• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Hubungan Pemerintah Daerah Dan Masyarakat Dalam

Kab.Takalar

Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan memberi arahan bahwa untuk memenuhi pola komsumsi pangan yang bergam, bergizi seimbang dan aman; mengembangkan usaha pangan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dilakukan antara lain melalui penetapan kaidah penganekaragaman pangan, pengoptimalan pangan lokal, pengembangan teknologi dan sistem intensif bagi usaha pengelola pangan lokal, pengenalan jenis pangan baru termasuk pangan lokal yang belum dimanfaatkan, pengembangan diversifikasi usaha tani dan perikanan, peningkatan ketersediaan dan akses benih dan bibit tanaman,

ternak, dan ikan. Pengoptimalan pemanfaatan lahan termasuk lahan pekarangan, penguatan usaha mikro, kecil dan menengah di bidang pangan, serta pengembangan industri pangan yang berbasis pangan lokal.

Implementasinya, Peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 tentang kebijakan percepatan penganekaragaman Komsumsi Pangan berbasis sumber

daya lokal dan Peraturan Manteri pertanian

Nomor/43/Permentan/OT.140/10/2009 tentang gerakan percepatan penganekaragaman komsumsi pangan menjadi acuan bagi pemerintah dan pemerintah daerah dalam melakukan perencanaan, penyelenggaraan, evaluasi, dan pengendalian kegiatan percepatan penganekaragaman komsumsi pangan berbasis sumber daya lokal.

a. Rancangan kegiatan

Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan pada tahun ini dilakukan melalui 3 (tiga) kegiatan utama yaitu:

1. Optimalisasi pemanfaatan pekarangan melalui konsep Kawasan Rumah Pangan Lestari, yang dilaksanakan untuk 2 (dua) kelompok sasaran yaitu:

a. Kelompok wanita penerima bantuan tahun 2014 yang telah berkembang dan melaksanakan pemanfaatan pekarangan sebanyak 1515 (seribu lima ratus lima belas) desa di 259 kabupaten/kota pada 34 provinsi untuk kegiatan pengembangan kebun bibit.

b. Kelompok wanita penerima bantuan tahun 2015 sebanyak 2294 desa di 328 kabupaten/kota pada 33 provinsi dengan kegiatan: pembangunan kebun bibit, pengembangan demplot kelompok sebagai laboratorium lapangan, pengembangan pekarangan anggota, pengenalan dan

pengembangan menu Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman dari hasil pekarangan, dan pengolahan hasil Kawasan Rumah Pangan Lestari.

2. Model pengembangan pangan pokok lokal. Inti kegiatan Model Pengembangan Pangan Lokal dilaksanakan untuk mendorong penyediaan bahan pangan lokal selain beras dan terigu dalam mendukung pola komsumsi pangan pokok yang Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman melalui:

a. Bantuan penyediaan alat untuk menghasilkan produk pangan pokok berbahan baku pangan lokal.

b. Fasilitas dan pendampingan kepada Usaha Menegah Mikro Kecil untuk mengembangkan bisnis dan industri berbasis pangan lokal dalam penyediaan bahan pangan pokok lokal non-beras untuk masyarakat.

c. Kajian terhadap produk pangan pokok berbahan baku pangan lokal, meliputi: spesifikasi produk, kandungan gizi, daya terima konsumen dan kelembagaan.

Sosialisasi dan promosi Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan, dilaksanakan melalui kegiatan seperti gerakan sosialisasi para aparat Kantor Ketahan Pangan Daerah, sosialisasi melalui kerja sama dengan tim penggerak PKK kabupaten, tim pengerak PKK kecamatan dan desa dan lomba Kawasan Rumah Pangan Lestari tingkat kabupaten dan lomba cipta menu pangan Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman, pelatihan praktek ketrampilan pengolahan hasil berbasis pangan lokal pameran diversifikasi pangan fokus pada pengembangan pangan pokok lokal berbasis tepung-tepungan, gerakan kampanye kreatif dan

inovatif dalam memperkaya citra pangan lokal, serta melalui pelatihan tokoh formal dan informal yang berpengaruh di masyarakat.

