• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Sikap terhadap Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Wabah Rabies di Wilayah Kecamatan Medan Menghadapi Bencana Wabah Rabies di Wilayah Kecamatan Medan

HASIL PENELITIAN

5.2. Hubungan Sikap terhadap Kesiapsiagaan Masyarakat dalam Menghadapi Bencana Wabah Rabies di Wilayah Kecamatan Medan Menghadapi Bencana Wabah Rabies di Wilayah Kecamatan Medan

Tuntungan

Berdasarkan hasil analisis hubungan antara sikap dengan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana wabah Rabies diperoleh data bahwa berdasarkan hasil analisis hubungan antara sikap dengan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana wabah Rabies diperoleh data bahwa sebanyak 11 responden (11,3%), mempunyai sikap yang baik dan siap dalam menghadapi bencana wabah Rabies. Sedangkan sebanyak 86 responden (88,7%), mempunyai sikap yang baik, tetapi tidak siap dalam menghadapi bencana wabah Rabies. Sedangkan sebanyak 3 responden (2,7%), mempunyai sikap kurang baik tetapi siap dalam menghadapi bencana wabah Rabies. Sedangkan sebanyak 110 responden (97,3%), mempunyai sikap yang kurang baik, tetapi tidak siap dalam menghadapi bencana wabah Rabies. Hasil uji Chi-square didapat nilai p=0,018. Hal ini berarti

ada hubungan sikap terhadap kesiapsiagaan masyarakat dalam bencana wabah Rabies.

Mengacu pada hasil uji tersebut dapat dijelaskan bahwa dilihat dari latar belakang pekerjaan responden yang lebih banyak bertani dan sebagai buruh, sehingga anjing peliharaan lebih banyak berkeliaran dibandingkan diikat. Menurut responden, anjing peliharaannya sekalian ikut menemani untuk berladang dengan tuannya, akibatnya banyak anjing peliharaan yang berkeliaran bebas dan bergabung dengan anjing-anjing liar. Dari hal ini akan berpotensial untuk menularkan Rabies. Dan hal ini didukung dengan hasil penelitian pada tabulasi silang antara pekerjaan dengan

pengetahuan terhadap kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana wabah Rabies diperoleh data bahwa dari kelompok pekerjaan petani/buruh sebanyak 82 responden (54,17%) yang mempunyai pengetahuan yang kurang baik. Dibandingkan dengan kelompok PNS, sebanyak 35 responden (53,03%) mempunyai pengetahuan yang kurang baik.

Pada dasarnya responden mengetahui akan bahaya Rabies tetapi karena belum ada kejadian yang menyebabkan kematian pada lingkungannya akibat Rabies, maka responden menganggap hal yang sepele atau tidak terlalu dikhawatirkan. Hasil dilapangan menunjukkan bahwa pada umumnya responden tidak menyetujui jika anjing peliharaan sehari-harinya diikat dengan rantai. Alasan yang diungkapkan oleh responden adalah apabila anjing diikat maka anjing tidak bisa bergerak bebas, selain itu juga bisa menyebabkan anjing menjadi lebih ganas.

Responden juga tidak menyetujui anjing peliharaan diikat dengan rantai yang panjangnya tidak boleh lebih dari 2 (dua) meter dan memberangus moncongnya bila dibawa keluar rumah. Alasan yang diungkapkan oleh responden adalah karena akan merepotkan saja dan menyita waktu. Kemudian sebagian responden juga tidak menyetujui bila anjing peliharaannya tidak dibiarkan bebas berkeliaran. Alasan responden adalah karena anjing adalah makhluk Tuhan seperti juga manusia yang tidak suka jika dikekang.

Hal menarik dalam penelitian ini adalah ada lima responden menyatakan tidak setuju jika anjing peliharaannya disuntik dengan Vaksin Anti Rabies 1-2 kali setahun. Alasan yang diungkapkan oleh responden adalah mereka trauma oleh

kematian anjing peliharaan setelah seminggu dilakukan vaksinasi Anti Rabies. Kemudian ada seorang responden juga mengatakan kira-kira 2 (dua) tahun yang lalu, ada mahasiswa yang melakukan penelitian dari bagian peternakan melakukan vaksinasi anjing dengan hanya membawa 5 (lima) buah jarum suntik untuk digunakan pada seluruh anjing peliharaan di Kelurahan Kemenangan Tani. Beliau mengkhawatirkan bahwa seperti halnya manusia, penyakit pada anjing juga dapat berpindah melalui jarum suntik.

Menurut Louis Thurstone, Rensis Likert dan Charles Osgood dalam Azwar (2011), sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seorang terhadap suatu bijak adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun

perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.

Hasil penelitian terhadap sikap responden yaitu lebih banyak yang menyatakan setuju jika anjing peliharaan harus diikat dengan rantai yang panjangnya 2 (dua) meter, hal ini dikarenakan anjing peliharaan agar tidak bebas bergabung dengan anjing liar, dan dapat bermain dengan anggota keluarga di dalam pagar.

