• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Faktor Risiko Kesehatan terhadap Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Hipertensi di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Hubungan Faktor Risiko Kesehatan terhadap Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Hipertensi di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta

Analisis hubungan faktor risiko kesehatan terhadap prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi di Dukuh Blambangan, dilakukan menggunakan uji Chi-Square. Pada uji ini, nilai p<0,05 menandakan terdapat hubungan yang signifikan antara masing-masing faktor risiko kesehatan dengan prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi.

66

1. Responden Hipertensi

Berikut tabel yang menyatakan hasil analisis Chi-Square pada responden yang mengalami hipertensi di Dukuh Blambangan.

Tabel X. Hasil Analisis Chi-Square pada Responden Hipertensi

Faktor Risiko Kesehatan Nilai p OR

(95% CI) BMI 0,012* 0,455 (0,238-0,870) Melakukan 0,018* 0,493 Aktivitas Fisik (0,265-0,918) Menjaga 0,052 0,600 Pola Makan (0,340-1,060) Tanpa Merokok 0,185 0,718 (0,388-1,330) Tanpa Riwayat 0,256 0,528 Penyakit Penyerta (0,144-1,933) * Berbeda Bermakna a. BMI

BMI ideal adalah BMI dengan nilai 18-22 kg/m2. BMI di atas 25, berisiko mengalami obesitas. Orang yang mengalami obesitas memiliki risiko terkena penyakit kardiovaskuler. Lemak dalam jumlah banyak dalam tubuh seseorang yang mengalami obesitas dapat memicu terbentuknya plak pada pembuluh darah. Hal ini lama-kelamaan dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah sehingga jantung akan memompa darah lebih kencang dan menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi. Pada tabel di atas, ditunjukkan hasil analisis hubungan BMI dengan prevalensi hipertensi. Hasil uji statistik menunjukkan nilai p sebesar 0,012 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara BMI dengan hipertensi pada responden penelitian. Nilai OR sebesar 0,455 dengan interval 0,238-0,870 yang berarti responden yang memiliki BMI ≤25 kg/m2

memiliki risiko 0,455 kali

lebih kecil secara bermakna terkena hipertensi dibandingkan responden yang memiliki BMI >25 kg/m2. Hal ini selaras dengan teori bahwa obesitas berisiko menimbulkan terjadinya hipertensi.

b. Pola Hidup (1) Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik secara teratur dapat menurunkan tahanan perifer. Tahanan perifer berbanding lurus dengan tekanan darah sehingga orang yang melakukan aktivitas fisik secara teratur dapat menurunkan risiko tekanan darah tinggi. Pada orang yang tidak aktif melakukan aktivitas fisik cenderung memiliki frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal ini menyebabkan otot jantung harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Semakin keras dan semakin sering otot jantung memompa, semakin besar tekanan yang dibebankan pada arteri. Pada hasil uji statistik penelitian menunjukkan nilai p sebesar 0,018 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan hipertensi. Nilai OR sebesar 0,493 dengan interval 0,265-0,918 yang berarti responden yang melakukan aktivitas fisik memiliki risiko 0,493 kali lebih kecil secara bermakna terkena hipertensi dibandingkan responden yang tidak melakukan aktivitas fisik. Hal ini sesuai dengan teori bahwa orang yang jarang melakukan aktivitas fisik rutin berisiko terkena hipertensi.

(2) Pola Makan

Orang yang sering mengonsumsi buah-buahan maupun sayur-sayuran dan makanan berserat lainnya, dapat menurunkan terjadinya hipertensi. Sayur-sayuran dan buah-buahan dalam porsi yang cukup dapat merupakan sumber asupan

68

antioksidan bagi tubuh. Antioksidan dapat menangkap radikal bebas dan mencegah kerusakan pada pembuluh darah. Makanan yang digoreng memiliki kandungan lemak yang kurang baik bagi tubuh, terutama bagi pembuluh darah. Konsumsi makanan dengan kandungan lemak yang tinggi dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah akibat terbentuknya plak pada pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi. Pada hasil uji statistik penelitian menunjukkan nilai p sebesar 0,052 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pola makan dengan hipertensi. Nilai OR sebesar 0,600 dengan interval 0,340-1,060.

