• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor risiko kesehatan di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi berdasarkan kajian faktor risiko kesehatan di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta."

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

PREVALENSI, KESADARAN, DAN TERAPI RESPONDEN HIPERTENSI BERDASARKAN KAJIAN FAKTOR RISIKO KESEHATAN DI DUKUH

BLAMBANGAN, JOGOTIRTO, BERBAH, SLEMAN, YOGYAKARTA Meilisa Maria Rapa

118114054

INTISARI

Hipertensi merupakan keadaan dengan nilai tekanan darah sistolik

≥140mmHg dan/atau nilai tekanan darah diastolik ≥90mmHg. Salah satu penyebab hipertensi adalah faktor risiko kesehatan yang meliputi Body Mass Index (BMI), pola hidup (aktivitas fisik, pola makan, merokok, alkohol), serta riwayat penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskuler. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi, serta identifikasi hubungan faktor risiko kesehatan terhadap hipertensi di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan teori The Rule of Halves. Jenis penelitian adalah observasional, rancangan penelitian secara cross-sectional, dan pengambilan sampel secara non-random dengan jenis purposive sampling. Responden penelitian

berusia ≥40 tahun dengan jumlah 200 orang. Analisis data menggunakan uji normalitas, univariat, Anova, t dan Chi-square.

Hasil penelitian menunjukkan prevalensi hipertensi sebesar 55% (110 responden), sadar hipertensi sebesar 32,5% (65 responden), dan melakukan terapi hipertensi sebesar 31,5% (63 responden). Terdapat perbedaan yang signifikan antara BMI (p=0,012; OR=0,455; 95% CI=0,238-0,870) dan melakukan aktivitas fisik (p=0,018; OR=0,493; 95% CI=0,265-0,918) terhadap hipertensi; BMI (p=0,000; OR=0,122; 95% CI=0,034-0,437), melakukan aktivitas fisik (p=0,004; OR=0,292; 95% CI=0,121-0,702), menjaga pola makan (p=0,018; OR=0,403; 95% CI=0,183-0,887), dan riwayat penyakit penyerta (p=0,024; OR=0,172; 95% CI=0,034-0,873) terhadap kesadaran hipertensi; serta tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara faktor risiko kesehatan terhadap terapi responden hipertensi.

Kata kunci: Hipertensi, Kesadaran, Terapi, Faktor Risiko Kesehatan, Dukuh Blambangan.

(2)

ABSTRACT

Hypertension is a condition with systolic blood pressure ≥140mmHg and/or

diastolic blood pressure ≥90mmHg. One of the causes of hypertension is health risk

factors which are Body Mass Index (BMI), lifestyle (physic activities, dietary habit, cigarette, alcohol), and history of comorbidities associated with cardiovascular. The aim of this research is analyze the prevalence, awareness, and therapy respondent of hypertension, and also identify correlation between health risk factors with hypertension in Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta. This research use The Rule of Halves theory. The type of this research is observational, the research design is cross-sectional, and sampling had been taken by random with purposive sampling

type. The respondents of this research were ≥40 years old and were 200 people. The datas were analyzed using normalitas test, univariat test, Anova test, t test, and Chi-square test.

The results show that prevalence of hypertension is 55% (110 respondents), awareness of hypertension is 32,5% (65 respondents), and did therapy of hypertension is 31,5% (63 respondents). There are significant difference between BMI (p=0,012; OR=0,455; 95% CI=0,238-0,870) and did physic activities (p=0,018; OR=0,493; 95% CI=0,265-0,918) with hypertension; BMI (p=0,000; OR=0,122; 95% CI=0,034-0,437), did physic activities (p=0,004; OR=0,292; 95% CI=0,121-0,702), dietary food (p=0,018; OR=0,403; 95% CI=0,183-0,887), and history of comorbidities associated with cardiovascular (p=0,024; OR=0,172; 95% CI=0,034-0,873) with awareness of hypertension; and also there are no significant difference between health risk factors with the therapy of hypertension respondent.

(3)

PREVALENSI, KESADARAN, DAN TERAPI RESPONDEN HIPERTENSI BERDASARKAN KAJIAN FAKTOR RISIKO KESEHATAN DI DUKUH

BLAMBANGAN, JOGOTIRTO, BERBAH, SLEMAN, YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oeh:

Meilisa Maria Rapa NIM : 118114054

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2015

(4)

i

PREVALENSI, KESADARAN, DAN TERAPI RESPONDEN HIPERTENSI BERDASARKAN KAJIAN FAKTOR RISIKO KESEHATAN DI DUKUH

BLAMBANGAN, JOGOTIRTO, BERBAH, SLEMAN, YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oeh:

Meilisa Maria Rapa NIM : 118114054

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)

ii

(6)
(7)

iv

Halaman Persembahan “The Best is yet to Come”

Inilah kalimat yang tertera di salah satu album rohani True Worshippers. Kalimat ini menginspirasi penulis bahwa yang terbaik disediakan Tuhan dan akan segera datang. Hal inilah yang terus memotivasi penulis untuk segera menyelesaikan tugas akhir ini dan mengimani bahwa hasil karya ini akan mendatangkan sesuatu yang terbaik.

Hasil karya ini dipersembahkan untuk : Tuhan Yesus yang senantiasa membimbing dan memberikan hikmat, serta kekuatan dalam menghadapi masa sulit. Orang tua tercinta, Ibu Alprida Patasik dan Bapak Fidelis Arimpa Rapa, yang senantiasa memberikan cinta dan perhatian kepada penulis. Dosen Pembimbing, Dr. Rita Suhadi, MSi., Apt. yang sangat perhatian dan sabar membimbing penulis. Ketiga kakak yang luar biasa dan selalu memotivasi penulis untuk menjadi orang yang berpengaruh dan menjadi saluran berkat bagi sesama. Para sahabat yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang selau mewarnai hari-hari penulis dan mengingatkan penulis banyak hal terutama dalam hal bersyukur. Adik-adik tingkat dan Almamater, Universitas Sanata Dharma yang memberikan penulis kesempatan untuk belajar banyak hal.

(8)
(9)

vi

(10)

vii PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Adapun judul dari penelitian ini yaitu Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Responden Hipertensi berdasarkan Kajian Faktor Risiko Kesehatan di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

Banyak rintangan yang penulis hadapi selama menulis tugas akhir ini, namun itu semua dapat diatasi berkat campur tangan banyak pihak. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Dukuh beserta Ibu Dukuh, dan juga warga Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

3. Dr. Rita Suhadi, MSi., Apt. sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar dan perhatian memberikan bimbingan kepada penulis.

4. dr. Fenty, M. Kes., Sp.PK. dan Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt. sebagai dosen penguji yang bersedia menguji dan membimbing penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

(11)

viii

6. Alfeatra Rapa, Ceny Rapa, dan Fransiscus Braveno Rapa sebagai kakak yang senantiasa memotivasi dan memberikan nilai-nilai kehidupan yang membuat penulis semangat mengerjakan tugas akhir ini.

7. Para Pastor, Suster dan Frater Fransiskan di Jayapura yang senantiasa memberikan dukungan doa dan motivasi kepada penulis.

8. Rekan-rekan Muda beserta Tim Pelayan Persekutuan Doa Karismatik Katolik Yerusalem Baru, Bintaran, Yogyakarta yang senantiasa memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

9. GENESIS, angkatan sembilan SMAN 5 Jayapura yang selalu memotivasi dan mewarnai hari-hari penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

10.Rekan-rekan Skripsi (Tessa, Oppy, Niken, Yudist, Yovica, Greta, Danik, Shinta, Gita, Agesty, dan Berna) yang selalu membantu dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

11.Teman-teman FSM-B 2011 dan FKK-A 2011 yang selalu mendukung dan membantu penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.