Bentuk-bentuk hubungan Pemerintah Daerah dan Masyarakat

Model-model kemitraan atau hubungan dikembangkan berdasarkan pengamatan yang dilakukan dalam hubungan kerjasma antar organisasi, menurut Sulistiyani (2004) terdapat 3 model kemitraan yang mampu menggambarkan hubungan antarorganisasi, yakni Pseudo partnership atau kemitraan Semu, Kemitraan Mutualistik dan yang terakhir Kemitraan Konjugasi. Adapun Kemitraan/Hubungan yang dipakai oleh Pemerintah Daerah dan Masyarakat ialah:

Mutualism partnership, atau Kemitraan Mutualistik

Kemitraan mutualistik adalah merupakan persekutuan dua pihak atau lebih yang sama-sama menyadari aspek pentingnya melakukan kemitraan, yaitu untuk saling memberikan manfaat dan mendapatkan manfaat lebih, sehingga akan dapat mencapai tujuan secara optimal. Adapun hasil dari kemitraan Mutualistik yang dilakukan oleh Pemerintah yaitu :

1. Memperkenalkan diversifikasi pangan kepada masyarakat dalam rangka membuka wawasan masyarakat dalam percepatan penganekaragaman konsumsi pangan

Kegiatan Sosialisasi dan Promosi percepatan penganekaragaman komsumsi pangan dimaksud untuk memasyarakatkan dan membudayakan pola komsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman kepada masyarakat melalui upaya-upaya penyebarluasan informasi, penyadaran sikap dan perilaku

serta ajakan untuk memanfaatkan pangan lokal sebagai sumber gizi keluarga demi terciptanya pola hidup yang sehat, aktif dan produktif. Pola komsumsi pangan beragam,bergizi,seimbang dan aman adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan jumlah bahan makanan rat-rata per orang per hari, yang umum dikomsumsi masyarakat dalam jangka waktu tertentu, terdiri dari aneka ragam bahan pangan baik sumber karbohidrat, protein,vitamin,mineral,dan lemak yang apabila dikomsumsi dalam jumlah berimbang dapat memenuhi kecukupan gizi yang dianjurkan.

Kebijakan dan program pada dasarnya terdiri dari rencana kongkrit, guna mempercepat laju pengembangan daerah ini. Seperti yang diungkapkan oleh kepala kantor ketahanan pangan sebagai berikut :

“untuk saat ini laju perkembangan program kami ke masyarakat sangat baik dan responnya pun sangat baik, tapi akan berusaha lagi lebih keras supaya kedepannya akan lebih baik lagi dan berkembang pesat.” (MJ wawancara, 19 Oktober 2016)

Hasil wawancara diatas, pemerintah daerah khususnya kantor ketahanan pangan mempunyai ambisi yang besar agar bagaimana caranya program yang dikeluarkan untuk masyarakat dapat bermnfaat dengan baik. Seperti juga yang dikemukakan oleh ketua kelompok tani yaitu :

“kami sebagai masyarakat khususnya para petani pangan ini sangat senang, karna pemerintah sangat peduli sehingga membuat suatu program yang dapat membuat kami berdaya.” (AW wawancara 19 Oktober 2016) Tergambar dari hasil wawancara keduanya bahwa implementasi yang diterapkan pemerintah kemasyarakat sangat berjalan dengan baik, karna masyarakat sangat menerima apa yang dilakukan pemerintah untuk keberlanjutan

lebih baik. Ini membuktikan bahwa cara memperkenalkan komsumsi pangan kepada masyarakat berjalan dengan baik.

Terkhususnya pada bidang ketahanan pangan yang mewujudkan ketahanan rumah tangga yang mandiri, berbasis pada sumber daya lokal secara efektif dan berkelanjutan.Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah Melaksanakan kembali diversifikasi pangan menuju produksi dan komsumsi pangan yang beragam, bergizi, aman dan seimbang. Dan juga salah satu upaya untuk menukung percepatan penganekaragaman konsumsi pangan serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia Melaksanakan pelatihan pengelolaan pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman bagi Usaha Kecil Menegah bidang pangan, maupun catering. Tujuan pelatihan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan dan keterampilan peserta tentang pengelolahan pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman. Ini juga mendapat tanggapan dari kelompok tani sebagai berikut :

“dengan diperkenalkannya kegiatan ini kami lebih mengetahui apa apa saja komsumsi pangan yang beragam, bergizi, aman dan seimbang. Karna selama ini yang masyarakat Cuma tau itu hanyalah mengkomsumsi beras saja.” (HS wawancara 19 Oktober 2016)

