• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strengthen Of Capacity The Association Of Coconut Farmers Indonesian (Apki) In District Kahayan Kuala, Sub-Province Of Pulang Pisau, Province Of Kalimantan Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strengthen Of Capacity The Association Of Coconut Farmers Indonesian (Apki) In District Kahayan Kuala, Sub-Province Of Pulang Pisau, Province Of Kalimantan Tengah"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

ASSOSIASI PETANI KELAPA INDONESIA

DI KECAMATAN KAHAYAN KUALA

KABUPATEN PULANG PISAU

KALIMANTAN TENGAH

SAKINAH SUNGKAR

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir dengan judul Penguatan Kapasitas Kelembagaan Asosiasi Petani Kelapa di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir tugas akhir ini.

Bogor, November 2006

Sakinah Sungkar

(3)

SAKINAH SUNGKAR. STRENGTHEN OF CAPACITY THE ASSOCIATION OF COCONUT FARMERS INDONESIAN (APKI) IN DISTRICT KAHAYAN KUALA, SUB-PROVINCE OF PULANG PISAU, PROVINCE OF KALIMANTAN TENGAH, Guided By NINUK PURNANINGSIH and SUTARA HENDRAKUSUMA ATMADJA

APKI is a gathering medium for coconut farmers to improve the farmers bargain position with the Installation for Increase the prosperity of farmers. This research can learnt by The Community of District Kahayan Kuala sector coconut farm became the first occupation. The farmers feel their income from coconut farm business get weak position of bargain. The problem faced by the farmers to develop their business are : The Human Resources are low, The Organization Management, The Technology Production are limited, The Use of Social Capital are not optimal.

This research are to analyze the work of APKI in District Kahayan Kuala give describing potention and the problem are faced give evaluative describe to the development program make strong the capacity istitution of APKI through arranged program to strong the human resources technology and social capital. This thing is a Qualitative Research.

APKI in District Kahayan Kuala are not activity yet as include in AD/ART 2002 until the destiny and the function are not keep on track. This things happen because of The Human Resources are low, The Technic Production in business development can produce the product likes by market because The Social Capital are not develop yet make APKI can’t work optimal.

(4)

Judul Tugas Akhir : Penguatan Kapasitas Kelembagaan Assosiasi Petani Kelapa Indonesia (studi kasus di Desa Bahaur Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah)

Nama : Sakinah Sungkar

NIM : A. 154 050 225

Disetujui,

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si. Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Si

Ketua Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Magister Dekan Sekolah Pascasarjana

Profesional Pengembangan Masyarakat

(5)

Penulis dilahirkan di Solo Jawa Tengah pada tanggal 10 Januari 1963 dari

Ayah H. Muhammad Abdullah Sungkar dan Ibu Hj. Secha Umar Sungkar. Penulis

merupakan putri ketujuh dari duabelas bersaudara. Tahun 1984 penulis lulus dari

SMA Al Islam Diponegoro dan pada tahun yang sama lulus seleksi IAIN Sunan

Kalijaga Yogyakarta melalui jalur undangan tanpa tes bagi siswa berprestasi. Penulis

memilih Program Studi Fakultas Adab, Jurusan Sastra Arab lulus tahun 1988.

Penulis mendapat kesempatan melanjutkan Pascasarjana IPB pada tahun 2005

dengan mengambil Program Studi Pengembangan Masyarakat atas biaya

Departemen Sosial Republik Indonesia.

Pada tahun 1999 – 2002 bekerja sebagai Dosen Bahasa Arab di STAIN

Palangkaraya Kalimantan Tengah. Tahun 2002 – 2005 menjadi Kepala Sekolah Mts.

Hidayatullah Bahaur, Pulang Pisau sampai Tahun 2005.

Pada tanggal 16 Oktober 1989 penulis menikah dengan Drs. H. Khairil

Anwar, dari hasil pernikahan telah dikaruniai 5 (lima) orang anak yaitu Hani

Karimah (17 tahun), Alfi Rahman (15 tahun), Muhammad Sa’ad (13 tahun), Ali

Akbar (11 tahun), dan Syauqi Ahmad Firdaus (5 tahun).

Bogor, November 2006

(6)

PRAKATA

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT. karena berkat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan kajian lapangan ini sebagai

lanjutan dari penulisan praktek lapangan yang berlokasi di Desa Bahaur Kecamatan

Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah.

Penulisan kajian ini merupakan tugas akhir Program Magister Pengembangan

Masyarakat Institut Pertanian Bogor, kajian ini merupakan aplikasi materi

perkuliahan dengan melakukan : pemetaan sosial, evaluasi terhadap program

pengembangan masyarakat untuk mengetahui keberhasilan dan kelemahan program

tersebut, yang dapat digunakan sebagai dasar untuk penetapan kebijakan

pembangunan di masa yang akan datang, serta melakukan penyusunan program

pengembangan masyarakat. Penulis memilih Kecamatan Kahayan Kuala sebagai

lokasi kajian pengembangan masyarakat, dengan judul “Penguatan Kapasitas

Kelembagaan Assosiasi Petani Kelapa Indonesia di Kecamatan Kahayan Kuala

Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah.”

Penyelesaian kajian lapangan ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan

dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan

ucapan terima kasih, kepada :

1. Departemen Sosial Republik Indonesia yang telah memberikan kesempatan pada

penulis untuk meningkatkan kemampuan di bidang Pengembangan Masyarakat

melalui studi pada Program Pasca Sarjana Magister Profesional Pengembangan

Masyarakat Institut Pertanian Bogor.

2. Pimpinan Program Pasca Sarjana Magister Profesional Pengembangan

Masyarakat Institut Pertanian Bogor serta seluruh civitas academica.

3. Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si. yang telah mendorong penulis untuk

membangkitkan kesadaran partisipatif masyarakat dalam proses pengembangan

masyarakat Desa Bahaur Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau.

4. Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc. yang telah memberikan dorongan moril

dan meluangkan waktu dalam proses bimbingan serta memberikan motivasi dan

(7)

penulis.

6. Kepala Desa dan masyarakat Desa Bahaur Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten

Pulang Pisau yang telah membantu penulis dalam melakukan kajian

pengembangan masyarakat.

7. Rekan-rekan yang tidak dituliskan satu persatu yang telah banyak membantu dan

memberikan dorongan dalam penyelesaian studi.

Penulis menyadari bahwa kajian lapangan ini masih jauh dari yang

diharapkan, hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan penulis dalam

membahas dan menganalisa data yang ada. Harapan penulis semoga apa yang

dilakukan ini merupakan langkah awal yang baik untuk penulisan selanjutnya.

Semoga Allah SWT. tidak sia-sia menciptakan penulis, limpahan rakhmat dan

karunia-Nya semoga dilimpahkan kepada kita semua. Amin.

Bogor, November 2006

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Masalah Kajian ... 2

Tujuan ... 3

Kegunaan ... 3

TINJAUAN TEORITIS ... 4

Tinjauan Pustaka ... 4

Pemberdayaan ... 4

Modal Sosial ... 5

Kelembagaan dan Pengembangan Kelembagaan ... 5

Kebijakan Pembangunan ... 6

Komunitas ... 7

Pengembangan Kapasitas ... 7

Asosiasi Petani Kelapa Indonesia ... 7

Stakeholder ... 8

Kerangka Pemikiran Penguatan Kapasitas APKI ... 9

METODOLOGI ... 12

Metode Kajian ... 12

Tempat dan Waktu Kajian ... 12

Teknik Pengumpulan Data ... 13

Pengolahan Data ... 14

Metode Analisis Potensi, Masalah dan Penyusunan Program ... 15

Penyusunan Strategi Program ... 16

Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan Data ... 17

PETA SOSIAL KOMUNITAS ... 18

Lokasi ... 18

Kependudukan ... 20

Kondisi Perekonomian ... 24

(9)

Lembaga Kemasyarakatan ... 28

Sumber Daya Lokal ... 31

EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... 34

Deskripsi Kegiatan Pemberdayaan Petani dan Agorbisnis ... 35

Pembiayaan Proyek ... 36

Tujuan Proyek ... 37

Tahapan-tahapan Persiapan Proyek ... 38

Kendala dan Hambatan ... 38

Evaluasi Program ... 39

Pengembangan Ekonomi Masyarakat ... 40

Pengembangan Kelembagaan, Modal dan Gerakan Sosial ... 40

Ikhtisar ... 41

GAMBARAN APKI SECARA UMUM ... 43

Sejarah APKI ... 43

Tujuan ... 44

Fungsi ... 44

Tugas Pokok ... 44

Peranan APKI ... 44

Sasaran dan Manfaat ... 45

Tugas Pengurus Kelompok APKI ... 45

Ruang Lingkup ... 46

Kriteria ... 46

Langkah-langkah Pembentukan dan Pengembangan Asosiasi Petani Komoditi Perkebunan ... 47

Pola Hubungan Dalam Kinerja Apki Di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah ... 48

Pola Hubungan Keanggotaan dalam APKI (AD/ART Bab V Pasal 9 Tentang Keanggotaan APKI Tahun 2002 ... 49

Struktur Organisasi dan Susunan Kepengurusan (AD/ART Bab VI Pasal 11Tahun 2002) ... 51

Tugas Pengurus Kelompok APKI ... 52

Pola Hubungan Horizontal dalam APKI ... 53

(10)

