of Learning Cycle 7E model and students’ self-efficacy toward their mathematical communication ability. These research findings could be used by teachers in increasing the learning quality at class, especially mathematical communication ability.
Keywords: Learning Cycle 7E Model, Mathematical Communication Ability, Self-Efficacy
xi
( ،يتنايربيف انيضر ٢٢٢٢
ملعتلا ةرود جذومن قيبطت ريثأت :) ٧
لاصتلاا تاراهم ىلع ه
ىدل ةيتاذلا ةءافكلا ىلع ءانب يضايرلا ةسردملا ذيملات
ةيملاسلإا ةطسوتملا ةسردملا / ةيموكحلا ةطسوتملا
نيذلا ذيملاتلا ينب يضايرلا لاصتلاا تاراهم قرف ةفرعم لىإ فدهي ثحبلا اذه
ملعتلا ةرود جذونم مادختساب اوملعت ٧
ميلعتلا جذونم مادختساب اوملعت نيذلا ذيملاتلاو ه
هيف مدختسم ميمصتو ،بييرتج ثبح هبش ثحبلا اذهو .ةيتاذلا ةءافكلا ىلع ءانب يديلقتلا تانيعلا ذخلأ ةمدختسم ةينقتو .بييرجتلا يلماعلا ثحبلا ميمصت يه
ةينقت ذخأ تانيعلا
ةيدوقنعلا علا
ةيئاوش ةيموكلحا ةطسوتلدا ةسردلدا في ثحبلا اذه ءارجإ تمو . ١
.ولوه كايس
لصف لولأا نأ ثيح ه نماثلا لصفلا ذيملاتو ب نماثلا لصفلا ذيملات ثحبلا تانيعو ثحبلا تاودأو .يطبض لصف نياثلاو بييرتج يه
نايبتساو يضايرلا لاصتلاا تاراهم رابتخا
ةظحلالدا قاروأو ةيتاذلا ةءافكلا رابتخا يه ةمدختسلدا تانايبلا ليلتح ةينقتو .قيثوتلاو
:يلي ام جتنتسا ،تانايبلا ليلتح ةجيتن ىلع ءانبو .طيسبلا يطلخا رادنحلاا ١
قرف كانه )
ملعتلا ةرود جذونم مادختساب اوملعت نيذلا ذيملاتلا ينب يضايرلا لاصتلاا تاراهم ٧
ه
تلا جذونم مادختساب اوملعت نيذلا ذيملاتلاو جئاتن طسوتم نأ نم كلذ فرعو ،يديلقتلا ميلع
بييرجتلا لصفلا ٨.١٤
يطبضلا لصفلا جئاتن طسوتمو ٦.٦٣
. ٢ تاراهم قرف كانه )
ملعتلا ةرود جذونم مادختساب اوملعت نيذلا ذيملاتلا ينب يضايرلا لاصتلاا ٧
نيذلا ذيملاتلاو ه
ءافكلا ىلع ءانب يديلقتلا ميلعتلا جذونم مادختساب اوملعت ،ةفيعضلاو ةطسوتلداو ةيلاعلا ةيتاذلا ة
ةيلاعلا ةيتاذلا ةءافكلا ةميقف ٩.٢٩
ةطسوتلدا ةيتاذلا ةءافكلا ةميقو ، ٦.٦٩
ةءافكلا ةميقو
ةفيعضلا ةيتاذلا ٤.٢٥
ةيلاع ةيتاذ ةءافكب نوعتمتي نيذلا ذيملاتلا نأب جتنتسا ،كلذل .
نوعتمتي تاراهبم
يضايرلا لاصتلاا لضفأ
نم ذيملاتلا نيذلا
مهيدل ةءافك ةيتاذ ةطسوتم
ةضفخنمو .
٣ ملعتلا ةرود جذونم قيبطت ينب لعافت دجوي لا ) ٧
ذيملاتلل ةيتاذلا ةءافكلا عم ه
ةدوج ةيقترل سردلدا اهمدختسي نأ نكيم ثحبلا اذه ةجيتنو .يضايرلا لاصتلاا متهاراهم في
.يضايرلا لاصتلاا تاراهم ةصاخو ،لصفلا لخاد ميلعتلا
xii
تاملكلا ةيساسلأا
ملعتلا ةرود جذومن : ٧
ةءافكلا ،يضايرلا لاصتلاا تاراهم ،ه
ةيتاذلا
Panduan Baca Judul, Beberapa Kosakata dan Nomor HP Penerjemah
م ل ص خ
( ،يتنايربيف انيضر ت :) ٢٢٢٢
أ ث ي ر ت ط ب ي ن ق م و ذ د ج و ر ة تلا ع ل م ع ه ٧ م ى ل را ه تا
لاا ص ت رلا لا ي ي ضا ب ن ءا ع ل لا ى ف ك ءا ة ذلا تا ي ل ة د ى
ة س ر د م لا ذ ي م لا ت لا
م ت و س ط ة لا ح و م ي ك ة لا / م د ر س ة
م ت لا و س ط ة لإا س لا م ي ة
لافطالأ ةضور
:
TK
ةيموكحلا ةيئادتبالا ةسردلما
:
SDN
ةيئادتبالا ةسردلما ةلماكتلما ةيملاسالإ
:
SD IT
ةيموكحلا ةطسوتلما ةسردلما
:
SMPN
ةلماكتلما ةيملاسالإ ةطسوتلما ةسردلما
:
SMP IT
ةيموكحلا ةيملاسالإ ةطسوتلما ةسردلما
:
MTSN
ةيملاسالإ ةطسوتلما ةسردلما
:
MTS
ةيموكحلا ةيوناثلا ةسردلما
:
SMAN
ةيملاسالإ ةيوناثلا ةسردلما ةلماكتلما
:
SMA IT
ةيموكحلا ةيملاسالإ ةيوناثلا ةسردلما
:
MAN
ةيملاسالإ ةيوناثلا ةسردلما
:
MA
ةيموكحلا ةينهلما ةيوناثلا ةسردلما
:
SMKN
ةينهلما ةيوناثلا ةسردلما
:
SMK
مجرتملل فتاهلا مقر :
٢٢٥٢٠٧٧٢٢٥٢٠ (
بول بجر دمحم ي
س
)
xii
PENGHARGAAN ... iii
PERSEMBAHAN ... vi
MOTTO ... viii
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 10
C. Batasan Masalah... 10
D. Rumusan Masalah ... 11
E. Tujuan Penelitian ... 11
F. Manfaat Penelitian ... 12
BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teoritis ... 13
1. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 13
a. Pengertian Komunikasi ... 13
b. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis .. 14
c. Aspek – Aspek Komunikasi Matematis ... 17
d. Indikator Kemampuan Komunikasi Matematis .... 20
e. Rubrik Skala Penilaian Kemampuan Komunikasi 22
xiii
c. Aspek-aspek Self Efficacy Matematis ... 26
d. Indikator Self Efficacy Matematis ... 27
3. Model Pembelajaran Learning Cycle 7E ... 28
a. Pengertian Model Pembelajaran Learning Cycle 7E ... 28
b. Fase Model Pembelajaran Leaning Cycle 7E .. ... 29
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E ... 31
4. Hubungan Kemampuan Komunikasi Matematis dengan Learning Cycle 7E ... 32
5. Model Pembelajaran Konvensional ... 34
B. Konsep Operasional ... 36
1. Model Pembelajaran Learning Cycle 7E ... 37
2. Kemampuan Komunikasi Matematis ... 38
3. Self Efficacy Matematis ... 39
C. Penelitian Relevan ... 40
D. Kerangka Berpikir ... 41
E. Hipotesis ... 43
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian ... 44