Berdasarkan hasil penelitian terhadap sikap responden yaitu anjing peliharaan harus diberi suntikan vaksin anti Rabies setiap 1-2 kali dalam setahun, lebih banyak responden menyatakan tidak setuju, dengan alasan bahwa mereka trauma oleh kematian anjing peliharaan setelah seminggu dilakukan vaksinasi Anti Rabies. Kemudian ada seorang responden juga mengatakan kira-kira 2 (dua) tahun yang lalu, ada mahasiswa yang melakukan penelitian dari bagian peternakan melakukan vaksinasi anjing dengan hanya membawa 5 (lima) buah jarum suntik untuk

digunakan pada seluruh anjing peliharaan di Kelurahan Kemenangan Tani. Beliau mengkhawatirkan bahwa seperti halnya manusia, penyakit pada anjing juga dapat berpindah melalui jarum suntik.

Hasil penelitian dengan sikap responden terhadap kesiapsiagaan bencana Rabies yaitu pemilik anjing peliharaan harus mendaftarkan ke Kelurahan setempat atau Dinas Pertanian Kesehatan Hewan, lebih banyak responden menyatakan setuju, alasannya agar petugas lebih mudah untuk mengawasi perkembangan jumlah anjing peliharaan yang ada di wilayah Kecamatan Medan Tuntungan. Maka untuk mencegah penyakit Rabies maka petugas berwenang menangkap anjing untuk dikarantinakan, lebih banyak responden menyatakan setuju, alasannya yang diberikan masyarakat adalah untuk mengurangi resiko terjadinya bencan wabah Rabies di wilayah Kecamatan Medan Tuntungan.

Hasil penelitian dengan sikap responden yaitu setiap orang yang terkena gigitan anjing harus segera dibawa ke Puskesmas terdekat atau balai pengobatan terdekat untuk diperiksa dan diberi pertolongan pertama, responden lebih banyak menyatakan setuju, dengan alasan agar nyawa, keamanan dan kesehatan anggota keluarga tertolong dengan adanya bantuan dari tenaga kesehatan.

Berikutnya hasil penelitian dengan sikap responden terhadap kesiapsiagaan yaitu untuk mencegah terjadinya penyebaran virus rabies, maka setiap anjing peliharaan yang masuk kewilayah pemukiman seharusnya diperiksakan dulu dan dibuktikan ada surat bukti vaksinasi dari daerah asal, responden lebih banyak

menyatakan sangat setuju, dengan alasan agar tidak berkembang virus Rabies di wilayah Kecamatan Medan Tuntungan.

Berdasarkan hasil penelitian dengan sikap responden terhadap kesiapsiagaan yaitu untuk mengantisipasi bahaya Rabies, petugas mengharapkan masyarakat berpartisipasi untuk melakukan pengawasan terhadap anjing yang ada disekitar pemukiman, responden menyatakan setuju dengan alasan masalah kesehatan itu bukan hanya tanggung jawab dari petugas belaka, tetapi masyarakat juga berpartisipasi dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada di wilayah Kecamatan Medan Tuntungan.

Berdasarkan analisis univariat, sikap masyarakat mengenai kesiapsiagaan menghadapi potensial bencana wabah Rabies adalah lebih banyak kurang baik dibandingkan dengan yang baik, alasannya masyarakat lebih mengutamakan pekerjaannya sebagai petani dan buruh dibandingkan dengan mengurus anjing peliharaan, karena sudah menjadi kebiasaan turun temurun, bahwa dalam memelihara anjing, tidak pernah diikat, diberangus moncongnya, dan selalu ikut dalam menjaga ladang dan rumah.

Berikut ini hasil analisis multivariat dengan menggunakan regresi logistik berganda metode enter menunjukkan bahwa secara statistik variabel sikap

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi potensial bencana wabah Rabies. Dengan melihat hasil uji regresi logistik dapat dijelaskan bahwa semakin kurang sikap mengenai kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana wabah Rabies akan menghasilkan

ketidaksiapsiagaan yang kurang juga pada masyarakat dalam menghadapi bencana wabah Rabies.

Berdasarkan hasil penelitian, kurangnya kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana wabah Rabies di Kecamatan Medan Tuntungan dapat dilihat dari masih kurangnya pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap masalah Rabies. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian di kuesioner yang telah diberikan, dan hasilnya lebih banyak tidak siap dalam menghadapi bencana wabah Rabies. Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti memang banyak anjing peliharan berkeliaran dan bercampur dengan anjing-anjing liar, apalagi ketika musim kawin tiba, sehingga membuat suasana kampung menjadi ramai oleh suara anjing.

Kesiapsiagaan dilaksanakan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya bencana guna menghindari jatuhnya korban jiwa.. Kesiapsiagaan petugas Dinas Kesehatan yaitu setelah mendapat laporan dari petugas Dinas Pertanian Kesehatan Hewan bahwa anjing yang di evaluasi mati sebelum 2 minggu maka orang tersebut segera diberi Vaksinasi Anti Rabies (VAR). Apabila anjing yang menggigit tidak mati setelah 2 (dua) minggu maka tidak dilakukan VAR.

BAB 6