• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN LOGAM BERAT Pb DAN Cd PADA AIR LAUT, PLANKTON DAN LARVA PELAGIS IKAN DI PERAIRAN TELUK SEMARANG

Musta’in Adinugroho1, Subiyanto1, Haeruddin1

Manajemen Sumberdaya Pantai, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH Semarang

Email: t41n_smg@yahoo.co.id

Abstrak: Teluk Semarang merupakan teluk yang terbentang dari Kabupaten Kendal, hingga Kabupaten Demak dan terbagi kedalam 2 sel sedimen (sel sedimen 4 dan 5). Daerah ini memiliki habitat vital seperti estuari dan mangrove yang merupakan daerah asuhan bagi organisme air. Namun banyak aktifitas manusia seperti industri, pemukiman dan pelabuhan bermuara di teluk ini. Logam berat adalah salah satu hasil buangan aktifitas tersebut yang merupakan polutan berbahaya karena bersifat racun, nondegradable dan dapat terakumulasi pada jaringan tubuh. Tekanan lingkungan ini dikhawatirkan akan berdampak bagi habitat vital serta tumbuh dan berkembangnya organisme terutama larva ikan. Larva merupakan salah satu fase dalam siklus hidup organisme yang rentan terhadap tekanan lingkungan tersebut. Pengambilan sample dilakukan pada bulan Sept-Okt 2014 pada 15 stasiun. Pengambilan sampel dilakukan sebanyak 4 kali, dengan interval waktu 2 minggu. Pengujian logam berat menggunakan metode ASS di Laboratorium Kimia FSM Universitas Diponegoro. Analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui hubungan logam Pb dan Cd di air, plankton dan larva pelagis ikan. Hasil menunjukkan bahwa kosentrasi logam berat Pb dalam air laut berkisar antara 0,0178-0,0663 mg/L, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0024- 0,0056 mg/L. Konsentrasi logam Pb pada plankton berkisar antara 0,0375-0,1854 mg/kg, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0310-0,1018 mg/kg. Kosentrasi logam Pb pada larva ikan berkisar antara 0,0554-0,2789 mg/kg, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0346-0,1635 mg/kg. Hubungan korelasi logam Pb maupun Cd pada air laut dan plankton berpengaruh lemah dan tidak signifikan. Kandungan logam berat Pb pada air laut dan plankton hanya berpengaruh sebesar 39,4% pada sel sedimen 4 dan 1,9% pada sel sedimen 5. Sedangkan Kandungan logam berat Cd pada air laut dan plankton hanya berpengaruh sebesar 24,6% pada sel sedimen 4 dan 13,8% pada sel sedimen 5.

Kata Kunci: larva ikan, plankton, logam Cd dan Pb

PENDAHULUAN

Stadia larva adalah stadia atau siklus hidup ikan yang yang sifatnya sangat ditentukan oleh lingkungannya terutama dalam pergerakan dan migrasinya. Ikan memiliki preferensi tersendiri dalam melakukan perkembangbiakan, tumbuh higga menjadi dewasa. Harden Jones’ dalam teori segi tiga migrasi (migration triangle

hypothesis) memisahkan secara tegas antara lokasi pemijahan (spawning area),

daerah ipukan (nursery ground) dan daerah ikan dewasa (adult ground). Keberhasilan larva dan awal stadia juvenil ikan mencapai nursery area akan sangat menentukan dalam tahapan proses rekrutmen stok ikan di alam. Pada dasarnya akumulasi larva di daerah dekat pantai (nearshore zone) merupakan proses yang pasif karena tipikal larva adalah planktonik. Larva bergerak menuju pantai (onshore transport) pada saat periode arus air bergerak menuju ke arah pantai (Amarullah, 2008). Daerah yang

umumnya menjadi nursery ground ikan adalah daerah estuari, mangrove, terumbu karang, lamun, rumput laut, dan lain-lain (Nybaken, 1992). Teluk Semarang adalah teluk yang terbesar di wilayah pantai utara Jawa Tengah yang terbentang dari Kabupaten Kendal hingga Kabupaten Demak. Daerah ini memiliki banyak muara sungai (estuari) dan habitat vital lain seperti mangrove yang merupakan daerah penting bagi larva organisme air untuk tumbuh dan berkembang. Teluk Semarang sendiri masuk kedalam sel sedimen pesisir (coastal sediment cell) 4 (bagian barat) dan 5 (bagian timur). Batas sel sediment 4 adalah Tanjung Bugel hingga Teluk Semarang, sedangkan batas sel sedimen 5 adalah Teluk Semarang hingga Tanjung Korowelang. Sel sedimen adalah satuan panjang pantai yang memiliki keseragaman kondisi fisik dengan karakteristik dinamika sedimen yang dalam wilayah geraknya tidak mengganggu keseimbangan kondisi pantai yang berdekatan (KKP, 2007).

Namun berbagai sisa hasil kegiatan manusia di daratan, seperti limbah domestik, pertanian dan perindustrian bermuara di teluk ini. Wilayah pesisir menjadi salah satu tempat yang menerima dampak negatip akibat peningkatan aktivitas perindustrian dan juga kegiatan domestik lainnya dari daratan. Meningkatnya industri memberikan dampak meningkatnya pelepasan limbah ke lingkungan sekitar termasuk didalamnya lingkungan perairan laut. Buangan limbah yang masuk ke perairan laut dapat melalui aliran run off maupun aliran sungai. Salah satu limbah industri yang dilepaskan ke perairan laut adalah logam berat (Setiawati, 2009 dalam Rahmadiani, W. D. D. dan Aunurohim. 2013). Menurut Suprijantoo et al (1997) dalam Zulmadara (2009), logam berat yang sering ditemukan akibat limbah industri yang dibuang ke perairan diantaranya adalah Cd, Cr, Cu, Pb dan Zn. Secara toksisitas logam berat berturut-turut adalah Hg, Cd, Pb, As, Cu dan Zn yang terakumulasi melalui rantai makanan. Semakin tinggi tingkat trofiknya maka akumulasi logam berat didalamnya semain bertambah. Logam berat seperti Cd dan Pb adalah logam berat yang bersifat toxid bagi kehidupan organisme walaupun dalam konsentrasi yang rendah. Logam Cd sendiri adalah salah satu logam yang paling beracun bagi tubuh organisme, karena dapat mengganggu fungsi kerja organ. Logam Pb juga cukup beracun dan merupakan major hazard bagi manusia dan hewan. (Khallaf et al., 1998 dalam Bahnasawy, et al. 2011).

Peningkatan konsentrasi logam berat di lingkungan perairan laut menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya toksisitas logam berat yang tinggi bagi makhluk hidup terutama bila terjadi bioakumulasi pada rantai makanan. Plankton merupakan bagian awal rantai makanan bagi organisme perairan yang lebih tinggi yang mampu mengabsorbsi logam berat sampai konsentrasi tertentu tanpa menyebabkan keracunan pada organisme tersebut. Oleh karena itu suatu zat yang terakumulasi dalam plankton akan terakumulasi juga pada organisme perairan yang lebih tinggi (Purbonegoro, 2008

dalam Rahmadiani, W. D. D. dan Aunurohim. 2013).

Berdasarkan latar belakang tersebut, tekanan lingkungan ini dikhawatirkan mempengaruhi keberadaaan larva ikan di Teluk Semarang karena fase ini adalah fase yang paling rentan terhadap terjadinya perubahan dan tekanan lingkungan. Mengkaji hubungan konsentrasi logam berat Kadmium (Cd) dan Timbal (Pb) yang terkandung dalam air laut (permukaan), plankton dan larva ikan akan menjadi fokus dalam penelitian ini.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2014 pada 15 stasiun. Pengambilan sample dilakukan sebanyak 4 kali, dengan interval waktu 2 minggu sekali. Pengambilan sample larva dan juvenil ikan mengacu pada Backiel dan Welcomme (FAO, 1980) yaitu menggunakan drift net sampler dengan mesh size 500

μm, diameter mulut 80 cm, pada bagian akhir dari jaring dipasang penampung sampel.

Drift net dioperasikan dengan ditarik perahu dengan kecepatan stabil, kurang lebih 0,5

m/s selama 10 menit dengan metode swep area. Sampel yang tertangkap dimasukkan

ke botol sample dan diberi formalin hingga mencapai konsentrasi 4%. Pengambilan

sampel plankton mengacu pada Standart Methode (APHA, 1981) menggunakan

plankton net dengan mesh size 50 μm diambil pada kedalaman yang sama dengan

kedalaman pengambilan sample larva ikan. Sample dimasukkan ke dalam botol sample kemudian diberi larutan lugol kedalamnya, lalu disimpan pada tempat yang gelap. Pengambilan sample air dilakukan berdasarkan SNI 6989.57 (2008) tentang metode pengambilan air contoh permukaan menggunakan point sampler. Sample air yang diambil merupakan air yang berada pada kedalaman yang sama dengan larva ikan dan plankton.

Gambar 1. Lokasi Sampling

Pengukuran logam berat dalam plankton dan larva pelagis ikan dilakukan dengan mendestruksi biomassa plankton dan larva ikan terlebih dahulu. Penelitian ini mengasumsikan bahwa logam berat masih tersebar merata diseluruh tubuh karena fase dan tingkat perkembangan tubuh yang belum sempurna. Pengukuran logam berat dilakukan menggunakan metode SSA (Spektrofotometri Serapan Atom) berdasarkan SNI 6989.16 (2009) tentang Cara uji kadmium (Cd) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala dan SNI 6989.8 (2009) tentang Cara uji timbal (Pb) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kandungan logam berat Pb tertinggi pada masing-masing transek yaitu stasiun A3, B3, C2, D1 dan E3 yaitu 0,0663 mg/l, 0,0487 mg/l, 0,0590 mg/l, 0,0367 mg/l dan 0,0261 mg/l. Sedangkan logam berat Cd tertinggi pada masing-masing transek yaitu stasiun A1, B3, C3, D2 dan E1 yaitu 0,0052 mg/l, 0,0031 mg/l, 0,0030 mg/l, 0,0049 mg/l dan 0,0038 mg/l. Logam berat pada plankton menunjukkan rata-rata kandungan logam berat Pb masih lebih tinggi daripada Cd. Logam berat Pb tertinggi pada masing- masing transek yaitu stasiun A1, B1, C1, D3 dan E1 yaitu 0,1600 mg/l, 0,1854 mg/l, 0,1822 mg/l, 0,1288 mg/l dan 0,0783 mg/l. Sedangkan logam berat Cd tertinggi pada masing-masing transek yaitu stasiun A3, B1, C3, D3 dan E2 yaitu 0,0715 mg/l, 0,0714 mg/l, 0,1018 mg/l, 0,0881 mg/l dan 0,0456 mg/l. Logam berat pada larva ikan juga menunjukkan rata-rata kandungan logam berat Pb masih lebih tinggi daripada Cd.

Logam berat Pb tertinggi pada masing-masing transek yaitu stasiun A3, B3, C1, D1 dan E1 yaitu 0,2789 mg/l, 0,2877 mg/l, 0,3731 mg/l, 0,2143 mg/l dan 0,0919 mg/l. Sedangkan logam berat Cd tertinggi pada masing-masing transek yaitu stasiun A3, B1, C2, D1 dan E1 yaitu 0,1377 mg/l, 0,1157 mg/l, 0,1473 mg/l, 0,1635 mg/l dan 0,0599 mg/l.