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 46
C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 46
1. Populasi ... 46
2. Sampel ... 47
D. Variabel Penelitian ... 49
1. Variabel Bebas ... 49
2. Variabel Terikat ... 49
xiv
3. Teknik Observasi ... 51
4. Teknik Dokumentasi ... 52
F. Instrumen Penelitian... 52
1. Perangkat Pembelajaran ... 52
2. Instrumen Pengumpulan Data ... 53
G. Prosedur Penelitian ... 67
1. Tahap Persiapan ... 67
2. Tahap Pelaksanaan ... 68
3. Tahap Analisis Data ... 68
H. Teknik Analisis Data ... 69
1. Analisis Data Secara Deskriptif ... 69
2. Analisis Data Secara Inferensial ... 69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian... 75
1. Sejarah SMP Negeri 1 Siak Hulu ... 75
2. Kurikulum SMP Negeri 1 Siak Hulu ... 76
3. Sarana dan Prasarana... ... 75
B. Hasil Penelitian ... 77
a. Analisis Secara Deskriptif ... 77
1. Analisis Lembar Observasi ... 77
2. Analisis Angket Self Efficacy ... 81
3. Analisis Posttest Kemampuan Komunikasi Matematis ... 83
4. Skor Posttest Kemampuan Komunikasi berdasarkan Self-Efficacy ... 85
b. Analisis Secara Inferensial ... 85
1) Uji Prasyarat ... 83
xv
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 88 a. Pembahasan Aktivitas Guru dan Siswa ... 86 b. Pembahasan Hasil Posttest Kemampuan
Komunikasi ... 104 c. Pembahasan Hasil Posttest Kemampuan
Komunikasi berdasarkan Self Efficacy ... 113 D. Keterbatasan Penelitian ... 115
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 116 B. Saran ... 117 DAFTAR PUSTAKA ... 119 LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xvi
TABEL II.3 Perbedaan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E dan
Model Pembelajaran Konvensional ... 36
TABEL III.1 Desain Penelitian ... 44
TABEL III.2 Uji Normalitas Pretest ... 46
TABEL III.3 Uji Normalitas Pretest ... 46
TABEL III.4 Uji Barlett Pretest ... 47
TABEL III.5 Hasil Uji Anova Satu Jalan ... 47
TABEL III.6 Jumlah Sampel yang Digunakan dalam Penelitian ... 48
TABEL III.7 Skala Angket Self-Efficacy ... 50
TABEL III.8 Hasil Validitas Uji Coba Angket Self-Efficacy ... 54
TABEL III.9 Kriteria Koefisien Korelasi Reabilitas ... 57
TABEL III.10 Hasil Validitas Uji Coba Soal Posttest ... 59
TABEL III.11 Proporsi Reabilitas Uji Coba Soal Posttest ... 58
TABEL III.12 Kriteria Tingkat Kesukaran ... 62
TABEL III.13 Hasil Tingkat Kesukaran Uji Coba Soal Posttest ... 63
TABEL III.14 Kriteria Daya Pembeda ... 64
TABEL III.15 Hasil Kriteria Daya Pembeda ... 64
TABEL III.16 Rekapitulasi Hasil Soal Uji Coba ... 64
TABEL III.17 Kesimpulan Uji Anova Dua Jalan ... 73
TABEL IV.1 Rekapitulasi Data SMP Negeri 1 Siak Hulu ... 75
TABEL IV.2 Sarana dan Prasarana SMP Negeri 1 Siak Hulu ... 75
TABEL IV.3 Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 77
TABEL IV.4 Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 78
TABEL IV.5 Kriteria Pengelompokkan Self Efficacy ... 80
TABEL IV.6 Rata-rata dan Standar Deviasi Pada Soal Posttest ... 81
TABEL IV.8 Rata-rata skor Indikator Pada Posttest ... 82
TABEL IV.9 Skor Postest berdasarkan Kriteria Self Efficacy ... 97
xvii
TABEL IV.13 Rata-rata dan Standar Deviasi Kelas Eksperimen
dan Kontrol ... 109
xviii
Gambar IV.2 Presentase Keterlaksanaan Aktivitas Siswa ...78 Gambar IV.3 Perbandingan Rata-Rata Skor Posttest Kelas Eksperimen dan
Kontrol ...82 Gambar IV.4 Lembar Jawaban siswa Kelas Eksperimen No.1 ...106 Gambar IV.5 Lembar Jawaban Siswa Kelas Kontrol No. 1 ...107 Gambar IV.6 Lembar Jawaban siswa Kelas Eksperimen No.2 ...107 Gambar IV.7 Lembar Jawaban Siswa Kelas Kontrol No. 2 ...108 Gambar IV.8 Lembar Jawaban siswa Kelas Eksperimen No.3 ...108 Gambar IV.9 Lembar Jawaban Siswa Kelas Kontrol No. 3 ...109 Gambar IV.10 Lembar Jawaban siswa Kelas Eksperimen No.4 ...110 Gambar IV.11 Lembar Jawaban Siswa Kelas Kontrol No. 4 ...111 Gambar IV.12 Lembar Jawaban siswa dengan Self-Efficacy Tinggi ...113 Gambar IV.13 Lembar Jawaban siswa dengan Self-Efficacy Sedang ...113 Gambar IV.14 Lembar Jawaban siswa dengan Self-Efficacy Rendah ...113
xix
