• Tidak ada hasil yang ditemukan

VIII. Kinerja APKI di Kecamatan Kahayan Kuala

2. Hubungan Ketrampilan dengan SDM dalam APKI

3 Tamat SD SLTP SLTA 9 4 5 50 22 28 Jumlah 18 100

( Sumber: hasil observasi, wawancara, dan pengumpulan data bulan Juli 2006)

Hubungan pengetahuan dengan kinerja SDM sangat berpengaruh. Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh pengurus APKI seperti yang tercantum dalam tabel dapat dikategorikan masih rendah karena 50% dari pengurus APKI hanya lulusan SD. Dengan demikian perlu penguatan dalam peningkatan pendidikan dan pengetahuan guna memperkuat kinerja SDM dalam APKI.

2. Hubungan Ketrampilan dengan SDM dalam APKI

Ketrampilan yang dimiliki oleh petani kelompok dalam APKI bersifat turun temurun karena penguasaan teknologi tidak melalui pembelajaran yang resmi, ketrampilan petani hanya terbatas pada pengolahan kopra yaitu dari buah kelapa butiran menjadi kelapa setengah kering melalui pengasapan secara tradisional sehingga kadar air yang terkandung di dalam buah mencapai kekeringan yang tertentu.

Teknologi yang dimanfaatkan untuk pengasapan menggunakan tungku besar yang dibuat dari bahan kayu alam yang ada disekitar tempat tinggal mereka, hampir semua petani kelapa bisa membuatnya karena dalam mengerjakan pembuatan tungku dibuat secara bersama-sama gotong royong. Hanya masalahnya harga jual

66 kopra hanya beda tipis dengan harga jual buah kelapa butiran, mengapa komunitas mau memproduksi kopra tidak langsung saja dijual buah butiran, karena bahan baku kopra berasal dari buah butiran yang kecil dan biasanya buah butiran dengan ukuran kecil tidak diminati oleh pembeli, sehingga petani punya ide untuk mengolah bahan baku sisa pilihan dari pembeli dengan mengolah kopra meskipun untungnya kecil.

Ketrampilan yang diperoleh petani kelapa ini semuanya diperoleh secara turun temurun. Dimulai dengan melihat orang lain, kemudian mencoba meniru, dan akhirnya bisa membuat sendiri. Kualitas hasil produksi yang diperoleh cukup memenuhi standar untuk dijual dipasaran.

Analisis Kinerja Sumber Daya Manusia (SDM) APKI

Dalam penelitian ini yang akan diteliti yaitu karakteristik SDM petani dalam APKI dan aktivitas pelatihan pengetahuan manajemen dan bagaimana keberdayaan petani dalam menjalankan usaha dalam APKI di Kecamatan Kahayan Kuala. Karakteristik petani dan aktivitas pelatihan diduga mempunyai hubungan yang kuat dengan keberdayaan petani.

hubungan keberdayaan SDM dengan APKI terletak pada proses bagaimana ilmu pengetahuan dan teknologi usaha tani dapat diterima dan diaplikasikan oleh petani dalam APKI di Kecamatan Kahayan Kuala. Dalam kontek ini diperlukan kepedulian dan keterlibatan berbagai pihak, baik yang terlibat dalam kepengurusan APKI maupun pihak pendukung yang dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Dari hasil wawancara dan observasi langsung di lapangan teridentifikasi bahwa dari karakteristik petani dalam APKI menunjukkan bahwa SDM petani dalam APKI perlu dikuatkan agar manajemen dalam pengelolaan APKI dapat lebih efektif, hal ini disepakati melalui FGD bersama Anggota petani, pengurus dalam APKI dan Tokoh masyarakat serta penyuluh dan Dinas Perkebunan, karena:

1. Dalam perencanaan, partisipasi anggota dalam penentuan tujuan dan aktivitas untuk mencapai tujuan masih kurang. Anggota cenderung hanya mengikuti keputusan pengurus. Secara substantif, perencanaan yang disusun hanya mencakup program kegiatan yang berorientasi jangka pendek (untuk mengatasi

kesepakatan program kerja APKI di Kecamatan Kahayan) karena belum ada program kerja yang jelas.

2. Dalam pelaksanaan kegiatan, dana bantuan tidak diketahui secara terbuka oleh anggota APKI, sehingga anggota tidak pernah melihat secara riil berupa uang, tetapi diwujudkan alat teknologi oleh Ketua APKI di Kecamatan Kahayan Kuala tanpa melibatkan anggota untuk pembeliannya.

3. Dalam evaluasi, penilaian keberhasilan APKI belum bisa diukur karena program hanya dilaksanakan secara tertutup oleh Ketua APKI. Partisipasi anggota dalam evaluasi masih kurang. Evaluasi lebih banyak ditentukan oleh pengurus karena kepatuhan kepada ketua.