Kinerja APKI di Kecamatan Kahayan Kuala ... 58

Karakteristik Kelompok Petani ... 58

Hubungan APKI dalam Bidang Usaha ... 59

Hubungan Pengetahuan dan Ketrampilan dengan Sumber Daya Manusia dalam APKI di Kecamatan Kahayan Kuala ... 64

Analisis Kinerja Sumber Daya Manusia (SDM) APKI ... 66

Pemberdayaan Petani Kelapa dalam APKI di Kecamatan Kahayan Kuala ... 69

Analisis Hubungan Teknologi Produksi dengan Penguatan APKI di Kecamatan Kahayan Kuala ... 71

Modal Sosial ... 78

Identifikasi Potensi ... 79

Peluang untuk Pemasaran Domestik dan Ekspor ... 80

Identifikasi Masalah ... 81

Hubungan Trust atau Kepercayaan, Kerjasama dalam Memperluas Jaringan Pemasaran ... 82

Identifikasi Kebutuhan ... 85

Analisis Tujuan, Alternatif Kegiatan dan Pihak Terkait ... 86

Analisis Tujuan ... 86

Analisis Alternatif Kegiatan ... 87

Analisis Pola Hubungan Pihak Terkait ... 88

STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN APKI ... 91

Identifikasi Sumber-sumber dan Penentuan Kebutuhan ... 91

Identifikasi Sumber-sumber Kekuatan dan Peluang ... 91

Penentuan Masalah ... 92

Program Penguatan SDM APKI di Kecamatan Kahayan Kuala ... 95

Tujuan ... 95

Nama Program ... 95

Partisipan ... 95

Rencana Program ... 96

Peningkatan Pengetahuan Manajemen Pengurus ... 96

Membangun Komitmen Bersama ... 97

Peningkatan Partisipasi Anggota ... 98

Program Pengembangan Teknologi Produksi dalam APKI ... 99

Nama Program ... 99

Partisipan ... 99

(11)

Pengembangan Teknologi Produksi ... 100

Pelatihan Pemanfaatan Alat Teknologi Mekanik ... 103

Pelatihan Pemanfaatan Alat Teknologi Baru ... 103

Kebijakan Pemerintah Daerah ... 103

Penyusunan Program dan Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Modal Sosial dalam APKI ... 104

Program ... 105

Rencana Program ... 105

Peningkatan Kepercayaan ... 106

Peningkatan Kerjasama antar Anggota, Pengurus dan Instansi Terkait guna Memperluas Jaringan Pasar ... 107

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKSANAAN ... 110

Kesimpulan ... 110

Rekomendasi Kebijakan ... 111

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Jadual Kegiatan Kajian ... 13

2 Masalah, Topik, Sub Topik, Sumber Data, Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data di Kecamatan Kahayan Kuala Tahun 2006 ... 17

3. Peruntukan Lahan di Kecamatan Kahayan Kuala Tahun 2005 ... 19

4 Jumlah Penduduk Kecamatan Kahayan Kuala Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2006 ... 20

5 Peruntukan Lahan di Kecamatan Kahayan Kuala Tahun 2005 ... 22

6 Komposisi Penduduk Kecamatan Kahayan Kuala Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2006 ... 22

7 Komposisi Penduduk Kecamatan Kahayan Kuala Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2006 ... 24

8 Hubungan antara APKI dengan Pengurus, Anggota dan Instansi Terkait dalam Memberdayakan Usaha Petani Kelapa Tahun 2006 ... 57

9 Hubungan antara APKI dengan Instansi Terkait dalam Memberdayakan Petani di Kecamatan Kahayan Kuala Tahun 2006 ... 57

10 Kepemilikan Lahan dan Usaha Tani dari 115.500 Ha Kebun Kelapa Tahun 2006 ... 58

11 Tingkat Pendidikan Pengurus APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Tahun 2006 ... 65

12 Perbandingan antara Kinerja APKI Secara Umum dengan Kinerja APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Tahun 2006 ... 67

13 Peserta Pelatihan Manajemen Petani Kelapa dalam APKI Tahun 2006 ... 70

14 Pihak yang Terlibat dan Bantuan yang Diberikan Tahun 2006 ... 71

15 Jenis Produk Kelapa yang Dieskpor Indonesia Tahun 2002 ... 75

16 Identifikasi Kebutuhan dalam Pengembangan Usaha Petani dalam APKI Tahun 2006 ... 76

17 Matrik Alternatif Kegiatan dalam Meningkatkan Pola Hubungan Modal Sosial guna Menguatkan APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Tahun 2006 ... 88

(13)

19 Pola Hubungan antara APKI dengan Instansi Terkait dalam Memberdayakan Petani di Kecamatan Kahayan Kuala Tahun 2006 ... 90

20 Penguatan Pola Hubungan antara Anggota, Pengurus dan Instansi Terkait

Tahun 2006 ... 94

21 Prioritas Kebutuhan, Cara Mengatasi dan Sumber-sumber yang Dapat Dimanfaatkan untuk Menguatkan APKI Kecamatan Kahayan Kuala Tahun 2006 ... 94

22 Partisipan dan Perannya dalam Penguatan Mutu SDM dalam APKI Tahun 2006 ... 95

23 Rencana Aksi Penguatan kinerja SDM dalam APKI ... 96

24 Partisipan dan Peranya dalam Pengembangan Teknologi Devirsivikasi

Produk bagi Anggota APKI Tahun 2006 ... 99

25 Rencana Kegiatan Pengembangan Teknologi Diversivikasi Produk dalam

APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Tahun 2006 ... 100

26 Rencana Program Pengembangan Modal Sosial APKI Tahun 2006 ... 105

(14)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Kerangka Pemikiran Penguatan Kapasitas APKI di Kecamatan Kahayan

Kuala Kabupaten Pulang Pisau ... 11

2 Grafik Piramida Penduduk Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimatan Tengah ... 21

3 Pelapisan Sosial di Kecamatan Kahayan Kuala ... 27

4 Pola Hubungan Anggota dengan Sesama Anggota dalam APKI ... 49

5 Pola Hubungan Anggota dengan Anggota Petani yang lain dalam APKI ... 50

6 Struktur Organisasi APKI di Kecamatan Kahayan Kuala ... 52

7 Pola Hubungan Ketua APKI dan Anggota di Kecamatan Kahayan Kuala ... 54

8 Pola Hubungan APKI dengan Instansi Terkait ... 55

9 Kerangka Umum Analisis Pola Hubungan Peran Pelatihan Manajemen dengan Pemberdayaan Petani Kelapa di Kecamatan Kahayan Kuala ... 69

10 Hubungan Masalah, Sebab, dan Akibat dalam Penngembangan Modal Sosial APKI ... 84

11 Analisis Pola Hubungan Tujuan dalam Rangka Peningkatan Modal Sosial dalam APKI ... 87

12 Pola Hubungan Anggota, Pengurus, dan Dinas Terkait dalam Memperluas Pasar ... 93

13 Diagram Alir Proses Penyeratan Sabut Kelapa ... 101

14 Bagan Pengolahan Minyak Kelapa Murni ... 102

(15)

Latar Belakang

Pergeseran paradigma pembangunan dari semula industrialisasi diandalkan

sebagai satu model pembangunan oleh negara berkembang untuk memecahkan

masalah keterbelakangan, setelah krisis menimpa negara-negara tersebut,

pembangunan sektor pertanian kemudian menjadi harapan baru dalam pembangunan

di negara dunia berkembang.

Pergeseran paradigma tersebut telah mempengaruhi strategi pembangunan

bidang perkebunan. Dalam merespon pergeseran tersebut diperlukan semacam

reformasi dalam penyelenggaraan pembangunan dan pengembangan perkebunan,

termasuk kelembagaannya.

Ke depan kelembagaan perkebunan dituntut untuk kembali disempurnakan.

Sehingga lebih sesuai dan memenuhi tuntutan kriteria kelembagaan perkebunan masa

depan. Untuk itu kelembagaan perkebunan perlu dirancang secara efektif artinya

kelembagaan mampu merancang program yang sesuai dengan kondisi pasar dan

komunitas, efisien artinya kelembagaan mampu bekerja sesuai dengan norma yang

telah ditentukan dan disepakati secara bersama, fleksibel artinya kelembagaan bisa

diterima oleh pihak-pihak terkait sehingga semua pihak dapat mendorong kemajuan

kelembagaan yang dibangun bersama. Dalam hal ini peran masyarakat petani

menjadi sangat esensial dan harus kita tempatkan di depan. Dengan demikian peran

pemerintah harus sudah bergeser dari mengendalikan menjadi mengarahkan, dari

memberi menjadi memberdayakan.