Tabel 1. Kandungan Logam Berat Pb dan Cd Pada Air Laut, Plankton dan Larva Ikan

Stasiun Pb (mg/kg) Cd (mg/kg)

Air Laut Plankton Larva Ikan Air Laut Plankton Larva Ikan

A1 0.0386 0.1600 0.1353 0.0052 0.0366 0.0648 A2 0.0537 0.0435 0.2230 0.0035 0.0525 0.0724 A3 0.0663 0.0713 0.2789 0.0025 0.0715 0.1377 B1 0.0285 0.1854 0.2478 0.0024 0.0714 0.1157 B2 0.0432 0.0692 0.0811 0.0026 0.0411 0.0346 B3 0.0487 0.0723 0.3731 0.0031 0.0310 0.1127 C1 0.0472 0.1823 0.2753 0.0056 0.0893 0.1287 C2 0.0590 0.1518 0.0915 0.0051 0.0864 0.1473 C3 0.0536 0.1273 0.2143 0.0030 0.1018 0.0476 D1 0.0367 0.0872 0.1279 0.0037 0.0427 0.1635 D2 0.0274 0.0842 0.1713 0.0049 0.0655 0.1150 D3 0.0300 0.1288 0.0919 0.0026 0.0881 0.0623 E1 0.0178 0.0783 0.0599 0.0038 0.0386 0.0599 E2 0.0194 0.0601 0.0554 0.0029 0.0456 0.0467 E3 0.0261 0.0375 0.0554 0.0036 0.0383 0.0502 Baku mutu 0.008* 0.001* 0.05** 0.01** 0.3-0.4*** 0.1-0.5***

*Baku Mutu Air Untuk Biota KEPMEN LH No. 51 Tahun 2004 **Baku Mutu Air Untuk Pelabuhan KEPMEN LH No. 51 Tahun 2004 ***Bata Maksimum Cemaran Logam Dalam Pangan SNI 7387 tahun 2009

Bila dibandingkan dengan baku mutu air laut, kandungan logam Pb dan Cd di teluk Semarang untuk peruntukan kehidupan biota telah melebihi ambang batas. Namun seperti kita ketahui bahwa teluk Semarang merupakan bagian dari pelabuhan Tanjung Mas di Semarang, pelabuhan kayu lapis di Kendal dan Pelabuhan Perikanan Pantai Moro Demak di Demak sehingga baku mutu untuk pelabuhan juga berlaku dimana konsentrasinya masih termasuk dibawah ambang batas. Bila dibandingkan dengan penelitian Maslukah (2006) dan Budiarti et al (2010) di Muara Banjir Kanal Barat dimana kandungan logam Pb berkisar antara 0,0011-0,008 mg/l dan kandungan logam Cd berkisar antara 0,001-0,003 mg/l berati telah terjadi peningkatan kandungan logam berat di wilayah tersebut. Tinggi rendahnya nilai kandungan logam Pb dan Cd dalam kolom air dapat disebabkan oleh adanya pengaruh iklim, dalam hal ini curah hujan. Darmono (2001) mengatakan kandungan logam dalam air dapat berubah bergantung pada lingkungan dan iklim. Pada musim hujan, kandungan logam akan lebih kecil karena proses pelarutan sedangkan pada musim kemarau kandungan logam akan lebih tinggi karena logam menjadi terkonsentrasi.

Kandungan logam berat dalam plankton dan larva ikan masih dibatas ambang batas maksimum menurut SNI 7387 tahun 2009. Hal ini berarti organisme baik plankton maupun larva ikan masih dalam kondisi yang cukup baik.

Namun perlu berhati-hati bahwa sifat logam berat adalah terakumulasi dalam tubuh mahluk hidup, maka masih ada potensi peningkatan atau penurunan kandungan logam berat pada larva ikan seiring dengan tumbuh dan berkembangnya organ tubuh ketika menjadi organisme dewasa. Sebagai contoh dalam penelitian Budiarti et al (2010), tentang kandungan logam Pb dalam ikan pindang salem yang didapatkan di pasar Johar, Peterongan dan Karangayu menunjukkan kandungan logam berat Pb sebesar 0,06-0,07 mg/kg. Pada penelitian yang dilakukan oleh Bangun (2005) di teluk Jakarta juga menunjukkan bahwa walaupun kandungan logam berat Pb dan Cd di air masih berada di bawah baku mutu air laut namun kandungan logam berat Pb dalam

daging ikan sokang (Triacanthus nieuhofi) telah melampaui batas maksimum cemaran

logam berat, begitu pula logam berat pada hati, ginjal dan insang.

Hasil analisis regresi berganda, menunjukkan hubunngan antara logam Pb dalam air dan plankton terhadap logam Pb dalam larva ikan pada sel sedimen 4 berpengaruh sebesar 39,4% dengan rumus regresi y = -0,024 + 3,556X1 + 0,309X2. Sedangkan pada sel sedimen 5 berpengaruh sebesar 1,9% dengan rumus regresi y = 0,234 + 0,132X1 – 0,226X2. Hasil analisis regresi berganda, menunjukkan hubunngan antara logam Cd dalam air dan plankton terhadap logam Cd dalam larva ikan pada sel sedimen 4 berpengaruh sebesar 24,6% dengan rumus regresi y = -0,035 + 29,457X1 – 0,226X2. Sedangkan pada sel sedimen 5 berpengaruh sebesar 13,8% dengan rumus regresi y = 0,042 + 6,853X1 – 0,446X2. Secara bersama-sama rata-rata kandungan logam berat Pb ataupun Cd dalam air laut dan plankton berpengaruh tidak signifikan terhadap rata-rata kandungan logam berat Pb atau Cd dalam larva ikan, dimana pada hasil analisis regresi nilai sig lebih besar dari 0,05. Sehingga model regresi yang didapatkan tidak layak digunakan untuk memprediksi besarnya kandungan logam berat pada larva ikan berdasarkan variable rata-rata kandungan logam berat Cd dalam air dan plankton. Hal ini berarti logam berat yang terkandung dalam larva ikan lebih banyak berasal dari faktor lain.

Tabel 2. Model Summary Regresi Berganda Kandungan Logam Pb dalam Larva Ikan,

Air Laut dan Plankton

Model Summaryb

Model Sel Sedimen 4 Sel Sedimen 5

R R Square R R Square

1 .628a .394 .137a .019

a. Predictors: (Constant), Pb_Plankton, Pb_AirLaut b. Dependent Variable: Pb_LarvaIkan

Tabel 3. Coefficient Regresi Berganda Kandungan Logam Pb dalam Larva Ikan, Air

Laut dan Plankton

Coefficientsa

Model

Sel Sedimen 4 Sel Sedimen 5

B Sig. B Sig.

1

(Constant) -.024 .798 .234 .399

Pb_AirLaut 3.556 .364 .132 .974

Pb_Plankton .309 .712 -.226 .791

Tabel 4. Model Summary Regresi Berganda Kandungan Logam Cd dalam Larva Ikan, Air Laut dan Plankton

Model Summaryb

Model Sel Sedimen 4 Sel Sedimen 5

R R Square R R Square

1 .496a .246 .371a .138

a. Predictors: (Constant), Cd_Plankton, Cd_AirLaut b. Dependent Variable: Cd_LarvaIkan

Tabel 5. Coefficient Regresi Berganda Kandungan Logam Cd dalam Larva Ikan, Air

Laut dan Plankton

Coefficientsa

Model

Sel Sedimen 4 Sel Sedimen 5

B Sig. B Sig.

1

(Constant) -.035 .818 0.042 .499

Cd_AirLaut 29.457 .396 6.853 .602

Cd_Plankton .226 .863 0.446 .503

a. Dependent Variable: Cd_LarvaIkan

Rendahnya hubungan antara logam berat yang terkandung dalam air dan plankton terhadap larva ikan, terutama pada sel sedimen 5 dapat terjadi karena faktor lain. Hal ini terjadi karena ikan masih berda pada fase larva ikan. Larva ikan masih belum mengkonsumsi plankton secara sempurna dan organ tubuh (utamanya insang dan sistem pencernaan) masih belum terbentuk sempurna, sehingga penyerapan nutrisi dalam air masih berjalan kurang baik, sehingga kemungkinan absorbsi logam berat pun masih rendah. Bila dilihat dari pergerakan arus pada bulan September dan Oktober, arus bergerak dari barat ke timur, sehingga kemungkinan larva ikan berasal dari daerah lain (terbawa arus) (NOAA, 2015). Menurut Laevastu dan Hayes (1981) dalam Maravelias (1997) menyatakan bahwa arus berperan dalam distribusi pemindahan telur, larva dan ikan-ikan kecil. Logam berat yang terkandung dalam larva ikan dapat berasal dari induk ikan. Dimana dalam ikan dewasa telah terkontaminasi logam berat pada gonadnya. Sehingga pada saat terjadi pembuahan dan terbentuk telur kemudian menjadi larva ikan, logam berat telah terdapat dalam larva ikan tersebut. Menurut Black et al (1988) akumulasi logam berat yang tersimpan pada jaringan lemak ikan betina dapat menyebabkan kemungkinan terjadinya transfer logam berat bersamaan dengan lemak ke pertumbuhan gonad selama proses vitellogenesis. Hal ini berpotensi menjadi dampak negatif pada keberlangsungan generasi berikutnya melalui bioakumulasi di oocytes ovarium. Hano et al (2007) juga menambahkan

kontaminasi pada maternal ovarium juga dapat menyebabkan keturunan yang

berukuran lebih kecil dari normalnya hingga kelainan bentuk embrio (embryotic

malformation) akibat penyimpangan kromosom dan kelainan enzim tertentu. Dampak

pencemaran bahan kimia yang langsung pada embrio dan larva ikan di perairan dapat terjadi pada fase yang berbeda. Penelitian oleh Von Westernhagen et al (1988) dalam Prochazka (2009) melaporkan terjadinya kecacatan pada fase embrio awal. Hal ini termasuk bentuk yang tidak biasa pada blastodic. Hal ini berarti berpotensi terjadi kelainan morfologi (morphological malformation) pada fase perkembangan larva berikut-berikutnya, namun bagaimanapun juga sistem kekebalan pada sel tubuh memungkinkan untuk mencegah terjadinya kelainan tersebut. Bentuk kelainan

(abnormalities) yang lain adalah jaringan embrio yang tidak berbentuk dimana umumnya hasil mortalitas embrio awal serta kekakuan pada jaringan tubuh yang dimungkinkan oleh hasil kelainan embrio (embryonic malformations) serta terjadinya kematian.

KESIMPULAN

1. Kosentrasi logam berat Pb dalam air laut berkisar antara 0,0178-0,0663 mg/L, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0024-0,0056 mg/L. Konsentrasi logam Pb pada plankton berkisar antara 0,0375-0,1854 mg/kg, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0310-0,1018 mg/kg. Kosentrasi logam Pb pada larva ikan berkisar antara 0,0554-0,2789 mg/kg, sedangkan logam Cd berkisar antara 0,0346-0,1635 mg/kg.

2. Kandungan logam berat Pb dan Cd dalam plankton dan larva masih berada dibawah

ambang batas yang diijinkan sesuai dengan SNI 7387 tahun 2009.

3. Hubungan korelasi logam Pb maupun Cd pada air laut dan plankton berpengaruh lemah dan tidak signifikan. Logam berat Pb pada air laut dan plankton hanya berpengaruh sebesar 39,4% pada sel sedimen 4 dan 1,9% pada sel sedimen 5. Sedangkan logam berat Cd pada air laut dan plankton hanya berpengaruh sebesar 24,6% pada sel sedimen 4 dan 13,8% pada sel sedimen 5.

4. Kemampuan organisme perairan dalam mengakumulasi logam berat dari

lingkungannya tergantung pada jenis organisme, jenis logam, lamanya waktu pemaparan, stadia organisme, serta kondisi perairan.

DAFTAR PUSTAKA

Amarullah, M.H. 2008. Hidro Biologi Larva Ikan Dalam Proses Recruitment. Jurnal Hidrosfir Indonesia. Vol 3. No. 2. Hal. 75-80.

APHA. 1981. Standart Methode for The Examination of Water and Wastewater 15th Edition. American Public Health Assoiation. Washington DC.

Bahnasawy, et al. 2011. Assessment of heavy metal concentrations in water, plankton, and fish of Lake Manzala, Egypt. Research Article. TÜBITAK Turk Journal Zoology 2011; 35(2): 271-280

Bangun, J.M. 2005. Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Dan Kadmium (Cd) Dalam Air, Sedimen Dan Organ Tubuh Ikan Sokang (Triacanthus nieuhofi) Di Perairan Ancol, Teluk Jakarta. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Black, D.E., Phelps, D.K. & Lapan, R.L. 1988. The effect of inherited contamination on

egg and larval winter flounder, Pseudopleuronectes americanus. Marine

Environmental Research, 25, 4562.

Budiarti, A., Kurseni dan S. Musinah. 2010. Analisis Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) dan Kadmium (Cd) dalam udang Putih (Litopenaeus vannamei) yang Diperoleh dari Muara Sungai Banjir Kanal dan Perairan Pantai Kota Semarang. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2010. Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang. Semarang.

Budiarti, A., Listyowati dan H.R. Soenoko. 2010. Analisis Kadar Timbal (Pb) Dan Merkuri (Hg) Pada Ikan Pindang Salem (Scomber australasicus) Yang Diperoleh Dari Tiga Pasar Tradisional Terbesar Di Kota Semarang. Universitas Wahid Hasyim. Semarang.

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup Dan Pencemaran. Universitas Indonesia, Jakarta. FAO. 1980. Guidelines for Sampling Fish in Inland Waters. Fisheries and Aquaculture

Hano, T., Oshima, Y., Kim, S.G., Satone, H., Oba, Y., Kitano, T., Inoue, S., Shimasaki, Y. & Honjo, T. 2007. Tributyltin causes abnormal development in embryos of medaka, Oryzias latipes. Chemosphere, 69, 927-933.

Maravelias, C.D. 1997. Trends In Abundance And Geographic Distribution Of North Sea Herring In Relation To Environmental Factors. Marine Ecology Progress Series. Vol 159:151-164, 1997.

Maslukah, L. 2006. Konsentrasi Logam Berat Pb, Cd, Cu, Zn dan Pola Sebarannya di Muara banjir Kanal Barat, Semarang (Tesis). Sekolah Paskasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.

NOAA. 2015. Geostrophic Currents and GTS. Global Ocean Observation. http://www.aoml.noaa.gov/phod/dataphod/work/trinanes/INTERFACE/index.html (Online)

Nybaken, J.W. 1992. Biologi Laut: Suatu Pendekatan Eologis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. (diterjemahkan oleh M. Eidman, Koesoebiono, D. G. Bengen, M. Hutomo, dan S. Sukardjo).

Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2007. Laporan Akhir: Identifikasi Kerusakan dan Perencanaan Rehabilitasi Pantura Jawa Tengah. Kementrian Kelautan dan Perikanan, Satuan Kerja Dinas Kelautan ddan Perikanan Provinsi Jawa Tengah dan CV Tumbuh Jaya Desain. Semarang.

Keputsan Mentri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 Tentang Baku Mutu Air Laut. Kementrian Lingkungan Hidup. Jakarta.

Prochazka, E. 2009. Incidence of Malformations in Fish Embryos / Larvae (Review). Smart Water Research Facility, Griffith University – Nathan / Gold Coast Campus. Rahmadiani, W. D. D. dan Aunurohim. 2013. Bioakumulasi Logam Berat Kadmium (Cd)

oleh Chaetoceros calcitrans pada Konsentrasi Sublethal. Jurnal Sains Dan Seni Pomits Vol. 2, No. 2, (2013) 2337-3520 (2301-928X)

SNI 6989.57. 2008. Metode pengambilan air contoh permukaan. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

SNI 6989.16. 2009. Cara uji kadmium (Cd) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

SNI 6989.8. 2009. Cara uji timbal (Pb) secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) nyala. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

SNI 7389. 2009. Batas Maksimum Cemaran Logam Berat Dalam Pangan. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta.

Zulmadara, L. 2009. Kajian Konsntrasi Logam Berat Timbal (Pb) dan Tembaga (Cu) dalam Air, Sedimen dan Jaringan Lunak Kerang Darah (Anadara granosa) di Perairan Pantai Semarang Jawa Tengah

Dokumen terkait