12.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang baik secara langsung maupun tidak langsung turut membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Yogyakarta, 18 Maret 2015 Penulis

(12)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ………. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……… ii

HALAMAN PENGESAHAN ……… iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……… iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ………. v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ……… vi

PRAKATA ………. vii

DAFTAR ISI ……….. ix

DAFTAR TABEL ……….. xiii

DAFTAR GAMBAR ………. xv

DAFTAR LAMPIRAN ……….. xvi

INTISARI ………... xvii

ABSTRACT……….. xviii

BAB I PENGANTAR ………. 1

A. Latar Belakang ……… 1

B. Tujuan Penelitian ……… 12

BAB II ……… 13

A. Penelaahan Pustaka ……… 13

1. Definisi ……… 13

(13)

x

3. Etiologi ……… 18

4. The Rule of Halves ………. 23

5. Pengukuran Tekanan Darah ………. 24

B. Landasan Teori ………26

C. Hipotesis ………... 28

BAB III METODE PENELITIAN………. 29

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ………...……… 29

B. Variabel Penelitian ………... 30

1. Variabel Bebas ………... 30

2. Variabel Tergantung ……….. 30

3. Variabel Pengacau ………. 30

C. Definisi Operasional ………. 31

D. Responden Penelitian ………... 34

E. Lokasi Penelitian ………... 34

F. Ruang Lingkup Penelitian ……… 34

G. Teknik Pengambilan Sampel ………... 35

H. Instrumen Penelitian ………. 36

I. Tata Cara Penelitian ………. 37

1. Observasi Awal ………... 37

2. Permohonan Ijin dan Kerjasama ……….. 37

3. Pembuatan Inform Consent dan leaflet ……… 37

4. Penetapan Calon Responden ………. 37

5. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ………. 38

(14)

xi

6. Pengukuran Tekanan Darah ………... 38

7. Wawancara dan penyampaian hasil pengukuran tekanan darah ……… 39

8. Pengelompokkan Data ……… 39

J. Analisis Data Penelitian ………. 39

K. Kelemahan dan Kesulitan Penelitian ……… 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 46

A. Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Hipertensi di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta ……… 49

1. Proporsi Responden Penelitian terhadap Jenis Kelamin, Usia dan Faktor Risiko Kesehatan di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta … 52 2. Hubungan Tekanan Darah terhadap Jenis Kelamin, Usia dan Faktor Risiko Kesehatan di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta … 64 B. Hubungan Faktor Risiko Kesehatan terhadap Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi Hipertensi di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta ………. 65

1. Responden Hipertensi ………... 66

2. Responden Sadar Hipertensi ……… 70

3. Responden yang Melakukan Terapi Hipertensi ………. 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………... 76

A. Kesimpulan ………. 76

B. Saran ……….. 76

DAFTAR PUSTAKA ………... 77

(15)

xii

BIOGRAFI PENULIS ………. 95

(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel I. Penelitian-penelitian yang Berkaitan dengan Faktor Risiko

Kesehatan terhadap Hipertensi yang telah Dipublikasikan …...….6 Tabel II. Klasifikasi Tekanan Darah menurut ESH dan ESC 2013 …….... 13 Tabel III. Klasifikasi BMI pada Orang Dewasa ………...…… 21 Tabel IV. Definisi Operasional Penelitian ………... 31 Tabel V. Karakteristik Responden Penelitian di Dukuh Blambangan ...47 Tabel VI. Proporsi Responden Hipertensi terhadap Jenis Kelamin, Usia, dan

Faktor Risiko Kesehatan Terkait Prevalensi Hipertensi di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta ………...………... 53 Tabel VII. Proporsi Responden Sadar Hipertensi terhadap Jenis Kelamin, Usia,

dan Faktor Risiko Kesehatan Terkait Prevalensi Hipertensi di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta ………..….……... 58 Tabel VIII. Proporsi Responden Terapi Hipertensi terhadap Jenis Kelamin, Usia,

dan Faktor Risiko Kesehatan Terkait Prevalensi Hipertensi di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta ………..…….……. 61 Tabel IX. Profil Tekanan Darah Responden Penelitian (n=200) terhadap Jenis

(17)

xiv

Tabel XII. Hasil Analisis Chi-Square pada Responden yang Melakukan Terapi Hipertensi ……….………. 73

(18)

xv

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Penelitian Payung “Prevalensi, Kesadaran dan Terapi Hipertensi

berdasarkan Kajian Risiko Kesehatan dan Faktor Sosio-Ekonomi di Kabupaten Sleman, Yogyakarta ……… 35 Gambar 2. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ……… 35 Gambar 3. Analisis Hipotesis Perbedaan Prevalensi, Kesadaran, dan Terapi

Responden Hipertensi yang Disebabkan oleh Faktor

Risiko Kesehatan ………... 44

(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Protokol Izin Kepada Komisi Etik ……….…….. 83 Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian dan Pengambilan Data …. 85 Lampiran 3. Surat Pelatihan Penggunaan Alat Sphygmomanometer …….. 86 Lampiran 4. Sertifikat Peneraan Alat Timbangan Berat Badan …………... 87 Lampiran 5. SOP Pengukuran Tekanan Darah menggunakan Sphygmomanometer

digital ………..……. 88

Lampiran 6. Lembar Pertanyaan kepada Responden Penelitian ………….. 89 Lampiran 7. Case Report Form (CRF) ………... 90 Lampiran 8. Inform Consent ……… 91 Lampiran 9. Hasil Analisis Post Hoc pada Variabel Usia dan BMI terhadap

Tekanan Darah Sistolik………...……. 94

(20)

xvii INTISARI

Hipertensi merupakan keadaan dengan nilai tekanan darah sistolik ≥140mmHg dan/atau nilai tekanan darah diastolik ≥90mmHg. Salah satu penyebab hipertensi adalah faktor risiko kesehatan yang meliputi Body Mass Index (BMI), pola hidup (aktivitas fisik, pola makan, merokok, alkohol), serta riwayat penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskuler. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi, serta identifikasi hubungan faktor risiko kesehatan terhadap hipertensi di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan teori

The Rule of Halves. Jenis penelitian adalah observasional, rancangan penelitian secara cross-sectional, dan pengambilan sampel secara non-random dengan jenis

purposive sampling. Responden penelitian berusia ≥40 tahun dengan jumlah 200 orang. Analisis data menggunakan uji normalitas, univariat, Anova, t dan Chi-square.

Hasil penelitian menunjukkan prevalensi hipertensi sebesar 55% (110 responden), sadar hipertensi sebesar 32,5% (65 responden), dan melakukan terapi hipertensi sebesar 31,5% (63 responden). Terdapat perbedaan yang signifikan antara BMI (p=0,012; OR=0,455; 95% CI=0,238-0,870) dan melakukan aktivitas fisik (p=0,018; OR=0,493; 95% CI=0,265-0,918) terhadap hipertensi; BMI (p=0,000; OR=0,122; 95% CI=0,034-0,437), melakukan aktivitas fisik (p=0,004; OR=0,292; 95% CI=0,121-0,702), menjaga pola makan (p=0,018; OR=0,403; 95% CI=0,183-0,887), dan riwayat penyakit penyerta (p=0,024; OR=0,172; 95% CI=0,034-0,873) terhadap kesadaran hipertensi; serta tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara faktor risiko kesehatan terhadap terapi responden hipertensi.

(21)

xviii ABSTRACT

Hypertension is a condition with systolic blood pressure ≥140mmHg and/or diastolic blood pressure ≥90mmHg. One of the causes of hypertension is health risk factors which are Body Mass Index (BMI), lifestyle (physic activities, dietary habit, cigarette, alcohol), and history of comorbidities associated with cardiovascular. The aim of this research is analyze the prevalence, awareness, and therapy respondent of hypertension, and also identify correlation between health risk factors with hypertension in Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta. This research use The Rule of Halves theory. The type of this research is observational, the research design is cross-sectional, and sampling had been taken by random with purposive sampling type. The respondents of this research were ≥40 years old and were 200 people. The datas were analyzed using normalitas test, univariat test, Anova test, t test, and Chi-square test.

The results show that prevalence of hypertension is 55% (110 respondents), awareness of hypertension is 32,5% (65 respondents), and did therapy of hypertension is 31,5% (63 respondents). There are significant difference between BMI (p=0,012; OR=0,455; 95% CI=0,238-0,870) and did physic activities (p=0,018; OR=0,493; 95% CI=0,265-0,918) with hypertension; BMI (p=0,000; OR=0,122; 95% CI=0,034-0,437), did physic activities (p=0,004; OR=0,292; 95% CI=0,121-0,702), dietary food (p=0,018; OR=0,403; 95% CI=0,183-0,887), and history of comorbidities associated with cardiovascular (p=0,024; OR=0,172; 95% CI=0,034-0,873) with awareness of hypertension; and also there are no significant difference between health risk factors with the therapy of hypertension respondent.

Keywords: Hypertension, Awareness, Therapy, Health Risk Factors, Dukuh Blambangan.