Lampiran B2 RPP Eksperimen 2 ... 132 Lampiran B3 RPP Eksperimen 3 ... 138 Lampiran B4 RPP Eksperimen 4 ... 144 Lampiran B5 RPP Eksperimen 5 ... 150 Lampiran B6 RPP Kontrol 1 ... 156 Lampiran B7 RPP Kontrol 2 ... 163 Lampiran B8 RPP Kontrol 3 ... 170 Lampiran B9 RPP Kontrol 4 ... 176 Lampiran B10 RPP Kontrol 5 ... 182 Lampiran C1 LKK-1 ... 188 Lampiran C2 LKK-2 ... 192 Lampiran C3 LKK-3 ... 195 Lampiran C4 LKK-4 ... 196 Lampiran C5 LKK-5 ... 197 Lampiran C6 Kunci Jawaban-1 ... 198 Lampiran C7 Kunci Jawaban-2 ... 201 Lampiran C8 Kunci Jawaban-3 ... 205 Lampiran C9 Kunci Jawaban-4 ... 207 Lampiran C10 Kunci Jawaban-5 ... 209 Lampiran D1 Lembar Observasi Guru Pertemuan 1 ... 210 Lampiran D2 Lembar Observasi Guru Pertemuan 2 ... 212 Lampiran D3 Lembar Observasi Guru Pertemuan 3 ... 214 Lampiran D4 Lembar Observasi Guru Pertemuan 4 ... 216 Lampiran D5 Lembar Observasi Guru Pertemuan 5 ... 218 Lampiran D6 Lembar Observasi Siswa Pertemuan 1 ... 220 Lampiran D7 Lembar Observasi Siswa Pertemuan 2 ... 222 Lampiran D8 Lembar Observasi Siswa Pertemuan 3 ... 224
xx
Lampiran E1 Kisi Soal Uji Coba Posttest ... 232 Lampiran E2 Soal Uji Coba Posttest ... 233 Lampiran E3 Kunci Jawaban Soal Uji Coba Posttest ... 235 Lampiran E4 Validitas Soal Uji Coba Posttest ... 239 Lampiran E5 Reliabilitas Uji Coba Soal Posttest ... 252 Lampiran E6 Tingkat Kesukaran Uji Coba Soal Posttest ... 255 Lampiran E7 Daya Pembeda Uji Coba Soal Posttest ... 257 Lampiran F1 Kisi Angket Uji Coba ... 260 Lampiran F2 Uji Coba Angket Self Efficacy ... 261 Lampiran F3 Validitas Uji Coba Angket Self Efficacy ... 263 Lampiran F4 Reliabilitas Uji Coba Angket Self Efficacy ... 265 Lampiran G1 Kisi Soal Pretest ... 269 Lampiran G2 Kunci Jawaban Soal Pretest ... 270 Lampiran G3 Soal Pretest ... 273 Lampiran G4 Uji Normalitas Nilai Pretest ... 274 Lampiran G5 Uji Homogenitas Ragam Barlett ... 304 Lampiran G6 Uji Anova Satu Jalur ... 307 Lampiran H1 Kisi Angket Setelah Uji Coba ... 311 Lampiran H2 Angket Setelah Uji Coba ... 312 Lampiran H3 Hasil Skor Angket Self Efficacy ... 314 Lampiran H4 Uji Normalitas Skor Angket ... 316 Lampiran H5 Uji Homogenitas Skor Angket Self Efficacy ... 326 Lampiran H6 Pengelompokan Siswa Berdasarkan Angket Self Efficacy ... 330 Lampiran I1 Kisi Soal Posttest ... 334 Lampiran I2 Soal Posttest ... 335 Lampiran I3 Kunci Jawaban Soal Posttest ... 336 Lampiran I4 Hasil Skor Posttest ... 339
xxi
Lampiran I8 Uji Hipotesis Anova Dua Jalan ... 356 Lampiran I9 Pengelompokan Siswa Berdasarkan Angket dan Skor
Posttest Berdasarkan Self-Efficacy ... 360
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Komunikasi sangat dibutuhkan hampir diseluruh kegiatan manusia.
Terutama dalam bidang pendidikan. Pendidikan tidak berjalan tanpa dukungan komunikasi, dan pendidikan hanya bekerja melalui komunikasi.
Dengan kata lain, tidak ada perilaku pendidikan yang tidak diciptakan oleh komunikasi. Keterampilan komunikasi saat belajar matematika itu penting.
Siswa sering mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah matematika karena sulitnya mereka menyampaikan pikiran dan mengungkapkan masalahnya dalam masalah matematika.
Menurut Annisa, dkk komunikasi yang baik dapat meyakinkan orang mengenai informasi, gagasan, ide ataupun jawaban dari soal-soal yang disampaikan. Adapun cara mengkomunikasikan matematika dapat melalui pembicaraan secara lisan maupun tulisan mengenai topik matematika, penyampaian informasi melalui grafik, peta, diagram atau penjabaran jawaban soal-soal dalam bentuk simbol-simbol matematika 1
Matematika memiliki peranan penting dalam pendidikan, selain itu juga memiliki banyak manfaat bagi kehidupan sehari-hari. Sebagai salah satu disiplin ilmu yang miliki peranan dalam pendidikan tertentu ada standar kemampuan yang ingin dicapai. Karakteristik matematika yang abstrak, sarat
1Annisa Kurniati, Ramon Muhandaz dan Fajar Alam Hamzah, Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Kelompok Buzz Terhadap Kemampuan Komunikasi Siswa, Jurnal SJME, Vol. 3 No. 2, 2017
1
dengan istilah dan simbol, mengakibatkan banyak yang hanya menelan mentah materi yang di dapatkan tanpa mencoba untuk memahami informasi apa yang terkandung di dalamnya. Padahal, selama pembelajaran matematika hanya terfokus pada mengingat dan menghafal rumus-rumus dan prosedur maka ide-ide yang terkandung dalam matematika tidak akan sampai(impenetrable).2
Menurut Permendikbud No. 21 Tahun 2016 tentang standar isi pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, pelajaran matematika memerlukan kemampuan sebagai berikut:3
1. Menunjukkan sikap logis, kritis, analitis, kreatif, cermat dan teliti, bertanggung jawab, responsif, dan tidak mudah menyerah dalam memecahkan masalah.
