ASSOSIASI PETANI KELAPA INDONESIA
DI KECAMATAN KAHAYAN KUALA
KABUPATEN PULANG PISAU
KALIMANTAN TENGAH
SAKINAH SUNGKAR
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR
DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir dengan judul Penguatan Kapasitas Kelembagaan Asosiasi Petani Kelapa di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir tugas akhir ini.
Bogor, November 2006
Sakinah Sungkar
SAKINAH SUNGKAR. STRENGTHEN OF CAPACITY THE ASSOCIATION OF COCONUT FARMERS INDONESIAN (APKI) IN DISTRICT KAHAYAN KUALA, SUB-PROVINCE OF PULANG PISAU, PROVINCE OF KALIMANTAN TENGAH, Guided By NINUK PURNANINGSIH and SUTARA HENDRAKUSUMA ATMADJA
APKI is a gathering medium for coconut farmers to improve the farmers bargain position with the Installation for Increase the prosperity of farmers. This research can learnt by The Community of District Kahayan Kuala sector coconut farm became the first occupation. The farmers feel their income from coconut farm business get weak position of bargain. The problem faced by the farmers to develop their business are : The Human Resources are low, The Organization Management, The Technology Production are limited, The Use of Social Capital are not optimal.
This research are to analyze the work of APKI in District Kahayan Kuala give describing potention and the problem are faced give evaluative describe to the development program make strong the capacity istitution of APKI through arranged program to strong the human resources technology and social capital. This thing is a Qualitative Research.
APKI in District Kahayan Kuala are not activity yet as include in AD/ART 2002 until the destiny and the function are not keep on track. This things happen because of The Human Resources are low, The Technic Production in business development can produce the product likes by market because The Social Capital are not develop yet make APKI can’t work optimal.
Judul Tugas Akhir : Penguatan Kapasitas Kelembagaan Assosiasi Petani Kelapa Indonesia (studi kasus di Desa Bahaur Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah)
Nama : Sakinah Sungkar
NIM : A. 154 050 225
Disetujui,
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si. Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Si
Ketua Anggota
Diketahui,
Ketua Program Studi Magister Dekan Sekolah Pascasarjana
Profesional Pengembangan Masyarakat
Penulis dilahirkan di Solo Jawa Tengah pada tanggal 10 Januari 1963 dari
Ayah H. Muhammad Abdullah Sungkar dan Ibu Hj. Secha Umar Sungkar. Penulis
merupakan putri ketujuh dari duabelas bersaudara. Tahun 1984 penulis lulus dari
SMA Al Islam Diponegoro dan pada tahun yang sama lulus seleksi IAIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta melalui jalur undangan tanpa tes bagi siswa berprestasi. Penulis
memilih Program Studi Fakultas Adab, Jurusan Sastra Arab lulus tahun 1988.
Penulis mendapat kesempatan melanjutkan Pascasarjana IPB pada tahun 2005
dengan mengambil Program Studi Pengembangan Masyarakat atas biaya
Departemen Sosial Republik Indonesia.
Pada tahun 1999 – 2002 bekerja sebagai Dosen Bahasa Arab di STAIN
Palangkaraya Kalimantan Tengah. Tahun 2002 – 2005 menjadi Kepala Sekolah Mts.
Hidayatullah Bahaur, Pulang Pisau sampai Tahun 2005.
Pada tanggal 16 Oktober 1989 penulis menikah dengan Drs. H. Khairil
Anwar, dari hasil pernikahan telah dikaruniai 5 (lima) orang anak yaitu Hani
Karimah (17 tahun), Alfi Rahman (15 tahun), Muhammad Sa’ad (13 tahun), Ali
Akbar (11 tahun), dan Syauqi Ahmad Firdaus (5 tahun).
Bogor, November 2006
PRAKATA
Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT. karena berkat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan kajian lapangan ini sebagai
lanjutan dari penulisan praktek lapangan yang berlokasi di Desa Bahaur Kecamatan
Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah.
Penulisan kajian ini merupakan tugas akhir Program Magister Pengembangan
Masyarakat Institut Pertanian Bogor, kajian ini merupakan aplikasi materi
perkuliahan dengan melakukan : pemetaan sosial, evaluasi terhadap program
pengembangan masyarakat untuk mengetahui keberhasilan dan kelemahan program
tersebut, yang dapat digunakan sebagai dasar untuk penetapan kebijakan
pembangunan di masa yang akan datang, serta melakukan penyusunan program
pengembangan masyarakat. Penulis memilih Kecamatan Kahayan Kuala sebagai
lokasi kajian pengembangan masyarakat, dengan judul “Penguatan Kapasitas
Kelembagaan Assosiasi Petani Kelapa Indonesia di Kecamatan Kahayan Kuala
Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah.”
Penyelesaian kajian lapangan ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan
ucapan terima kasih, kepada :
1. Departemen Sosial Republik Indonesia yang telah memberikan kesempatan pada
penulis untuk meningkatkan kemampuan di bidang Pengembangan Masyarakat
melalui studi pada Program Pasca Sarjana Magister Profesional Pengembangan
Masyarakat Institut Pertanian Bogor.
2. Pimpinan Program Pasca Sarjana Magister Profesional Pengembangan
Masyarakat Institut Pertanian Bogor serta seluruh civitas academica.
3. Dr. Ir. Ninuk Purnaningsih, M.Si. yang telah mendorong penulis untuk
membangkitkan kesadaran partisipatif masyarakat dalam proses pengembangan
masyarakat Desa Bahaur Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau.
4. Ir. Sutara Hendrakusumaatmaja, M.Sc. yang telah memberikan dorongan moril
dan meluangkan waktu dalam proses bimbingan serta memberikan motivasi dan
penulis.
6. Kepala Desa dan masyarakat Desa Bahaur Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten
Pulang Pisau yang telah membantu penulis dalam melakukan kajian
pengembangan masyarakat.
7. Rekan-rekan yang tidak dituliskan satu persatu yang telah banyak membantu dan
memberikan dorongan dalam penyelesaian studi.
Penulis menyadari bahwa kajian lapangan ini masih jauh dari yang
diharapkan, hal ini disebabkan karena keterbatasan kemampuan penulis dalam
membahas dan menganalisa data yang ada. Harapan penulis semoga apa yang
dilakukan ini merupakan langkah awal yang baik untuk penulisan selanjutnya.
Semoga Allah SWT. tidak sia-sia menciptakan penulis, limpahan rakhmat dan
karunia-Nya semoga dilimpahkan kepada kita semua. Amin.