(22)

1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Menurut European Society of Hypertension (ESH) dan European Society of Cardiology (ESC), hipertensi adalah keadaan yang disertai dengan nilai tekanan darah sistolik ≥140mmHg dan/atau nilai tekanan darah diastolik

≥90mmHg. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, kasus hipertensi

yang terjadi di Indonesia cukup tinggi. Menurut WHO pada tahun 2011 untuk Indonesia, sebesar 42,7% hipertensi terdeteksi pada pria dan pada wanita 39,2%. Pada tahun 2008, Provinsi DIY menduduki peringkat kedua untuk kasus hipertensi. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007 menunjukkan pada usia 18 tahun ke atas, prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31,7%. Sebesar 7,2% penduduk mengetahui dirinya mengidap penyakit hipertensi dan 0,4% penduduk melakukan terapi pengobatan. Menurut Profil Kesehatan Provinsi DIY, sampai dengan tahun 2007, lebih dari 80% masyarakat DIY meninggal akibat penyakit tidak menular, salah satunya hipertensi. Prevalensi hipertensi di Pulau Jawa dan Sumatera memiliki prevalensi yang lebih tinggi dari prevalensi nasional di Indonesia.

(23)

2

tetapi dapat mengancam nyawa melalui komplikasinya, berupa penyakit jantung dan pembuluh darah. Banyak penderita hipertensi meninggal karena tidak sadar sehingga terlambat untuk melakukan penanganan penyakit hipertensi. Menurut WHO tahun 2010, setengah dari penderita hipertensi diketahui hanya seperempat (25%) yang mendapat pengobatan. Sementara hipertensi yang diobati dengan baik hanya 12,5%. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat belum terdiagnosis.

Salah satu penyebab terjadinya hipertensi adalah faktor risiko kesehatan, antara lain kebiasaan pola hidup dan pola makan yang kurang tepat. Masyarakat dengan tekanan darah tinggi seharusnya menghindari aktivitas merokok karena dapat meningkatkan tekanan darah dan meningkatkan frekuensi jantung (Wahdah, 2011). Bila berat badan meningkat diatas berat badan ideal, maka risiko hipertensi juga meningkat. Perhitungan BMI (Body Mass Index) atau Indeks Massa Tubuh (IMT) dapat digunakan untuk mengetahui seseorang memiliki berat badan yang berlebih atau tidak. Berat badan yang mencapai indeks massa tubuh >25 (berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m)) disebut obesitas atau kegemukan. Obesitas merupakan salah satu faktor risiko timbulnya hipertensi. Bila berat badan meningkat di atas berat badan ideal, maka risiko hipertensi juga meningkat. Semakin besar massa tubuh, maka semakin banyak darah yang dibutuhkan untuk menambah oksigen dan makanan ke jaringan tubuh. Volume darah yang beredar melalui pembuluh darah mengalami peningkatan. Hal ini menyebabkan tekanan lebih besar pada dinding arteri sehingga dapat menimbulkan hipertensi. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam

(24)

darah. Peningkatan insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan air (Suyono dan Slamet, 2001).

Faktor risiko kesehatan lainnya adalah kebiasaan mengkonsumsi alkohol. Kebiasaan ini diduga dapat meningkatkan kadar kortisol dan peningkatan volume eritrosit, serta kekentalan darah yang berperan dalam menaikkan tekanan darah. Orang yang jarang melakukan aktivitas fisik, seperti olahraga, dapat memicu terjadinya peningkatan tekanan darah. Olahraga teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (Suyono dan Slamet, 2001).

Penambahan usia menyebabkan terjadinya perubahan fisiologis. Pada wanita kemungkinan terkena penyakit kardiovaskuler lebih kecil sebelum menopause. Wanita sebelum mengalami menopause dilindungi dengan hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein

(25)

4

Dukuh Blambangan berada di wilayah Berbah, Sleman, Yogyakarta. Penduduk di dukuh ini cukup banyak yang berusia lansia. Jarak dari tempat ini ke kota Yogyakarta adalah 15 km. Jarak yang jauh dari pusat kota inilah yang dimungkinkan dapat mempengaruhi perilaku kesehatan warga terkait pengecekan tekanan darah rutin di pusat pelayanan kesehatan. Walaupun pada dua RT di wilayah pegunungan Dukuh Blambangan terdapat pelayanan kesehatan yang dilayani oleh bidan, namun hal ini kurang memadai kebutuhan warga dan juga kurang menarik minat warga untuk berperan aktif dalam melakukan pemeriksaan kesehatan, dalam hal ini pemeriksaan tekanan darah. Pengendalian tekanan darah dapat dilakukan warga dengan rutin melakukan pengukuran tekanan darah. Pengecekan kesehatan penunjang yang dapat mempengaruhi tekanan darah, seperti pemeriksaan gula darah, asam urat, dan kolesterol juga dapat membantu dalam mengendalikan tekanan darah, khususnya warga dengan penyakit komplikasi. Edukasi yang efektif dari pelayan kesehatan juga dapat membantu warga dalam meningkatkan motivasi untuk rutin melakukan pemeriksaan kesehatan. Aktivitas warga sehari-hari lebih banyak dihabiskan di sawah, namun tidak sedikit pula yang bekerja sebagai buruh bangunan. Aktivitas seharian dikhawatirkan membuat warga tidak memperhatikan kesehatan diri, terutama melakukan pemeriksaan tekanan darah rutin. Pemeriksaan kesehatan ke pelayanan kesehatan hanya dilakukan jika warga mengalami sakit atau bahkan hanya dibiarkan dengan harapan akan sembuh dengan sendirinya. Warga juga cenderung menghindari penggunaan obat-obatan. Data-data di atas merupakan data yang didapatkan berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Dukuh dan responden

(26)

penelitian di Dukuh Blambangan. Hal-hal inilah yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi prevalensi, kesadaran, dan terapi hipertensi yang disebabkan oleh faktor risiko kesehatan di Dukuh Blambangan.

1. Rumusan masalah

a) Berapa besar proporsi prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta?

b) Apakah terdapat perbedaan prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi yang disebabkan faktor risiko kesehatan, yaitu Body Mass Index

(BMI), pola hidup (aktivitas fisik, pola makan, merokok, alkohol), serta riwayat penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskuler?

2. Keaslian penelitian

(27)

6

Tabel I. Penelitian-penelitian yang Berkaitan dengan Faktor Risiko Kesehatan terhadap Hipertensi yang telah dipublikasikan

Judul Penelitian Persamaan Perbedaan Hasil Penelitian

Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat di Desa Kabongan Kidul, Kabupaten Rembang (Kartikasari, 2012)

Responden penelitian adalah warga pedesaan dan metode penelitian (wawancara). Jumlah responden, pengambilan

sampel, dan faktor risiko

hipertensi.

Faktor risiko yang mempengaruhi hipertensi adalah usia,

riwayat keluarga, merokok, dan obesitas.

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Tekanan Darah di Puskesmas

Telaga Murni, Cikarang Barat Tahun 2012 (Anggara

dan Prayitno, 2013)

Teknik pengambilan sampel (purposive sampling). Metode penelitian, responden penelitian (tempat), dan faktor risiko hipertensi.

Faktor risiko hipertensi berupa usia, pendidikan,

pekerjaan, BMI, kebiasaan merokok,

konsumsi alkohol, kebiasaan olahraga, asupan natrium, dan

asupan kalium.

Assessing awareness and knowledge of hypertension in

an at-risk population in the Karen ethnic rural community, Thasongyang,

Thailand (Aung, Lorga, Srikrajang, Promtingkran, Kreuangchai, and Tonpanya

et al., 2012).

Rancangan penelitian (

cross-sectional).

Responden penelitian (tempat, jumlah, dan kriteria usia) & faktor risiko

hipertensi.

Terdapat hubungan antara gaya hidup,

kesadaran, dan pengetahuan tentang

hipertensi.

Health Risk Behaviours,Awareness, Treatment and Control of Hypertension among Rural

Community People in Thailand (Howteerakul, Suwannapong, Sittilerd, and

Rawdaree, 2006)

Rancangan penelitian (

cross-sectional).

Responden penelitian (tempat, jumlah, dan kriteria usia) & faktor risiko

hipertensi.

Didapatkan prevalensi, kesadaran, terapi dan kontrol terapi hipertensi,

serta adanya pengaruh usia, status perrnikahan,

riwayat hipertensi keluarga, dan BMI terhadap hipertensi.

Prehypertension And Hypertension Among Young

Indonesian Adults At A Primary Health Care In A

Rural Area (Widjaja, Santoso, Barus, Pradana, dan

Estetika, 2013).

Rancangan penelitian (

cross-sectional).