Sebelum diperkenalkannya program ini kemasyarakat, warga sekitar cenderung hanya memproritaskan mengkomsumsi beras saja tanpa adanya pengetahuan tentang komsumsi yang beragam. Seperti yang dikatakan oleh kepala kantor ketahanan pangan :

“inilah salah satu tujuan kami di kantor ketahanan pangan, masyarakat masih perlu pemahaman yang banyak tentan pangan, terutama masyarakat petani. Agar apa yang dihasilkannya itu dapat memenuhi kebutuhan hidupa masyarakat sekitar dan dirinya sendiri.” (MJ wawancara, 19 Oktober 2016)

Kesimpulan wawancara diatas, inilah manfaat yang akan didapatkan masyarakat, ini bukan hanya semata-mata untuk kepentingan pemerintah saja tapi juga pemerintah kantor ketahanan pangan memikirkan apa dampak baik untuk masyarakat dibentuknya program ini.

Penganekaragaman jenis pangan atau sering disebut juga Difersifikasi pangan merupakan upaya untuk menjaga ketahanan pangan agar masyarakat indonesia tidak monoton sebagai konsumen beras, atau menjadikan beras sebagai konsumsi utama. Negara Indonesia adalah negara subur, apa pun yang di usahakan atau dibudidayakan akan menghasilkan, jadi sumber pangan itu bukan hanya menanam padi yang menghasilkan gabah kemudian diolah menjadi beras.Diversifikasi pangan akan mempunyai nilai manfaat yang besar apabila mampu menggali, mengembangkan dan mengoptimalkan pemenfaatan sumber-sumber pangan lokal yang ada dengan tetap menunjang tinggi hak atas pangan sebagai hak dasar manusia dan kearifan lokal. Sehingga harus segera dirumuskan langkah-langkah nyata tentang bagaimana memaksimalkan memperkenalkan penganekaragaman ini ketimbang harus mengimpor dari luar bahan-bahan pangan yang dibutuhkan. Seperti yang diungkapkan oleh bapak kepala kantor ketahanan pangan pak Mahjud :

“untuk mengatasi berbagai tantangan yang ada, maka kami dari pemerintah memiliki strategi pengembangan dan perkenalan yaitu, percepatan diversifikasi pangan lokal.”(MJ wawancara 19 Oktober 2016)

Hasil wawancara di atas penulis menyimpulkan bahwa perlunya perkenalan kepada masyarakat tentang berbagai komsumsi pangan yang sehat, dan juga peran pemerintah sangat di butuhkan di dalamnya. Adanya dukungan

dari pemerintah masyarakat akan semakin yankin untuk melakukan kegiatan yang di program kan oleh pemerintah di daerah ini.Percepatan Penganekaragaman Komsumsi Pangan adalah suatu program yang dibuat oleh pemerintah untuk meningkatkan kesadaran, peran dan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan pola komsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dana aman serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan pangan pokok beras. Pelaksanaan kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan merupakan implementasi dari peraturan Presiden Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Komsumsi Pangan berbasis sumber daya lokal dan peraturan menteri pertanian Nomor 43/Permentan/OT.140/10/2009 tentang gerakan percepatan penganekaragaman komsumsi pangan berbasis Sumber Daya Lokal. Peraturan tersebut kini menjadi acuan untuk mendorong upaya penganekaragaman komsumsi pangan dengan cepat melalui basis kearifan lokal serta kerja sama terintegrasi antar pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Di tingkat provinsi, kebijakan tersebut telah ditindaklanjuti melalui surat edaran atau peraturan Gubernur.

Bentuk keberlanjutan kegiatan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber daya lokal yang telah dilaksanakan sejak tahun 2010, pada tahun 2015 kegiatan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan diimplementasikan melalui kegiatan: (1) Optimalisasi pemanfaatan pekaragan melalui konsep kawasan rumah pangan lestari, (2) Model pengembangan pangan lokal, serta (3) sosialisasi dan promosi Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan. Melalui tiga kompenen kegiatan besar ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas komsumsi pangan masyarakat untuk membentuk pola komsumsi pangan

yang baik. Disamping itu perlu dijalin kerja sama kemitraan dengan pihak swasta yang antar lain bisa berupa Corporate social Responsibility (CSR)/ Program Kemitraan Dan Bina Lingkungan baik dibidang pangan maupun bidang lainnya seperti pendidikan dengan sosialisasi baik kepada anak usia dini maupun ke kelompok wanita dan masyarakat dalam komsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman.