Bogor, November 2006
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Masalah Kajian ... 2
Tujuan ... 3
Kegunaan ... 3
TINJAUAN TEORITIS ... 4
Tinjauan Pustaka ... 4
Pemberdayaan ... 4
Modal Sosial ... 5
Kelembagaan dan Pengembangan Kelembagaan ... 5
Kebijakan Pembangunan ... 6
Komunitas ... 7
Pengembangan Kapasitas ... 7
Asosiasi Petani Kelapa Indonesia ... 7
Stakeholder ... 8
Kerangka Pemikiran Penguatan Kapasitas APKI ... 9
METODOLOGI ... 12
Metode Kajian ... 12
Tempat dan Waktu Kajian ... 12
Teknik Pengumpulan Data ... 13
Pengolahan Data ... 14
Metode Analisis Potensi, Masalah dan Penyusunan Program ... 15
Penyusunan Strategi Program ... 16
Teknik Pengumpulan Data dan Pengolahan Data ... 17
PETA SOSIAL KOMUNITAS ... 18
Lokasi ... 18
Kependudukan ... 20
Kondisi Perekonomian ... 24
Lembaga Kemasyarakatan ... 28
Sumber Daya Lokal ... 31
EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT ... 34
Deskripsi Kegiatan Pemberdayaan Petani dan Agorbisnis ... 35
Pembiayaan Proyek ... 36
Tujuan Proyek ... 37
Tahapan-tahapan Persiapan Proyek ... 38
Kendala dan Hambatan ... 38
Evaluasi Program ... 39
Pengembangan Ekonomi Masyarakat ... 40
Pengembangan Kelembagaan, Modal dan Gerakan Sosial ... 40
Ikhtisar ... 41
GAMBARAN APKI SECARA UMUM ... 43
Sejarah APKI ... 43
Tujuan ... 44
Fungsi ... 44
Tugas Pokok ... 44
Peranan APKI ... 44
Sasaran dan Manfaat ... 45
Tugas Pengurus Kelompok APKI ... 45
Ruang Lingkup ... 46
Kriteria ... 46
Langkah-langkah Pembentukan dan Pengembangan Asosiasi Petani Komoditi Perkebunan ... 47
Pola Hubungan Dalam Kinerja Apki Di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan Tengah ... 48
Pola Hubungan Keanggotaan dalam APKI (AD/ART Bab V Pasal 9 Tentang Keanggotaan APKI Tahun 2002 ... 49
Struktur Organisasi dan Susunan Kepengurusan (AD/ART Bab VI Pasal 11Tahun 2002) ... 51
Tugas Pengurus Kelompok APKI ... 52
Pola Hubungan Horizontal dalam APKI ... 53
Kinerja APKI di Kecamatan Kahayan Kuala ... 58
Karakteristik Kelompok Petani ... 58
Hubungan APKI dalam Bidang Usaha ... 59
Hubungan Pengetahuan dan Ketrampilan dengan Sumber Daya Manusia dalam APKI di Kecamatan Kahayan Kuala ... 64
Analisis Kinerja Sumber Daya Manusia (SDM) APKI ... 66
Pemberdayaan Petani Kelapa dalam APKI di Kecamatan Kahayan Kuala ... 69
Analisis Hubungan Teknologi Produksi dengan Penguatan APKI di Kecamatan Kahayan Kuala ... 71
Modal Sosial ... 78
Identifikasi Potensi ... 79
Peluang untuk Pemasaran Domestik dan Ekspor ... 80
Identifikasi Masalah ... 81
Hubungan Trust atau Kepercayaan, Kerjasama dalam Memperluas Jaringan Pemasaran ... 82
Identifikasi Kebutuhan ... 85
Analisis Tujuan, Alternatif Kegiatan dan Pihak Terkait ... 86
Analisis Tujuan ... 86
Analisis Alternatif Kegiatan ... 87
Analisis Pola Hubungan Pihak Terkait ... 88
STRATEGI DAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN APKI ... 91
Identifikasi Sumber-sumber dan Penentuan Kebutuhan ... 91
Identifikasi Sumber-sumber Kekuatan dan Peluang ... 91
Penentuan Masalah ... 92
Program Penguatan SDM APKI di Kecamatan Kahayan Kuala ... 95
Tujuan ... 95
Nama Program ... 95
Partisipan ... 95
Rencana Program ... 96
Peningkatan Pengetahuan Manajemen Pengurus ... 96
Membangun Komitmen Bersama ... 97
Peningkatan Partisipasi Anggota ... 98
Program Pengembangan Teknologi Produksi dalam APKI ... 99
Nama Program ... 99
Partisipan ... 99
Pengembangan Teknologi Produksi ... 100
Pelatihan Pemanfaatan Alat Teknologi Mekanik ... 103
Pelatihan Pemanfaatan Alat Teknologi Baru ... 103
Kebijakan Pemerintah Daerah ... 103
Penyusunan Program dan Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Modal Sosial dalam APKI ... 104
Program ... 105
Rencana Program ... 105
Peningkatan Kepercayaan ... 106
Peningkatan Kerjasama antar Anggota, Pengurus dan Instansi Terkait guna Memperluas Jaringan Pasar ... 107
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKSANAAN ... 110
Kesimpulan ... 110
Rekomendasi Kebijakan ... 111
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Jadual Kegiatan Kajian ... 13
2 Masalah, Topik, Sub Topik, Sumber Data, Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data di Kecamatan Kahayan Kuala Tahun 2006 ... 17
3. Peruntukan Lahan di Kecamatan Kahayan Kuala Tahun 2005 ... 19
4 Jumlah Penduduk Kecamatan Kahayan Kuala Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2006 ... 20
5 Peruntukan Lahan di Kecamatan Kahayan Kuala Tahun 2005 ... 22
6 Komposisi Penduduk Kecamatan Kahayan Kuala Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2006 ... 22
7 Komposisi Penduduk Kecamatan Kahayan Kuala Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2006 ... 24
8 Hubungan antara APKI dengan Pengurus, Anggota dan Instansi Terkait dalam Memberdayakan Usaha Petani Kelapa Tahun 2006 ... 57
9 Hubungan antara APKI dengan Instansi Terkait dalam Memberdayakan Petani di Kecamatan Kahayan Kuala Tahun 2006 ... 57
10 Kepemilikan Lahan dan Usaha Tani dari 115.500 Ha Kebun Kelapa Tahun 2006 ... 58
11 Tingkat Pendidikan Pengurus APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Tahun 2006 ... 65
12 Perbandingan antara Kinerja APKI Secara Umum dengan Kinerja APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Tahun 2006 ... 67
13 Peserta Pelatihan Manajemen Petani Kelapa dalam APKI Tahun 2006 ... 70
14 Pihak yang Terlibat dan Bantuan yang Diberikan Tahun 2006 ... 71
15 Jenis Produk Kelapa yang Dieskpor Indonesia Tahun 2002 ... 75
16 Identifikasi Kebutuhan dalam Pengembangan Usaha Petani dalam APKI Tahun 2006 ... 76
17 Matrik Alternatif Kegiatan dalam Meningkatkan Pola Hubungan Modal Sosial guna Menguatkan APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Tahun 2006 ... 88
19 Pola Hubungan antara APKI dengan Instansi Terkait dalam Memberdayakan Petani di Kecamatan Kahayan Kuala Tahun 2006 ... 90
20 Penguatan Pola Hubungan antara Anggota, Pengurus dan Instansi Terkait
Tahun 2006 ... 94
21 Prioritas Kebutuhan, Cara Mengatasi dan Sumber-sumber yang Dapat Dimanfaatkan untuk Menguatkan APKI Kecamatan Kahayan Kuala Tahun 2006 ... 94
22 Partisipan dan Perannya dalam Penguatan Mutu SDM dalam APKI Tahun 2006 ... 95
23 Rencana Aksi Penguatan kinerja SDM dalam APKI ... 96
24 Partisipan dan Peranya dalam Pengembangan Teknologi Devirsivikasi
Produk bagi Anggota APKI Tahun 2006 ... 99
25 Rencana Kegiatan Pengembangan Teknologi Diversivikasi Produk dalam
APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Tahun 2006 ... 100
26 Rencana Program Pengembangan Modal Sosial APKI Tahun 2006 ... 105
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Kerangka Pemikiran Penguatan Kapasitas APKI di Kecamatan Kahayan
Kuala Kabupaten Pulang Pisau ... 11
2 Grafik Piramida Penduduk Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimatan Tengah ... 21
3 Pelapisan Sosial di Kecamatan Kahayan Kuala ... 27
4 Pola Hubungan Anggota dengan Sesama Anggota dalam APKI ... 49
5 Pola Hubungan Anggota dengan Anggota Petani yang lain dalam APKI ... 50
6 Struktur Organisasi APKI di Kecamatan Kahayan Kuala ... 52
7 Pola Hubungan Ketua APKI dan Anggota di Kecamatan Kahayan Kuala ... 54
8 Pola Hubungan APKI dengan Instansi Terkait ... 55
9 Kerangka Umum Analisis Pola Hubungan Peran Pelatihan Manajemen dengan Pemberdayaan Petani Kelapa di Kecamatan Kahayan Kuala ... 69
10 Hubungan Masalah, Sebab, dan Akibat dalam Penngembangan Modal Sosial APKI ... 84
11 Analisis Pola Hubungan Tujuan dalam Rangka Peningkatan Modal Sosial dalam APKI ... 87
12 Pola Hubungan Anggota, Pengurus, dan Dinas Terkait dalam Memperluas Pasar ... 93
13 Diagram Alir Proses Penyeratan Sabut Kelapa ... 101
14 Bagan Pengolahan Minyak Kelapa Murni ... 102
Latar Belakang
Pergeseran paradigma pembangunan dari semula industrialisasi diandalkan
sebagai satu model pembangunan oleh negara berkembang untuk memecahkan
masalah keterbelakangan, setelah krisis menimpa negara-negara tersebut,
pembangunan sektor pertanian kemudian menjadi harapan baru dalam pembangunan
di negara dunia berkembang.
Pergeseran paradigma tersebut telah mempengaruhi strategi pembangunan
bidang perkebunan. Dalam merespon pergeseran tersebut diperlukan semacam
reformasi dalam penyelenggaraan pembangunan dan pengembangan perkebunan,
termasuk kelembagaannya.
Ke depan kelembagaan perkebunan dituntut untuk kembali disempurnakan.
Sehingga lebih sesuai dan memenuhi tuntutan kriteria kelembagaan perkebunan masa
depan. Untuk itu kelembagaan perkebunan perlu dirancang secara efektif artinya
kelembagaan mampu merancang program yang sesuai dengan kondisi pasar dan
komunitas, efisien artinya kelembagaan mampu bekerja sesuai dengan norma yang
telah ditentukan dan disepakati secara bersama, fleksibel artinya kelembagaan bisa
diterima oleh pihak-pihak terkait sehingga semua pihak dapat mendorong kemajuan
kelembagaan yang dibangun bersama. Dalam hal ini peran masyarakat petani
menjadi sangat esensial dan harus kita tempatkan di depan. Dengan demikian peran
pemerintah harus sudah bergeser dari mengendalikan menjadi mengarahkan, dari
memberi menjadi memberdayakan.