Pengalaman menunjukan bahwa dominasi pemerintah menyebabkan

terlambatnya proses tumbuh dan berkembangnya daya kreasi dan inovasi

masyarakat. Asumsi bahwa pemerintah pasti dan senantiasa lebih tahu apa yang

terbaik untuk rakyat harus sudah ditinggalkan. Perencanaan yang bersifat bottom up

lebih diutamakan karena dimulai dari kondisi di lapangan. Partisipasi masyarakat

memegang peranan penting, dalam kaitan tersebut partisipasi rakyat efektif apabila

diselenggarakan secara bersama-sama dalam kelompok masyarakat atau dalam

(16)

2

APKI (Asosiasi Petani Kelapa Indonesia) merupakan tempat berhimpun

petani untuk menyalurkan aspirasi, memahami persoalan yang mengganggu

pengembangan usaha yang dialami petani kelapa dan mencari upaya pemecahannya

serta untuk memperkuat posisi tawar petani terhadap stakeholder perkebunan

lainnya. Di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau 90 % penduduknya

mempunyai mata pencaharian sebagai petani kelapa, sumber daya alam berupa kebun

kelapa yang potensial serta didukung oleh jumlah angkatan kerja yang termasuk usia

produktip kehadiran lembaga APKI sangatlah tepat karena APKI adalah wadah bagi

berhimpunya petani kelapa yang terorganisir bagi petani kelapa seluruh Indonesia

namun karena beberapa faktor APKI di Kecamatan Kahayan kuala belum dapat

bekerja secara optimal.

Adapun masalah yang dihadapi oleh APKI di Kecamatan Kahayan Kuala

setelah diidentifikasi adalah (1) Lemahnya pola hubungan sesama anggota, pengurus

dan instansi terkait dalam APKI, (2) Lemahnya kinerja SDM dan Teknologi

produksi dalam APKI (3) Terbatasnya kerjasama dan jaringan pasar dengan

pihak-pihak lain yang terkait. Faktor-faktor permasalahan tersebut bermula dari kurang

adanya keberdayaan APKI dalam menguatkan kapasitasnya sebagai wadah

pemberdayaan petani, sehingga mengakibatkan kurang aktifnya kelompok petani

dalam APKI untuk meningkatkan diversivikasi olahan lanjutan yang dapat

meningkatkan pendapatan petani kelapa dan taraf kesejahteraan petani di Kecamatan

tersebut. Oleh karena itu dalam rencana kerja lapangan dalam penyusunan kajian

pengembangan masyarakat akan disusun suatu program penguatan kapasitas APKI

dengan mengikutsertakan masyarakat, pihak kecamatan, dan instansi terkait untuk

mengambil keputusan secara bersama-sama dalam rangka menguatkan kapasitas

APKI dalam memberdayakan petani setempat.

Masalah Kajian

Kajian ini berusaha untuk melihat sejauh mana pola hubungan antara APKI

yang sesuai dengan norma dalam AD/ART dengan kenyataan APKI di lapangan

Kecamatan Kahayan Kuala.

Untuk mengetahui pola hubungan tersebut perlu pengkaji menggambarkan

(17)

apa saja yang dihadapi APKI sebagai lembaga organisasi perkebunan di Kecamatan

ini mengapa tidak mampu menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan norma

yang sesuai dalam AD/ART.

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka didapat rumusan

masalah kajian sebagai berikut:

1. Bagaimana pola-pola hubungan dalam lembaga APKI di Kecamatan Kahayan

Kuala?

2. Apa saja permasalahan dalam pengembangan APKI di Kecamatan ini ?

3. Bagaimana strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan APKI

berdasarkan pada masalah yang ada dalam APKI?

Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dari kajian ini adalah:

1. Mengetahui pola-pola hubungan dalam lembaga APKI, baik pola hubungan

sesama anggota dengan pengurus juga pola hubungan dengan stakeholder.

2. Menganalisis permasalahan dalam pengembangan APKI di Kecamatan Kahayan

Kuala.

3. Menyusun strategi untuk mengembangkan APKI berdasarkan analisis masalah

yang ada dalam APKI.

Kegunaan

Adapun kegunaan kajian ini selanjutnya diharapkan dapat menguatkan

assosiasi petani kelapa dalam hal ini :

1. Kegunaan Praktis, terbentuk dan terbinanya asosiasi petani kelapa yang mampu

mendukung pembangunan perkebunan kelapa yang partisipatif dan berbasis

komunitas..

2. Kegunaan Strategis, mempertangguh daya saing dan manfaat komoditi

perkebunan kelapa melalui peningkatan produksi, efisiensi dan diharapkan dapat

memberi masukan kepada pemerintah setempat maupun pusat serta berbagai

pihak yang terkait dengan pengembangan asosiasi petani kelapa bagi

penyempurnaan dan peningkatan kebijakan perkebunan dalam rangka upaya

(18)

II. TINJAUAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Pemberdayaan

Menurut Ife (2002) pandangan tentang pemberdayaan adalah; An

empowerment strategy would aim to increase people power over these institution an

their effects, by equipping people to have and impact on them and, more

fundamentally,by changing these institution to make them more accessible

responsive and accountable to all people, not just the powerful. Empowerment aims

to increase the power of the disadvantage. Definisi tersebut menjelaskan bahwa

strategi pemberdayaan akan mengarahkan, meningkatkan dan menggerakkan

orang-orang agar dapat mengadakan perubahan atas diri mereka sendiri serta mengubah

institusi ini agar dapat diakses oleh semua orang, yang tidak hanya oleh pihak yang

kuat saja namun juga dari pihak yang kurang diuntungkan. Pemberdayaan

mengarahkan untuk meningkatkan keberdayaan dari pihak yang kurang beruntung.

Adi (2001) secara harfiah menjelaskan pemberdayaan sebagai suatu “Konsep

pemberdayaan (empowerment) berasal dari kata ‘power’ (Kekuasaan atau

keberdayaan) dalam arti pemberian atau peningkatan kekuasaan (Power) kepada

masyarakat yang lemah atau tidak beruntung (disadvantaged)”. Dengan demikian

pemberdayaan adalah upaya untuk menempatkan seluruh masyarakat dalam posisi

sentral dalam pembangunan (People center development) sehingga memiliki

kemampuan dan untuk melaksanakan sendiri berbagai aktifitas pembangunan dengan

memanfaatkan sumber daya yang sudah ada dalam masyarakat itu sendiri, yang pada

intinya pemberdayan membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas

berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk

membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Pemberdayaan komunitas

dalam pembangunan partisipatif merupakan salah satu strategi yang dianggap tepat

(19)

Modal Sosial

Woolcock dalam Nasdian dan Utomo (2005:20) mendefinisikan modal sosial

berisi informasi, kepercayaan dan norma-norma timbal balik yang melekat dalam

suatu sistem jaringan sosial. Senada dengan pendapat di atas, Fukuyama dalam

Nasdian dan Utomo (2005:21) mendefinisikan modal sosial sebagai seperangkat

rangkaian nilai-nilai internal atau norma-norma yang disebarkan diantara

anggota-anggota suatu kelompok yang mengizinkan mereka untuk bekerja sama antara satu

dengan yang lain. Bahwa syarat penting untuk munculnya modal sosial adalah

adanya kepercayaan (trust, kejujuran dan timbal balik).

Modal sosial, menurut Woolcock (1998) seperti dikutip Colletta & Cullen

(2000), modal sosial memiliki empat dimensi. Pertama adalah integrasi (integration),

yaitu ikatan kuat antar anggota keluarga, dan keluarga dengan tetangga sekitarnya,

seperti ikatan-ikatan berdasarkan kekerabatan, etnik, dan agama. Kedua adalah

pertalian (linkage), yaitu ikatan dengan komunitas lain di luar komunitas asal, seperti

jejaring (network) dan asosiasi-asosiasi bersifat kewargaan (civic association) yang

menembus perbedaan kekerabatan, etnik, dan agama. Ketiga adalah integritas

organisasional (organizational integrity), yaitu keefektifan dan kemampuan institusi

negara untuk menjalankan fungsinya, termasuk menciptakan kepastian hukum dan

menegakkan peraturan. Keempat adalah sinergi (synergy), yaitu relasi antara

pemimpin dan institusi pemerintahan dengan komunitas (state-community relations).

Fokus perhatian dalam sinergi ini adalah apakah negara memberikan ruang yang luas

atau tidak bagi partisipasi warganya. Dimensi pertama dan kedua berada pada tingkat

horizontal, sedangkan dimensi ketiga dan keempat ditambah dengan pasar (market),

berada pada tingkat vertikal.

Kelembagaan dan Pengembangan Kelembagaan

Menurut Sugianto (2002) kelembagaan dalam pendekatan bahasa merupakan

terjemahan dari dua istilah yaitu : institute, yang merupakan wujud kongkrit dari

lembaga yang berarti organisasi dan instutition yang merupakan wujud abstrak dari

lembaga yang berarti pranata sebab merupakan sekumpulan norma- norma pengatur

(20)

6

Soekamto (2001) menjelaskan bahwa proses perkembangan kelembagaan

sosial tersebut dinamakan pelembagaan atau institualization yaitu suatu proses yang

dilewati oleh suatu norma yang baru untuk menjadi bagian dari salah satu lembaga

masyarakat. Maksudnya ialah sampai norma itu oleh masyarakat dikenal, diakui,

dihargai, dan kemudian ditaati dalam kehidupan sehari-hari.

Selanjutnya Djatiman (1997) menggolongkan institusi/kelembagaan menjadi

tiga, yatu; (1) Bureaucratic institution adalah institusi yang datangnya dari

pemerintah (atas/birokrasi) dan tetap menjadi milik birokrasi, contohnya Pemerintah

Desa, Pemerintah Kelurahan. (2) Community based institution adalah institusi yang

dibentuk pemerintah berdasarkan atas sumber daya masyarakat yang diharapkan

menjadi milik masyarakat, seperti KUD, RT/RW, APKI, dan (3) Grass root

institutions adalah institusi yang murni tumbuh dari masyarakat dan merupakan milik

masysrakat, contohnya perkumpulan ojek, arisan.