2. Memiliki rasa ingin tahu, semangat belajar yang kontinu, rasa percaya diri, dan ketertarikan pada matematika.
3. Memiliki rasa percaya pada daya dan kegunaan matematika, yang terbentuk melalui pengalaman belajar.
4. Memiliki sikap terbuka, objektif dalam interaksi kelompok maupun aktivitas sehari-hari.
5. Memiliki kemampuan mengkomunikasikan gagasan matematika dengan jelas.
Namun faktanya kemampuan komunikasi matematis di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini diketahui dari temuan beberapa organisasi internasional, seperti TIMSS dan PISA, yang menempatkan Indonesia pada posisi yang kurang memuaskan di antara negara-negara yang disurvei. Dalam hal keterampilan matematika, Indonesia menduduki peringkat ke-45 dari 50
2Jarnawi Afgani, Analisis Kurikulum Matematika, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), hlm. 218
3Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta, 2016, h. 118-119.
negara dalam survei TIMSS 2015, dengan skor 397 poin. Ini masih di bawah rata-rata internasional 500.
Kualitas pendidikan yang buruk adalah survei PISA 2015. Dari 70 negara dengan skor 386. 4 PISA adalah suatu penilaian secara internasioanl terhadap keterampilan dan kemampuan siswa usia 15 tahun. Salah satu kemampuan yang dinilai PISA adalah kemampuan literasi matematika yang meliputi kemampuan siswa dalam menganalisa, memberikan alasan, dan menyempaikan ide secara efektif(komunikasi), merumuskan, memecahkan, menginterpretasikan masalah-masalah metemtika dalam berbagai bentuk dan situasi.
Selain itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Lina Rihatul Hima yang menyatakan bahwa kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal matematika masih rendah. Ditandai dengan siswa yang belum mampu untuk memberikan argumentasi yang benar dan jelas tentang soal yang mereka jawab pada soal berbentuk cerita. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi matematis siswa saat ini masih kurang baik.5
Hal ini juga terjadi di tempat penelitian peneliti, dibuktikan oleh hasil wawancara yang telah peneliti lakukan dengan salah satu guru matematika SMP Negeri 1 Siak Hulu, sehingga dapat informasi bahwa kemampuan komunikasi matematis siswa SMP Negeri 1 Siak Hulu memang masih belum
4OECD 2018,PISA Results in Focus tahun 2009,2012,2015
5Lina Rihatul Hima, Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Ditinjau Dari Kemampuan Komunikasi Matematik, Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Vol. 4 No. 2, hlm. 111-121
bisa dikatakan memuaskan. Hal ini dapat dikemukakan dalam beberapa gejala-gejala sebagai berikut:
1. Siswa masih kurang percaya diri dalam mengkomunikasikan gagasannya dan masih ragu-ragu dalam mengemukakan jawaban ketika di tanya oleh guru.
2. Ketika ada masalah yang disajikan dalam bentuk soal cerita siswa tidak terbiasa menulis apa yang diketahui dan ditanya dari soal sebelum menyelesaikannya, sehingga sering terjadi salah dalam menafsirkan soal.
3. Masih rendahnya kemampuan siswa dalam mengungkapkan ide-ide matematika ke dalam bentuk simbol, grafik serta dalam membuat model matematis dari soal cerita.
4. Ketika diberikan soal berupa gambar, siswa sering kesulitan dalam mengidentifikasi unsur-unsur yang terdapat pada gambar. Selain itu siswa juga sering mengeluh terlebih dah`ulu ketika menemui soal dalam bentuk gambar.
5. Siswa belum mampu mengkomunikasikan ide atau pendapatnya dengan baik, pendapat yang di sampaikan oleh siswa sering kurang terstruktur sehingga sulit di pahami oleh guru maupun temannya.
Selain itu rendahnya kemampuan komunikasi matematis juga terlihat dari hasil tes kemampuan komunikasi matematis yang dilakukan peneliti kepada siswa kelas VIII. Soal yang diberikan sebanyak 5 butir soal yang dibuat berdasarkan indikator kemampuan komunikasi matematis yang akan
digunakan peneliti dalam penelitian ini. Hal ini dapat dilihat di lembar jawaban siswa pada Gambar 1.1
GAMBAR 1.1
CONTOH SOAL DAN LEMBAR JAWABAN SISWA SOAL TES KEMAMPUAN KOMUNIKASI
Dari Gambar 1.1 terlihat siswa masih kurang dalam menyelesaikan masalah matematis sehingga dari hasil tes diketahui bahwa 71% dari jawaban siswa belum mampu mengekspresikan peristiwa sehari-hari ke dalam bahasa matematika 69% dari jawaban siswa belum mampu menyatakan gambar atau benda nyata ke dalam model matematika, 65%
dari jawaban siswa belum mampu kemampuan membaca representasi matematika.
Berdasarkan gejala-gejala tersebut dapat dilihat masih rendahnya kemampuan komunikasi matematis siswa. Jika permasalahan rendahnya
kemampuan komunikasi matematis siswa tidak diatasi, maka salah stau tujuan pembelajaran matematika tidak tercapai. Hal ini juga berdampak kepada kemampuan matematis lainnya. Sehingga akan sedikit siswa di Indonesia yang memiliki kemampuan berfikir tingkat tinggi, sedangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi sangat menentukan keberhasilan siswa.
Ketidakberhasilan suatu proses pembelajaran tidak hanya disebabkan oleh pelajaran matematika itu yang sulit, namun juga disebabkan oleh berbagai faktor, seperti siswa itu sendiri, guru, media atau metode pembelajaran, maupun lingkungan belajar yang berhubungan atau sama lainnya. 6
Model pembelajaran Learning Cycle 7E sering dijadikan sebagai salah satu solusi dari permasalahan yang terjadi dalam dunia pendidikan.
Model Learning Cycle 7E adalah model pembelajaran yang berbasis konstruktivisme. Pada dasarnya teori konstrutivis menekankan pentingnya membangun sendiri pengetahuan oleh siswa lewat keterlibatan proses belajar mengajar lebih berpusat pada siswa dan guru bertindak sebagai fasilitator.
Kontruktivisme adalah suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem arti dan pemahaman terhadap realita melalui pengalaman dan interaksi mereka. 7 Belajar konstruktivisme bukan hanya sekedar menghafal, melainkan proses membangun pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil “pemberian” dari orang lain, melainkan hasil dari proses mengkontruksi yang dilakukan oleh setiap
6Wina Sanjaya, Perencanaan dan Sistem Pembelajaran,(Jakarta: Kencana,2008), hlm. 15
7Trianto, Mendesaian Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Yogyakarta: Bumi Aksara, 2009, hlm. 97
individu.8 Jadi menurut paham konstruktivis siswa harus mengkontruksikan pengetahuannya sendiri dan guru harus berperan sebagai pembimbing siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan tersebut.