4. Pelaporan juga belum berjalan seperti yang diharapkan oleh pemberi bantuan

karena kontrol dari pendamping tidak ada.

Secara lebih rinci perbandingan antara kinerja APKI secara umum dengan kenyataan pelaksanaan APKI di Kecamatan Kahayan Kuala dapat dicermati pada tabel di bawah ini:

Tabel 12 : Perbandingan antara Kinerja APKI Secara Umum dengan Kinerja APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Tahun 2006

No Aspek Acuan Umum APKI Kondisi Lapangan

1 Tujuan Komitmen kuat tumbuh

diantara stakeholder

Belum sesuai dengan

tujuan/Komitmen kurang, perlu ditingkatkan

2 Peranan Wadah sebagai penyalur

aspirasi, meningkatkan posisi tawar petani

Aspirasi petani belum tersalur, perlu penguatan guna

meningkatkan posisi tawar

3 Sasaran Menjadi mitra pemerintah

dari sisi produksi dan pemasaran

Perlu dioptimalkan Produksi dan pemasaran

4 Manfaat Mempertangguh daya

saing, produksi bermutu, efisien

Teknologi tradisional belum efisien

5 Struktur Organisasi

Partisipatip, terbuka dan aktip

Tertutup, kurang aktip

(Sumber : AD dan ART serta hasil observasi, wawancara, dan pengumpulan data bulan Juli 2006)

Penguatan dalam manajemen APKI diperlukan karena berbagai faktor-faktor sebagai berikut :

68

1. Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan pengurus dalam mengelola APKI.

Anggota belum pernah mengikuti pendidikan dan pelatihan pengelolaan APKI baik secara teknik maupun manajerial. Pengelolaan APKI hanya diketahui dari ketua, karena hanya ketua saja yang sering datang mengikuti acara yang diselenggarakan oleh APKI pusat. Sehingga anggota ikut mengelola APKI hanya didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman mereka yang diperoleh secara otodidak.

2. Perlu pembinaan lanjut dari pemerintah.

Bantuan dari pemerintah hanya berupa alat tanpa diikuti dengan pembinaan manajemen pengelolaan usaha.

Akibat dari kondisi tersebut adalah:

a. Kesulitan mengembangkan usaha, usaha yang dilakukan oleh anggota tidak

mengalami perkembangan secara optimal baik dalam jenis usahanya maupun volume usaha.

b. Kurang memanfaatkan sumber-sumber pendukung untuk dapat mengembangkan

usaha dalam APKI, seperti pemanfaatan limbah yang dibutuhkan oleh pabrik-pabrik besar di luar daerah melalui jalinan kerjasama yang saling menguntungkan.

Dalam proses demikian, pola hubungan pelatihan manajemen dengan pengembangan APKI memegang peranan penting walaupun pemberdayaan dalam APKI merupakan proses pelatihan yang dapat meningkatkan pengetahuan manajemen APKI karena petani dalam APKI mempunyai hak-hak dan keberdayaan yang akan dilakukan.

Gambar pola pelatihan manajemen dan pengembangan APKI di Kecamatan Kahayan Kuala pada tahun 2006 :

Gambar 9 : Kerangka Umum Analisis Pola Hubungan Peran Pelatihan Manajemen dengan Pemberdayaan Petani Kelapa di Kecamatan Kahayan Kuala

Pemberdayaan Petani Kelapa dalam APKI di Kecamatan Kahayan Kuala

Pemberdayaan masyarakat berarti adanya upaya untuk melakukan perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku individu atau kelompok masyarakat tertentu kearah yang lebih baik atau positif. Perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku seseorang atau kelompok masyarakat sangat ditentukan oleh faktor internal antara lain karakteristik individu petani dan faktor eksternal seperti aktivitas pelatihan manajemen untuk mengelola APKI. Adapun peserta yang terlibat dalam pelatihan manajemen guna meningkatkan SDM petani kelapa dalam APKI sebagai berikut : FAKTOR INTERNAL (Karakteristik Petani) PEMBERDAYA AN SDM dalam APKI KEBERDAYA AN PETANI dalam APKI FAKTOR EKSTERNAL (Aktivitas Pelatihan) Pelatihan Manajemen tentang pengetahuan, sikap, dan perilaku

Keterangan :

= mempengaruhi = melalui = tujuan

70 Tabel 13 : Peserta Pelatihan Manajemen Petani Kelapa dalam APKI Tahun 2006

No Pelaksana Kewajiban Hak Hasil yang diharapkan 1 Petani

kelapa

Memberikan dukungan kepada APKI melalui aktivitas kegiatan pengembangan petani kelapa

Mendapat pelayanan dari pengurus APKI Mendapatkan fasilitas pemanfaatan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh APKI

Petani lebih aktif memajukan APKI

APKI mampu

menjalankan tugas sesuai dengan tujuan dan fungsinya

2 Pengurus APKI

Menjaga kepercayaan anggota dengan

melaksanakan tugas sesuai dengan job description

yang telah disusun bersama.