Masyarakat desa pada umumnya masih memiliki pemikiran yang masih jauh kedepannya, tanpa bantuan dari pemerintah mungkin masyarakat akan terus berpatokan dengan pangan beras. Pangan lokal daerah perlu dikembangkan demi tercapainya program percepatan penganekaragaman komsumsi pangan. Masih banyak umbi-umbian an hasil pekarangan lainnya yang pemanfaatnya belum optimal. Meskipun teknologi pengelohan pangan lokal terapat beberapa inovasi, namun minat dan pemasarannya masih perlu itingkatkan. Seperti pernyataan kepala kantor ketahanan pangan :

“bagaimana caranya dengan adanya program ini kita akan berupaya agar masyarakat akan peka dengan pangan yang lainnya seperti umbi-umbian dll, meskipun sudah banyak pengelolaan pangan yang berinovasi lebih maju.” (MJ wawancara 19 Oktober 2016)

Di era yang modern ini kita bisa mengambangkan berbagai pangan dari hasil kita sendiri asalkan kita mau usaha untuk mencari tahu pangan apa saja yang bisa diperoleh dari kerja kita sendiri, seperti yang di ungkapkan oleh kepala kantor pak Mahjud :

“kita selaku pemerintah akan senantiasa membantu masyarakat untuk meningkatkan produktifitas dan juga membuka wawasan mereka tentang berbagai komsumsi pangan yang bergizi.” (MJ wawancara, 19 Oktober 2016)

Pemerintah dalam hal ini juga menambahkan bahwa kita sudah membentuk suatu kelompok wanita yang akan kita memberi dia suatu pelajaran tentang pangan ini. Agar nantinya wawasan dia tentang komsumsi pangan ini terbuka luas dan dia juga dapat memanfaatkan pangan ini untuk keluarganya nanti, hal ini kelompok tani mengatakan :

“kami dari masyarakat sangat senang dengan program yang dibentuk oleh pemerintah, karna dengan ini kita bisa dapat pengatuhuan yang baru.”(HS wawancara, 19 Oktober 2016)

Wawancara diatas bahwa implementasi dan kebijakan yang dilakukan pemerintah benar-benar membuat masyarakat bangga dan merasa bahwa pemerintah tidak hanya melihat orang-orang besar tapi pemerintah khususnya dari kantor ketahanan pangan juga peduli dengan apa yang masyarakat lakukan untuk perkembangan yang lebih baik di daerah tersebut.

2.Membudayakan pola konsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang dan aman Bagi masyarakat, istilah B2SA ini mungkin terdengar asing di telinga. Pola makan Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman merupakan pola makan yang menggunakan susunan makanan untuk sekali makan atau untuk sehari menurut waktu makan, yang mengandung zat gizi untuk memenuhi kebutuhan tubuh dengan jumlah yang memenuhi kaidah gizi seimbang yang sesuai dengan daya terima dan kemampuan daya beli masyarakat serta aman untuk di konsumsi.

Berikut beberapa pengertian agar kita harus mengkomsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman:

a. Beragam artinya pangan yang dikonsumsi berbagai macam, baik hewani maupun nabati, baik sumber karbohidrat, protein, vitamin dan

mineral. Setiap jenis/kelompok pangan mempunyai kelebihan atau kekurangan nutrisi/gizi tertentu, sehingga dengan mengkonsumsi pangan yang beragam maka nutrisi/gizi dari berbagai pangan saling menutupi sesuai dengan kebutuhan tubuh kita. Selain menutupi sesuai dengan kebutuhan tubuh kita. Selain itu juga kenapa harus beragam, sejalan dengan salah satu rencana strategi kementrian pertanian yang salah satunya adalah peningkatan Diversifikasi pangan, jadi disini diharapkan masyarakat tidak hanya tergantung pada satu jenis pangan tertentu saja. Misalnya tergantung pada beras atau terig saja.