Hal ini sesuai dengan salah satu tahapan Learning Cycle 7E dimana siswa berani mengemukakan ide-ide yang dimilikinya dengan menggunakan bahasa sendiri dan memperoleh kesimpulan. Salah satu kelebihan Learning Cycle adalah dapat mengembangkan sikap ilmiah siswa sehingga siswa bisa memperoleh ide-ide yang telah dimilikinya tersebut kedalam bahasa matematika. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Learning Cycle 7E yang menganut paham konstruktivisme cocok digunakan dalam model pembelajaran matematika. Dengan model pembelajaran Learning Cycle 7E siswa dapat menggali pengetahuan awal, memperoleh pengetahuannya sendiri, terbiasa menyampaikan ide-ide matematis, mengevaluasi pengalaman yang telah di dapat, dan siswa dapat menghubungkan antara pengetahuan lama dengan pengetahuan baru yang dimilikinya, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa.
Hal ini di perkuat dengan penelitian yang di lakukan oleh Teni Sritresna tentang kemampuan komunikasi melalui model pembelajaran Learning Cycle 7E, hasil dari penelitian tersebut adalah model pembelajaran Learning Cycle 7E meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa karena setiap tahapan pada model pembelajaran Learning
8Wina Sanjaya, Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.
Jakarta: Kencana, 2008, hlm. 261
Cycle 7E mampu menciptakan suasana belajar secara aktif dengan mengkonstruksi pemahamannya sendiri, pembelajaran dimulai dengan pengenalan masalah konstekstual, dan dalam proses pembelajarannya memberikan kesempatan siswa saling berinteraksi dalam kelompok belajar. Sehingga siswa dapat menemukan dan mengkomunikasikan ide- ide yang ada pada pikirannya. 9
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu: faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan belajar. Faktor internal meliputi aspek fisiologis dan aspek psikologis, faktor eksternal meliputi lingkungan sosial dan lingkungan non sosial, sedangkan faktor pendekatan belajar siswa meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran.10 Selain faktor pendekatan yang di terapkan oleh guru, sesuai yang dikemukakan oleh Muhibbinsyah bahwa faktor internal juga sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran, Salah satunya adalah efikasi diri. Self Efficacy mengacu pada penilaian siswa terhadap kemampuan mereka untuk memecahkan masalah tertentu. Self Efficacy mempengaruhi bagaimana orang berpikir, merasa, memotivasi, dan bertindak. Emosi yang cukup positif tentang Self Efficacy dapat meningkatkan kinerja, percaya pada keterampilan, dan memotivasi Anda
9Teni Sritresna, Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Self-Confidance Siswa Melalui Model Pembelajaran Learning Cycle 7E, Jurnal Mosharafa, Vol. 6 No. 3, 2017
10Muhibbinsyah, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya:2011, hlm. 129
dengan menilai kemampuan Anda untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu.11
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Heris Hendriana dan Gida Kadarisma, yang menyatakan bahwa Self Efficacy dan kemampuan komunikasi adalah dua hal yang sangat penting dimiliki oleh siswa dan saling berkaitan satu sama lain, seseorang yang yakin akan kemampuan dirinya diharapkan kemampuan berkomunikasinya pun akan baik, begitupun sebaliknya. 12
Berdasarkan penjelasan diatas, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang mudah dipahami dengan baik oleh siswa untuk meningkatkan kemampuan komunikasi matematis dan Self Efficacy matematis siswa. Berkaitan dengan masalah yang dikemukakan diatas, maka peneliti melakukan penelitian eksperimen yang berjudul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa Berdasarkan Self Efficacy SMP/MTs.
11Desmawati, dkk, Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Kemampuan Komunikasi Matematik Pada Siswa SMPN 2 Padang Panjang, Jurnal Psyche 165, Vol. 8 No. 2, Juli 2015, hlm.
22
12Heris Hendriana dan Gida Kadarisma, Self-Efficacy dan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMP, Jurnal Nasional Pendidikan Matematika, Vol. 3 No. 1 Maret 2019 hlm.
156
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka masalah-masalah yang dapat di identifikasi adalah:
1. Kurangnya kemampuan komunikasi matematis siswa yang menyebabkan hasil belajar matematika rendah.
2. Kurangnya partisipasi siswa dalam memberikan pendapat dan ide-ide matematika.
3. Model pembelajaran yang digunakan belum mampu meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dalam pembelajaran matematika.
4. Tingkat keberhasilan atau hasil belajar siswa juga di pengaruhi oleh Self Efficacy siswa.
C. Batasan Masalah
Untuk fokus pada apa yang sedang dibahas dalam penelitian ini, peneliti membatasi masalah yang sedang dibahas. Fokus penelitian ini adalah Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 7E terhadap Kemampuan Komunikasi Matematis ditinjau dari Self Efficacy siswa SMP/MTs.
D. Rumusan Masalah
Dengan latar belakang di atas, maka rumusan subjek penelitian adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang belajar menggunakan model Learning Cycle 7E dengan siswa belajar menggunakan model pembelajaran konvensional?
2. Apakah terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang memiliki Self Efficacy tinggi, sedang dan rendah?
3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan Self Efficacy terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1. Untuk mengetahui terdapat atau tidak terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang belajar menggunakan model Learning Cycle 7E dengan siswa belajar menggunakan pembelajaran konvensional.
2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan komunikasi matematis antara siswa yang memiliki Self Efficacy tinggi, sedang dan rendah.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat atau tidak interaksi antara model pembelajaran Learning Cycle 7E dengan Self Efficacy terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa.
F. Manfaat penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat antara lain:
1. Bagi siswa, dapat mengembangkan potensi sesuai dengan kemampuan sendiri, dan meningkatkan kemampuan komunikasi matematis.
2. Bagi guru, dengan menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 7E dapat mengatasi masalah pembelajaran.
3. Bagi sekolah, diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah khususnya matematika.
4. Bagi peneliti yang ingin menindak lanjuti hasil penelitian ini, dapat menjadi dasar penelitian selanjutnya dalam skala yang lebih luas bagi para peneliti yang ingin mengejar hasil penelitian ini.