Membangun kerekaratan dan keterikatan antar sesama petani yang bisa melahirkan tindakan bersama dan perilaku bersama dengan cara membentuk forum warga petani.

Mengatur keuangan APKI dengan baik sebagai langkah awal untuk

memenuhi kebutuhan APKI

Menghubungi kembali pihak instansi terkait untuk memberikan bantuan pelatihan manajemen. Mendapatkan kepercayaan dari masyarakat petani kelapa.

Pengurus APKI dapat bekerja sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat petani setempat dan dapat

mempertanggungjawabkan kegiatannya secara

transparan.

(Sumber : Hasil FGD di Kecamatan Kahayan Kuala bulan Juli 2006)

Dengan demikian keberdayaan petani dalam APKI dalam mengelola usahatani kelapa berpeluang dipengaruhi oleh karakteristik individu petani dan aktivitas pelatihan menejemen (faktor eksternal). Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam pelatihan manajemen guna meningka SDM petani kelapa dalam APKI sebagai berikut :

Tabel 14 : Pihak yang Terlibat dan Bantuan yang Diberikan Tahun 2006

No Pihak Kewenangan / Tugas

1 Tokoh formal dan informal Memotivasi petani untuk bersedia terlibat secara aktif dalam pelatihan manajemen guna meningkatkan SDM petani. 2 Stakeholder, Deprindag, Koperasi,

Industri dan Perkebunan

Melakukan pembinaan teknis kepada APKI khususnya dalam bidang manajemen organisasi

3 Pemerintah Kabupaten Pulang Pisau Memberikan bantuan terhadap APKI yang memiliki usaha ekonomi produktif melalui anggaran pembangunan

Kabupaten.

Mempengaruhi lingkungan kebijakan yang mendorong tumbuhnya kesadaran hak-hak ekonomi dan berusaha bagi petani kelapa dalam APKI

4 Pemerintah Desa Bahaur Kecamatan Kahayan Kuala

Melakukan pembinaan terhadap kinerja APKI mengingat bahwa APKI di Kecamatan ini dalam manajemen organisasi masih kurang.

Memberikan dukungan rencana kerja yang akan disusun oleh APKI untuk meyakinkan beberapa pihak yang dapat memberikan bantuan bagi kinerja APKI

Memberikan perlindungan

perkembangan usaha diversifikasi kelapa dengan jalan memberikan dukungan dan kebijakan terhadap penjualan produk kelapa secara kolektif oleh APKI

(Sumber : Hasil FGD di Kecamatan Kahayan Kuala Bulan Juli 2006)

Analisis Hubungan Teknologi Produksi dengan Penguatan APKI di Kecamatan Kahayan Kuala

Rendahnya kemampuan petani kelapa yang tergabung dalam APKI dengan teknologi produksi kelapa mempunyai pola hubungan yang kuat. Lemahnya petani dalam menggunakan teknologi modern tidak dapat mengoptimalkan kinerja produksi petani, mengakibatkan petani kelapa yang ada di Kecamatan Kahayan Kuala menjual hasil panennya dalam bentuk bahan mentah atau kelapa butiran. Kondisi ini tentu saja memperkecil nilai tambah yang diperoleh dari penjualan produk pertanian. Penguasaan teknologi untuk memproduksi kelapa lebih lanjut menjadi tuntutan bagi perkembangan agrobisnis kelapa di Kecamatan ini.

72 Penguasaan teknologi modern atau tepat guna oleh petani dalam APKI ditujukan untuk meningkatkan nilai tambah pada hasil panen kelapa, semakin tinggi penguasaan teknologi produksi olahan diharapkan pendapatan petani kelapa bertambah meningkat serta keuntungan yang diperoleh petani dan pengurus APKI juga tinggi.

Salah satu upaya untuk peningkatan mutu serta diversifikasi produk agar sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen yang lebih luas adalah penerapan dan pengembangan teknologi bagi petani kelapa di Kecamatan Kahayan Kuala yang dikelola oleh APKI karena APKI sebagai wadah pengembangan usaha petani juga harus memikirkan untuk dapat mengembangkan teknologi produksi yang menguntungkan bagi petani. Persiapan yang diperlukan untuk mewujudkan pengolahan kelapa secara optimal antara lain :