Pengalaman menunjukan bahwa dominasi pemerintah menyebabkan
terlambatnya proses tumbuh dan berkembangnya daya kreasi dan inovasi
masyarakat. Asumsi bahwa pemerintah pasti dan senantiasa lebih tahu apa yang
terbaik untuk rakyat harus sudah ditinggalkan. Perencanaan yang bersifat bottom up
lebih diutamakan karena dimulai dari kondisi di lapangan. Partisipasi masyarakat
memegang peranan penting, dalam kaitan tersebut partisipasi rakyat efektif apabila
diselenggarakan secara bersama-sama dalam kelompok masyarakat atau dalam
2
APKI (Asosiasi Petani Kelapa Indonesia) merupakan tempat berhimpun
petani untuk menyalurkan aspirasi, memahami persoalan yang mengganggu
pengembangan usaha yang dialami petani kelapa dan mencari upaya pemecahannya
serta untuk memperkuat posisi tawar petani terhadap stakeholder perkebunan
lainnya. Di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau 90 % penduduknya
mempunyai mata pencaharian sebagai petani kelapa, sumber daya alam berupa kebun
kelapa yang potensial serta didukung oleh jumlah angkatan kerja yang termasuk usia
produktip kehadiran lembaga APKI sangatlah tepat karena APKI adalah wadah bagi
berhimpunya petani kelapa yang terorganisir bagi petani kelapa seluruh Indonesia
namun karena beberapa faktor APKI di Kecamatan Kahayan kuala belum dapat
bekerja secara optimal.
Adapun masalah yang dihadapi oleh APKI di Kecamatan Kahayan Kuala
setelah diidentifikasi adalah (1) Lemahnya pola hubungan sesama anggota, pengurus
dan instansi terkait dalam APKI, (2) Lemahnya kinerja SDM dan Teknologi
produksi dalam APKI (3) Terbatasnya kerjasama dan jaringan pasar dengan
pihak-pihak lain yang terkait. Faktor-faktor permasalahan tersebut bermula dari kurang
adanya keberdayaan APKI dalam menguatkan kapasitasnya sebagai wadah
pemberdayaan petani, sehingga mengakibatkan kurang aktifnya kelompok petani
dalam APKI untuk meningkatkan diversivikasi olahan lanjutan yang dapat
meningkatkan pendapatan petani kelapa dan taraf kesejahteraan petani di Kecamatan
tersebut. Oleh karena itu dalam rencana kerja lapangan dalam penyusunan kajian
pengembangan masyarakat akan disusun suatu program penguatan kapasitas APKI
dengan mengikutsertakan masyarakat, pihak kecamatan, dan instansi terkait untuk
mengambil keputusan secara bersama-sama dalam rangka menguatkan kapasitas
APKI dalam memberdayakan petani setempat.
Masalah Kajian
Kajian ini berusaha untuk melihat sejauh mana pola hubungan antara APKI
yang sesuai dengan norma dalam AD/ART dengan kenyataan APKI di lapangan
Kecamatan Kahayan Kuala.
Untuk mengetahui pola hubungan tersebut perlu pengkaji menggambarkan
apa saja yang dihadapi APKI sebagai lembaga organisasi perkebunan di Kecamatan
ini mengapa tidak mampu menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan norma
yang sesuai dalam AD/ART.
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka didapat rumusan
masalah kajian sebagai berikut:
1. Bagaimana pola-pola hubungan dalam lembaga APKI di Kecamatan Kahayan
Kuala?
2. Apa saja permasalahan dalam pengembangan APKI di Kecamatan ini ?
3. Bagaimana strategi yang dapat dilakukan untuk mengembangkan APKI
berdasarkan pada masalah yang ada dalam APKI?
Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dari kajian ini adalah:
1. Mengetahui pola-pola hubungan dalam lembaga APKI, baik pola hubungan
sesama anggota dengan pengurus juga pola hubungan dengan stakeholder.
2. Menganalisis permasalahan dalam pengembangan APKI di Kecamatan Kahayan
Kuala.
3. Menyusun strategi untuk mengembangkan APKI berdasarkan analisis masalah
yang ada dalam APKI.
Kegunaan
Adapun kegunaan kajian ini selanjutnya diharapkan dapat menguatkan
assosiasi petani kelapa dalam hal ini :
1. Kegunaan Praktis, terbentuk dan terbinanya asosiasi petani kelapa yang mampu
mendukung pembangunan perkebunan kelapa yang partisipatif dan berbasis
komunitas..
2. Kegunaan Strategis, mempertangguh daya saing dan manfaat komoditi
perkebunan kelapa melalui peningkatan produksi, efisiensi dan diharapkan dapat
memberi masukan kepada pemerintah setempat maupun pusat serta berbagai
pihak yang terkait dengan pengembangan asosiasi petani kelapa bagi
penyempurnaan dan peningkatan kebijakan perkebunan dalam rangka upaya
II. TINJAUAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Pemberdayaan
Menurut Ife (2002) pandangan tentang pemberdayaan adalah; An
empowerment strategy would aim to increase people power over these institution an
their effects, by equipping people to have and impact on them and, more
fundamentally,by changing these institution to make them more accessible
responsive and accountable to all people, not just the powerful. Empowerment aims
to increase the power of the disadvantage. Definisi tersebut menjelaskan bahwa
strategi pemberdayaan akan mengarahkan, meningkatkan dan menggerakkan
orang-orang agar dapat mengadakan perubahan atas diri mereka sendiri serta mengubah
institusi ini agar dapat diakses oleh semua orang, yang tidak hanya oleh pihak yang
kuat saja namun juga dari pihak yang kurang diuntungkan. Pemberdayaan
mengarahkan untuk meningkatkan keberdayaan dari pihak yang kurang beruntung.
Adi (2001) secara harfiah menjelaskan pemberdayaan sebagai suatu “Konsep
pemberdayaan (empowerment) berasal dari kata ‘power’ (Kekuasaan atau
keberdayaan) dalam arti pemberian atau peningkatan kekuasaan (Power) kepada
masyarakat yang lemah atau tidak beruntung (disadvantaged)”. Dengan demikian
pemberdayaan adalah upaya untuk menempatkan seluruh masyarakat dalam posisi
sentral dalam pembangunan (People center development) sehingga memiliki
kemampuan dan untuk melaksanakan sendiri berbagai aktifitas pembangunan dengan
memanfaatkan sumber daya yang sudah ada dalam masyarakat itu sendiri, yang pada
intinya pemberdayan membahas bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas
berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk
membentuk masa depan sesuai dengan keinginan mereka. Pemberdayaan komunitas
dalam pembangunan partisipatif merupakan salah satu strategi yang dianggap tepat
Modal Sosial
Woolcock dalam Nasdian dan Utomo (2005:20) mendefinisikan modal sosial
berisi informasi, kepercayaan dan norma-norma timbal balik yang melekat dalam
suatu sistem jaringan sosial. Senada dengan pendapat di atas, Fukuyama dalam
Nasdian dan Utomo (2005:21) mendefinisikan modal sosial sebagai seperangkat
rangkaian nilai-nilai internal atau norma-norma yang disebarkan diantara
anggota-anggota suatu kelompok yang mengizinkan mereka untuk bekerja sama antara satu
dengan yang lain. Bahwa syarat penting untuk munculnya modal sosial adalah
adanya kepercayaan (trust, kejujuran dan timbal balik).
Modal sosial, menurut Woolcock (1998) seperti dikutip Colletta & Cullen
(2000), modal sosial memiliki empat dimensi. Pertama adalah integrasi (integration),
yaitu ikatan kuat antar anggota keluarga, dan keluarga dengan tetangga sekitarnya,
seperti ikatan-ikatan berdasarkan kekerabatan, etnik, dan agama. Kedua adalah
pertalian (linkage), yaitu ikatan dengan komunitas lain di luar komunitas asal, seperti
jejaring (network) dan asosiasi-asosiasi bersifat kewargaan (civic association) yang
menembus perbedaan kekerabatan, etnik, dan agama. Ketiga adalah integritas
organisasional (organizational integrity), yaitu keefektifan dan kemampuan institusi
negara untuk menjalankan fungsinya, termasuk menciptakan kepastian hukum dan
menegakkan peraturan. Keempat adalah sinergi (synergy), yaitu relasi antara
pemimpin dan institusi pemerintahan dengan komunitas (state-community relations).
Fokus perhatian dalam sinergi ini adalah apakah negara memberikan ruang yang luas
atau tidak bagi partisipasi warganya. Dimensi pertama dan kedua berada pada tingkat
horizontal, sedangkan dimensi ketiga dan keempat ditambah dengan pasar (market),
berada pada tingkat vertikal.