BAB II KAJIAN TEORI
A. Landasan Teoritis
1. Kemampuan Komunikasi Matematis a. Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan bagian integral dari semua aktivitas manusia, baik secara individu maupun sebagai kelompok. Komunikasi memungkinkan orang untuk berhubungan satu sama lain untuk berbagai tujuan. Oleh karena itu, manusia selalu membutuhkan komunikasi dalam setiap tahapan kehidupannya. Interaksi sehari-hari dengan orang lain membuat orang terus bergerak dan berkembang.
Oleh karena itu, komunikasi merupakan ciri khas kehidupan manusia.
13
Hardjana berpendapat bahwa secara etimologi komunikasi berasal dari kata latin cum, kata depan yang berarti bersama-sama atau bersama-sama, dan kata bilangan umus yang berarti satu. Kedua kata ini, yang dalam bahasa Inggris disebut communion, membentuk kata benda cummunion, yang berarti kesatuan, kesatuan, komunitas, kesatuan, kesatuan, atau hubungan. 14
Dance mendefinisikan komunikasi dalam kerangka psikologis
13Ngainum Naim, Dasar-Dasar Komunikasi Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm.15
14Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Bandung, PT.
Remaja Rosdakarya, 2012),hlm. 268
13
aktivisme sebagai upaya untuk membangkitkan reaksi melalui simbol bahasa. Artinya lambang-lambang dalam kata-kata tersebut bertindak sebagai rangsangan untuk membangkitkan suatu reaksi. Proses komunikasi terjadi disini.
Dari definisi di atas dapat kita simpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih terlibat, saling bertukar informasi, dan tercapainya tujuan tertentu. Dilihat dari prosesnya, komunikasi dapat dibedakan menjadi komunikasi verbal dan nonverbal. Komunikasi lisan adalah komunikasi dengan bahasa tulis dan lisan, dan komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang menggunakan tanda, gerak tubuh, gambar, simbol, ekspresi wajah, dan sebagainya. 15
Komunikasi itu sendiri memiliki ciri-ciri sebagai berikut:16 a. Komunikasi itu manusiawi.
Komunikasi manusia sangat unik, khas, dan berkembang.
b. Komunikasi merupakan proses.
Komunikasi manusia sangat unik, khas, dan berkembang.
Komunikasi sebagai proses, karena ketika berkomunikasi kita selalu terlibat dalam kegiatan yang berlangsung.
c. Komunikasi itu bersifat simbolik
Komunikasi itu bersifat simbolik, karena manusia berkomunikasi menggunakan simbol verbal seperti kata-kata dan simbol nonverbal seperti bahasa tubuh untuk menyampaikan pesan.
b. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis
Dalam matematika, komunikasi dapat diartikan sebagai suatu peristiwa dialog atau hubungan yang berlangsung dalam suatu
15Ibid, hlm. 271
16Yosal Iriantara dan Usep Syaripudin, Komunikasi Pendidikan, (Bandung:Simbiosa Rekatama Media, 2013), hlm. 4
lingkungan kelas, dimana pesan yang dikirim dan pesan yang dikirim berisi materi matematika yang dipelajari oleh siswa, misalnya berupa konsep, rumus, dan masalah. .meningkat. Strategi solusi. Komunikasi matematika merupakan bagian penting dari pembelajaran matematika dan merupakan alat untuk bertukar pikiran dan memperjelas pemahaman matematika. Dalam komunikasi matematis, siswa merefleksikan, mendiskusikan, dan memodifikasi pemahaman matematis mereka. Ketika siswa diminta untuk merenungkan dan mendiskusikan ide-ide matematika, bagikan baik secara lisan maupun tertulis sehingga ide-ide tersebut jelas bagi diri mereka sendiri dan orang lain. 17
Komunikasi matematika adalah keterampilan matematika penting yang dijelaskan dalam kurikulum matematika sekolah yang membantu siapa saja, kapan saja, di mana saja untuk memahami dan menghasilkan model matematika yang diperlukan untuk memecahkan masalah sehari- hari. 18
Komunikasi matematis meliputi komunikasi tertulis dan verbal atau verbal. Komunikasi tertulis dapat berupa kata-kata, foto, tabel, dll yang menggambarkan proses berpikir siswa. Komunikasi tertulis juga dapat berbentuk penjelasan pemecahan masalah atau bukti matematis yang menjelaskan kemampuan siswa untuk mengorganisasikan konsep
17Utari Sumarmo, Kumpulan Makalah: Berfikir dan Disposisi Matematika serta Pembelajarannya, (Bandung, UPI, 2013), hlm. 199
18Heris Hendriana, Euis Rohaeti, dan Utari Soemarmo, Hard Skills dan Soft Skills, (Bandung, Refika Aditama, 2017), hlm. 59
yang berbeda untuk pemecahan masalah. Komunikasi lisan dapat berupa pengungkapan lisan dan penjelasan ide-ide matematika. Komunikasi lisan dapat terjadi melalui interaksi antar siswa, seperti saat belajar melalui diskusi kelompok. 19
Keterampilan komunikasi matematis adalah kemampuan untuk mengungkapkan gagasan/gagasan matematika secara lisan atau tertulis, dan secara cermat, analitis, kritis, dan evaluatif memahami gagasan/gagasan matematis orang lain dalam rangka memperdalam pemahamannya, serta kemampuan menerima. Oleh karena itu, keterampilan komunikasi matematika ini adalah kemampuan untuk memahami dan memecahkan masalah matematika.
Mengkomunikasikan informasi dan gagasan sesuai dengan tujuan mengembangkan kemampuan siswa dan pembelajaran matematika. Hal ini menuntut siswa untuk memfasilitasi proses pembelajaran di kelas dan menginstruksikan mereka untuk menggunakan berbagai jenis dan bentuk komunikasi.
Oleh karena itu, keterampilan komunikasi matematis mencerminkan bahasa asli foto, tabel, dan grafik dalam bentuk skrip matematika dalam ide, konsep, atau situasi matematika, dan mewakili peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika.
19Ali Mahmudi, 2009, Komunikasi dalam Pembelajaran Matematika, Jurnal Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Haluoleo, Vol. 8, hlm. 3
c. Aspek-aspek Komunikasi Matematis
Baroody menyatakan ada lima aspek komunikasi matematis yang dikutip oleh Hendriana dkk, yaitu:20
1) Mempresentasi (representating)
Memperesentasi berarti membuat bentuk lain dari ide atau permasalahan, misalkan suatu bentuk tabel direpresentasikan ke dalam bentuk diagram atau sebaliknya. Representasi dapat membantu siswa menjelaskan konsep atau ide dan memudahkan siswa mendapatkan startegi penyelesaian masalah. Selain itu dapat meningkatkan strategi penyelesaian masalah. Selain itu dapat meningkatkan fleksibilitas dalam menjawab soal matematika.