Kebijakan Pembangunan

Dalam menghadapi perkembangan keadaan baik di dalam maupun di luar

negeri, serta tantangan persaingan global, dipandang perlu menyelenggarakan sistem

pemerintahan dengan mewujudkan otonomi daerah dan desentralisasi berbentuk

pemberian kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggungjawab kepada daerah.

Otonomi dan desentralisasi tersebut diimplementasikan dengan menggunakan prinsip

demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, keadilan, dan dengan

memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.

UU No. 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah merupakan kemauan politis

pemerintah untuk mengedepankan inisiatif dan kemampuan (swadaya) masyarakat

dalam pembangunan, sementara pemerintah berfungsi sebagai pendukung atau

fasilitator. Dari ideologi pembangunan tersebut strategi pembangunan dengan konsep

pengembangan masyarakat merupakan pendekatan pembangunan yang diterapkan di

(21)

Komunitas

Nasdian F.T dan Kolopaking (2004) memberikan pemahaman mengenai

komunitas yaitu: Suatu unit atau kesatuan sosial yang terorganisasikan dalam

kelompok-kelompok dengan kepentingan bersama baik yang bersifat fungsional

maupun yang mempunyai teritorial. Dari uraian tersebut menjelaskan bahwa

pengertian komunitas dalam perspektif sosiologi adalah; Warga setempat yang dapat

dibedakan dari masyarakat lebih luas (society) melalui kedalaman kepentingan

bersama-sama (a community of interest) atau oleh tingkat interaksi yang tinggi (an

attachment community). Para anggota komunitas mempunyai kebutuhan bersama

(communneeds).

Pengembangan Kapasitas

Hasil yang diharapkan dari pengembangan kapasitas menurut Sumpeno

(2003) adalah; Peningkatan atau perubahan perilaku individu, organisasi dan sistim

maasyarakat dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.

Capacity building sebagai strategi untuk meningkatkan daya dukung kelembagaan

dalam mengantisipasi masalah dan kebutuhan yang dihadapi.

Pengembangan kapasitas menurut Saharudin (2005) adalah ”Mencakup

pengembangan kapasitas institut dan kapasitas sumberdaya manusia”.

Asosiasi Petani Kelapa Indonesia

APKI adalah wadah berhimpun petani untuk menyalurkan aspirasi petani,

memahami persoalan yang mengganggu pengembangan usahanya dan mencari

upaya pemecahannya serta untuk memperkuat posisi tawar petani terhadap

stakeholder perkebunan lainya.

Asosiasi petani perkebunan kelapa di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten

Pulang Pisau Propinsi Kalimantan Tengah, secara kualitas pada umumnya masih

berada pada tahap awal pembentukan Struktur Organisasi dan penyusunan personil

kepengurusan, namun belum dilengkapi dengan penyusunan program kerja. Kondisi

Asosiasi Petani yang diharapkan kedepan adalah petani yang mandiri dan

(22)

8

Sasaran dari kegiatan penumbuhan dan pengembangan asosiasi petani

perkebunan:

1. Terwujudnya asosiasi petani perkebunan yang tangguh sehingga mampu

menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.

2. Menjadi mitra pemerintah dalam strategi yang berkaitan dengan produksi, mutu

dan pemasaran.

Asosiasi dibentuk karena petani memang merasa perlu mendirikan asosiasi

komoditi perkebunan kelapa serta menginginkan perubahan dan kemajuan yang

nyata dibidang yang selama ini ditekuni.

Selanjutnya asosiasi dikembangkan dan diberdayakan sesuai kondisi sosial,

ekonomi dan budaya setempat.

Asosiasi harus didasari oleh kemandirian sedangkan dukungan sifatnya hanya

pelengkap/penyempurna. Oleh karena itu, posisi Pemerintah sebagai fasilitator,

dinamisator adalah tepat dalam pengembangan organisasi asosiasi petani.

Ke depan peran Dinas Perkebunan Propinsi maupun Kabupaten sebagai

fasilitator masih sangat diharapkan, sehingga alokasi dana dan fasilitasi melalui

proyek-proyek yang ada di Dinas Perkebunan baik Propinsi maupun Kabupaten

masih sangat diperlukan. Hal tersebut diatas mengingat masih lemahnya

kelembagaan maupun permodalan petani yang masih memerlukan fasilitasi

pemerintah.

Stakeholders

Aktivitas masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan

pihak lain untuk menunjang keberhasilannya, pihak-pihak terkait itu ada yang

memiliki kepentingan secara langsung maupun tidak langsung, namun pada

prinsipnya mereka semua tidak bisa dilepaskan. Pihak-pihak terkait ini disebut

dengan stakeholders.

Istilah stakeholders menurut Ann Svendsen (1998) ”the term stakeholders refers

to individuals or groups who can affect or are affected by a corporation’s activities,”

Walaupun istilah tersebut diambil dari istilah perindustrian dan perdagangan, namun

(23)

dipertegas lagi dengan keterlibatan komunitas itu sendiri, karena komunitas itulah

yang paling terkena dampak dari kegiatannya.

Stakeholders tidak selalu mudah dilibatkan secara aktif dalam pembangunan

mengingat ada kemungkinan bahwa stakeholders akan mengedepankan

kepentingannya sendiri. Namun demikian keuntungan yang diperoleh dari pelibatan

stakeholders dapat lebih besar dibandingkan dengan kerugiannya (Syaukat dan

Hendrakusumaatmaja, 2005)

Kerangka Pemikiran Penguatan Kapasitas APKI

Pembangunan perkebunan saat ini diharapkan dapat mewujudkan perkebunan

yang efisien artinya perkebunan yang sesuai dengan kondisi alam dan sosial wilayah

masyarakat sehingga dapat produktif artinya dapat menghasilkan usaha yang dapat

memajukan masyarakat petani dan berdaya saing dari segi mutu hasil, dan harga

untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat secara berkeadilan maksudnya

keuntungan untuk semua pihak sesuai keterlibatan dalam usaha perkebunan sehingga

dapat berkelanjutan .

Upaya yang telah dilakukan dalam bidang perkebunan selama ini terfokus

kepada usaha produksi, sedangkan upaya pengembangan SDM petani dan

kelembagaannya belum dapat dilakukan secara proporsional.

Terkait dengan hal tersebut di atas Pemda melalui UU No. 32 Tahun 2004

sekuat tenaga memfasilitasi terbentuknya kelembagaan–kelembagaan perkebunan

guna mencapai kemajuan perkebunan milik rakyat. Pemerintah daerah dapat

memfasilitasi masyarakat untuk turut secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan

dan penikmatan hasil program pembangunan perkebunan. Kebijakan itu juga

memungkinkan masyarakat dapat berpartisipasi dalam berbagai aspek pembangunan.

Langkah awal dan mendasar adalah memperkuat kelembagaan petani agar

terbuka jalan karena tanpa organisasi kelembagaan petani yang kuat, komunitas

petani sulit untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

APKI adalah satu-satunya kelembagaan petani kelapa di Kecamatan Kahayan

Kuala Kabupaten Pulang Pisau yang perlu mendapat penguatan dalam pola

(24)

10

untuk meningkatkan sumber petani yang masih rendah menginggat anggota dan

pengurus dalam mengelola perkebunan masih menggunakan sistem tradisonal yaitu

tradisi warisan orang tua. Peningkatan pengetahuan, ketrampilan bagi anggota dan

pengurus APKI sangat diperlukan.

Begitu juga dengan penguatan sistem pemanfaatan teknologi baru. Kemajuan

teknik produksi perlu dikuasai oleh petani, dan bagaimana APKI mampu

mengoptimalkan modal sosial yang ada dalam komunitas sebagai sarana untuk

mengatasi permasalahan–permasalahan yang ada. Sehingga APKI mampu secara

terbuka mengajak komunitas berpartisipasi dan jujur dalam menjalankan usaha

dengan penuh rasa tanggung jawab.

Permasalahan yang ada dalam dunia usaha petani, apakah itu masalah pola

hubungan untuk menghasilkan produksi, pemasaran, memperluas jaringan pasar

yang dapat meningkatkan pendapatan petani dapat dicarikan solusinya dengan

bersama-sama. Masalah kebijakan dari luar petani seperti dari instansi terkait dapat

diatasi dengan bekerjasama dengan sesama kelompok petani dan Dinas Perkebunan

agar kemajuan perkebunan dapat berkelanjutan seperti yang menjadi harapan semua

masyarakat, sehingga tidak petani saja yang sejahtera tetapi seluruh masyarakat

karena usaha petani dapat menghasilkan pemasukan bagi pemerintah daerah.