Kelembagaan dan Pengembangan Kelembagaan
Menurut Sugianto (2002) kelembagaan dalam pendekatan bahasa merupakan
terjemahan dari dua istilah yaitu : institute, yang merupakan wujud kongkrit dari
lembaga yang berarti organisasi dan instutition yang merupakan wujud abstrak dari
lembaga yang berarti pranata sebab merupakan sekumpulan norma- norma pengatur
6
Soekamto (2001) menjelaskan bahwa proses perkembangan kelembagaan
sosial tersebut dinamakan pelembagaan atau institualization yaitu suatu proses yang
dilewati oleh suatu norma yang baru untuk menjadi bagian dari salah satu lembaga
masyarakat. Maksudnya ialah sampai norma itu oleh masyarakat dikenal, diakui,
dihargai, dan kemudian ditaati dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjutnya Djatiman (1997) menggolongkan institusi/kelembagaan menjadi
tiga, yatu; (1) Bureaucratic institution adalah institusi yang datangnya dari
pemerintah (atas/birokrasi) dan tetap menjadi milik birokrasi, contohnya Pemerintah
Desa, Pemerintah Kelurahan. (2) Community based institution adalah institusi yang
dibentuk pemerintah berdasarkan atas sumber daya masyarakat yang diharapkan
menjadi milik masyarakat, seperti KUD, RT/RW, APKI, dan (3) Grass root
institutions adalah institusi yang murni tumbuh dari masyarakat dan merupakan milik
masysrakat, contohnya perkumpulan ojek, arisan.
Kebijakan Pembangunan
Dalam menghadapi perkembangan keadaan baik di dalam maupun di luar
negeri, serta tantangan persaingan global, dipandang perlu menyelenggarakan sistem
pemerintahan dengan mewujudkan otonomi daerah dan desentralisasi berbentuk
pemberian kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggungjawab kepada daerah.
Otonomi dan desentralisasi tersebut diimplementasikan dengan menggunakan prinsip
demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan, keadilan, dan dengan
memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.
UU No. 32 Tahun 2004 tentang otonomi daerah merupakan kemauan politis
pemerintah untuk mengedepankan inisiatif dan kemampuan (swadaya) masyarakat
dalam pembangunan, sementara pemerintah berfungsi sebagai pendukung atau
fasilitator. Dari ideologi pembangunan tersebut strategi pembangunan dengan konsep
pengembangan masyarakat merupakan pendekatan pembangunan yang diterapkan di
Komunitas
Nasdian F.T dan Kolopaking (2004) memberikan pemahaman mengenai
komunitas yaitu: Suatu unit atau kesatuan sosial yang terorganisasikan dalam
kelompok-kelompok dengan kepentingan bersama baik yang bersifat fungsional
maupun yang mempunyai teritorial. Dari uraian tersebut menjelaskan bahwa
pengertian komunitas dalam perspektif sosiologi adalah; Warga setempat yang dapat
dibedakan dari masyarakat lebih luas (society) melalui kedalaman kepentingan
bersama-sama (a community of interest) atau oleh tingkat interaksi yang tinggi (an
attachment community). Para anggota komunitas mempunyai kebutuhan bersama
(communneeds).
Pengembangan Kapasitas
Hasil yang diharapkan dari pengembangan kapasitas menurut Sumpeno
(2003) adalah; Peningkatan atau perubahan perilaku individu, organisasi dan sistim
maasyarakat dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien.
Capacity building sebagai strategi untuk meningkatkan daya dukung kelembagaan
dalam mengantisipasi masalah dan kebutuhan yang dihadapi.
Pengembangan kapasitas menurut Saharudin (2005) adalah ”Mencakup
pengembangan kapasitas institut dan kapasitas sumberdaya manusia”.
Asosiasi Petani Kelapa Indonesia
APKI adalah wadah berhimpun petani untuk menyalurkan aspirasi petani,
memahami persoalan yang mengganggu pengembangan usahanya dan mencari
upaya pemecahannya serta untuk memperkuat posisi tawar petani terhadap
stakeholder perkebunan lainya.
Asosiasi petani perkebunan kelapa di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten
Pulang Pisau Propinsi Kalimantan Tengah, secara kualitas pada umumnya masih
berada pada tahap awal pembentukan Struktur Organisasi dan penyusunan personil
kepengurusan, namun belum dilengkapi dengan penyusunan program kerja. Kondisi
Asosiasi Petani yang diharapkan kedepan adalah petani yang mandiri dan
8
Sasaran dari kegiatan penumbuhan dan pengembangan asosiasi petani
perkebunan:
1. Terwujudnya asosiasi petani perkebunan yang tangguh sehingga mampu
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
2. Menjadi mitra pemerintah dalam strategi yang berkaitan dengan produksi, mutu
dan pemasaran.
Asosiasi dibentuk karena petani memang merasa perlu mendirikan asosiasi
komoditi perkebunan kelapa serta menginginkan perubahan dan kemajuan yang
nyata dibidang yang selama ini ditekuni.
Selanjutnya asosiasi dikembangkan dan diberdayakan sesuai kondisi sosial,
ekonomi dan budaya setempat.
Asosiasi harus didasari oleh kemandirian sedangkan dukungan sifatnya hanya
pelengkap/penyempurna. Oleh karena itu, posisi Pemerintah sebagai fasilitator,
dinamisator adalah tepat dalam pengembangan organisasi asosiasi petani.
Ke depan peran Dinas Perkebunan Propinsi maupun Kabupaten sebagai
fasilitator masih sangat diharapkan, sehingga alokasi dana dan fasilitasi melalui
proyek-proyek yang ada di Dinas Perkebunan baik Propinsi maupun Kabupaten
masih sangat diperlukan. Hal tersebut diatas mengingat masih lemahnya
kelembagaan maupun permodalan petani yang masih memerlukan fasilitasi
pemerintah.
Stakeholders
Aktivitas masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya memerlukan
pihak lain untuk menunjang keberhasilannya, pihak-pihak terkait itu ada yang
memiliki kepentingan secara langsung maupun tidak langsung, namun pada
prinsipnya mereka semua tidak bisa dilepaskan. Pihak-pihak terkait ini disebut
dengan stakeholders.
Istilah stakeholders menurut Ann Svendsen (1998) ”the term stakeholders refers
to individuals or groups who can affect or are affected by a corporation’s activities,”
Walaupun istilah tersebut diambil dari istilah perindustrian dan perdagangan, namun
dipertegas lagi dengan keterlibatan komunitas itu sendiri, karena komunitas itulah
yang paling terkena dampak dari kegiatannya.
Stakeholders tidak selalu mudah dilibatkan secara aktif dalam pembangunan
mengingat ada kemungkinan bahwa stakeholders akan mengedepankan
kepentingannya sendiri. Namun demikian keuntungan yang diperoleh dari pelibatan
stakeholders dapat lebih besar dibandingkan dengan kerugiannya (Syaukat dan
Hendrakusumaatmaja, 2005)
Kerangka Pemikiran Penguatan Kapasitas APKI
Pembangunan perkebunan saat ini diharapkan dapat mewujudkan perkebunan
yang efisien artinya perkebunan yang sesuai dengan kondisi alam dan sosial wilayah
masyarakat sehingga dapat produktif artinya dapat menghasilkan usaha yang dapat
memajukan masyarakat petani dan berdaya saing dari segi mutu hasil, dan harga
untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat secara berkeadilan maksudnya
keuntungan untuk semua pihak sesuai keterlibatan dalam usaha perkebunan sehingga
dapat berkelanjutan .
Upaya yang telah dilakukan dalam bidang perkebunan selama ini terfokus
kepada usaha produksi, sedangkan upaya pengembangan SDM petani dan
kelembagaannya belum dapat dilakukan secara proporsional.
Terkait dengan hal tersebut di atas Pemda melalui UU No. 32 Tahun 2004
sekuat tenaga memfasilitasi terbentuknya kelembagaan–kelembagaan perkebunan
guna mencapai kemajuan perkebunan milik rakyat. Pemerintah daerah dapat
memfasilitasi masyarakat untuk turut secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan
dan penikmatan hasil program pembangunan perkebunan. Kebijakan itu juga
memungkinkan masyarakat dapat berpartisipasi dalam berbagai aspek pembangunan.
Langkah awal dan mendasar adalah memperkuat kelembagaan petani agar
terbuka jalan karena tanpa organisasi kelembagaan petani yang kuat, komunitas
petani sulit untuk dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
APKI adalah satu-satunya kelembagaan petani kelapa di Kecamatan Kahayan
Kuala Kabupaten Pulang Pisau yang perlu mendapat penguatan dalam pola
10
untuk meningkatkan sumber petani yang masih rendah menginggat anggota dan
pengurus dalam mengelola perkebunan masih menggunakan sistem tradisonal yaitu
tradisi warisan orang tua. Peningkatan pengetahuan, ketrampilan bagi anggota dan
pengurus APKI sangat diperlukan.
Begitu juga dengan penguatan sistem pemanfaatan teknologi baru. Kemajuan
teknik produksi perlu dikuasai oleh petani, dan bagaimana APKI mampu
mengoptimalkan modal sosial yang ada dalam komunitas sebagai sarana untuk
mengatasi permasalahan–permasalahan yang ada. Sehingga APKI mampu secara
terbuka mengajak komunitas berpartisipasi dan jujur dalam menjalankan usaha
dengan penuh rasa tanggung jawab.