2) Mendengar (listening)
Aspek mendengar merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam diskusi. Kemampuan dalam mendengarkan topik- topik yang sedang didiskusikan akan berpengaruh pada kemampuan siswa dalam memberikan pendapat atau komentar. Baroody mengemukakan bahwa mendengar secara hati-hati terhadap pernyatan teman dalam suatu grup juga dapat membantu siswa mengkonstruksi pengetahuan matematika lebih lengkap.
3) Membaca (reading)
Proses membaca merupakan kegiatan yang kompleks, karena di dalamnya terkait aspek mengingat, memahami, membandingkan,
20 Heris Hendriana, Euis Eti Rohaeti dan Utari Sumarmo, Loc. Cit
menganalisis, serta mengorganisasikan apa yang terkandung dalam bacaan. Menurut teori konstruktivisme, pengetahuan dibangun atau dikonstruksi secara aktif oleh siswa senndiri. Pengetahuan atau konsep-konsep yang terdapat dalam buku teks atau model tidak dapat dipindahkan kepada siswa, melainkan mereka bangun sendiri lewat membaca.
4) Diskusi (discussing)
Diskusi merupakan sarana untuk mengungkapkan dan merefleksikan pikiran siswa. Siswa mampu dalam suatu diskusi apaila mempunyai kemampuan membaca, mendengar, dan keberanian memadai. Baroody menguraikan beberapa kelebihan dari diskusi kelas, yaitu dapat mempercepat pemahaman materi pembelajaran dan kemahiran menggunakan strategi, membantu siswa mengkonstruk pemahaman matematika, dan membantu siswa menganalisis dan memecahkan masalah secara bijaksana.
5) Menulis (writing)
Menulis adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan sadar untuk mengungkapkan dan merefleksikan pikiran. Menurut Baroody, ada beberapa kegunaan dan keuntungan dari menulis: (1) Summaries, yaitu siswa diminta merangkum pelajaran dalam bahasa mereka sendiri. Kegiatan ini berguna, karena dapat membantu siswa memfokuskan pada konsep-konsep kunci dalam suatu pelajaran, menilai pemahaman dan memudahkan retensi. (2) Question, yaitu
siswa diminta membuat pertanyaan sendiri dalam tulisan. Kegiatan ini berguna membantu siswa merefleksikan pada focus yang mereka tidak pahami. (3) Explanations, yaitu siswa diminta menjelaskan prosedur penyelesaian, dan bagaimana menghindari suatu kesalahan.
Kegiatan ini berguna karena dapat mempercepat refleksi, pemahaman, dan penggunaan kata-kata yang tepat. (4) Definition, yaitu siswa diminta menjelaskan istilah-istilah yang muncul dalam bahasa mereka sendiri. Kegiatan ini berguna, karena dapat membantu siswa berpikir tentang makna dan menjelaskan pemahaman mereka terhadap istilah. (5) Reports, yaitu siswa diminta menulis laporan. Kegiatan ini berguna, karena membantu pemahaman siswa, bahwa menulis adalah salah satu aspek penting dalam matematika untuk menyelidiki ropik-topik dalam matematika.
Dengan demikian, apabila aspek-aspek ini dikuasai dengan baik, maka kemampuan komunikasi matematis pun dapat di capai.
Oleh sebab itu, sesorang guru hendaknya memilih model ataupun pendekatan pembelajaran yang dalam penerapannya mengandung aspek-aspek komunikasi matematis, sehingga membantu siswa dalam mengasah kemampuan komunikasi matematis yang mereka miliki.
Selain itu, menurut Ansari, kemampuan komunikasi matematika juga memiliki faktor yang mempengaruhi proses
pembelajaran, yakni:21 1) Pengetahuan prasyarat
Pengetahuan prasyarat merupakan pengetahuan yang telah dimiliki siswa sebagai akibat proses belajar sebelumnya.
2) Kemampuan membaca, diskusi dan menulis
Membaca merupakan aspekpenting dalam pencapaian kemampuan komunikasi lisan, hal ini dapat dilakukan dengan kegiatan diskusi dalam proses pembelajaran. Menulis adalah proses bermakna karena siswa secara aktif membangun hubungan antara yang dipelajari dengan apa yang sudah diketahui.
3) Pemahaman matematika
Pemahaman matematika dapat di artikan sebagai kemampuan dalam menguasai suatu konsep.
d. Indikator Kemampuan Komunikasi
Smalmo menemukan bahwa keterampilan komunikasi matematika mencakup kemampuan berikut:22
1) Mempresentasikan benda nyata, gambar, dan diagram ke dalam ide atau simbol matematika
2) Menjelaskan ide, situasi, dan relasi matematika, secara lisan atau tulisan, dengan benda nyata, gambar, grafik, dan ekspresi aljabar.
21Ansari Bansu, Komunikasi Matematik Konsep dan Aplikasi, (Banda Aceh:Pena, 2009), hlm. 3
22Heris Hendriana dan Utari Soemarmo, Penilaian Pembelajaran Matematika, ( Bandung:
Refika Aditama, 2014), hlm. 30
3) Menyatakan peristiwa sehari-hari dakan bahasa atau simbol matematika
4) Mendengarkan, berdiskusi, dan menulis tentang matematikaenulis tentang matematika.
5) Membaca dengan pemahaman suatu presentasi matematika
6) Menyusun konjektur, membuat argumen, merumuskan definisi dan generalisasi.
7) Mengungkapkan kembali suatu uraian atau paragraf matematika dalam bahasa sendiri
Adapun indikator kemampuan komunikasi siswa menurut NCTM (2000) adalah sebagai berikut:23
1) Mengatur dan mengkonsolidasikan pemikiran matematis mereka melalui komunikasi
2) Mengkomunikasikan pemikiran matematis mereka secara koheren (tersusun secara logis) dan jelas kepada teman-temannya, guru dan orang lain.
3) Menganalisis dan mengevaluasi pemikiran matematis dan strategi yang dipakai orang lain.
4) Menggunakan bahasa matematika untuk mengekspresikan ide-ide matematika secara benar.
23Lutfianannisak dan Ummu Sholihah, Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa dalam Menyelesaikan Soal Materi Komposisi Fungsi Ditinjau dari Kemampuan Matematika, Jurnal Tadris Matematika, Vol. 1 No. 1 (2018) :2
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi matematis dapat dikatakan baik jika memenuhi semua indikator di atas. Namun penelitian ini mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematis yang dianggap unggul secara tertulis jika memenuhi indikator sebagai berikut:24
1) Menulis (Written Text), yaitu menjelaskan ide atau situasi dari suatu permasalahan atau gambar dengan kata-kata sendiri dalam bentuk tulisan.
2) Menggambar (Drawing), yaitu menyatakan suatu situasi dengan gambar atau grafik.
3) Eksperesi Matematik (Mathematical Expression), yaitu menyatakan suatu situasi ke dalam bentuk model matematika.
e. Rubrik Skala Penilaian Kemampuan Komunikasi
Pemberian skor hasil belajar siswa sehubungan dengan peningkatan komunikasi matematika siswa adalah penekanan pada proses penemuan jawaban bukan penekanan pada hasil atau produk.
Pemberian skor pada dasarnya dapat diatur sesuai dengan bobot permasalahan dan kriteria jawaban yang di inginkan guru. Adapun rubrik skala penilaian komunikasi matematis dapat dilihat pada Tabel II.1 berikut ini:25
24Heris Hendriana, dkk., Op.cit, hlm. 62-63
25Cai , J, Lane, S.& Jakabesin, M.M. (1996). The Role of Open-Ended Task and Holistic Scoring Rubrics : Assesing Student Mathematical Reasioning and Communication. In P.C Elliott and M.J. Kenney (Eds)/ 1996 Yearbook Communication in Mathematical , K-12 and Beyond. USA : NCTM
TABEL II.1
RUBRIK SKALA PENILAIAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS
Skor Menulis (Written Text)
Menggambar (Drawing)
Ekspresi matematik (Mathematical
Expression) 0 Tidak ada jawaban, kalaupun ada hanya memperlihatkan tidak memahami
konsep sehingga informasi yang diberikan tidak berarti apa-apa
1 Hanya sedikit dari penjelasan yang benar
Hanya sedikit dari gambar, tabel atau diagram yang benar
Hanya sedikit dari model matematika yang benar
2
Penjelasan secara matematika masuk akal namun hanya sebagian yang lengkap dan benar
Melukiskan diagram, gambar atau tabel namun kurang lengkap dan benar
Membuat model matematika dengan benar namun salah dalam mendapatkan solusi
3
Penjelasan secara matematis masuk akal dan benar meskipun tidak tersusun secara logis atau terdapat sedikit kesalahan bahasa
Melukiskan diagram, gambar dan tabel dengan lengkap dan benar
Membuat model matematika dengan benar kemudian melakukan perhitungan ataupun mendapatkan solusi secara lengkap
4
Penjelasan secara matematis masuk akal dan jelas serta tersusun secara logis
Skor maksimal = 4 Skor maksimal = 3 Skor maksimal = 3
2. Self Efficacy Matematis
a. Pengertian Self Efficacy
Beberapa ahli mendefinisikan istilah efikasi diri sebagai berikut:
a) Menurut Bandura, kemampuan diri merupakan keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam menagtur dan melaksanakan serangkaian tindakan untuk mencapai hasil yang ditetapkan (Bandura, 1997).
b) Menurut Schunk dalam Moma, kemampuan diri merupakan keyakinan seseorang tentang apa yang mampu dilakukannya (Schunk dalam Moma, 2014).
c) Menurut Alwisol, kemampuan diri adalah pandangan terhadap pertimbangan seseorang bahwa sesuatu itu baik atau buruk, tepat atau salah, mampu atau tidak mampu untuk dikerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan
d) Menurut Maddux, Kemampuan diri adalah kepercayaan seseorang terhadap kemampuannya dalam mengkoordinasikan keterampilan dan kemampuan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam domain dan keadaan tertentu.26
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan, peneliti mendefinisikan efikasi diri sebagai keyakinan atau keyakinan seseorang dalam menilai dirinya sendiri bahwa ia dapat memecahkan dan memecahkan masalah dengan keyakinannya.
Menurut Bandura untuk Zubaidah Amir dan Risnawati, ada beberapa alasan mengapa efikasi diri sangat penting bagi siswa dalam hal matematika, yaitu:27
a) Mengorganisasikan dan melaksanakan tindakan untuk pencapaian hasil
b) Meningkatkan kompetensi seseorang untuk sukses dalam tugas- tugasnya.
26Ibid, hlm. 211
27Zubaidah Amir & Risnawati, Psikologi Pembelajaran Matematika, (Yogyakarta:
Aswaja Presindo,2015), hlm.157
c) Individu cendrung berkonsentrasi dalam tugas-tugas yang mereka rasakan mampu dan percaya dapat menyelesaikan serta menghindari tugas-tugas yang tidak dapat mereka kerjakan.
d) Memandang tugas-tugas yang sulit sebagai tantangan untuk dikuasai daripada sebagai ancaman untuk dihindari.
e) Merupakan faktor kunci sumber tindakan manusia, “apa yang orang pikirkan, percaya, dan rasakan mempengaruhi bagaimana mereka bertindak.
f) Mempengaruhi cara atas pilihan tindakan seseorang, seberapa banyak upaya yang mereka lakukan, seberapa lama mereka akan tekun dalam menghadapi rintangan dan kegagalan, sebera kuat ketahanan mereka menghadapi ketahanan mereka menghadapi kemalangan, seberapa jernih pikiran mereka merupakan rintangan diri atau bantuan diri, seberapa banyak tekanan dan kegundahan pengalaman mereka dalam meniru tuntunan lingkungan, dan seberapa tinggi tingkat pemenuhan yang mereka wujudkan.
g) Memiliki minat yang lebih kuat dan keasyikkan yang mendalam pada kegiatan, menyusun tujuan yang menantang mereka, dan memelihara komitmen yang kuat serta mempertinggi dan mendukung usaha-usaha mereka dalam menghadapi kegagalan.
Percaya diri merupakan sikap positif individu yang memungkinkannya mengembangkan penilaian positif baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya. Untuk mengembangkan kepercayaan diri yang sepadan, individu harus mulai dengan diri mereka sendiri. Hal ini penting karena hanya individu yang terkena yang dapat mengatasi rasa kurang percaya diri yang dialaminya.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self Efficacy
Menurut bandura ada beberapa faktor yang mempengaruhi self efficacy yaitu:28
28 Alwisol, Psikologi Kepribadian, Malang:UMM Press,2004,hlm. 22