Responden penelitian (tempat, jumlah, dan kriteria usia) & faktor risiko

hipertensi.

Didapatkan prevalensi hipertensi dam prehipertensi, serta hubungan faktor risiko terhadap hipertensi dan

prehipertensi.

a. Faktor Risiko Hipertensi pada Masyarakat di Desa Kabongan Kidul, Kabupaten Rembang (Kartikasari, 2012). Penelitian ini menggunakan 106 responden (53 kasus dan 53 kontrol). Penelitian dilakukan di Desa Kabongan Kidul, Kabupaten Rembang pada bulan Maret 2012. Sampel diambil secara

simple random sampling. Hasil menunjukkan faktor risiko hipertensi pada

(28)

masyarakat di Desa Kabongan Kidul, Kabupaten Rembang adalah usia, riwayat keluarga, merokok, dan obesitas, sedangkan faktor jenis kelamin, konsumsi garam, konsumsi lemak dan aktivitas bukan merupakan faktor risiko hipertensi. Perbedaan penelitian ditemukan pada jumlah responden penelitian yang berjumlah 106 responden. Jumlah ini berbeda dengan jumlah responden yang ada dalam penelitian yang dilakukan penulis dengan jumlah 200 responden penelitian. Selain itu, terdapat pula perbedaan pada kategorisasi responden. Pada penelitian Kartikasari (2009), 106 responden meliputi 53 kasus dan 53 kontol, sedangkan pada penelitian yang dilakukan penulis, tidak terdapat kelompok kontrol. Pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling, sedangkan pada penelitian yang dilakukan penulis menggunakan purposive sampling. Faktor risiko hipertensi adalah usia, riwayat keluarga, merokok, dan obesitas, sedangkan pada penelitian yang dilakukan penulis faktor risiko yang mempengaruhi hipertensi adalah BMI dan aktivitas fisik. Selain itu, penelitian ini hanya menganalisis pengaruh faktor risiko yang telah disebut sebelumnya dengan kejadian hipertensi, sedangkan pada penelitian yang penulis lakukan bukan hanya menganalisis pengaruh faktor risiko terhadap hipertensi, namun juga menganalisis variabel tersebut dengan kesadaran dan terapi responden hipertensi.

(29)

8

Puskesmas Telaga Murni. Teknik pengambilan sampel secara purposif. Hasil penelitian menunjukan bahwa jenis kelamin tidak berhubungan secara statistik dengan tekanan darah, sedangkan umur, pendidikan, pekerjaan, BMI, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, kebiasaan olahraga, asupan natrium, asupan kalium berhubungan secara statistik dengan tekanan darah. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang penulis lakukan terdapat pada metode, responden, serta hasil penelitian. Metode penelitian menggunakan metode kuantitatif. Pada penelitian yang penulis lakukan, penelitian dilakukan dengan melakukan pengukuran langsung pada responden. Perbedaan lainnya adalah responden penelitian. Penelitian ini menggunakan responden yang merupakan pasien Puskesmas (Puskesmas Telaga Murni), sedangkan responden penelitian penulis merupakan warga padukuhan (Dukuh Blambangan). Hasil penelitian ini menyatakan bahwa umur, pendidikan, pekerjaan, BMI, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, kebiasaan olahraga, asupan natrium, dan asupan kalium berhubungan secara statistik dengan tekanan darah, sedangkan hasil penelitian penulis menunjukkan bahwa faktor risiko yang mempengaruhi hipertensi adalah BMI dan aktivitas fisik. Selain itu, penelitian yang penulis lakukan bukan hanya menganalisis pengaruh faktor risiko terhadap hipertensi, namun juga menganalisis variabel tersebut dengan kesadaran dan terapi responden hipertensi.

c. Assessing awareness and knowledge of hypertension in an at-risk population in the Karen ethnic rural community, Thasongyang, Thailand (Aung et al, 2012). Penelitian dilakukan di Suku Karen, Thasongyang, Thailand.

(30)

Responden penelitian terdiri dari 298 warga yang berusia di atas 30 tahun. Penelitian ini menggunakan pendekatan rancangan cross-sectional. Hasil menunjukkan adanya hubungan antara gaya hidup, kesadaran dan pengetahuan tentang penyakit hipertensi. Perbedaan penelitian ini terdapat pada tempat pengambilan data responden penelitian, jumlah dan kriteria usia responden, serta hasil penelitian. Penelitian ini dilakukan di Thailand pada suku tertentu, yaitu Suku Karen, sedangkan penelitian penulis dilakukan pada satu padukuhan. Responden penelitian ini berjumlah 298 responden dengan usia di atas 30 tahun, sedangkan pada penelitian penulis berjumlah 200 orang dengan usia di atas 40 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara gaya hidup, kesadaran, dan pengetahuan terhadap penyakit hipertensi. Pada penelitian yang penulis lakukan, hasil penelitian didapatkan dari identifikasi prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi, serta pengaruh faktor risiko kesehatan yang mempengaruhi hipertensi, kesadaran dan terapi responden hipertensi.

(31)

10

Perbedaan penelitian terdapat pada tempat pengambilan data responden penelitian, jumlah dan kriteria usia responden, serta hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan responden pada suatu komunitas pedesaan di Thailand, sedangkan penelitian penulis menggunakan responden pada satu padukuhan. Responden penelitian ini berjumlah 527 orang dengan usia 35-60 tahun. Penelitian yang dilakukan penulis menggunakan responden 200 orang dengan kriteria usia responden 40 tahun ke atas. Hasil menunjukkan prevalensi hipertensi sebesar 17,8%, kesadaran 64,9% (61/94) dari jumlah responden hipertensi, terapi 42,6% dari jumlah responden sadar hipertensi (26/61) dan kontrol terapi hipertensi 42,3% (11/26) dari jumlah responden yang melakukan terapi hipertensi, serta adanya pengaruh usia, status perrnikahan, riwayat hipertensi keluarga, dan BMI terhadap hipertensi. Pada penelitian yang penulis lakukan, hasil penelitian tidak hanya mengidentifikasi hubungan faktor risiko terhadap responden hipertensi, namun juga melakukan identifikasi pengaruh faktor risiko kesehatan terhadap kejadian hipertensi, kesadaran, dan terapi hipertensi.

e. Prehypertension And Hypertension Among Young Indonesian Adults At A Primary Health Care In A Rural Area (Widjaja, Santoso, Barus, Pradana, Estetika, 2013). Penelitian dilakukan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Cicurug, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Responden penelitian terdiri 111 dewasa muda yang berusia antara 18–25 tahun, tidak hamil atau dalam kondisi syok. Penelitian ini menggunakan pendekatan rancangan cross-sectional. Hasil menunjukkan prevalensi prehipertensi 34,2%

(32)

dan hipertensi 17,1%, serta adanya pengaruh jenis kelamin terhadap kejadian prehipertensi dan BMI terhadap kejadian hipertensi pada responden dewasa muda. Perbedaan penelitian terdapat pada tempat pengambilan data, jumlah dan kriteria usia responden, serta hasil penelitian. Responden penelitian yang digunakan adalah pasien Puskesmas, sedangkan pada penelitian penulis menggunakan responden pada satu padukuhan. Responden penelitian ini berjumlah 111 orang dengan rentang usia 18-25 tahun. Hal ini berbeda dengan penelitian penulis yang menggunakan 200 orang dengan kriteria usia 40 tahun ke atas. Hasil penelitian ini menunjukkan prevalensi prehipertensi 34,2% dan hipertensi 17,1%, serta adanya pengaruh jenis kelamin terhadap kejadian prehipertensi dan BMI terhadap kejadian hipertensi pada responden dewasa muda. Hal ini berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan. Penelitian penulis mengidentifikasi prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi serta mengidentifikasi faktor risiko kesehatan terhadap ketiga variabel tersebut.

3. Manfaat penelitian

(33)

12

b. Manfaat praktis. Data yang didapatkan diharapkan memberikan gambaran mengenai korelasi faktor risiko kesehatan terhadap responden hipertensi di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengidentifikasi ”The Rules of Halves” terkait proporsi prevalensi, tingkat kesadaran dan terapi responden hipertensi di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta.

b. Mengidentifikasi perbedaan prevalensi, kesadaran, dan terapi responden hipertensi di Dukuh Blambangan, Jogotirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta yang disebabkan faktor risiko kesehatan yang meliputi BMI, pola hidup (aktivitas fisik, pola makan, merokok, dan alkohol), serta riwayat penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskuler.