(3) Merokok

Orang yang merokok berisiko terkena hipertensi. Kandungan nikotin dan karbondioksida pada rokok dapat menyebabkan kerusakan pada lapisan endotel pembuluh darah arteri dan mengurangi elastisitasan pembuluh darah sehingga memicu tekanan darah menjadi tinggi. Merokok juga dapat meningkatkan kadar LDL (kolesterol jahat) dan menurunkan kadar HDL (kolesterol baik) dalam darah. Peningkatan kadar LDL dalam darah memicu terbentuknya plak dan mengakibatkan penyempitan pembuluh darah. Hal ini dapat menyebabkan tekanan yang dibutuhkan untuk memompa darah menjadi tinggi. Pada hasil uji statistik penelitian menunjukkan nilai p sebesar 0,185 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara merokok dengan hipertensi. Nilai OR sebesar 0,718 dengan interval 0,388-1,330.

c. Riwayat Penyakit Penyerta yang berhubungan dengan Kardiovaskuler

DM, dislipidemia, obesitas, aterosklerosis, serta penyakit terkait kerdiovaskuler lainnya merupakan faktor risiko yang dapat menyebabkan hipertensi. Orang yang memiliki kadar lemak yang berlebih atau dalam jumlah banyak dalam tubuh, dapat memicu pembentukan plak pada pembuluh darah. Hal ini menyebabkan pembuluh darah menjadi sempit sehingga tekanan yang dibutuhkan jantung untuk memompa darah meningkat. Hipertensi juga dapat terjadi pada orang yang mengalami stroke. Tekanan darah yang tinggi dapat memicu pecahnya pembuluh darah di otak (stroke hemoragik). Tekanan darah yang tinggi juga dapat memicu kerusakan jaringan. Jika suplai darah ke jaringan tubuh tidak cukup, lama-kelamaan dapat merusak jaringan karena jaringan tidak mendapat nutrisi serta oksigen untuk kelangsungan hidup sel. Pada hasil uji statistik penelitian menunjukkan nilai p sebesar 0,256 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara riwayat penyakit penyerta dengan hipertensi. Nilai OR sebesar 0,528 dengan interval 0,144-1,933.

70

2. Responden Sadar Hipertensi

Berikut tabel yang menyatakan hasil analisis Chi-Square pada responden yang sadar akan hipertensi yang dialaminya di Dukuh Blambangan.

Tabel XI. Hasil Analisis Chi-Square pada Responden Sadar Hipertensi

Faktor Risiko Kesehatan Nilai p OR

(95% CI) BMI 0,000* 0,122 (0,034-0,437) Melakukan 0,004* 0,292 Aktivitas Fisik (0,121-0,702) Menjaga 0,018* 0,403 Pola Makan (0,183-0,887) Tanpa Merokok 0,135 0,554 (0,230-1,330) Tanpa Riwayat 0,024* 0,172 Penyakit Penyerta (0,034-0,873) * Berbeda Bermakna a. BMI

Pada responden hipertensi yang sadar hipertensi, hasil uji statistik menunjukkan nilai p sebesar 0,000 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara BMI dengan kesadaran terhadap hipertensi pada responden hipertensi. Nilai OR sebesar 0,122 dengan interval 0,034-0,437 yang berarti responden yang memiliki BMI ≤25 kg/m2

0,122 kali lebih kecil secara bermakna sadar hipertensi dibandingkan responden yang memiliki BMI >25. Hal ini dapat dimungkinkan karena warga menganggap dirinya sehat jadi tidak perlu memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan terdekat. Di Dukuh Blambangan, umumnya orang yang tidak memiliki berat badan berlebih, beberapa warga lebih aktif melakukan pemeriksaan kesehatan.

b. Pola Hidup (1) Aktivitas Fisik

Pada responden hipertensi yang sadar hipertensi, hasil uji statistik menunjukkan nilai p sebesar 0,004 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kesadaran terhadap hipertensi pada responden hipertensi. Nilai OR sebesar 0,292 dengan interval 0,121-0,702 yang berarti responden yang melakukan aktivitas fisik 0,292 kali lebih kecil secara bermakna sadar hipertensi dibandingkan responden yang tidak melakukan aktivitas fisik. Hal ini dimungkinkan karena orang yang sudah melakukan aktivitas fisik merasa tidak perlu lagi melakukan pemeriksaan kesehatan karena cenderung merasa sehat dan tidak mengalami gangguan pada tubuh.

(2) Pola Makan

Pada responden hipertensi yang sadar hipertensi, hasil uji statistik menunjukkan nilai p sebesar 0,018 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara pola makan dengan kesadaran terhadap hipertensi pada responden hipertensi. Nilai OR sebesar 0,403 dengan interval 0,183-0,887 yang berarti responden yang menjaga pola makan memiliki risiko 0,403 kali lebih kecil secara bermakna sadar hipertensi dibandingkan responden yang tidak menjaga pola makan. Hal ini dimungkinkan karena orang yang menjaga pola makan tidak terkena hipertensi, maka pengecekan tekanan darah tidak diperhatikan dan menganggap tidak terjadi gangguan pada tubuh.