Gambar Kerangka Pikir Penguatan Pola Hubungan Asosiasi Petani Kelapa

Indonesia di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan tahun

(25)

Keterangan :

= Mendorong = Bantuan

= Wilayah kajian penelitian

Gambar 1 : Kerangka Pemikiran Penguatan Kapasitas APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau

Petani kelapa sejahtera

APKI lemah

ƒ SDM (Pengetahuan, keterampilan

ƒ Teknik Produksi (olahan lanjutan)

ƒ Modal social (Truts, Network, solidarity)

APKI kuat

ƒ Pengetahuan SDM meningkat

ƒ Keterampilan berorganisasi tinggi

ƒ Produksi olahan lanjutan beraneka ragam

ƒ Hasil produksi berkelanjutan

ƒ Jaringan pasar meluas ƒ Kepercyaan meningkat

ƒ Kerjasama meningkat

ƒ Solidaritas meningkat

UU No. 32 Th 2004 menjadi dasar kebijakan program meningkatkan pemamfaatan potensi lokal

Program penguatan pola hubungan dalam APKI

ƒ Pelatihan manejemen SDM

ƒ Pelatihan keterampilan diversifikasi produksi

ƒ Bantuan teknologi produksi tepat guna

ƒ Kerjasama dengan instansi yang terkait

(26)

III. METODOLOGI

Metode Kajian

Metodologi kajian komunitas yang digunakan adalah evaluasi formatif

eksplanatif yaitu menjelaskan faktor penyebab rendahnya kapasitas APKI dan

mengidentifikasi faktor kendala serta solusi pemecahan sebab akibat yang berkenaan

dengan APKI dalam memberdayakan kelompok petani serta menemukan suatu

strategi program pemberdayaan dalam penguatan kapasitas APKI. Arus kajian yang

digunakan yaitu obyektif mikro karena pada pendekatan ini dilakukan interaksi

langsung dengan obyek yang akan diteliti dalam menganalisis hubungan sebab akibat

serta menemukan solusi yang efektif terhadap penguatan kapasitas APKI. Tipe studi

kasus dalam kajian yang akan dilakukan adalah studi kasus instrumental yaitu studi

yang memperlakukan APKI sebagai alat dalam memahami rendahnya kapasitas

kelompok APKI terhadap pemberdayaan kelompok petani.

Tempat dan Waktu Kajian

Lokasi kajian pengembangan masyarakat adalah di Kecamatan Kahayan Kuala

Kabupaten Pulang Pisau Propinsi Kalimantan Tengah.

Waktu pelaksanaan kajian dilakukan melalui lima tahap yaitu praktek lapangan I

(pemetaan sosial) yang dilakukan pada bulan November 2005, praktek lapangan II

(Evaluasi program) yang dilakukan pada bulan pebruari 2006, Pembuatan rencana

kerja lapangan yang dilakukan pada bulan Mei 2006, Pengumpulan data kajian yang

dilakukan pada bulan Juli 2006 dan Pengolahan, analisa data dan penyusunan

(27)

Tabel 1 : Jadual Kegiatan Kajian Tahun 2006

Teknik Pengumpulan Data.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara

mendalam studi dokumentasi, observasi langsung, diskusi kelompok dan PRA.

Jenis Data :

Data yang dikumpulkan dalam kajian ini meliputi:

1. Kinerja APKI secara umum

a. Organisasi APKI

1) Sejarah berdirinya organisasi APKI.

2) Maksud dan tujuan didirikan APKI.

Kegiatan

Tahun 2006

Juni Juli Agustus September

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4

Pembuatan Rencana Kajian dan Bimbingan

Persiapan Kolokium dan Kolokium Perbaikan Rencana Kajian dan Bimbingan

(28)

14

3) Peranan, sasaran dan manfaat asosiasi bagi petani kelapa.

4) Struktur organisasi dalam kepengurusan APKI.

5) Tugas dan kewenangan pengurus APKI.

b. Ruang Lingkup Pertumbuhan APKI

1) Kriteria Penumbuhan APKI.

2) Langkah-langkah pembentukan dan pengembangan Asosiasi Petani

Perkebunan.Indonesia.

2. Pola hubungan dalam kinerja APKI di Kecamatan Kahayan Kuala

a. Pola hubungan Sumber Daya Manusia dalam organisasi APKI di Kecamatan

Kahayan Kuala

1) Pola hubungan pengetahuan manejemen dengan kepengurusan APKI.

2) Pola hubungan kepemimpinan dalam APKI di Kecamatan Kahayan Kuala.

b. Teknologi produksi APKI di Kecamatan Kahayan Kuala

1) Pola hubungan teknologi dengan perkembangan usaha.

2) Pola hubungan APKI dengan pemasaran produk.

c. Modal sosial dalam menjalankan usaha

1) Trust (Kepercayaan).

2) Kerjasama.

3) Net work (Jaringan).

3. Permasalahan dalam pengembangan APKI di Kecamatan Kahayan Kuala

1) Pengetahuan dalam manajemen APKI.

2) Teknologi Produksi dalam menjalankan usaha.

3) Modal sosial sebagai perluasan jaringan pasar.

4. Strategi pengembangan APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Berdasarkan

permasalahan yang ada

Pengolahan Data

Data-data yang diperoleh dipilah, dikategorikan dan dikelompokkan sesuai

dengan kebutuhan analisis. Dalam analisis data tersebut dihubungkan dengan

(29)

dianalisis kemudian dilakukan analisis secara mendalam terhadap hal yang menjadi

pokok permasalahan.

Tahapan Analisis sebagai berikut:

1. Reduksi data, yaitu melakukan pemilihan, pemilahan dan penyederhanaan data.

Kegiatan dalam reduksi data ini adalah menyeleksi data, membuat ringkasan dan

menggolongkan data.

2. Penyajian data yaitu mengkonstruksikan data dalam bentuk narasi, matriks,

grafik atau bagan, sehingga memudahkan dalam pengambilan kesimpulan.

3. Penarikan kesimpulan, yaitu menghubungkan antar data (fenomena) secara

kualitatif dan berdasarkan landasan teoritis yang meliputi mencari arti tindakan

masyarakat, mencari pola hubungan, penjelasan, alur sebab akibat dan proposisi.

4. Verifikasi kesimpulan, yaitu meninjau kembali kesimpulan yang telah dilakukan

dengan meninjau catatan lapangan dan bertukar pikiran dengan responden.

Metode Analisis Potensi, Masalah dan Penyusunan Program

Pembedayaan (empowerment) masyarakat merupakan strategi pembangunan

yang berpusat pada kepentingan dan kebutuhan rakyat (People centered

development) yang arahnya menuju pada kemandirian masyarakat. Oleh karena itu,

untuk mengetahui dan memahami kondisi kelompok tani kelapa Desa Bahaur,

pendekatan Participatory Rural Apprasial (PRA), merupakan metode analisis yang

digunakan selama kajian ini.

Aktor utama dalam kajian yang menggunakan PRA ini adalah

masyarakat/kelompok tani sendiri sedangkan peneliti lebih berperan sebagai

fasilitator. PRA digunakan dalam kegiatan :

1. Identifikasi potensi, permasalahan dan kebutuhan kelompok tani.

2. Penyusunan program kerja.

Selain PRA, dilakukan FGD untuk menyepakati program dan kegiatan

pemberdayaan kelompok tani yang diusulkan berdasarkan masalah dan potensi yang

(30)

16

Penyusunan Strategi Program

Metode partisipatif yang digunakan dalam kajian ini adalah Participatory

Rural Appraisal (PRA) kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi dan melengkapi

data sebelumnya serta usaha-usaha dalam membuat strategi program untuk

pemecahan masalah secara partisipatif, hal tersebut dilakukan dengan langkah antara

lain:

1. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan APKI dalam FGD.

2. Mengikutsertakan pihak-pihak terkait dalam FGD antara lain : aparat kelurahan,

tokoh masyarakat, LSM, kelompok APKI, Dinas Pertanian dan Perkebunan,

instansi terkait serta petani.

3. Hasil FGD tersebut diharapkan menghasilkan suatu strategi pemberdayaan

terhadap kelompok APKI setempat.

4. Strategi pemberdayaan tersebut akhirnya direalisasikan dalam suatu bentuk

program penguatan kapasitas APKI sebagai wadah dalam memberdayakan petani

(31)

Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data

Tabel 2 : Masalah, Topik, Sub Topik, Sumber Data, Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data di Kecamatan Kahayan Kuala Tahun 2006

No Masalah Topik Sub Topik Sumber Data Teknik Instrumen

produksi APKI 3. Modal sosial

dalam 2. Kinerja Teknologi

Produksi c. Net work (Jaringan)

1. Pengurus 3. Panduan Studi

Dokumentasi 3. Teknologi masih

tradisional 4. Hasil olahan kelapa

bersifat homogen. 5. Kepercayaan pada

APKI rendah. 6. Kerjasama rendah. 7. Jaring untuk

memperluas pasar masalah yang ada dalam APKI

- Pengembangan SDM APKI

- Pengembangan Teknologi produksi dalam APKI

- Pengembangan Modal Sosial

(32)

IV. PETA SOSIAL KOMUNITAS

Lokasi

Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau terletak di daerah aliran

sungai Kahayan Propinsi Kalimantan Tengah. Secara geografis, Kecamatan Kahayan

Kuala terletak di sebelah timur sungai Kahayan dan terletak pada ketinggian 0,30 m

dari permukaan laut dengan kondisi tofografi daerah pesisir pantai atau daerah

pasang surut yang memang sangat cocok untuk perkebunan kelapa. Karena letaknya

yang berada di daerah pesisir pantai maka udara di Kecamatan Kahayan Kuala terasa

sedikit agak panas dengan suhu udara berkisar antara 20 sampai 30 derajad celcius.

Sebagai Daerah Aliran Sungai (DAS) penduduk kecamatan memanfaatkan

aliran sungai sebagai sarana transportasi, industri bagi pabrik penggilingan padi

sehingga limbah bisa langsung menjadi makanan bagi ikan–ikan dan hewan yang

hidup di sungai, sungai juga dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitarnya untuk

kehidupan sehari-hari rumah tangga seperti mandi, mencuci. Termasuk bantaran

sungai yang dimanfaatkan sebagai tempat tinggal penduduk yang berbentuk

panggung, berderet sejajar arah aliran sungai memanjang dari hulu ke hilir.

Alat transportasi yang digunakan penduduk untuk mencari nafkah atau pergi

ke kebun atau ke desa lain, kecamatan maupun ke Kota Kabupaten antara lain motor

boat, perahu dan kapal-kapal kecil, jalan darat ada hanya bisa dijalani pada musim

kemarau, sedang di musim penghujan jalanan lewat darat becek dan berlumpur

sehingga mayoritas penduduk lebih senang lewat jalan sungai.

Aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal berupa berkebun, berladang,

mencari ikan, berburu, dan menebang kayu hutan untuk memenuhi bahan bakar

mengolah makanan mereka. Aktivitas selain berkebun kelapa dilakukan disela-sela

waktu berkebun kelapa.

Pola kehidupan masyarakat bertumpu pada usaha kebun kelapa, apabila

musim kemarau buah kelapa dapat dipanen banyak karena pada musim hujan pohon

kelapa lebat buahnya tapi belum dapat dipanen karena kekeringan buah lambat

sehingga masa panen dengan kecepatan matang terjadi pada musim kemarau.

Pengaruh harga pada musim panas dengan musim penghujan juga berbeda

(33)

kelapa melimpah sehingga petani ingin mengolah buah menjadi bahan olahan yang

dapat meningkatkan nilai jual dibanding jika dijual dalam buah butiran.

Dari gambaran peta sosial diatas petani sangat antusias ketika ada program

dari Dinas Perkebunan untuk mengolah buah kelapa butiran menjadi bahan baku

minyak VCO dengan harapan nilai jual hasil produksi lebih menguntungkan petani.

Pemerintah juga menganjurkan agar petani membuat kelompok agar mudah

mengkoordinirnya timbul inisiatif dari Dinas Perkebunan untuk mengajak petani

kelapa untuk mendirikan asosiasi petani kelapa yang diadakan pertama kali pada

tahun 2002 di Jakarta, karena program ini belum direncanakan secara optimal atau

berupa program dadakan maka pengurus kelembagaan dipilih sifatnya sementara asal

ada saja guna memenuhi permintaan lembaga yang ada diatas atau dinas pusat.

Guna mencapai hasil dan tujuan yang diharapkan petani maka perlu adanya

kelembagaan bagi petani yang kuat, dan dikelola secara profesional, untuk itu SDM

petani juga perlu dipersiapkan agar potensi lokal dengan hasil kebun yang melimpah

dapat dioptimalkan modal sosialnya untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan

permintaan pasar sehingga peningkatan harga jual hasil olahan dapat diwujudkan dan

tujuan akhirnya adalah petani kelapa sejahtera, mampu mengolah hasil panen dengan

teknologi tepat guna, dengan pengetahuan ketrampilan yang memadai, mampu

berubah secara sadar dari dalam dirinya guna mencapai tujuan yang lebih baik,

tentunya hal ini dapat terwujud jika stakeholder sebagai unsur pelaksana

pembangunan perkebunan aktif bekerja sama memajukan petani.

Tabel 3 : Peruntukan Lahan di Kecamatan Kahayan Kuala Tahun 2005

No Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%)

1 Pemukiman dan Perkebunan 92.4000 80

2 Perkantoran / Perindustrian 11.550 10

3 Prasarana Umum Lainnya

• Sekolah 5.775 5

• Tempat Peribadatan 3.000 3

• Tempat Olah Raga 2.775 2

Jumlah 115.500 100

(34)

20

Kependudukan

Secara administrasi Kecamatan Kahayan Kuala yang termasuk wilayah

administrasi Kabupaten Pulang Pisau. Luas wilayah Kecamatan Kahayan Kuala lebih

kurang 115.500 ha yang terdiri 16 RW dan 48 RT dan dihuni oleh 7.090 penduduk

laki-laki dan 7.020 penduduk perempuan, sehingga jumlah keseluruhan penduduk

adalah 14.110 jiwa sedangkan jumlah kepala keluarga adalah 4.151 KK.

Tabel 4: Jumlah Penduduk Kecamatan Kahayan Kuala Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2006

No Golongan Umur

(Tahun)

Laki-laki (Jiwa)

Perempuan (Jiwa)

Jumlah (Jiwa)

1 0 – 4 23 19 42

2 5 – 9 45 32 77

3 10 – 14 54 57 111

4 15 – 19 92 82 174

5 20 – 24 96 79 175

6 25 – 29 81 86 167

7 30 – 34 64 69 133

8 35 – 39 76 83 159

9 40 – 44 52 59 111

10 45 – 49 48 54 104

11 50 – 54 35 26 77

12 55 – 59 20 22 42

13 60 – 64 15 10 25

14 65 + 8 6 14

Jumlah 709 702 1.411

(35)

Jika digambarkan dengan grafik dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2 : Grafik Piramida Penduduk Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimatan Tengah

(Sumber : Monografi Kecamatan Kahayan Kuala)

Berdasarkan data di atas, maka jumlah usia produktif dari 15–64 adalah

1.167 orang sementara sisanya 244 tidak produktif. Jika golongan umur 15–64 tahun

dipandang sebagai usia usia produktif, maka rasio beban tanggungan adalah 244. Ini

berarti setiap 1.000 orang yang produktif menanggung 244 orang yang tidak

produktif. Hal ini menunjukan bahwa rasio beban tanggungan di Kecamatan

Kahayan Kuala tidak begitu besar, karena jumlah penduduk yang digolongkan bukan

usia produktif lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah penduduk usia

produktif.

Jumlah penduduk Kecamatan Kahayan Kuala umumnya berdomisili di

sekitar DAS Kahayan Kuala, tersebar di 8 buah desa. Dari jumlah penduduk 1.411

jiwa laki-laki dan perempuan profesi terbanyak sebagai petani kebun kelapa dengan

jumlah 1.167 usia produktif ada 9720 sebagai petani kebun kelapa.

Luas pemilikan lahan yang di usahakan rata-rata 2,47 ha (jumlah luas lahan

115.500 ha dibagi jumlah penduduk sebagai petani kelapa 9.720 jiwa) Jumlah petani

kelapa yang memiliki lahan dari pemberian orang tua sebanyak 28 % dari

-100 -50 0 50 100

0 – 4 5 – 9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64

65 + Perempuan

(36)

22

keseluruhan jumlah penduduk laki-laki 7.090 jiwa, mereka adalah generasi muda

yang pemilikan lahanya diperoleh sebagai modal awal atau bekal memulai hidup

berumah tangga yang diberikan oleh orang tuanya, karena belum mampu membeli

lahan sendiri.

Penduduk usia muda yang mendapat lahan sebagai modal hidup berumah

tangga dan tergolong dalam usia 20-24 tahun sebanyak 960 jiwa, usia 25-29 dengan

jumlah 810 jiwa, usia 30-34 sebanyak 640 jiwa

Penggarapan lahan masih dilakukan secara tradisional termasuk peralatan

pertanian yang digunakan. Akibatnya produktivitas usaha perkebunan yang dikelola

masih tergolong rendah. Untuk itu petani sangat membutuhkan manajemen

kelembagaan perkebunan yang dapat meningkatkan ilmu pengetahuan perkebunan

dan kepemilikan teknologi yang lebih modern agar usaha produktivitas perkebunan

meningkat, maka penguatan kelembagaan perkebunan kelapa yang profesional

seperti APKI perlu mendapat dukungan semua pihak terkait.

Tabel 5 : Peruntukan Lahan di Kecamatan Kahayan Kuala Tahun 2005

No Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%)

1 Pemukiman dan Perkebunan 92.400 80

2 Perkantoran / Perindustrian 11.550 10

3 Prasarana Umum Lainnya

• Sekolah 5.775 5

• Tempat Peribadatan 3.000 3

• Tempat Olah Raga 2.775 2

Jumlah 115.500 100

(Sumber : Buku Profil Kecamatan Kahayan Kuala Tahun 2005)

Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat dalam

tabel berikut :

Tabel 6 : Komposisi Penduduk Kecamatan Kahayan Kuala Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2006

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase / %

1

(37)

Tabel 6 menunjukan bahwa tingkat pendidikan penduduk sudah tinggi,

dimana jumlah penduduk yang menyelesaikan pendidikan SLTA 21%. Namun

kesadaran untuk mengembangkan potensi pengetahuan, ketrampilan dan pemahaman

penduduk masih belum maksimal. Hal ini terjadi karena pengaruh pendidikan agama

yang menekankan pada prinsip menerima apa yang ada sebagai tanda syukur sebagai

dasar dalam kehidupan menjadikan penduduk disini kurang berkembang baik dari

sisi ketrampilan dan pembangunan kerjasama antar stakeholder yang menyebabkan

penduduk tetap hanya bisa bekerja berkebun berdasar pada ketrampilan yang

diajarkan secara turun temurun hal ini sebagai indikator rendahnya pendapatan

petani.

Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara

kekuatan–kekuatan yang menambah dan kekuatan yang mengurangi jumlah

penduduk. Secara terus-menerus penduduk akan dipengaruhi oleh jumlah bayi yang

lahir (menambah jumlah penduduk) tetapi secara bersamaan pula akan dikurangi

oleh jumlah kematian yang terjadi pada semua golongan umur sementara itu migrasi

juga berperan dalam menambah dan mengurangi jumlah penduduk baik migrasi

masuk maupun migrasi keluar.

Perubahan jumlah penduduk yang terjadi di Kecamatan Kahayan Kuala baik

angka kelahiran, angka kematian, maupun gerak penduduk, dalam arti perpindahan

penduduk yang datang dan pergi tidak menunjukan yang berarti, karena

perubahannya hanya dalam jumlah yang relatif kecil.

Berdasarkan data profil kecamatan tahun 2005 menunjukan angka kelahiran

hanya 1.200 orang, angka kematian 700 orang, yang sebagian besar terjadi karena

faktor usia lanjut. Hal ini juga sesuai dengan piramida yang mengerucut ke atas yang

menunjukan menurunnya jumlah usia tua diwilayah ini. Sementara jumlah penduduk

masuk 270 orang dan jumlah penduduk keluar 350 orang jadi pertimbangan antara

penduduk masuk dan penduduk keluar tidak seimbang, hal ini berpengaruh pada

(38)

24

Kondisi Perekonomian

Mata pencaharian pokok penduduk Kecamatan Kahayan Kuala heterogen,

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7 : Komposisi Penduduk Kecamatan Kahayan Kuala Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2006

No Mata Pencaharian Jumlah Persentase / %

1

Pegawai Negeri Sipil ABRI

(Sumber Laporan Penduduk Desa Bahaur Tahun 2006)

Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Kecamatan Kahayan

Kuala mempunyai mata pencaharian pokok sebagai petani baik pertanian padi

maupun kelapa, sedangkan dibidang perdagangan sangat sedikit, dikarenakan pola

perekonomian sejak tahun 1928 adalah perkebunan kelapa. Hal ini menjadikan

penduduk setempat terbiasa mengandalkan kehidupannya dari usaha turun-temurun

yaitu bercocok tanam padi dan berkebun kelapa.

Sebagaimana Daerah Aliran Sungai (DAS) di Sungai Kahayan dimanfaatkan

penduduk khususnya para petani untuk usaha pertanian, perkebunan. Namun, usaha

tani perkebunan dan perladangan lainnya dikelola dengan cara tradisional,

kelembagaan perkebunan juga lemah sehingga produktifitas usaha tani yang

dihasilkan masih tergolong rendah. Seperti halnya usaha perkebunan yang

dikembangkan lewat wadah kelembagaan APKI masih tergolong masih rendah,

mengingat pengetahuan pengurus rendah aktivitas pembinaan usaha perkebunan

yang dilakukan APKI juga belum mendapat dukungan dari penyuluh pertanian

sehingga belum memberikan hasil yang memuaskan. APKI sebagai satu-satu wadah

kelompok usaha tani kelapa, namun rendahnya aktivitas para pengurus kelompok,

menyebabkan fungsi assosiasi tani kelapa belum bisa dimanfaatkan secara optimal.

Disamping itu jauhnya jangkauan wilayah kerja penyuluh, menyebabkan kehadiran

penyuluh dalam kelompok tani masih sangat jarang. Demikian halnya dukungan

(39)

perkebunan masih sangat terbatas sehingga informasi untuk memajukan usaha

perkebunan rendah penguasaan materi pengetahuan tentang perkebunan masih

terbatas menyebabkan SDM petani rendah.

Untuk itu perlu penguatan kelembagaan perkebunan perlu dikuatkan dengan

bantuan pemerintah daerah bersama-sama masyarakat untuk mewujudkan pelatihan

meningkatkan pengetahuan kelompok tani, pelatihan manajemen kelembagaan dan

penguatan penggunaan alat teknologi tepat guna, termasuk perbaikan sarana dan

prasarana transportasi dan komunikasi antar kelompok tani sebagai modal sosial

yang menghubungkan antar anggota dan pengurus APKI Kecamatan dan Kabupaten

dengan harapan transfer informasi pengetahuan dan kerjasama mudah memajukan

APKI.

Aspek pendorong petani kelapa adalah perhatian dari dinas terkait yang

diperintahkan oleh Bapak Bupati Pulang Pisau untuk mempertaruhkan jabatannya

jika tidak mampu memajukan komunitas lokal untuk memperbaiki taraf hidup petani

melalui peningkatan produktifitas ekonomi lokal sehingga diharapkan kekhasan lokal

benar-benar menjadi peluang produktivitas petani. Kekhasan lokal menjadi perhatian

pemerintah daerah untuk menentukan model pengembangan ekonomi lokal yang

bagaimana yang dapat dikembangkan melalui penguatan kapasitas kelembagaan

APKI pemerintah setempat dan melalui dinas terkait berusaha meningkatkan

pengetahuan manajemen pengurus usaha tani, pengetahuan ketrampilan anggota

APKI dengan mendatangkan pelatih Produktivitas Kelapa menjadi VCO dari

Yogyakarta guna memajukan SDM petani, peningkatan pengetahuan sikap dan

tindakan kerjasama dan kejujuran petani dalam pengelolaan usaha perkebunan kelapa

yang lebih baik.

Struktur Komunitas

Struktur komunitas sosial masyarakat dapat ditinjau dari beberapa aspek,

seperti di bawah ini :

1. Pelapisan Sosial

Seperti lazimnya suatu komunitas di Kecamatan Kahayan Kuala dapat terjadi

pelapisan sosial. Pelapisan sosial di Kecamatan Kahayan Kuala dapat terlihat

(40)

26

membentuk lapisan karena alasan-alasan tertentu, baik disengaja maupun tidak

disengaja.

2. Unsur Utama Pelapisan Sosial

Pelapisan-pelapisan sosial yang ada di dalam masyarakat umumnya hampir sama

dengan pelapisan sosial masyarakat lainnya yaitu didasarkan pada :

a. Kekayaan yang dimiliki

b. Pendidikan formal

c. Keaktifan dalam kegiatan kemasyarakatan/keagamaan

d. Pekerjaan

e. Suku/ras

f. Ideology/agama

Lapisan petani yang memiliki kekayaan hanya beberapa orang saja biasanya

terlihat dari kepemilikan kebun yang banyak, rumah yang bagus dan punya

kendaraan air dan darat. Lapisan ini biasanya melekat pada pengusaha kelapa yang

maju, sedangkan bagi komunitas yang memiliki pendidikan formal yang tinggi

biasanya bisa diterima di kalangan lapisan karena kewibawaan dari status pendidikan

yang disandangnya. Bagi komunitas yang aktif di lingkungan kegiatan kecamatan

sebagai jembatan bagi lapisan bawah dan lapisan atas, sehingga penghubung antar

lapisan biasanya diperankan oleh mereka yang aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.

Masalah-masalah sosial yang timbul bisa segera diatasi karena sifat toleransi,

kerja sama, saling membantu terwujud dalam kegiatan masyarakat yang sudah

terbina dari kakek nenek mereka, apalagi peran tokoh agama yang selalu menjaga

suasana kesejukan di desa, hal ini mudah dibina karena latar belakang pekerjaan

yang sama yaitu petani kelapa. Agama sama hanya memeluk agama yang satu yaitu

Islam. Suku/ras berasal dari satu suku yaitu suku Banjar yang asalnya dari

perpindahan nenek kakek yang terdahulu dari daerah Kalimantan Selatan pindah ke

daerah Kalimantan Tengah, dimana Kecamatan Kahayan Kuala mayoritas dari suku

ras yang sama satu keturunan yang beranak pihak dengan proses perkawinan yang

masih satu daerah asal yaitu suku Banjar. Sehingga interaksi sosial mereka tetap

(41)

Gambar 3 : Pelapisan Sosial di Kecamatan Kahayan Kuala

Jika dilihat dari gambar struktur pelapisan masyarakat petani ada pada posisi

terbawah hal ini sesuai dengan kondisi kesejahteraan petani kelapa dimana faktor

pendapatan petani yang tidak menentu dikarenakan hasil panen petani masih dihargai

murah dan petani belum bisa memproduksi hasil usaha pertanian yang diminta oleh

pasar karena faktor kelembagaan yang lemah, pengetahuan individu petani yang

kebanyakan hanya lulusan SD, juga faktor modal sosial yaitu kepercayaan dan

kerjasama yang lemah antar petani untuk bersama-sama memajukan produktifitas

hasil usaha melalui APKI. Petani menaruh harapan agar mampu menjembatani

memecahkan masalah yang ada dalam internal petani, untuk itu penguatan

organisasi, peningkatan SDM petani dan meingkatkan modal sosial petani menjadi

faktor penentu keberhasilan peningkatan pendapatan petani.

Melalui kelembagaan yang kuat maka manejemen usaha produktifitas dapat

ditingkatkan untuk jaringan pasar bertambah luas, penetapan harga produksi bisa

lebih tinggi dari pada dijual secara butiran. Adanya pelatihan ketrampilan

pengolahan buah kelapa menjadi hasil olahan baik itu VCO atau produk ikutannya

berupa Briket dan Smoke Oil merupakan strategi untuk meningkatkan SDM petani

agar tidak hanya menjual hasil kelapa dengan harga yang murah karena sempit Tokoh

Masyarakat

Pegawai, Pedagang

Petani

1. Tingkat Pendidikan Tinggi

2. Aktivitas Sosial Tinggi

3. Agamanya kuat

1. Modal besar

2. Rumah bagus

3. Punya kendaraan 4. Usaha berjalan

1. Ekonomi menunggu

hasil panen 2. Hidup sederhana

(42)

28

pengetahuannya bahwa buah kelapa jika telah diproses dapat menghasilkan usaha

yang dinanti oleh pasar global karena produk VCO dapat menjadi obat yang sangat

mahal harganya jika dikonsumsi oleh konsumen mendunia. Hal ini tidak mungkin

terwujud apabila modal kepercayaan sesama pengurus dan anggota APKI tidak

ditingkatkan. Untuk meningkatkannya perlu kerjasama yang utuh dari berbagai pihak

terkait.

Lembaga Kemasyarakatan

Kelembagaan sosial merupakan suatu kompleks atau sistem

peraturan-peraturan dan adat istiadat yang mempertahankan nilai-nilai yang penting (Soekanto

2000:199). Kelembagaan sosial memiliki tujuan mengatur antar hubungan yang

diadakan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang paling penting.

Kelembagaan dapat dipandang sebagai bentuk kelompok sosial yang terdiri

dari kumpulan orang yang memiliki tujuan tertentu dan dapat dipandang pula sebagai

organisasi sosial yang konkrit. Selain itu, kelembagaan juga dapat dipandang sebagai

sistem peraturan dan adat istiadat yang mempertahankan nilai-nilai yang penting.

Dengan demikian, kelembagaan sosial berfungsi untuk memberikan pedoman bagi

anggota masyarakat untuk bertingkah laku, menjaga keutuhan masyarakat dan

memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan pengendalian sosial

(social control). Kelembagaan merupakan sistem pengawasan masyarakat terhadap

tingkah laku anggota-anggotanya.

Di Kecamatan Kahayan Kuala selain telah dibentuk lembaga formal seperti

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, juga muncul lembaga kemasyarakatan yang

terbentuk atas inisiatif dari warga masyarakat itu sendiri maupun inisiatif pihak luar

dalam rangka pemberdayaan masyarakat.

Kelembagaan yang ada di Kecamatan Kahayan Kuala antara lain:

1. Kelembagaan kegotongroyongan, seperti pada kegiatan gotong royong

membersihkan kebun kelapa secara bergantian dengan sistem balas atau

bergantian, membangun langgar, membangun pesantren, membangun jalan

lingkungan, membersihkan sungai sebagai sarana mencari ikan dan membangun

(43)

2. Kelembagaan kekerabatan, seperti pelamaran, pernikahan, perceraian dan

sebagainya. Pengendalian sosial dilaksanakan agar perilaku individu sesuai

dengan harapan komunitas yang dilakukan secara turun temurun melalui keluarga

inti dan keluarga terdekat.

3. Kelembagaan ekonomi, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akan mata

pencaharian hidup, produksi dan distribusi sumber-sumber ekonomi seperti pasar,

koperasi, pabrik kopra, dan kelompok usaha dalam APKI. Jadi berkaitan dengan

mata pencaharian petani seperti bekerja dibidang perkebunan kelapa, PNS,

pegawai swasta, pedagang, buruh tani, nelayan.

4. Kelembagaan pendidikan, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi agar

manusia menjadi anggota masyarakat yang berguna, seperti Taman Kanak-Kanak

(3 buah), Taman Pendidikan Al-Qur’an (6 buah), SD (12 buah), MIN (1 buah),

SLTP (1 buah), MTs (3 buah), SMU (1 buah), MA (1 buah), SMK (1 buah), dan

Perguruan Tinggi Islam (1 buah). Komunitas petani miskin hanya memanfaatkan

kelembagaan TPA, SD, MIN, dan sebagian kecil SLTP dan MTs untuk

memenuhi kebutuhan pendidikannya. Hal ini disebabkan terbatasnya dana untuk

membiayai pendidikan anaknya pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Beban

hidup yang lebih berat menjadikan mereka lebih senang jika anaknya tidak

melanjutkan sekolah tetapi membantu orang tuanya di kebun.

5. Kelembagaan Keagamaan, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk

berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa seperti selamatan, pantangan dan

cara-cara beribadah menurut ajaran agama Islam yang dianut oleh sebagian besar

warga Kecamatan Kahayan Kuala. Jadi dalam hal ini digunakan norma-norma

agama untuk memelihara tingkah laku individu dalam masyarakat. Kelembagaan

masyarakat yang berwujud meliputi 16 buah masjid, 7 musholla, 1 buah

pesantren.

6. Kelembagaan politik, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam

mengatur hidup berkelompok, seperti Lembaga Pemberdayaan Masyarakat

(44)

30

7. Kelembagaan somatik bertujuan untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah manusia,

seperti pemeliharaan kesehatan (posyandu, balai pengobatan, salon, dan

lain-lain).

Di setiap RT ada kelompok pengajian yang secara rutin melakukan

kegiatannya sekali seminggu. Arisan itu dinamakan Arisan Yasinan, Arisan Dibaan,

dari kelompok arisan ini bisa tercermin rasa kesatuan untuk berkumpul, dan biasanya

didalam arisan juga ada pesan ulama, tokoh agama yang diberikan dalam mengisi

waktu arisan selain mengaji bersama, dan yang patut ditiru tidak ada peserta arisan

yang tidak membayar secara tepat waktu, sehingga uang arisan yang

diharap-harapkan anggota bisa diterima dengan uang pas, hal ini bisa terwujud di desa ini

karena pengaruh tokoh agama dalam mewujudkan rasa amanat dan tanggungjawab

bagi peserta sudah diamalkan dalam kehidupan sehari-hari

Kelembagaan sosial selain yang tidak berwujud seperti kelembagaan

kekerabatan, ada pula kelembagaan yang berwujud yang dapat berbentuk kelompok

sosial dan organisasi di Kecamatan Kahayan Kuala sebagai berikut:

No Jenis Kelembagaan

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Dewan Keluarga Masjid (DKM)

Karang Taruna ”Pemuda Tinggiran” Pemerintahan Kecamatan

MUI Bahaur

APKI (Asosiasi Petani Kelapa Indonesia) Posyandu

Yayasan Pesantren Hidayatullah Koperasi warga setia

(Sumber : Daftar Isian Potensi Kecamatan Kahayan Kuala, 2005)

Jaringan kelembagaan yang ada dengan kelembagaan lain di luar komunitas

petani kelapa masih relatif kurang, artinya masih terbatasnya pembentukan jaringan

kelembagaan yang dapat dimanfaatkan oleh komunitas melalui pertukaran informasi,

pengalaman dan pengetahuan. Salah satunya dapat dilihat dari kelembagaan yang

dapat dimanfaatkan oleh komunitas petani kelapa, seperti : APKI (Asosiasi Petani

Kelapa Indonesia) sebagai wadah berhimpunnya petani kelapa untuk mengatasi

masalah yang dihadapi petani kelapa secara bersama-sama. Sampai saat ini belum

Gambar

Gambar 1 :  Kerangka Pemikiran Penguatan Kapasitas APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten
Tabel 1 : Jadual Kegiatan Kajian Tahun 2006
Tabel 2 :  Masalah, Topik, Sub Topik, Sumber Data, Teknik dan Instrumen
Tabel 4: Jumlah Penduduk Kecamatan Kahayan Kuala Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2006
+7

Referensi

Dokumen terkait

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia jasa yang memenuhi persyaratan dengan terlebih dahulu melakukan registrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) Kabupaten

[r]

Hasil penelitian disimpulkan bahwa: SMK Negeri Jatipuro sudah memiliki Bursa Kerja Khusus (BKK), akan tetapi belum terkelola dengan baik dan belum memiliki media untuk meningkatkan

Uji efektivitas jambu biji merah (Psidium guajava) terhadap laju aliran saliva pada penderita xerostomia yang mengonsumsi telmisartan.. Ekstrak teh hijau 3% yang

Pendidikan Agama dan Budi Pekerti3. Pendidikan Pancasila

Pembuatan gigi tiruan sebagian lepasan rahang bawah dengan retainer kaitan presisi ekstrakorona desain unilateral tiap sisi pada kasus Kennedy klas I dapat menjadi pilihan

Sehubungan dengan Pengumuman Pemilihan Langsung dengan Pascakualifikasi pada tanggal 29 Juli s.d 01 Agustus 2013, yang dilaksanakan oleh Pokja ULP - Panitia

2015 pada Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Tapin, maka dengan ini Saudara diundang untuk hadir dalam acara Klarifikasi, Negosiasi Teknis dan Biaya dan Pembuktian Kualifikasi