Permasalahan yang ada dalam dunia usaha petani, apakah itu masalah pola
hubungan untuk menghasilkan produksi, pemasaran, memperluas jaringan pasar
yang dapat meningkatkan pendapatan petani dapat dicarikan solusinya dengan
bersama-sama. Masalah kebijakan dari luar petani seperti dari instansi terkait dapat
diatasi dengan bekerjasama dengan sesama kelompok petani dan Dinas Perkebunan
agar kemajuan perkebunan dapat berkelanjutan seperti yang menjadi harapan semua
masyarakat, sehingga tidak petani saja yang sejahtera tetapi seluruh masyarakat
karena usaha petani dapat menghasilkan pemasukan bagi pemerintah daerah.
Gambar Kerangka Pikir Penguatan Pola Hubungan Asosiasi Petani Kelapa
Indonesia di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimantan tahun
Keterangan :
= Mendorong = Bantuan
= Wilayah kajian penelitian
Gambar 1 : Kerangka Pemikiran Penguatan Kapasitas APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau
Petani kelapa sejahtera
APKI lemah
SDM (Pengetahuan, keterampilan
Teknik Produksi (olahan lanjutan)
Modal social (Truts, Network, solidarity)
APKI kuat
Pengetahuan SDM meningkat
Keterampilan berorganisasi tinggi
Produksi olahan lanjutan beraneka ragam
Hasil produksi berkelanjutan
Jaringan pasar meluas Kepercyaan meningkat
Kerjasama meningkat
Solidaritas meningkat
UU No. 32 Th 2004 menjadi dasar kebijakan program meningkatkan pemamfaatan potensi lokal
Program penguatan pola hubungan dalam APKI
Pelatihan manejemen SDM
Pelatihan keterampilan diversifikasi produksi
Bantuan teknologi produksi tepat guna
Kerjasama dengan instansi yang terkait
III. METODOLOGI
Metode Kajian
Metodologi kajian komunitas yang digunakan adalah evaluasi formatif
eksplanatif yaitu menjelaskan faktor penyebab rendahnya kapasitas APKI dan
mengidentifikasi faktor kendala serta solusi pemecahan sebab akibat yang berkenaan
dengan APKI dalam memberdayakan kelompok petani serta menemukan suatu
strategi program pemberdayaan dalam penguatan kapasitas APKI. Arus kajian yang
digunakan yaitu obyektif mikro karena pada pendekatan ini dilakukan interaksi
langsung dengan obyek yang akan diteliti dalam menganalisis hubungan sebab akibat
serta menemukan solusi yang efektif terhadap penguatan kapasitas APKI. Tipe studi
kasus dalam kajian yang akan dilakukan adalah studi kasus instrumental yaitu studi
yang memperlakukan APKI sebagai alat dalam memahami rendahnya kapasitas
kelompok APKI terhadap pemberdayaan kelompok petani.
Tempat dan Waktu Kajian
Lokasi kajian pengembangan masyarakat adalah di Kecamatan Kahayan Kuala
Kabupaten Pulang Pisau Propinsi Kalimantan Tengah.
Waktu pelaksanaan kajian dilakukan melalui lima tahap yaitu praktek lapangan I
(pemetaan sosial) yang dilakukan pada bulan November 2005, praktek lapangan II
(Evaluasi program) yang dilakukan pada bulan pebruari 2006, Pembuatan rencana
kerja lapangan yang dilakukan pada bulan Mei 2006, Pengumpulan data kajian yang
dilakukan pada bulan Juli 2006 dan Pengolahan, analisa data dan penyusunan
Tabel 1 : Jadual Kegiatan Kajian Tahun 2006
Teknik Pengumpulan Data.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara
mendalam studi dokumentasi, observasi langsung, diskusi kelompok dan PRA.
Jenis Data :
Data yang dikumpulkan dalam kajian ini meliputi:
1. Kinerja APKI secara umum
a. Organisasi APKI
1) Sejarah berdirinya organisasi APKI.
2) Maksud dan tujuan didirikan APKI.
Kegiatan
Tahun 2006
Juni Juli Agustus September
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4
Pembuatan Rencana Kajian dan Bimbingan
Persiapan Kolokium dan Kolokium Perbaikan Rencana Kajian dan Bimbingan
14
3) Peranan, sasaran dan manfaat asosiasi bagi petani kelapa.
4) Struktur organisasi dalam kepengurusan APKI.
5) Tugas dan kewenangan pengurus APKI.
b. Ruang Lingkup Pertumbuhan APKI
1) Kriteria Penumbuhan APKI.
2) Langkah-langkah pembentukan dan pengembangan Asosiasi Petani
Perkebunan.Indonesia.
2. Pola hubungan dalam kinerja APKI di Kecamatan Kahayan Kuala
a. Pola hubungan Sumber Daya Manusia dalam organisasi APKI di Kecamatan
Kahayan Kuala
1) Pola hubungan pengetahuan manejemen dengan kepengurusan APKI.
2) Pola hubungan kepemimpinan dalam APKI di Kecamatan Kahayan Kuala.
b. Teknologi produksi APKI di Kecamatan Kahayan Kuala
1) Pola hubungan teknologi dengan perkembangan usaha.
2) Pola hubungan APKI dengan pemasaran produk.
c. Modal sosial dalam menjalankan usaha
1) Trust (Kepercayaan).
2) Kerjasama.
3) Net work (Jaringan).
3. Permasalahan dalam pengembangan APKI di Kecamatan Kahayan Kuala
1) Pengetahuan dalam manajemen APKI.
2) Teknologi Produksi dalam menjalankan usaha.
3) Modal sosial sebagai perluasan jaringan pasar.
4. Strategi pengembangan APKI di Kecamatan Kahayan Kuala Berdasarkan
permasalahan yang ada
Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh dipilah, dikategorikan dan dikelompokkan sesuai
dengan kebutuhan analisis. Dalam analisis data tersebut dihubungkan dengan
dianalisis kemudian dilakukan analisis secara mendalam terhadap hal yang menjadi
pokok permasalahan.
Tahapan Analisis sebagai berikut:
1. Reduksi data, yaitu melakukan pemilihan, pemilahan dan penyederhanaan data.
Kegiatan dalam reduksi data ini adalah menyeleksi data, membuat ringkasan dan
menggolongkan data.
2. Penyajian data yaitu mengkonstruksikan data dalam bentuk narasi, matriks,
grafik atau bagan, sehingga memudahkan dalam pengambilan kesimpulan.
3. Penarikan kesimpulan, yaitu menghubungkan antar data (fenomena) secara
kualitatif dan berdasarkan landasan teoritis yang meliputi mencari arti tindakan
masyarakat, mencari pola hubungan, penjelasan, alur sebab akibat dan proposisi.
4. Verifikasi kesimpulan, yaitu meninjau kembali kesimpulan yang telah dilakukan
dengan meninjau catatan lapangan dan bertukar pikiran dengan responden.
Metode Analisis Potensi, Masalah dan Penyusunan Program
Pembedayaan (empowerment) masyarakat merupakan strategi pembangunan
yang berpusat pada kepentingan dan kebutuhan rakyat (People centered
development) yang arahnya menuju pada kemandirian masyarakat. Oleh karena itu,
untuk mengetahui dan memahami kondisi kelompok tani kelapa Desa Bahaur,
pendekatan Participatory Rural Apprasial (PRA), merupakan metode analisis yang
digunakan selama kajian ini.
Aktor utama dalam kajian yang menggunakan PRA ini adalah
masyarakat/kelompok tani sendiri sedangkan peneliti lebih berperan sebagai
fasilitator. PRA digunakan dalam kegiatan :
1. Identifikasi potensi, permasalahan dan kebutuhan kelompok tani.
2. Penyusunan program kerja.
Selain PRA, dilakukan FGD untuk menyepakati program dan kegiatan
pemberdayaan kelompok tani yang diusulkan berdasarkan masalah dan potensi yang
16
Penyusunan Strategi Program
Metode partisipatif yang digunakan dalam kajian ini adalah Participatory
Rural Appraisal (PRA) kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi dan melengkapi
data sebelumnya serta usaha-usaha dalam membuat strategi program untuk
pemecahan masalah secara partisipatif, hal tersebut dilakukan dengan langkah antara
lain:
1. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan APKI dalam FGD.
2. Mengikutsertakan pihak-pihak terkait dalam FGD antara lain : aparat kelurahan,
tokoh masyarakat, LSM, kelompok APKI, Dinas Pertanian dan Perkebunan,
instansi terkait serta petani.
3. Hasil FGD tersebut diharapkan menghasilkan suatu strategi pemberdayaan
terhadap kelompok APKI setempat.
4. Strategi pemberdayaan tersebut akhirnya direalisasikan dalam suatu bentuk
program penguatan kapasitas APKI sebagai wadah dalam memberdayakan petani
Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data
Tabel 2 : Masalah, Topik, Sub Topik, Sumber Data, Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data di Kecamatan Kahayan Kuala Tahun 2006
No Masalah Topik Sub Topik Sumber Data Teknik Instrumen
produksi APKI 3. Modal sosial
dalam 2. Kinerja Teknologi
Produksi c. Net work (Jaringan)
1. Pengurus 3. Panduan Studi
Dokumentasi 3. Teknologi masih
tradisional 4. Hasil olahan kelapa
bersifat homogen. 5. Kepercayaan pada
APKI rendah. 6. Kerjasama rendah. 7. Jaring untuk
memperluas pasar masalah yang ada dalam APKI
- Pengembangan SDM APKI
- Pengembangan Teknologi produksi dalam APKI
- Pengembangan Modal Sosial
IV. PETA SOSIAL KOMUNITAS
Lokasi
Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau terletak di daerah aliran
sungai Kahayan Propinsi Kalimantan Tengah. Secara geografis, Kecamatan Kahayan
Kuala terletak di sebelah timur sungai Kahayan dan terletak pada ketinggian 0,30 m
dari permukaan laut dengan kondisi tofografi daerah pesisir pantai atau daerah
pasang surut yang memang sangat cocok untuk perkebunan kelapa. Karena letaknya
yang berada di daerah pesisir pantai maka udara di Kecamatan Kahayan Kuala terasa
sedikit agak panas dengan suhu udara berkisar antara 20 sampai 30 derajad celcius.
Sebagai Daerah Aliran Sungai (DAS) penduduk kecamatan memanfaatkan
aliran sungai sebagai sarana transportasi, industri bagi pabrik penggilingan padi
sehingga limbah bisa langsung menjadi makanan bagi ikan–ikan dan hewan yang
hidup di sungai, sungai juga dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitarnya untuk
kehidupan sehari-hari rumah tangga seperti mandi, mencuci. Termasuk bantaran
sungai yang dimanfaatkan sebagai tempat tinggal penduduk yang berbentuk
panggung, berderet sejajar arah aliran sungai memanjang dari hulu ke hilir.
Alat transportasi yang digunakan penduduk untuk mencari nafkah atau pergi
ke kebun atau ke desa lain, kecamatan maupun ke Kota Kabupaten antara lain motor
boat, perahu dan kapal-kapal kecil, jalan darat ada hanya bisa dijalani pada musim
kemarau, sedang di musim penghujan jalanan lewat darat becek dan berlumpur
sehingga mayoritas penduduk lebih senang lewat jalan sungai.
Aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal berupa berkebun, berladang,
mencari ikan, berburu, dan menebang kayu hutan untuk memenuhi bahan bakar
mengolah makanan mereka. Aktivitas selain berkebun kelapa dilakukan disela-sela
waktu berkebun kelapa.
Pola kehidupan masyarakat bertumpu pada usaha kebun kelapa, apabila
musim kemarau buah kelapa dapat dipanen banyak karena pada musim hujan pohon
kelapa lebat buahnya tapi belum dapat dipanen karena kekeringan buah lambat
sehingga masa panen dengan kecepatan matang terjadi pada musim kemarau.
Pengaruh harga pada musim panas dengan musim penghujan juga berbeda
kelapa melimpah sehingga petani ingin mengolah buah menjadi bahan olahan yang
dapat meningkatkan nilai jual dibanding jika dijual dalam buah butiran.
Dari gambaran peta sosial diatas petani sangat antusias ketika ada program
dari Dinas Perkebunan untuk mengolah buah kelapa butiran menjadi bahan baku
minyak VCO dengan harapan nilai jual hasil produksi lebih menguntungkan petani.
Pemerintah juga menganjurkan agar petani membuat kelompok agar mudah
mengkoordinirnya timbul inisiatif dari Dinas Perkebunan untuk mengajak petani
kelapa untuk mendirikan asosiasi petani kelapa yang diadakan pertama kali pada
tahun 2002 di Jakarta, karena program ini belum direncanakan secara optimal atau
berupa program dadakan maka pengurus kelembagaan dipilih sifatnya sementara asal
ada saja guna memenuhi permintaan lembaga yang ada diatas atau dinas pusat.
Guna mencapai hasil dan tujuan yang diharapkan petani maka perlu adanya
kelembagaan bagi petani yang kuat, dan dikelola secara profesional, untuk itu SDM
petani juga perlu dipersiapkan agar potensi lokal dengan hasil kebun yang melimpah
dapat dioptimalkan modal sosialnya untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan
permintaan pasar sehingga peningkatan harga jual hasil olahan dapat diwujudkan dan
tujuan akhirnya adalah petani kelapa sejahtera, mampu mengolah hasil panen dengan
teknologi tepat guna, dengan pengetahuan ketrampilan yang memadai, mampu
berubah secara sadar dari dalam dirinya guna mencapai tujuan yang lebih baik,
tentunya hal ini dapat terwujud jika stakeholder sebagai unsur pelaksana
pembangunan perkebunan aktif bekerja sama memajukan petani.
Tabel 3 : Peruntukan Lahan di Kecamatan Kahayan Kuala Tahun 2005
No Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%)
1 Pemukiman dan Perkebunan 92.4000 80
2 Perkantoran / Perindustrian 11.550 10
3 Prasarana Umum Lainnya
• Sekolah 5.775 5
• Tempat Peribadatan 3.000 3
• Tempat Olah Raga 2.775 2
Jumlah 115.500 100
20
Kependudukan
Secara administrasi Kecamatan Kahayan Kuala yang termasuk wilayah
administrasi Kabupaten Pulang Pisau. Luas wilayah Kecamatan Kahayan Kuala lebih
kurang 115.500 ha yang terdiri 16 RW dan 48 RT dan dihuni oleh 7.090 penduduk
laki-laki dan 7.020 penduduk perempuan, sehingga jumlah keseluruhan penduduk
adalah 14.110 jiwa sedangkan jumlah kepala keluarga adalah 4.151 KK.
Tabel 4: Jumlah Penduduk Kecamatan Kahayan Kuala Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2006
No Golongan Umur
(Tahun)
Laki-laki (Jiwa)
Perempuan (Jiwa)
Jumlah (Jiwa)
1 0 – 4 23 19 42
2 5 – 9 45 32 77
3 10 – 14 54 57 111
4 15 – 19 92 82 174
5 20 – 24 96 79 175
6 25 – 29 81 86 167
7 30 – 34 64 69 133
8 35 – 39 76 83 159
9 40 – 44 52 59 111
10 45 – 49 48 54 104
11 50 – 54 35 26 77
12 55 – 59 20 22 42
13 60 – 64 15 10 25
14 65 + 8 6 14
Jumlah 709 702 1.411
Jika digambarkan dengan grafik dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 2 : Grafik Piramida Penduduk Kecamatan Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau Kalimatan Tengah
(Sumber : Monografi Kecamatan Kahayan Kuala)
Berdasarkan data di atas, maka jumlah usia produktif dari 15–64 adalah
1.167 orang sementara sisanya 244 tidak produktif. Jika golongan umur 15–64 tahun
dipandang sebagai usia usia produktif, maka rasio beban tanggungan adalah 244. Ini
berarti setiap 1.000 orang yang produktif menanggung 244 orang yang tidak
produktif. Hal ini menunjukan bahwa rasio beban tanggungan di Kecamatan
Kahayan Kuala tidak begitu besar, karena jumlah penduduk yang digolongkan bukan
usia produktif lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah penduduk usia
produktif.
Jumlah penduduk Kecamatan Kahayan Kuala umumnya berdomisili di
sekitar DAS Kahayan Kuala, tersebar di 8 buah desa. Dari jumlah penduduk 1.411
jiwa laki-laki dan perempuan profesi terbanyak sebagai petani kebun kelapa dengan
jumlah 1.167 usia produktif ada 9720 sebagai petani kebun kelapa.
Luas pemilikan lahan yang di usahakan rata-rata 2,47 ha (jumlah luas lahan
115.500 ha dibagi jumlah penduduk sebagai petani kelapa 9.720 jiwa) Jumlah petani
kelapa yang memiliki lahan dari pemberian orang tua sebanyak 28 % dari
-100 -50 0 50 100
0 – 4 5 – 9 10 – 14 15 – 19 20 – 24 25 – 29 30 – 34 35 – 39 40 – 44 45 – 49 50 – 54 55 – 59 60 – 64
65 + Perempuan
22
keseluruhan jumlah penduduk laki-laki 7.090 jiwa, mereka adalah generasi muda
yang pemilikan lahanya diperoleh sebagai modal awal atau bekal memulai hidup
berumah tangga yang diberikan oleh orang tuanya, karena belum mampu membeli
lahan sendiri.
Penduduk usia muda yang mendapat lahan sebagai modal hidup berumah
tangga dan tergolong dalam usia 20-24 tahun sebanyak 960 jiwa, usia 25-29 dengan
jumlah 810 jiwa, usia 30-34 sebanyak 640 jiwa
Penggarapan lahan masih dilakukan secara tradisional termasuk peralatan
pertanian yang digunakan. Akibatnya produktivitas usaha perkebunan yang dikelola
masih tergolong rendah. Untuk itu petani sangat membutuhkan manajemen
kelembagaan perkebunan yang dapat meningkatkan ilmu pengetahuan perkebunan
dan kepemilikan teknologi yang lebih modern agar usaha produktivitas perkebunan
meningkat, maka penguatan kelembagaan perkebunan kelapa yang profesional
seperti APKI perlu mendapat dukungan semua pihak terkait.
Tabel 5 : Peruntukan Lahan di Kecamatan Kahayan Kuala Tahun 2005
No Penggunaan Tanah Luas (Ha) Persentase (%)
1 Pemukiman dan Perkebunan 92.400 80
2 Perkantoran / Perindustrian 11.550 10
3 Prasarana Umum Lainnya
• Sekolah 5.775 5
• Tempat Peribadatan 3.000 3
• Tempat Olah Raga 2.775 2
Jumlah 115.500 100
(Sumber : Buku Profil Kecamatan Kahayan Kuala Tahun 2005)
Komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat dalam
tabel berikut :
Tabel 6 : Komposisi Penduduk Kecamatan Kahayan Kuala Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2006
No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase / %
1
Tabel 6 menunjukan bahwa tingkat pendidikan penduduk sudah tinggi,
dimana jumlah penduduk yang menyelesaikan pendidikan SLTA 21%. Namun
kesadaran untuk mengembangkan potensi pengetahuan, ketrampilan dan pemahaman
penduduk masih belum maksimal. Hal ini terjadi karena pengaruh pendidikan agama
yang menekankan pada prinsip menerima apa yang ada sebagai tanda syukur sebagai
dasar dalam kehidupan menjadikan penduduk disini kurang berkembang baik dari
sisi ketrampilan dan pembangunan kerjasama antar stakeholder yang menyebabkan
penduduk tetap hanya bisa bekerja berkebun berdasar pada ketrampilan yang
diajarkan secara turun temurun hal ini sebagai indikator rendahnya pendapatan
petani.
Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara
kekuatan–kekuatan yang menambah dan kekuatan yang mengurangi jumlah
penduduk. Secara terus-menerus penduduk akan dipengaruhi oleh jumlah bayi yang
lahir (menambah jumlah penduduk) tetapi secara bersamaan pula akan dikurangi
oleh jumlah kematian yang terjadi pada semua golongan umur sementara itu migrasi
juga berperan dalam menambah dan mengurangi jumlah penduduk baik migrasi
masuk maupun migrasi keluar.
Perubahan jumlah penduduk yang terjadi di Kecamatan Kahayan Kuala baik
angka kelahiran, angka kematian, maupun gerak penduduk, dalam arti perpindahan
penduduk yang datang dan pergi tidak menunjukan yang berarti, karena
perubahannya hanya dalam jumlah yang relatif kecil.
Berdasarkan data profil kecamatan tahun 2005 menunjukan angka kelahiran
hanya 1.200 orang, angka kematian 700 orang, yang sebagian besar terjadi karena
faktor usia lanjut. Hal ini juga sesuai dengan piramida yang mengerucut ke atas yang
menunjukan menurunnya jumlah usia tua diwilayah ini. Sementara jumlah penduduk
masuk 270 orang dan jumlah penduduk keluar 350 orang jadi pertimbangan antara
penduduk masuk dan penduduk keluar tidak seimbang, hal ini berpengaruh pada
24
Kondisi Perekonomian
Mata pencaharian pokok penduduk Kecamatan Kahayan Kuala heterogen,
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7 : Komposisi Penduduk Kecamatan Kahayan Kuala Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2006
No Mata Pencaharian Jumlah Persentase / %
1
Pegawai Negeri Sipil ABRI
(Sumber Laporan Penduduk Desa Bahaur Tahun 2006)
Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa mayoritas penduduk Kecamatan Kahayan
Kuala mempunyai mata pencaharian pokok sebagai petani baik pertanian padi
maupun kelapa, sedangkan dibidang perdagangan sangat sedikit, dikarenakan pola
perekonomian sejak tahun 1928 adalah perkebunan kelapa. Hal ini menjadikan
penduduk setempat terbiasa mengandalkan kehidupannya dari usaha turun-temurun
yaitu bercocok tanam padi dan berkebun kelapa.
Sebagaimana Daerah Aliran Sungai (DAS) di Sungai Kahayan dimanfaatkan
penduduk khususnya para petani untuk usaha pertanian, perkebunan. Namun, usaha
tani perkebunan dan perladangan lainnya dikelola dengan cara tradisional,
kelembagaan perkebunan juga lemah sehingga produktifitas usaha tani yang
dihasilkan masih tergolong rendah. Seperti halnya usaha perkebunan yang
dikembangkan lewat wadah kelembagaan APKI masih tergolong masih rendah,
mengingat pengetahuan pengurus rendah aktivitas pembinaan usaha perkebunan
yang dilakukan APKI juga belum mendapat dukungan dari penyuluh pertanian
sehingga belum memberikan hasil yang memuaskan. APKI sebagai satu-satu wadah
kelompok usaha tani kelapa, namun rendahnya aktivitas para pengurus kelompok,
menyebabkan fungsi assosiasi tani kelapa belum bisa dimanfaatkan secara optimal.
Disamping itu jauhnya jangkauan wilayah kerja penyuluh, menyebabkan kehadiran
penyuluh dalam kelompok tani masih sangat jarang. Demikian halnya dukungan
perkebunan masih sangat terbatas sehingga informasi untuk memajukan usaha
perkebunan rendah penguasaan materi pengetahuan tentang perkebunan masih
terbatas menyebabkan SDM petani rendah.
Untuk itu perlu penguatan kelembagaan perkebunan perlu dikuatkan dengan
bantuan pemerintah daerah bersama-sama masyarakat untuk mewujudkan pelatihan
meningkatkan pengetahuan kelompok tani, pelatihan manajemen kelembagaan dan
penguatan penggunaan alat teknologi tepat guna, termasuk perbaikan sarana dan
prasarana transportasi dan komunikasi antar kelompok tani sebagai modal sosial
yang menghubungkan antar anggota dan pengurus APKI Kecamatan dan Kabupaten
dengan harapan transfer informasi pengetahuan dan kerjasama mudah memajukan
APKI.
Aspek pendorong petani kelapa adalah perhatian dari dinas terkait yang
diperintahkan oleh Bapak Bupati Pulang Pisau untuk mempertaruhkan jabatannya
jika tidak mampu memajukan komunitas lokal untuk memperbaiki taraf hidup petani
melalui peningkatan produktifitas ekonomi lokal sehingga diharapkan kekhasan lokal
benar-benar menjadi peluang produktivitas petani. Kekhasan lokal menjadi perhatian
pemerintah daerah untuk menentukan model pengembangan ekonomi lokal yang
bagaimana yang dapat dikembangkan melalui penguatan kapasitas kelembagaan
APKI pemerintah setempat dan melalui dinas terkait berusaha meningkatkan
pengetahuan manajemen pengurus usaha tani, pengetahuan ketrampilan anggota
APKI dengan mendatangkan pelatih Produktivitas Kelapa menjadi VCO dari
Yogyakarta guna memajukan SDM petani, peningkatan pengetahuan sikap dan
tindakan kerjasama dan kejujuran petani dalam pengelolaan usaha perkebunan kelapa
yang lebih baik.
Struktur Komunitas
Struktur komunitas sosial masyarakat dapat ditinjau dari beberapa aspek,
seperti di bawah ini :
1. Pelapisan Sosial
Seperti lazimnya suatu komunitas di Kecamatan Kahayan Kuala dapat terjadi
pelapisan sosial. Pelapisan sosial di Kecamatan Kahayan Kuala dapat terlihat
26
membentuk lapisan karena alasan-alasan tertentu, baik disengaja maupun tidak
disengaja.
2. Unsur Utama Pelapisan Sosial
Pelapisan-pelapisan sosial yang ada di dalam masyarakat umumnya hampir sama
dengan pelapisan sosial masyarakat lainnya yaitu didasarkan pada :
a. Kekayaan yang dimiliki
b. Pendidikan formal
c. Keaktifan dalam kegiatan kemasyarakatan/keagamaan
d. Pekerjaan
e. Suku/ras
f. Ideology/agama
Lapisan petani yang memiliki kekayaan hanya beberapa orang saja biasanya
terlihat dari kepemilikan kebun yang banyak, rumah yang bagus dan punya
kendaraan air dan darat. Lapisan ini biasanya melekat pada pengusaha kelapa yang
maju, sedangkan bagi komunitas yang memiliki pendidikan formal yang tinggi
biasanya bisa diterima di kalangan lapisan karena kewibawaan dari status pendidikan
yang disandangnya. Bagi komunitas yang aktif di lingkungan kegiatan kecamatan
sebagai jembatan bagi lapisan bawah dan lapisan atas, sehingga penghubung antar
lapisan biasanya diperankan oleh mereka yang aktif dalam kegiatan kemasyarakatan.
Masalah-masalah sosial yang timbul bisa segera diatasi karena sifat toleransi,
kerja sama, saling membantu terwujud dalam kegiatan masyarakat yang sudah
terbina dari kakek nenek mereka, apalagi peran tokoh agama yang selalu menjaga
suasana kesejukan di desa, hal ini mudah dibina karena latar belakang pekerjaan
yang sama yaitu petani kelapa. Agama sama hanya memeluk agama yang satu yaitu
Islam. Suku/ras berasal dari satu suku yaitu suku Banjar yang asalnya dari
perpindahan nenek kakek yang terdahulu dari daerah Kalimantan Selatan pindah ke
daerah Kalimantan Tengah, dimana Kecamatan Kahayan Kuala mayoritas dari suku
ras yang sama satu keturunan yang beranak pihak dengan proses perkawinan yang
masih satu daerah asal yaitu suku Banjar. Sehingga interaksi sosial mereka tetap
Gambar 3 : Pelapisan Sosial di Kecamatan Kahayan Kuala
Jika dilihat dari gambar struktur pelapisan masyarakat petani ada pada posisi
terbawah hal ini sesuai dengan kondisi kesejahteraan petani kelapa dimana faktor
pendapatan petani yang tidak menentu dikarenakan hasil panen petani masih dihargai
murah dan petani belum bisa memproduksi hasil usaha pertanian yang diminta oleh
pasar karena faktor kelembagaan yang lemah, pengetahuan individu petani yang
kebanyakan hanya lulusan SD, juga faktor modal sosial yaitu kepercayaan dan
kerjasama yang lemah antar petani untuk bersama-sama memajukan produktifitas
hasil usaha melalui APKI. Petani menaruh harapan agar mampu menjembatani
memecahkan masalah yang ada dalam internal petani, untuk itu penguatan
organisasi, peningkatan SDM petani dan meingkatkan modal sosial petani menjadi
faktor penentu keberhasilan peningkatan pendapatan petani.
Melalui kelembagaan yang kuat maka manejemen usaha produktifitas dapat
ditingkatkan untuk jaringan pasar bertambah luas, penetapan harga produksi bisa
lebih tinggi dari pada dijual secara butiran. Adanya pelatihan ketrampilan
pengolahan buah kelapa menjadi hasil olahan baik itu VCO atau produk ikutannya
berupa Briket dan Smoke Oil merupakan strategi untuk meningkatkan SDM petani
agar tidak hanya menjual hasil kelapa dengan harga yang murah karena sempit Tokoh
Masyarakat
Pegawai, Pedagang
Petani
1. Tingkat Pendidikan Tinggi
2. Aktivitas Sosial Tinggi
3. Agamanya kuat
1. Modal besar
2. Rumah bagus
3. Punya kendaraan 4. Usaha berjalan
1. Ekonomi menunggu
hasil panen 2. Hidup sederhana
28
pengetahuannya bahwa buah kelapa jika telah diproses dapat menghasilkan usaha
yang dinanti oleh pasar global karena produk VCO dapat menjadi obat yang sangat
mahal harganya jika dikonsumsi oleh konsumen mendunia. Hal ini tidak mungkin
terwujud apabila modal kepercayaan sesama pengurus dan anggota APKI tidak
ditingkatkan. Untuk meningkatkannya perlu kerjasama yang utuh dari berbagai pihak
terkait.
Lembaga Kemasyarakatan
Kelembagaan sosial merupakan suatu kompleks atau sistem
peraturan-peraturan dan adat istiadat yang mempertahankan nilai-nilai yang penting (Soekanto
2000:199). Kelembagaan sosial memiliki tujuan mengatur antar hubungan yang
diadakan untuk memenuhi kebutuhan manusia yang paling penting.
Kelembagaan dapat dipandang sebagai bentuk kelompok sosial yang terdiri
dari kumpulan orang yang memiliki tujuan tertentu dan dapat dipandang pula sebagai
organisasi sosial yang konkrit. Selain itu, kelembagaan juga dapat dipandang sebagai
sistem peraturan dan adat istiadat yang mempertahankan nilai-nilai yang penting.
Dengan demikian, kelembagaan sosial berfungsi untuk memberikan pedoman bagi
anggota masyarakat untuk bertingkah laku, menjaga keutuhan masyarakat dan
memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan pengendalian sosial
(social control). Kelembagaan merupakan sistem pengawasan masyarakat terhadap
tingkah laku anggota-anggotanya.
Di Kecamatan Kahayan Kuala selain telah dibentuk lembaga formal seperti
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat, juga muncul lembaga kemasyarakatan yang
terbentuk atas inisiatif dari warga masyarakat itu sendiri maupun inisiatif pihak luar
dalam rangka pemberdayaan masyarakat.
Kelembagaan yang ada di Kecamatan Kahayan Kuala antara lain:
1. Kelembagaan kegotongroyongan, seperti pada kegiatan gotong royong
membersihkan kebun kelapa secara bergantian dengan sistem balas atau
bergantian, membangun langgar, membangun pesantren, membangun jalan
lingkungan, membersihkan sungai sebagai sarana mencari ikan dan membangun
2. Kelembagaan kekerabatan, seperti pelamaran, pernikahan, perceraian dan
sebagainya. Pengendalian sosial dilaksanakan agar perilaku individu sesuai
dengan harapan komunitas yang dilakukan secara turun temurun melalui keluarga
inti dan keluarga terdekat.
3. Kelembagaan ekonomi, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan akan mata
pencaharian hidup, produksi dan distribusi sumber-sumber ekonomi seperti pasar,
koperasi, pabrik kopra, dan kelompok usaha dalam APKI. Jadi berkaitan dengan
mata pencaharian petani seperti bekerja dibidang perkebunan kelapa, PNS,
pegawai swasta, pedagang, buruh tani, nelayan.
4. Kelembagaan pendidikan, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan informasi agar
manusia menjadi anggota masyarakat yang berguna, seperti Taman Kanak-Kanak
(3 buah), Taman Pendidikan Al-Qur’an (6 buah), SD (12 buah), MIN (1 buah),
SLTP (1 buah), MTs (3 buah), SMU (1 buah), MA (1 buah), SMK (1 buah), dan
Perguruan Tinggi Islam (1 buah). Komunitas petani miskin hanya memanfaatkan
kelembagaan TPA, SD, MIN, dan sebagian kecil SLTP dan MTs untuk
memenuhi kebutuhan pendidikannya. Hal ini disebabkan terbatasnya dana untuk
membiayai pendidikan anaknya pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Beban
hidup yang lebih berat menjadikan mereka lebih senang jika anaknya tidak
melanjutkan sekolah tetapi membantu orang tuanya di kebun.
5. Kelembagaan Keagamaan, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa seperti selamatan, pantangan dan
cara-cara beribadah menurut ajaran agama Islam yang dianut oleh sebagian besar
warga Kecamatan Kahayan Kuala. Jadi dalam hal ini digunakan norma-norma
agama untuk memelihara tingkah laku individu dalam masyarakat. Kelembagaan
masyarakat yang berwujud meliputi 16 buah masjid, 7 musholla, 1 buah
pesantren.
6. Kelembagaan politik, bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam
mengatur hidup berkelompok, seperti Lembaga Pemberdayaan Masyarakat
30
7. Kelembagaan somatik bertujuan untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah manusia,
seperti pemeliharaan kesehatan (posyandu, balai pengobatan, salon, dan
lain-lain).
Di setiap RT ada kelompok pengajian yang secara rutin melakukan
kegiatannya sekali seminggu. Arisan itu dinamakan Arisan Yasinan, Arisan Dibaan,
dari kelompok arisan ini bisa tercermin rasa kesatuan untuk berkumpul, dan biasanya
didalam arisan juga ada pesan ulama, tokoh agama yang diberikan dalam mengisi
waktu arisan selain mengaji bersama, dan yang patut ditiru tidak ada peserta arisan
yang tidak membayar secara tepat waktu, sehingga uang arisan yang
diharap-harapkan anggota bisa diterima dengan uang pas, hal ini bisa terwujud di desa ini
karena pengaruh tokoh agama dalam mewujudkan rasa amanat dan tanggungjawab
bagi peserta sudah diamalkan dalam kehidupan sehari-hari
Kelembagaan sosial selain yang tidak berwujud seperti kelembagaan
kekerabatan, ada pula kelembagaan yang berwujud yang dapat berbentuk kelompok
sosial dan organisasi di Kecamatan Kahayan Kuala sebagai berikut:
No Jenis Kelembagaan
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Dewan Keluarga Masjid (DKM)
Karang Taruna ”Pemuda Tinggiran” Pemerintahan Kecamatan
MUI Bahaur
APKI (Asosiasi Petani Kelapa Indonesia) Posyandu
Yayasan Pesantren Hidayatullah Koperasi warga setia
(Sumber : Daftar Isian Potensi Kecamatan Kahayan Kuala, 2005)
Jaringan kelembagaan yang ada dengan kelembagaan lain di luar komunitas
petani kelapa masih relatif kurang, artinya masih terbatasnya pembentukan jaringan
kelembagaan yang dapat dimanfaatkan oleh komunitas melalui pertukaran informasi,
pengalaman dan pengetahuan. Salah satunya dapat dilihat dari kelembagaan yang
dapat dimanfaatkan oleh komunitas petani kelapa, seperti : APKI (Asosiasi Petani
Kelapa Indonesia) sebagai wadah berhimpunnya petani kelapa untuk mengatasi
masalah yang dihadapi petani kelapa secara bersama-sama. Sampai saat ini belum