72

(3) Merokok

Pada responden hipertensi yang sadar hipertensi, hasil uji statistik menunjukkan nilai p sebesar 0,135 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara merokok dengan kesadaran terhadap hipertensi pada responden hipertensi. Nilai OR sebesar 0,554 dengan interval 0,230-1,330. Hal ini menandakan bahwa perbedaan antara responden yang merokok dengan yang tidak merokok, tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam menyatakan berapa kali lipat kesadaran responden terhadap hipertensi yang dialaminya. Faktor yang mempengaruhi hal ini dapat beragam dan perlu uji lanjutan untuk mengidentifikasi lebih lanjut penyebabnya.

c. Riwayat Penyakit Penyerta yang berhubungan dengan Kardiovaskuler

Pada responden hipertensi yang sadar hipertensi, hasil uji statistik menunjukkan nilai p sebesar 0,024 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara riwayat penyakit penyerta dengan kesadaran terhadap hipertensi pada responden hipertensi. Nilai OR sebesar 0,172 dengan interval 0,034-0,873 yang berarti responden yang tidak mempunyai riwayat penyakit penyerta memiliki risiko 0,172 kali lebih kecil secara bermakna sadar hipertensi dibandingkan responden yang mempunyai riwayat penyakit penyerta. Hal ini dimungkinkan karena orang yang memiliki riwayat penyakit penyerta cenderung sering melakukan pengecekan kesehatan rutin sehingga lebih menyadari risiko hipertensi yang dapat dialami.

3. Responden yang Melakukan Terapi Hipertensi

Berikut tabel yang menyatakan hasil analisis Chi-Square pada responden yang melakukan terapi hipertensi di Dukuh Blambangan.

Tabel XII. Hasil Analisis Chi-Square pada Responden yang Melakukan Terapi Hipertensi

Faktor Risiko Kesehatan Nilai p OR

(95% CI) BMI 0,458 2,938 (0,173-49,741) Melakukan 0,644 1,520 Aktivitas Fisik (0,091-25,434) Menjaga 0,746 0,969 Pola Makan (0,058-16,179) Tanpa Merokok 0,260 0,145 (0,008-2,564) Tanpa Riwayat 0,260 0,145 Penyakit Penyerta (0,008-2,564) a. BMI

Pada responden sadar hipertensi yang melakukan terapi, hasil uji statistik menunjukkan nilai p sebesar 0,458 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara BMI dengan terapi hipertensi pada responden sadar hipertensi. Nilai OR sebesar 2,938 dengan interval 0,173-49,741. Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Di Dukuh Blambangan, peran bidan dalam sosialisasi BPJS kepada warga cukup baik, serta adanya posyandu yang biasanya rutin dilaksanakan juga dapat mempengaruhi hasil ini.

b. Pola Hidup (1) Aktivitas Fisik

Pada responden sadar hipertensi yang melakukan terapi, hasil uji statistik menunjukkan nilai p sebesar 0,644 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang

74

signifikan antara aktivitas fisik dengan terapi hipertensi pada responden sadar hipertensi. Nilai OR sebesar 1,520 dengan interval 0,091-25,434. Banyak faktor yan dapat mempengaruhi hasil ini. Peran bidan dalam sosialisasi BPJS dan adanya posyandu yang biasanya rutin dilaksanakan juga dapat mempengaruhi hasil ini. (2) Pola Makan

Pada responden sadar hipertensi yang melakukan terapi, hasil uji statistik menunjukkan nilai p sebesar 0,746 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pola makan dengan terapi hipertensi pada responden sadar hipertensi. Nilai OR sebesar 0,969 dengan interval 0,058-16,179. Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Adanya peran BPJS dan posyandu juga dapat dimungkinkan sebagai faktor yang mempengaruhi hasil yang didapatkan.

(3) Merokok

Pada responden sadar hipertensi yang melakukan terapi, hasil uji statistik menunjukkan nilai p sebesar 0,260 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara merokok dengan terapi hipertensi pada responden sadar hipertensi. Nilai OR sebesar 0,145 dengan interval 0,008-2,564. Hal ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor BPJS dan posyandu dimungkinkan mempengaruhi hasil ini.

c. Riwayat Penyakit Penyerta yang berhubungan dengan Kardiovaskuler

Pada responden sadar hipertensi yang melakukan terapi, hasil uji statistik menunjukkan nilai p sebesar 0,260 yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara riwayat penyakit penyerta dengan terapi hipertensi pada responden sadar hipertensi. Nilai OR sebesar 0,145 dengan interval 0,008-2,564.

Hal ini dapat disebabkan berbagai faktor. Peran bidan dalam sosialisasi BPJS kepada warga cukup baik. Posyandu pun biasanya rutin dilaksanakan. Hal ini dimungkinkan ikut mempengaruhi hasil ini.

76 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN