• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Parameter Perkiraan Kelancaran Kredit dengan Kolektibilitas

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2. Hubungan Parameter Perkiraan Kelancaran Kredit dengan Kolektibilitas

Parameter Perkiraan Kelancaran Kredit

Parameter yang digunakan dalam penelitian ini untuk menghitung kemungkinan kelancaran kredit adalah variabel yang digunakan Bank X dalam memperhitungkan kelayakan kredit debiturnya pada sistem ICRR. Parameter yang digunakan yaitu :

1. Ketersediaan dan Kualitas Informasi Keuangan a. Informasi Keuangan

Menentukan keakuratan informasi keuangan yang didapatkan, karena mempengaruhi rasio keuangan dan penilaian. Pedoman penilaian informasi keuangan yang digunakan yaitu:

1. Laporan Keuangan Sangat Akurat (telah diaudit) berdasarkan Laporan Praktik Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dengan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

2. Laporan Keuangan Akurat (telah diaudit) berdasarkan Laporan Praktik Standar Akuntansi dengan Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP).

3. Dapat Diterima– interim, akurat, dan didukung oleh wawancara manajemen dan transaksi bank/mutasi rekening.

4. Tidak Handal (telah diaudit) dengan dampak material yang signifikan terhadap keuangan.

Adapun besarnya persentase penilaian informasi keuangan berdasarkan empat kriteria (1-4) penilaian diatas dapat dilihat pada Gambar 9. Berdasarkan penilaian dan proses analisa yang dilakukan oleh Bank X terhadap ketersediaan dan kualitas informasi keuangan yang dimiliki oleh calon debitur, maka akan didapati bahwa rata-rata calon debitur memiliki informasi keuangan yang dapat diterima. Proporsi debitur yang memiliki

informasi keuangan yang dapat diterima (nilai 3 pada Gambar 9) pada tahun I sebesar 93.56% dan 89.86% pada tahun berikutnya serta tidak adanya debitur yang memiliki laporan keuangan yang tidak handal (nilai 4 pada Gambar 9) sehingga nilai 4 tidak muncul pada gambar.

Gambar 9. Persentase Penilaian Informasi Keuangan b. Rasio Hutang

Merupakan rasio antara kewajiban dengan Aset atau kewajiban dengan modal. Semakin kecil rasio (nilai rasio 1-5) pada Gambar 10 maka kualitas kredit akan semakin baik sehingga resiko kreditnya juga kecil. Berdasarkan data hasil penilaian analis kredit Bank X diketahui bahwa sebanyak 61,69 % debitur dan 50,71% calon debitur memiliki rasio hutang yang kecil dibawah 1.6 (bernilai 1 pada gambar). Adapun hasil penilaian tersebut dapat dilihat lebih lengkap dalam output VB pada Gambar 10 berikut ini.

Gambar 10. Persentase Penilaian Rasio Utang c. Rasio Keuntungan

Merupakan rasio perbandingan antara keuntungan bersih dengan penjualan. Semakin besar rasio (nilai 1-5) pada Gambar 11 maka

46

kualitas kredit debitur akan semakin baik sehingga dapat menurunkan kemungkinan resiko yang akan dialami oleh bank. Output VB pada Gambar 11 berikut ini menunjukkan bahwa proporsi debitur terbesar memiliki rasio keuntungan antara 1,6 - 2,5 (nilai 2 pada Gambar 11) dengan prosentase debitur sebesar 32,25 -43,73%. Secara keseluruhan maka dapat disimpulkan bahwa rata-rata debitur tersebut memiliki rasio keuntungan yang tidak besar.

Gambar 11. Persentase Penilaian Rasio Untung d. Rasio likuiditas

Merupakan perbandingan antara harta lancar dengan hutang lancar. Semakin besar rasio likuiditas (nilai 1-5) pada Gambar 12 maka harta lancar debitur akan semakin besar sehingga diharapkan bahwa kemampuan membayar debitur juga akan tinggi dan akan menurunkan resiko gagal bayar. Berdasarkan hasil penilaian analis Bank X diketahui bahwa proporsi terbesar debitur dan calon debitur memiliki rasio likuiditas cukup baik yaitu dibawah 1.6 (nilai 1). Secara lengkap hasil penilaian analis Bank X dapat dilihat pada Gambar 12 berikut ini.