(34)

13 BAB II

A. Penelaahan Pustaka 1. Definisi

Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari sama dengan 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari sama dengan 90 mmHg (Mancia, Fagard, Narkiewicz, Redon, Zanchetti, and Bohm, 2013). Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi, misalnya stroke, gagal ginjal, dan hipertrofi ventrikel kanan (Bustan, 2007).

Berikut klasifikasi tekanan darah (mmHg) yang mengacu pada ESH dan ESC 2013 yang didefinisikan mulai dari tingkat tekanan darah tertinggi, baik sistolik maupun diastolik.

Tabel II. Klasifikasi Tekanan Darah menurut ESH dan ESC 2013 Klasifikasi Tekanan Darah SBP/DBP (mmHg)

Optimal <120 dan <80

Normal 120-129 dan/atau 80-84

Normal Tinggi 130-139 dan/atau 85-89

Hipertensi tingkat1 140-159 dan/atau 90-99 Hipertensi tingkat 2 160-179 dan/atau 100-109 Hipertensi tingkat 3 ≥180 dan/atau ≥110

Isolated Systolic Hypertension ≥140 dan <90

(35)

14

renal tubular, dan hal terkait lainnya seperti kehamilan, induksi obat, sleep apnoea

(Ng, Stanley, and Williams, 2010).

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kesadaran adalah keinsafan, keadaan mengerti, dan hal yang dirasakan atau dialami oleh seseorang. Kesadaran diri adalah kesadaran seseorang atas keadaan dirinya sendiri (Setiawan, 2014). Kesadaran diri adalah kemampuan untuk mengintrospeksi dan mengenali diri sendiri sebagai individu yang terpisah dari lingkungan dan orang lain (Ferris, 2012).

Secara keseluruhan, tujuan penanganan hipertensi adalah mengurangi morbiditas dan kematian. Target nilai tekanan darah adalah kurang dari 140/90mmHg untuk hipertensi tidak komplikasi dan kurang dari 130/80mmHg untuk penderita diabetes mellitus serta ginjal kronik. Terapi non-farmakologi yang dapat dilakukan penderita prehipertensi dan hipertensi sebaiknya dianjurkan untuk memodifikasi gaya hidup, termasuk penurunan berat badan jika berat badan berlebih, melakukan diet makanan yang diambil DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension), mengurangi asupan natrium hingga ≤2,4 g/hari (6 g/hari NaCl), melakukan aktivitas fisik seperti aerobik, mengurangi konsumsi alkohol dan menghentikan kebiasaan merokok. Penderita hipertensi tahap 1 atau 2 sebaiknya ditempatkan pada terapi modifikasi gaya hidupdan terapi obat secara bersamaan (Sukandar et al., 2009).

Pada terapi farmakologi, pemilihan obat tergantung pada derajat meningkatnya tekanan darah dan keberadaan compelling indications. Kebanyakan penderita hipertensi tahap 1 sebaiknya terapi diawali dengan diuretik thiazide.

(36)

Penderita hipertensi tahap 2 pada umumnya diberikan terapi kombinasi, salah satunya diuretik thiazide kecuali terdapat kontraindikasi. Diuretik, β blocker,

inhibitor Angiotensin-Converting Enzyme (ACE), Angiotensin II Receptor Blocker (ARB), dan Calcium Channel Blocker (CCB) merupakan agen primer berdasarkan pada data kerusakan organ target atau morbiditas dan kematian kardiovaskular. Alfa bloker, alfa-2 agonis sentral, inhibitor adrenergik, dan vasodilator merupakan alternative yang dapat digunakan penderita setelah mendapatkan obat pilihan pertama (Sukandar et al., 2009).

Diuretik menurunkan tekanan darah dengan menyebabkan diuresis. Pengurangan volume plasma dan stroke volume (SV) berhubungan dengan diuresis dalam penurunan curah jantung (Cardiac Output¸ CO) dan tekanan darah pada akhirnya. Penurunan curah jantung yang utama menyebabkan peningkatan resistensi perifer (Sukandar et al., 2009).

ACE membantu produksi angiotensin II (berperan penting dalam regulasi tekanan darah arteri). ACE didistribusikan pada beberapa jaringan dan ada pada beberapa tipe sel yang berbeda tetapi pada prinsipnya merupakan sel endothelial. Kemudian, tempat utama produksi angiotensin II adalah pembuluh darah bukan ginjal. Inhibitor ACE mencegah perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II. Inhibitor ACE ini juga mencegah degradasi bradikinin dan menstimulus sintesis senyawa vasodilator lainnya termasuk prostaglandin E2 dan prostasiklin (Sukandar

et al., 2009).

ARBs menahan langsung reseptor angiotensin tipe I (AT1), reseptor yang

(37)

16

simpatetik, pelepasan hormon antidiuretik, dan konstriksi arteriol eferen glomerulus). ARB tidak mencegah pemecahan bradikinin. Hal ini tidak memberikan efek samping batuk (Sukandar et al., 2009).

CCB menyebabkan relaksasi jantung dan otot polos dengan menghambat saluran kalsium yang sensitif terhadap tegangan sehingga mengurangi masuknya kalsium ekstraseluler ke dalam sel. Relaksasi otot polos vaskular menyebabkan vasodilatasi dan berhubungan dengan reduksi tekanan darah. Antagonis kanal kalsium dihidropiridini dapat menyebabkan aktivasi refleks simpatetik (Sukandar

et al., 2009).

Penghambat reseptor α1 menginhibisi katekolamin pada sel otot polos

vaskular perifer yang memberikan efek vasodilatasi. Kelompok ini tidak mengubah aktivitas reseptor α2 sehingga tidak menimbulkan efek takikardia.

Antagonis α2 (pusat) menurunkan tekanan darah pada umumnya dengan cara

menstimulasi reseptor α2 di otak, yang mengurangi aliran simpatetik dari pusat

vasomotor dan meningkatkan tonus vagal. Stimulasi reseptor α2 presinaptik secara

perifer menyebabkan penurunan tonus simpatetik. Oleh karena itu, dapat terjadi penurunan denyut jantung, curah jantung, resistensi perifer total, aktivitas rennin plasma, dan reflex baroreseptor (Sukandar et al., 2009).

Vasodilator arteri langsung menyebabkan relaksasi langsung otot polos arteriol. Aktivitas reflex baroreseptor dapat meningkatkan aliran simpatetik dari pusat vasomotor, meningkatkan denyut jantung, curah jantung, dan pelepasan rennin. Oleh karena itu, efek hipotensif dari vasodilator langsung berkurang pada

(38)

penderita yang juga mendapatkan pengobatan inhibitor simpatetik dan diuretik (Sukandar et al., 2009).

2. Epidemiologi

Masalah hipertensi yang terjadi di Indonesia cenderung meningkat. Penderita hipertensi di Indonesia menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001 sebesar 8,3% dan mengalami peningkatan pada tahun 2004 menjadi 27,5% (Rahajeng dan Tuminah, 2009). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Daerah tahun 2007, Yogyakarta merupakan provinsi kelima dengan kasus hipertensi terbanyak.

Hipertensi dapat menjadi masalah kesehatan publik karena hipertensi menyebabkan kerusakan organ tubuh dan dapat menginduksi penyakit kardiovaskuler, penyakit jantung koroner, gagal jantung, gagal ginjal, dan komplikasi lainnya (Qiao et al., 2013). Pengontrolan tekanan darah secara rutin dapat mengurangi angka kejadian penderita hipertensi.

Menurut Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP dan PL), hipertensi tidak menimbulkan gejala dan tanda yang khas pada awal terjadinya penyakit. Hal ini memperburuk keadaan penderita karena akan menyadari mengalami penyakit ini dalam waktu yang lama. Hal ini tidak jarang berisiko pada terjadinya stroke dan gangguan fungsi jantung.

(39)

18

hipertensi di Amerika mencapai 69%. Dari data tersebut kurang dari 10% yang tekanan darahnya terkontrol dengan baik (Bustan, 1997).

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2007 menyatakan bahwa sebagian besar kasus hipertensi di Indonesia belum terdiagnosa. Pernyataan ini didasarkan pada prevalensi hasil pengukuran tekanan darah pada usia di atas 18 tahun sebesar 31,7%. Dari data tersebut hanya 7,2% dari populasi yang telah mengetahui bahwa mereka mengidap hipertensi dan hanya 0,4% dari populasi yang menjalani terapi (Depkes, 2012). Menurut survei tahun 2002, angka prevalensi hipertensi tanpa pengobatan di Indonesia sebesar 37,32% dari populasi dewasa yang berusia 40 tahun ke atas yang berasal dari berbagai pulau besar di Indonesia (Setiati dan Sutrisna, 2005).

3. Etiologi

Faktor penyebab penyakit hipertensi sangat bervariasi. Penganjuran untuk memulai gaya hidup sehat, seperti mengurangi kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, memulai melakukan aktivitas seperti yoga atau meditasi, dapat mengurangi prevalensi hipertensi. Peningkatan pemahaman tentang hipertensi, serta penghimbauan untuk mematuhi mengonsumsi obat-obat antihipertensi juga dapat mengendalikan faktor-faktor risiko yang relevan (Qiao et al., 2013).

Faktor risiko hipertensi memiliki korelasi yang signifikan dengan usia, aktivitas fisik, body mass index (BMI), dan pola hidup. Penelitian di Suburban (Nepal) menemukan bahwa adanya peningkatan prevalensi hipertensi terhadap usia (Sharma et al., 2006). Aktivitas fisik dan BMI berhubungan dengan

(40)

peningkatan tekanan darah. Beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara hipertensi dan BMI (Chataut, Adhikari, and Sinha, 2011). Pola hidup dilihat dari kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol, maupun jumlah garam yang dikonsumsi. Seseorang yang mempunyai kebiasaan mengkonsumsi alkohol memiliki risiko hipertensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan subjek yang tidak memiliki riwayat tersebut (Wang et al., 2006).

Faktor risiko hipertensi sangat penting untuk dikendalikan dalam mencegah komplikasi kardiovaskuler. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi antara lain tekanan darah, kelainan metabolik (diabetes mellitus, lipid darah, asam urat dan obesitas), merokok, alkohol, dan inaktivitas, sedangkan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain usia, jenis kelamin, dan faktor genetik (Gunawan, Setiabudy, Nafrialdi, Elysabeth, 2007).

a. Usia

Hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan usia. Pasien berusia 60 tahun ke atas, 50–60% memiliki tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya (Oktora, 2005). Pada kelompok usia 31-55 tahun, penyakit hipertensi paling banyak dialami. Pada umumnya kejadian hipertensi cenderung meningkat pada usia paruh baya, khususnya usia lebih dari 40 tahun, bahkan pada usia lebih dari 60 tahun (Krummel, 2004).

(41)

20

akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik (Kumar, 2005).

b. Jenis Kelamin

Wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause.Wanita yang belum menopause memiliki proteksi berupa hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein

(HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Pada premenopause, wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen. Umumnya proses ini mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun (Kumar, 2005).

LDL mudah menembus plak dalam dinding nadi pembuluh darah jika dalam keadaan teroksidasi. Estrogen pada wanita juga berfungsi sebagai antioksidan dengan cara mencegah proses oksidasi LDL sehingga kemampuan LDL untuk menembus plak menurun. Estrogen pada wanita juga berfungsi dalam melebarkan pembuluh darah jantung sehingga aliran darah lancar dan suplai oksigen ke jantung cukup (Khomsan, 1996).

c. BMI

Menurut National Institutes for Health USA (NIH, 1998), prevalensi hipertensi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut standar internasional) (Cortas, 2008). BMI atau Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan salah satu cara untuk mengukur status gizi seseorang.

(42)

Pengukuran ini hanya berlaku bagi orang dewasa berusia diatas 18 tahun. Seseorang yang mengalami obesitas memiliki risikoterkena berbagai penyakit degeneratif, seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, dan diabetes mellitus (Supariasa, 2002). Berikut tabel klasifikasi status gizi menggunakan BMI orang dewasa.

Tabel III. Klasifikasi BMI pada Orang Dewasa

Kategori BMI (kg/m2)

Kurus <18,5

Normal ≥18,5 - <25,0

BB lebih ≥25,0 - <27,0

Obesitas ≥27,0

(Depkes RI, 2008). d. Pola makan

Konsumsi sayur-sayuran dan buah-buahan dalam porsi yang memadai dapat menjadi sumber asupan antioksidan bagi tubuh. Adanya antioksidan dapat menangkap radikal bebas dan mencegah kerusakan pada pembuluh darah (Almatsier, 2003). Konsumsi pangan tinggi lemak dapat menyebabkan penyumbatan pembuluh darah (aterosklerosis). Lemak yang terdapat dalam minyak goreng tersusun dari asam lemak jenuh rantai panjang (long-saturated fatty acid). Lemak yang berada dalam waktu yang lama dalam tubuh, menyebabkan penumpukan dan pembentukan plak di pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan pembuluh darah semakin sempit dan terjadi penurunan elastisitas pembuluh darah (Almatsier, 2003).

e. Merokok

(43)

22

pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan tekanan darah meningkat (Depkes, 2007). Merokok dapat meningkatkan kadar LDL dalam darah dan menurunkan kadar HDL. Merokok juga dapat meningkatkan pengaktifan platelet (sel-sel penggumpal darah) (Khomsan, 1996). Asap rokok yang mengandung karbonmonoksida, memiliki kemampuan menarik eritrosit lebih kuat dibandingkan kemampuan menarik oksigen. Hal ini menyebabkan penurunan kapasitas eritrosit pembawa oksigen ke jantung dan jaringan lainnya (Karyadi, 2002).

f. Alkohol

Kebiasaan ini diduga dapat meningkatkan kadar kortisol dan peningkatan volume eritrosit, serta kekentalan darah yang berperan dalam meningkatkan tekanan darah (Suyono dan Slamet, 2001). Terdapat perbedaan yang signifikan dalam hal tingginya tekanan darah jika dilakukan perbandingan antara orang bukan peminum alkohol dan orang peminum alkohol. Konsumsi alkohol 3 kali dalam sehari dapat memicu peningkatan tekanan darah dan berhubungan dengan peningkatan 3mmHg (Krummel, 2004).

g. Aktivitas fisik

Orang yang jarang melakukan aktivitas fisik, seperti olahraga, dapat memicu terjadinya peningkatan tekanan darah. Olahraga teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah (Suyono dan Slamet, 2001). Kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap

(44)

kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, makin besar tekanan yang dibebankan pada arteri (Sheps, 2005, dalam Aris, 2007).

h. Riwayat Penyakit Penyerta yang berhubungan dengan Kardiovaskuler

Hipertensi sering muncul dengan faktor risiko lain yang timbul sebagai sindrom metabolik, yaitu hipertensi dengan gangguan toleransi glukosa atau diabetes mellitus (DM), dislipidemia (tingginya kolesterol darah) dan obesitas (Krummel, 2004). Kondisi fisiologis lainnya yang dapat menyebabkan hipertensi diantaranya adalah aterosklerosis (penebalan dinding arteri yang menyebabkan hilangnya elastisitas pembuluh darah), bertambahnya jumlah darah yang dipompa ke jantung, penyakit ginjal, kelenjar adrenal, dan system saraf simpatis (Ganong, 1998).

Hipertensi lama dan/atau berat dapat menimbulkan komplikasi berupa kerusakan organ pada jantung, otak, ginjal, mata dan pembuluh darah perifer. Kerusakan pada jantung yang dapat terjadi adalah hipertrofi ventrikel kiri sampai gagal jantung, pada otak dapat terjadi stroke akibat pecahnya pembuluh darah serebral dan pada ginjal dapat menyebabkan penyakit ginjal kronik sampai gagal ginjal. Hipertensi juga merupakan faktor risiko terjadinya aterosklerosis dengan akibat penyakit jantung koroner dan stroke iskemik. Pengendalian berbagai faktor risiko hipertensi sangat penting dalam mencegah komplikasi kardiovaskuler (Gunawan, Setiabudy, Nafrialdi, Elysabeth, 2007).

4. The Rule of Halves

(45)

24

setengah dari mereka tidak diterapi (aturan kedua), dan setengah dari orang yang diterapi tidak melakukan kontrol (aturan ketiga) (Hooker, Cowab, Freeman, 1999). The Rule of Halves merupakan teori penyajian median dalam statistik yang mencakup populasi dalam bentuk apapun dan dapat menggunakan ukuran apapun. Setengah dari populasi akan berada pada satu sisi median dan setengahnya pada sisi yang lain (Deepa, 2003).

Aturan pertama menggambarkan status kesadaran tentang penyakit dan efektivitas program skrining yang berlaku dalam mendiagnosis penyakit sejak dini. Aturan kedua menggambarkan status pengobatan untuk hipertensi antara mereka yang didiagnosis dan kesadaran tentang perawatan diri dalam pencegahan terjadinya risiko komplikasi. Aturan ketiga membahas status kecukupan dalam pengobatan untuk hipertensi (Varadaraja and Arun, 2014).

5. Pengukuran Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik. Nilai tekanan darah normal orang dewasa berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80. Pengukuran tekanan darah secara rutin perlu dilakukan untuk mengendalikan tekanan darah. Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Pada metode langsung, kateter arteri dimasukkan ke dalam arteri. Walaupun hasilnya sangat tepat, akan tetapi metode pengukuran ini sangat berbahaya dan

(46)

dapat menimbulkan masalah kesehatan lain. Pada pengukuran tidak langsung dapat dilakukan dengan menggunakan sphygmomanometer dan stetoskop.

Sphgmomanometer tersusun atas manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan rongga dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer sesuai dengan tekanan dalam milimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis (Smeltzer and Bare, 2001).

Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan posisi responden dalam keadaan duduk. Lengan kanan responden dikondisikan dalam keadaan rileks, lengan baju diatur agar tidak mengganggu proses pengukuran tekanan darah. Setelah itu, manset dipasang dengan lebar dapat melingkar sekurang-kurangnya dua per tiga panjang lengan atas dan tidak menempel baju. Lalu, lakukan pemompaan (pengukuran) tekanan darah dan catat hasil pengukuran. Pengukuran dilakukan dua kali berturut-turut dengan interval dua menit. Apabila terdapat selisih tekanan darah >10 mmHg pada pengukuran pertama dan kedua, baik pada sistolik dan atau pada diastolik, lakukan pengukuran ketiga (Handayani, 2013).

(47)

26

Pemerintah (PP) No.72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan merupakan kebijakan yang mendukung pengujian dan kalibrasi (Depkes RI, 2007).

B. Landasan Teori

Hipertensi merupakan penyakit dengan gejala yang tidak khas untuk dideteksi. Orang yang mengalami hipertensi tidak dapat mengetahui bahwa dirinya mengalami hipertensi apabila tidak melakukan pemeriksaan tekanan darah. Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2007 yang menyatakan prevalensi hipertensi dari hasil pengukuran tekanan darah pada usia di atas 18 tahun sebesar 31,7%. Sebesar 7,2% dari data tersebut yang mengetahui dirinya hipertensi dan hanya 0,4% dari populasi yang menjalani terapi. Seiring perkembangan zaman, diperkirakan persentase di atas semakin memburuk akibat gaya hidup yang cenderung semakin buruk. Hipertensi dapat dihindari dengan cara memulai gaya hidup yang sehat, seperti mengurangi kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, melakukan aktivitas fisik seperti olahraga teratur, dan hal terkait lainnya. Adanya pengontrolan tekanan darah yang dilakukan orang yang mengalami hipertensi juga dapat mengurangi angka kejadian hipertensi.

Faktor risiko kesehatan yang mempengaruhi hipertensi dapat dipengaruhi oleh Body Mass Index (BMI), pola hidup (aktivitas fisik, pola makan, merokok, alkohol), serta riwayat penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskuler. Seseorang yang memiliki BMI >30 masuk kategori obesitas. Orang obesitas memiliki banyak lemak dalam tubuh dan berisiko terkena hipertensi akibat adanya plak terbentuk di pembuluh darah dan menyumbat aliran

(48)

darah. Aktivitas fisik atau olahraga yang tidak rutin juga dapat meningkatkan tahanan perifer sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Makanan yang mengandung banyak lemak (digoreng) serta jarang mengonsumsi buah, dapat meningkatkan hipertensi.

Orang dengan gaya hidup tidak sehat atau dengan riwayat penyakit penyerta, sebaiknya mulai menyadari risiko hipertensi dengan melakukan pengecekan tekanan darah. Seseorang yang berisiko terkena hipertensi, diharapkan mulai menghindari faktor-faktor penyebab tersebut agar risiko hipertensi tidak meningkat. Orang yang mengalami hipertensi yang sudah mengetahui bahwa dirinya hipertensi, diharapkan patuh mengonsumsi obat antihipertensi dan melakukan kontrol ke pihak pelayanan kesehatan. Kesadaran masyarakat terkait masalah hipertensi masih rendah. Banyak masyarakat yang mengalami hipertensi sudah melakukan terapi, namun ada juga pasien yang belum melakukan terapi. Hal ini dikarenakan orang tersebut belum menyadari bahaya hipertensi.

(49)

28

masyarakat Dukuh Blambangan memiliki gaya hidup yang kurang baik dan jarang melakukan pengecekan kesehatan, serta memiliki riwayat penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskuler, maka dimungkinkan bahwa prevalensi hipertensi tinggi, serta dapat mempengaruhi kesadaran dan terapi responden hipertensi.

C. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah adanya perbedaan prevalensi, kesadaran, dan terapi reponden hipertensi yang disebabkan faktor risiko kesehatan, yaitu Body Mass Index (BMI), pola hidup (aktivitas fisik, pola makan, merokok, alkohol), serta riwayat penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskuler.

(50)

29 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional (survei farmakoepidemiologi). Peneliti melakukan observasi terhadap responden penelitian tanpa adanya intervensi sehingga data yang didapatkan merupakan data yang menggambarkan keadaan sesungguhnya dari responden penelitian.

Pada penelitian observasional, peneliti tidak melakukan perlakukan/intervensi apapun terhadap variabel penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian jenis observasional analitik. Menurut Jasaputra dan Santosa (2008), pada penelitian jenis observasional analitik, peneliti mencari hubungan antar variabel, yaitu dengan melakukan analisis terhadap data yang dikumpulkan.

Pendekatan rancangan secara cross-sectional (potong lintang). Menurut Jasaputra dan Santosa (2008), pada penelitian cross-sectional, peneliti melakukan observasi atau pengukuran variabel pada satu saat. Pada studi ini, variabel bebas (faktor risiko) dan variabel tergantung (efek) dinilai secara simultan pada saat yang bersamaan.

(51)

30

B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas

Faktor risiko kesehatan :

BMI, pola hidup (aktivitas fisik, pola makan, merokok, alkohol), serta riwayat penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskuler.

2. Variabel tergantung

Tekanan darah (mmHg), prevalensi dan kesadaran responden terhadap hipertensi, serta terapi yang yang dilakukan responden.

3. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali: usia, jenis kelamin.

b. Variabel pengacau tak terkendali: aktivitas, lifestyle (gaya hidup), pola makan, dan faktor lain diluar definisi operasional.

(52)

C. Definisi operasional Tabel IV. Definisi Operasional Penelitian

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Cara Ukur Skala Ukur Hipertensi Suatu keadaan dengan

nilai tekanan darah sistolik ≥140mmHg dan/atau nilai tekanan

darah diastolik

≥90mmHg atau suatu keadaan dengan nilai tekanan darah normal, namun sedang menjalani

terapi hipertensi

Sphygmomano meter digital,

CRF Pengukuran tekanan darah, wawancara Rasio Prevalensi hipertensi Angka kejadian hipertensi di Dukuh Blambangan, Sleman,

Yogyakarta

CRF Pengukuran tekanan darah, wawancara Rasio Kesadaran Hipertensi

Faktor internal dari dalam diri seseorang yang membuat orang tersebut mengetahui

bahwa dirinya mengalami hipertensi

lewat pengecekan tekanan darah, dibagi dalam kategori sadar dan

tidak sadar hipertensi

CRF Wawancara Nominal

Terapi Hipertensi

Terapi dengan konsumsi obat hipertensi, melakukan pengobatan

mandiri (konsumsi bahan-bahan alami untuk

terapi hipertensi), maupun terapi lainnya

terkait pengatasan tekanan darah tinggi. Terapi dilakukan setelah

responden menyadari dirinya mengalami hipertensi, dibagi dalam

kategori melakukan terapi dan tidak melakukan terapi

(53)
[image:53.595.102.546.124.746.2]

32

Tabel Lanjutan …

Subjek penelitian Selanjutnya disebut sebagai responden penelitian. Responden penelitian adalah penduduk dewasa berusia ≥40 tahun di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta yang memenuhi kriteria

inklusi penelitian

CRF Wawancara Rasio

Karakteristik penelitian

Usia, jenis kelamin, BMI, pola hidup (aktivitas fisik, pola

makan, merokok, alkohol), dan riwayat penyakit penyerta yang

berhubungan dengan kardiovaskuler

- Wawancara -

Aktivitas Fisik Rutin/sering (minimal 1 kali tiap hari) melakukan

aktivitas olahraga (lari/jalan pagi/sore, bersepeda, atau senam) atau melakukan aktivitas berat tiap hari (pekerja di sawah, buruh bangunan,

atau tukang kayu), dibagi dalam kategori melakukan aktivitas fisik

dan tidak melakukan aktivitas fisik

CRF Wawancara Ordinal

Pola makan Lebih banyak mengonsumsi makanan

yang direbus daripada yang digoreng atau rutin/sering (minimal 2

hari 1 kali) mengonsumsi buah, dibagi dalam kategori menjaga pola makan dan

tidak menjaga pola makan

CRF Wawancara Ordinal

(54)
[image:54.595.103.546.135.624.2]

Tabel Lanjutan …

Merokok Dibagi dalam dua kategori, yaitu responden

yang merupakan perokok aktif, sedangkan

kategori tidak merokok adalah responden yang

tidak merokok atau perokok pasif

CRF Wawancara Ordinal

Penyakit penyerta yang

berhubungan dengan kardiovaskuler

Diabetes mellitus, asam urat, stroke, kolesterol,

dan penyakit jantung.

- - - Riwayat Penyakit Penyerta Riwayat penyakit penyerta yang berhubungan dengan kardiovaskuler, dibagi dalam kategori responden yang memiliki riwayat penyakit penyerta dan tidak memiliki riwayat

penyakit penyerta

CRF Wawancara Ordinal

Tekanan Darah Responden

Penelitian

Diperoleh dari hasil pemeriksaan peneliti

menggunakan

sphygmomanometer

digital yang telah dikalibrasi.

Sphygmomano meter digital

Pengukuran tekanan darah mengguna-kan Sphygmo-manometer digital Rasio Standar Pengukuran Tekanan Darah

Standar yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada ESH dan

ESC 2013.

(55)

34

D. Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah penduduk dewasa berusia ≥40 tahun di Dukuh Blambangan, Sleman, Yogyakarta. Kriteria inklusi penelitian meliputi responden yang bersedia mengikuti penelitian dan memiliki usia ≥40 tahun. Kriteria eksklusi meliputi responden tidak dapat memberikan respon terhadap pertanyaan yang diajukan oleh peneliti dan nilai tekanan darah responden tidak dapat terdeteksi dengan sphygmomanometer digital.

E. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Dukuh Blambangan, Kelurahan Jogotirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian payung Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berjudul “Prevalensi, Kesadaran dan Terapi

Hipertensi berdasarkan Kajian Faktor Risiko Kesehatan dan Faktor Sosio-Ekonomi di Kabupaten Sleman, Yogyakarta”. Penelitian ini dilakukan oleh 12 peneliti secara berkelompok. Setiap 2 orang meneliti 1 dukuh sehingga terdapat 6 dukuh di Kabupaten Sleman yang menjadi tempat penelitian.

(56)

Gambar 1. Penelitian Payung “Prevalensi, Kesadaran dan Terapi Hipertensi berdasarkan Kajian Faktor Risiko Kesehatan dan Faktor Sosio-Ekonomi di

Kabupaten Sleman, Yogyakarta”

G. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel (sampling) pada penelitian dilakukan secara

non-random dengan jenis purposive sampling.

Gambar 2. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian 211 orang (Total Populasi

Berusia ≥40 tahun)

Purposive Sampling

63 orang (Total Responden Terapi Hipertensi) 200 orang (Total Responden

Penelitian di Dukuh Blambangan)

110 orang (Total Responden Hipertensi)

(57)

36

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah Case Report Form

(CRF), alat pengukur tinggi badan, timbangan, sphygmomanometer digital, leaflet

dan informed consent. CRF (lampiran 7) dan informed consent (lampiran 8) dilampirkan pada lampiran. CRF sebagai instrumen yang digunakan saat melakukan wawancara dengan responden, yang selanjutnya akan diisi oleh peneliti berdasarkan jawaban responden penelitian. Alat pengukur tinggi badan digunakan untuk mengukur tinggi badan responden. Timbangan digunakan untuk mendapatkan data berat badan responden penelitian. Hasil pengukuran tinggi badan dan berat badan inilah yang digunakan untuk mengukur Body Mass Index

(BMI). Sphygmomanometer digital digunakan peneliti untuk mengukur tekanan darah responden penelitian. Hasil pengukuran tekanan darah langsung disampaikan kepada responden saat itu juga dan selanjutnya dicatat pada CRF sesuai kolom yang tersedia. Leaflet digunakan untuk membantu peneliti dalam menjelaskan maksud dan tujuan penelitian, serta hal terkait lainnya dalam penelitian kepada responden penelitian. Hal ini juga dilakukan agar responden penelitian dapat lebih memahami pentingnya menjaga tekanan darah dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Instrumen penelitian lainnya adalah

informed consent. Instrumen ini digunakan sebagai bukti bahwa responden penelitian bersedia mengikuti penelitian.

(58)

I. Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal

Observasi awal dilakukan dengan mencari dukuh yang tepat untuk diteliti terkait prevalensi, tingkat kesadaran, dan terapi hipertensi. Hal ini dilakukan lewat wawancara dengan Kepala Dukuh setempat, serta melihat data padukuhan.

2. Permohonan ijin dan kerjasama

Permohonan ijin ditujukan kepada Kepala Dukuh Blambangan. Permohonan ijin selanjutnya ditujukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta untuk mendapatkan Ethical Clearance (lampiran 1). Ethical Clearance (Ref: KE/FK/579/EC) digunakan untuk memenuhi etika penelitian menggunakan tekanan darah manusia dan hasil penelitian dapat dipublikasikan.

3. Pembuatan inform consent dan leaflet

Informed consent yang dibuat telah memenuhi standar yang ditetapkan oleh Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Responden diminta untuk mengisi nama, alamat, usia dan menandatanganinya. Leaflet berupa selembaran kertas berukuran A4 yang berisi informasi mengenai penjelasan tentang penelitian.

4. Penetapan calon responden

(59)

38

calon responden. Jika responden bersedia, maka responden diminta untuk mengisi nama, alamat, usia dan menandatangani informed consent.

5. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian

Instrumen yang memiliki validitas dan reliabel yang baik dapat dinyatakan

dengan nilai CV (coefficient of variation) 5%. Menurut Sugiyono (2007),

validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan data yang dapat dilaporkan oleh peneliti. Menurut Arikunto (1999), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes. Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria.

Reabilitas adalah tingkat konsitensi suatu tes, yakni sejauh mana suatu tes dapat dipercaya untuk menghasilkan nilai yang konsisten, relatif tidak berubah walaupun diteskan pada situasi yang berbeda-beda. Reliabilitas suatu tes adalah taraf sampai dimana suatu tes mampu menunjukkan konsistensi hasil pengukuran yang diperlihatkan dalam taraf ketetapan dan ketelitian hasil. Reliabel tes berhubungan dengan ketetapan hasil tes (Arikunto, 1999).

6. Pengukuran tekanan darah

Penguku

Gambar

Tabel XII.  Hasil Analisis Chi-Square pada Responden yang Melakukan
Gambar 2. Teknik Pengambilan Sampel Penelitian ………………………… 35
Tabel Lanjutan …
Tabel Lanjutan …

Referensi

Dokumen terkait

Senyawa organik yang dapat digunakan adalah senyawa organik dengan gugus fungsional terion seperti asam humat dan senyawa organik y'ang mempunyai gugus fungsional tidak terion

satu minggu. Modul-modul itu adalah modul kelainan kongenital, infeksi, trauma, inflamasi, kelaianan metabolik endokrin, neoplasma dan penyakit degeneratif dengan

From results of research that conducted on the general insurance company listed on the Indonesia Stock Exchange which published their financial statements from 2010 until 2014, it

telah ada constitutional review terhadap bagian penjelasan Pasal 55 Undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah (selanjutnya ditulis UU Perbankan

dalam banyak ayat dan tersebar di berbagai surat, baik secara inplisit

Secara mikrobiologi, pangan jajanan yang tidak higienis, dapat mengandung bakteri patogen jenis Staphylococcus aureus dan Salmonella sp (Mirawati et al ., 2014).. Penyakit

Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian yang telah dilakukan maka diajukan saran sebagai berikut: Bagi guru, hendaknya dalam penerapan model pembelajaran

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Maulidya Septiany, Rismia A., dan Agianto (2017) dengan judul “ Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Tingkat Nyeri Haid