2. Aktivitas Rekening Bank

Aktivitas rekening calon debitur dilihat melalui penilaian mengenai rata-rata rekening bulanan dan aktivitas (mutasi kredit).

a. Rata-rata rekening bulanan penting untuk dipertimbangkan dalam melakukan penilaian. Keuangan debitur, seperti kinerja penjualan, berhubungan erat dengan hal tersebut. Jika pertumbuhan penjualan meningkat, maka saldo rata-rata bulanan akan meningkat juga. Pedoman penilaian mengenai rata-rata rekening bulanan yaitu : 1. Baik : saldo rata-rata bulanan meningkat dalam kurun waktu 3

bulan terakhir dan didukung oleh pertumbuhan penjualan. 2. Sedang : saldo rata-rata bulanan stabil dalam kurun waktu 3

bulan terakhir dan pertumbuhan penjualan cukup stabil.

3. Kurang : saldo rata-rata bulanan menurun dalam kurun 3 (tiga) bulan disertai oleh penurunan pertumbuhan penjualan atau tidak ada informasi.

Berdasarkan proses dan hasil analisa Bank X , didapatkan bahwa kebanyakan debitur dari tahun ke tahun (proporsi 60-70%) memiliki saldo rata–rata bulanan yang stabil dalam kurun 3 bulan (kategori sedang dengan nilai 2 pada Gambar 13). Besarnya persentase penilaian aktivitas rekening berdasarkan kriteria penilaian diatas dapat dilihat pada Gambar 13.

Gambar 13. Persentase Aktivitas Rekening Debitur b. Mutasi Kredit

Merupakan aktivitas keuangan debitur dalam bentuk giro dan atau tabungan dimana yang dilihat dalam mutasi rekening ini adalah mutasi pada sisi kredit atau seberapa sering dan seberapa besar

48

debitur melakukan setoran uang ke dalam rekeningnya. Faktor ini tergantung pada jenis bisnis yang dijalankan. Untuk beberapa industri, turnover mutasi kredit yang tinggi termasuk hal yang normal, sementara untuk industri lainnya tidak. Sebagai contoh, perusahaan konstruksi pada umumnya mengalami turnover mutasi kredit yang rendah dan karena itu tidak dapat dibandingkan dengan bisnis lain, seperti toko eceran yang mempunyai turnover mutasi kredit yang tinggi. Pedoman penilaian terhadap mutasi kredit dapat dilihat sebagai berikut :

1. Baik: turnover mutasi kredit tinggi, >75%.

2. Sedang: turnover mutasi kredit stabil, antara 50-75%.

3. Kurang:turnover mutasi kredit rendah <50% (tidak ada informasi).

Mutasi kredit akan berpengaruh terhadap kualitas kredit. Semakin baik mutasi kreditnya maka peluang bahwa kredit debitur akan lancar semakin besar. Berdasarkan hasil analisa Bank X mengenai penilaian mutasi kredit debitur dapat dilihat bahwa rata-rata debitur dan calon debitur memiliki turnover mutasi kredit yang stabil (nilai 2 pada Gambar 14), sehingga kualitas debitur cukup baik. Proporsi penilaian mutasi kredit secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 14.

Gambar 14. Persentase Data Mutasi Kredit Calon Debitur 3. Kualitas Manajemen dan Kinerja Manajemen

Evaluasi terhadap manajemen penting dilakukan karena setiap transaksi dilakukan oleh manajemen dan tergantung pada kemampuan serta kesungguhannya untuk menjalankan bisnis dengan baik,

menghasilkan arus kas yang positif dan memenuhi semua kewajibannya sebagaimana yang telah disepakati. Parameter yang digunakan dalam penilaian kualitas manajemen yaitu :

a. Pengalaman manajemen

Faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam analisa

pengalaman manajemen yaitu :

 Sejarah perusahaan dilakukan dengan melihat apakah keberhasilan tersebut diperoleh dari hasil manajemen, tidak ada pengaruh manajemen atau tercapai karena unsur lain.

 Jenis dan lamanya pengalaman perusahaan dan manajemen utama.

 Hubungan dengan bisnis keluarga, evaluasi pengalaman yang relevan dari pemilik perusahaan.

 Hubungan manajemen utama. Ini untuk mengetahui karakter manajemen. Misalnya : apakah dikelola oleh orang-orang yang berkualitas dan berpengalaman tanpa memperhatikan apakah mereka mempunyai hubungan kekerabatan atau tidak.

Berikut adalah pedoman penilaian pengalaman manajemen:

1. Manajemen utama/pemilik mempunyai pengalaman >5 tahun dan kompeten dalam bidang yang relevan. Sejarah manajemen utama menunjukkan bahwa mereka mempunyai pengalaman yang relevan, sehingga memberikan nilai tambah bagi kinerja bisnis perusahaan. Sebagai contoh, manajemen berhasil menjalankan perusahaan dengan baik selama krisis dan masih berjalan dalam kondisi prima. Untuk bisnis keluarga, manajemen utama (biasanya dijalankan oleh keluarga) adalah orang-orang yang profesional dengan latar belakang yang tepat, sehingga kompeten dalam usaha tersebut.

2. Manajemen utama/pemilik mempunyai pengalaman antara 2-5 tahun dan kompetensi yang relevan dalam usaha terkait.

Sejarah manajemen dapat diterima bila menunjukkan

50

Untuk bisnis keluarga, beberapa orang dalam manajemen utama mempunyai latar belakang pendidikan dan kompetensi yang tepat.

3. Manajemen utama mempunyai pengalaman dan kompetensi terbatas (<2 tahun) dalam usaha yg bersangkutan dan sejarah manajemen utama kurang baik dalam sektor industri. Sebagian

besar dari manajemen utama mempunyai hubungan

kekerabatan dengan latar belakang pendidikan atau kompetensi yang tidak tepat, sehingga mengancam kesinambungan bisnis. Berdasarkan hasil analisa yang dilakukan Bank X terhadap debiturnya yang tertera pada Gambar 15, maka rata-rata manajemen perusahaan debitur memiliki pengalaman lebih dari 5 tahun (nilai 1 pada Gambar 15). Adapun besarnya proporsi penilaian terhadap pengalaman manajemen perusahaan debitur dapat dilihat pada Gambar 15.

Gambar 15, Persentase Penilaian Pengalaman Manajemen b. Reputasi Manajemen

Hal ini berdasarkan penilaian analis untuk memutuskan perilaku pribadi mana yang mungkin berdampak negatif terhadap bisnis. Adapun pedoman penilaian mengenai reputasi sebagai berikut : 1. Opini positif dari pelanggan, pemasok, pelanggan, dan rekanan

lainnya. Reputasi yang baik sekali selama kurun waktu tiga tahun terakhir. Mereka menunjukkan kinerja manajemen yang baik.

2. Opini campuran : sejumlah informasi atau tanda minor negatif selama kurun waktu dua tahun terakhir dari pelanggan,

pemasok, dan rekanan lainnya. Tetapi, dampak dari pemberitaan negatif ini minim terhadap kinerja bisnis.

3. Opini negatif: sengketa-sengketa besar berkesinambungan selama kurun waktu dua tahun terakhir, baik dengan pelanggan,

pemasok, dan rekanan lainnya yang dapat mengganggu

kesinambungan bisnis.

Berdasarkan hasil penilaian yang dilakukan oleh analis Bank X sebagian besar debiturnya memiliki reputasi manajemen yang baik dalam waktu tiga tahun terakir dengan opini positif dari pelanggan dan rekanan lainnya (nilai 1 pada Gambar 16). Adapun proporsi debitur yang sesuai dengan penilaian reputasi manajemennya dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar 16. Persentase Penilaian Reputasi Manajemen c. Pengalaman kredit dengan Bank X

Pengalaman kredit dengan Bank X dinilai dari apakah calon debitur tersebut pernah meminjam di Bank X, kemudian telah track

record pembayarannya apakah terdapat masalah. Pembayaran

apapun memerlukan analisa yang lebih mendalam dan menurunkan penilaian jika dampaknya signifikan. Adapun pedoman penilaian mengenai pengalaman kredit dengan Bank X yaitu:

1. Baik: Peminjam tidak pernah mengalami tunggakan

pembayaran kredit.

2. Sedang: Peminjam beberapa kali mengalami tunggakan

pembayaran kredit, misalnya untuk beberapa minggu. Atau peminjam berada di bawah kolektibilitas BI (kategori 2/Dalam

52

Perhatian Khusus). Atau peminjam menstruktur ulang

pinjamannya.

3. Kurang: Sering terjadi tunggakan kredit (dalam proses restruktur) dan peminjam masuk ke dalam kategori NPL (3-5). 4. Tidak ada informasi: Peminjam baru tanpa track record

pinjaman.

Proporsi penilaian analis atas track record pengalaman kredit dengan Bank X terhadap calon debitur dapat dilihat pada Gambar 17. Gambar tersebut menginterpretasikan proporsi terbesar debitur yang merupakan peminjam baru tanpa track record pinjaman (nilai 4 pada Gambar 17). Proporsi terbesar kedua, debitur memiliki track

record baik dengan tidak pernah mengalami tunggakan

pembayaran kredit (nilai 1 pada Gambar 17).

Gambar 17. Persentase Trackrecord Kredit dengan Bank X d. Pengalaman kredit dengan Bank Lain / Non Bank

Pengecekan silang dengan bank lain dapat bermanfaat. Analis dapat memeriksa ada tidaknya catatan pinjaman pada bank lain. Jawaban yang diperoleh dari bank lain harus ditafsirkan dengan hati-hati karena bank terkait mungkin enggan untuk memberikan informasi. Adapun pedoman penilaian pengalaman kredit dengan Bank Lain / Non Bank sebagai berikut :

1. Baik: Peminjam tidak pernah mengalami tunggakan

pembayaran kredit.

2. Sedang: Peminjam beberapa kali mengalami tunggakan

peminjam berada di bawah kolektibilitas BI (kategori 2/Dalam

Perhatian Khusus). Atau peminjam menstruktur ulang

pinjamannya.

3. Kurang: Sering terjadi tunggakan (dalam proses restruktur) dan peminjam termasuk ke dalam kategori NPL (3-5).

4. Tidak Ada Informasi: merupakan peminjam baru tanpa track record pinjaman.

Dari hasil penilaian analis Bank X atas track record pengalaman kredit debitur dengan bank lain, maka didapatkan proporsi terbesar sebanyak 60% debitur dan 51,03% calon debitur dikategorikan baik dengan tidak pernah mengalami tunggakan pembayaran kredit bank lain (nilai 1 pada Gambar 18). Adapun proporsi jumlah debitur berdasarkan penilaian trackrecord pengembalian kredit bank lain dapat dilihat pada Gambar 18.

Gambar 18, Persentase Trackrecord Kredit di Bank Lain e. Pengalaman / Kompetensi Usaha

Analisa penilaian ditujukan kepada usaha debitur dan bukan pribadi personalnya. Usaha ini lebih kepada jenis usaha yang dijalaninya. Berapa lama usaha tersebut telah berjalan, apakah usaha tersebut dapat membukukan keuntungan, bagaimana kondisi usaha ketika ada gejolak (misalnya krisis ekonomi) dsb. Adapun pedoman penilaian Bank X terhadap pengalaman usaha calon debitur yaitu sebagai berikut :

1. Baik - Usaha telah dijalankan minimal selama 5 tahun walaupun oleh manajemen yang berbeda, mampu beradaptasi

54

dengan kondisi makro dan dari pengalaman dapat diandalkan untuk mencapai keuntungan.

2. Sedang - Usaha telah dijalankan antara 2-5 tahun walaupun oleh manajemen yang berbeda, terkadang tidak mampu menghadapi kondisi makro dan cenderung berfluktuatif.

3. Kurang - Usaha cenderung menurun dan baru berjalan kurang dari 2 tahun.

Dari data hasil analisa Bank X maka dapat digambarkan bahwa calon debitur rata-rata sudah memiliki pengalaman usaha yang telah dijalankan minimal 5 tahun dengan proporsi 92% debitur dan 88% calon debitur (nilai 1 pada Gambar 19). Proporsi jumlah debitur berdasarkan pengalaman usaha secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 19.

Gambar 19. Persentase Debitur dari Pengalaman Usahanya f. Reputasi Usaha

Reputasi usaha lebih mengarah kepada “gaung” usaha tersebut dimata masyarakat umum, pelaku bisnis dan pemerintah. Hal ini dinilai dari seberapa besar ketergantungan masyarakat terhadap usaha tersebut; bagaimana pengaruh keberadaan usaha tersebut terhadap lingkungan sekitar; bagaimana kondisi perusahaan ketika terjadi krisis; bagaimana opini masyarakat atas keberadaan usaha tersebut, apakah baik (usaha dibidang tersebut bagus dan menjanjikan), negatif (pesimis) atau campuran. Pedoman penilaian terhadap reputasi perusahaan yaitu sebagai berikut:

1. Baik-Usaha diterima oleh pasar/ dibutuhkan dan

keberadaannya diharapkan. Konsumen mempunyai

ketergantungan yang tinggi terhadap usaha tersebut dan usaha tidak terpengaruh kondisi lingkungan makro.

2. Sedang–Usaha relatif diterima, di sisi lain pesimistik. Adanya pro dan kontra atas usaha dimaksud, beberapa konsumen sangat tergantung dari usaha tersebut dan sebagian orang menyebutnya sebagai usaha yang bagus.

3. Kurang–Kehadiran usaha tersebut banyak ditolak oleh berbagai pihak.

Dari hasil analisa penilaian Bank X maka dapat terlihat bahwa usaha debitur rata-rata memiliki reputasi usaha yang diterima, dibutuhkan, dan diharapkan keberadaannya (nilai 1 pada Gambar 20). Adapun prosentase debitur berdasarkan pedoman penilaian tersebut dapat dilihat pada Gambar 20.

Gambar 20. Debitur Berdasarkan Reputasi Usaha g. Prospek Usaha

Dalam hal ini penilaian dilakukan dengan mengamati prospek

bisnis yang mungkin dapat mempengaruhi kinerja dan

kesinambungan bisnis calon debitur. Pengamatan dapat dilakukan berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian industri, surat kabar, majalah, survei pasar, atau informasi langsung dari peminjam. Analis dapat juga menggunakan data yang berasal dari arsip penelitian internal Bank X atau track record pinjaman. Pedoman penilaian terhadap prospek usaha yaitu sebagai berikut :

56

1. Baik: Usaha akan dapat berkembang/ tumbuh. Tingkat

pertumbuhan usaha yang menjanjikan – tingkat pertumbuhan lebih dari 10% dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.

2. Sedang : pertumbuhan usaha akan stabil.

3. Kurang: Pertumbuhan usaha akan menurun. Tingkat

pertumbuhan kurang dari 1% dalam kurun waktu 3 tahun terakhir dan terus jatuh.

Data hasil analisa Bank X menyebutkan bahwa usaha debitur rata-rata atau 94% debitur memiliki prospek usaha yang akan dapat berkembang dengan tingkat pertumbuhan yang cukup menjanjikan (nilai 1 pada Gambar 21). Adapun prosentase debitur berdasarkan pedoman penilaian tersebut dapat dilihat pada Gambar 21.

Gambar 21. Proporsi Debitur dari Prospek Usahanya 4. Lingkungan Bisnis

Melakukan analisa lingkungan perusahaan penting untuk

diperhatikan karena memungkinkan analis dalam menentukan tingkat risiko yang dihadapi perusahaan debitur dalam menjalankan bisnisnya, yang dapat membawa dampak negatif terhadap kinerja bisnis. Analisa ini difokuskan pada kekuatan prospek industri ke

depan dan faktor kompetitif yang berpengaruh terhadap

perusahaan. Dalam penilaian lingkungan bisnis, 6 hal yang akan dinilai yaitu:

a. Perusahaan Pesaing,

Penilaian dilakukan dengan memperhatikan usaha yang

pesaingnya, terbatas atau tidak ada pesaingnya. Hal ini penting untuk melihat risiko dari suplai produk dan penetrasi

pelanggan. Semakin tergantung konsumen kepada satu

perusahaan, semakin baik kondisi perusahaan tersebut. Pedoman penilaian usaha debitur yang dilihat dari perusahaan pesaing nya yaitu sebagai berikut :

1. Ada perusahaan pesaing, jumlahnya tidak banyak namun masing-masing perusahaan telah mempunyai segmen pelanggan sendiri-sendiri sehingga tidak mengganggu perusahaan lainnya.

2. Terdapat beberapa perusahaan pesaing yang kadangkala antar perusahaan saling memperebutkan pelanggan, namun demikian masih dalam taraf normal.

3. Terdapat sangat banyak perusahaan pesaing sehingga pelanggan sangat mudah berpindah-pindah sesuai dengan produk/jasa yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut. Perusahaan harus berusaha keras untuk mendapatkan pelanggan dan risiko cukup tinggi.

Data hasil analisa Bank X menyebutkan bahwa proporsi terbesar calon debiturnya atau sebesar 69% memiliki pesaing yang jumlahnya tidak banyak dan memiliki segmen pelanggan sendiri – sendiri (nilai 1 pada Gambar 22). Adapun proporsi calon debitur berdasarkan jumlah pesaingnya dapat dilihat pada Gambar 22.

58

b. Peraturan Pemerintah,

Penilaian dilakukan dengan melakukan evaluasi pengaruh peraturan pemerintah terhadap bisnis calon debitur. Dalam hal ini analis akan mengamati apakah pemerintah memberlakukan peraturan yang dapat membawa dampak negatif terhadap bisnis (mis. pajak, tarif, kuota dst.) atau dampak positif. Peraturan akan mempengaruhi penilaian. Pedoman penilaian usaha yang dilihat dari peraturan pemerintah yaitu sebagai berikut :

1. Kondisi Mendukung : pemerintah mendukung industri dengan subsidi atau birokrasi suportif dst.

2. Tidak Berdampak: pemerintah tidak menetapkan peraturan apapun untuk industri terkait, misalnya pasar bebas.

3. Bertentangan: pemerintah membatasi ruang gerak industri dengan memberlakukan tarif tertentu, kuota dst.

Data hasil analisa Bank X menyebutkan bahwa proporsi terbesar debitur dan calon debiturnya memiliki usaha yang sejalan atau didukung oleh peraturan pemerintah (nilai 1 pada Gambar 23). Adapun proporsi calon debitur berdasarkan penilaian usaha dari sisi jumlah pesaingnya dapat dilihat pada Gambar 23.

Gambar 23. Usaha Debitur Terhadap Peraturan Pemerintah c. Ketergantungan pada Pelanggan,

Penilaian analis Bank X pada parameter ini adalah penilaian ketergantungan atau kekuatan tawar-menawar yang dimiliki perusahaan terhadap pelanggannya. Aspek ini tergantung pada

jenis bisnis dari perusahaan. Pelanggan yang dimaksud adalah

pelanggan langsung (lapis pertama). Analis Bank X

memperhatikan apakah perusahaan mempunyai pelanggan yang cukup (potensial dan tetap) untuk mempertahankan bisnis, atau rentang produk yang dihasilkan calon debitur memenuhi kebutuhan pelanggan. Pedoman penilaian usaha debitur berdasarkan ketergantungan terhadap pelanggannya yaitu : 1. Tidak Tergantung - Banyak dan beragam: mempunyai

pelanggan yang sangat luas untuk produk- produk yang dihasilkan oleh perusahaan; pengaruh saingan sedikit. 2. Tergantung - Beberapa: mempunyai pelanggan yang luas.

Perusahaan mendapatkan sejumlah pengaruh dari saingan bisnisnya, tapi tidak signifikan.

3. Sangat Tergantung - Terbatas : pelanggan peka terhadap perubahan harga.

Data hasil analisa Bank X menyebutkan bahwa proporsi terbesar dari debitur dan calon debiturnya memiliki usaha dengan pelanggan yang banyak dan beragam (nilai 1 pada Gambar 24). Adapun proporsi debitur berdasarkan penilaian usaha dari sisi ketergantungan terhadap pelanggannya dapat dilihat pada Gambar 24.

Gambar 24. Proporsi Debitur dari Pelanggannya d. Ketergantungan pada Supplier,

Suplier adalah pihak yang memberikan pasokan barang yang akan diperjualbelikan. Apabila alur pasokan barang lancar atau bagus maka ini akan mempengaruhi pendapatan debitur yang

60

pada akhirnya akan mempengaruhi kemampuan debitur dalam

melakukan pembayaran kredit dan kualitas kreditnya.

Ketergantungan pada salah satu supplier menyebabkan debitur mempunyai risiko yang cukup tinggi karena jika supplier bangkrut atau tidak dapat melakukan pasokan kepada debitur maka usaha debitur juga akan terganggu dan akhirnya akan mengganggu kelancaran pembayaran kewajiban ke Bank X. Analisa bagian ini fokus pada tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pemasoknya. Evaluasi terhadap kualitas dan kuantitas pemasok merupakan faktor yang penting karena mempengaruhi volume penjualan dan kinerja operasional perusahaan. Jadi dalam hal ini analis Bank X fokus pada kemampuan perusahaan dalam menyediakan suplai atau sumber bisnis dan kualitas pemasok dari industri terkait.

Pedoman penilaian usaha debitur berdasarkan ketergantungan terhadap pemasoknya yaitu sebagai berikut :

1.Tidak Tergantung- Banyak dan Beragam: konsentrasi

pemasok sangat rendah karena jumlah pemasok banyak. Perusahaan mudah mengganti pemasok tanpa menimbulkan pengaruh apa-apa pada harga atau pergantian suplai.

2.Tergantung- Beberapa : ketergantungan perusahaan terhadap pemasok rendah.

3.Sangat Tergantung- Terbatas: ketergantungan perusahaan terhadap pemasok sangat tinggi. Perusahaan sulit untuk mengganti pemasok dan mungkin perlu menunggu suplai lebih dari tiga bulan.

Data hasil analisa Bank X menunjukkan bahwa proporsi terbesar calon debiturnya memiliki usaha yang tidak tergantung pada pemasok tunggal (nilai 1 pada Gambar 25). Hal ini dapat dikatakan bahwa konsentrasi pemasok sangat rendah terhadap debitur. Konsentrasi pemasok dan jumlah pemasok banyak berpengaruh pada harga atau pergantian suplai, sehingga resiko

yang dihadapi debitur semikin kecil yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan debitur untuk mengembalikan kewajibannya. Adapun proporsi calon debitur berdasarkan penilaian usaha dari sisi ketergantungan terhadap pelanggannya dapat dilihat pada Gambar 25.

Gambar 25. Proporsi Debitur dari Pemasoknya e. Wilayah Pemasaran

Analisis mengenai kriteria ini mengacu pada cakupan geografis dari pasar utama perusahaan untuk produk atau jasa yang ditawarkannya. Umumnya, semakin luas wilayah operasi, semakin stabil pendapatan perusahaan. Kestabilan sangat diperlukan untuk menjamin berlangsungnya kinerja bisnis yang baik. Pedoman penilaian usaha debitur berdasarkan wilayah pemasarannya yaitu :

1. Nasional : perusahaan menjalankan bisnis di lebih dari 1 negara (lokasi) atau antar propinsi. Hal ini dapat menimbulkan komplikasi khusus, seperti undang-undang perpajakan dan nilai tukar, tapi membuka kesempatan ekspansi yang lebih besar.

2. Propinsi : perusahaan menjalankan bisnis dengan orientasi dalam 1 propinsi.

3. Kabupaten : perusahaan menjual produk atau jasanya di pasar lokal. Pasar lokal dapat mencakup satu komunitas kecil (kampung) atau beberapa komunitas /kabupaten

62

Data hasil analisa Bank X menyebutkan bahwa sebesar 51% debitur dan 42.68% calon debitur memiliki usaha yang wilayah pemasarannya berada dikabupaten atau menjual produknya di pasar lokal (nilai 3 pada Gambar 26). Adapun proporsi calon debitur berdasarkan wilayah pemasarannya dapat dilihat pada Gambar 26.

Gambar 26. Proporsi Debitur dari Wilayah Pemasarannya f. Jenis Produk

Kriteria ini mengacu pada sifat atau jenis produk, dengan meneliti apakah produk yang dihasilkan penting atau tidak. Selain itu, analis Bank X meneliti pula, apakah produk atau jasa yang diberikan perusahaan akan mempunyai pasar yang menjanjikan. Pedoman penilaian usaha debitur berdasarkan

Dokumen terkait