b. Bergizi artinya pangan yang dikonsumsi harus mengandung gzi. Gizi adalah unsur yang ada dalam makanan yang dapat dimanfaatkan langsung oleh tubuh. Manfaat itu antara lain memelihara tubuh serta mengganti jaringan tubuh yang rusak, memproduksi energi, mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air, mineral serta cairan tubuh lainnya, sebagai mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit

c. Berimbang artinya pangan yang dikonsumsi harus seimbang dari berbagai jenis/kelompok pangan serta sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Konsumsi pangan dikatakan seimbang tergantung pada umur, jenis kelamin, aktivitas, ukuran tubuh dan keadaan fisiologi. Seimbang disini dimaksudnya adalah seimbang jumlah antar kelompok pangan (pangan poko, lauk pauk, sayur dan buah), seimbang jumlah antar waktu (3 kali makan sehari).

d. Aman artinya pangan yang dikonsumsi bebas dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia baik secara langsung ataupun tidak langsung (jangka panjang).

Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap individu, karena di dalamnya terdapat zat gizi yang sangat diperlukan untuk memulihkan dan memperbaiki jaringan tubuh, mengatur proses dalam tubuh sehingga menghasilkan energi untuk berbagai kegiatan dalam kehidupan manusia. Setiap individu perlu mengatur makanan sehari-harinya sesuai dengan kebutuhan zat gizi, dalam jumlah cukup serta aman dikomsumsi untuk dapat hidup sehat, aktif, cerdas dan produktif.Agar dapat mengkomsumsi makanan yang sehat dan seimbang, selaku individu maupun keluarga harus menbiasakan menyediakan jenis makanan yang tepat, beragam, bergizi seimbang dan aman untuk pertumbuhan dan kesehatan keluarga.Untuk itu, pengetahuan tentang berbagai jenis makanan yang bergizi dan sehat sangat diperlukan.

Adapun tujuan Khusus membiasakan pola konsumsi Beragam, Bergizi, Seimbang dan Aman yaitu:

a. Meningkatkan kesadaran, peran dan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan pola konsumsi pangan yang B2SA serta mengurangi ketergantungan terhadap bahan pangan pokok beras.

b. Meningkatkan partisipasi kelompok wanita dalam penyediaan sumber pangan dan gizi keluarga melalui optimalisasi pemanfaatan pekaragan sebagai penghasil sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral untuk komsumsi keluarga dan

c. Mendorong pengembangan usaha pengolahan pangan skala Usaha Mikro Kecil dan Menengah sumber karbohidrat selain beras dan terigu yang berbasis sumber daya dan kearifan lokal.

Disamping untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, kegiatan ini juga ditujukan untuk meningkatkan keragaman dan kualitas komsumsi pangan masyarakat agar lebih beragam, bergizi, seimbang dan aman guna menunjang hidup sehat yang aktif dan produktif. Kepala kantor ketahanan pangan mengatakan :

“disamping program yang kita bentuk, kita juga mengharuskan masyarakat agar selalu mengkomsumsi makanan yang beragam, bergizi seimbang dan aman.” (MJ wawancara, 19 Oktober 2016)

Menanamkan rasa membudaya kepada masyarakat khususnya membudayakan pola komsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman sangat perlu untuk generasi yang akan datang dapat merasakannya. Seperti yang diungkapkan oleh ketua kelompok tani :

“dengan adanya kegiatan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan, kita juga membiasakan diri kita dan keluarga agar selalu mengkomsumsi pangan yang beragam,bergizi seimbang dan aman agar kedepannya kita tidak tergantung dengan beras dll.” ( SY wawancara, 19 Oktober 2016)

Selain dari kebijakan yang di terapkan oleh pemerintah kepeduliannya juga terhadap masyarakat sangat besar dan inilah yang membuat masyarakat merasa nyaman dan senang dengan program yang dibentuk pemerintah kantor ketahanan pangan. Sedana dengan wawancara diatas kepala kantor ketahan pangan menyatakan bahwa :

“dalam hal ini kita juga harus melihat kondisi masyarakat, jangan sampai apa yang kita lakukan untuk mereka berdampak tidak baik untuk semuanya. Kita harus melihat sikap emosionalnya juga agar program ini dapat berkembang dan di budayakan sampai kapan pun.” (MJ wawancara 19 Oktober 2016)

Hasil ini atas bahwa, harapan pemerintah sangat besar kepada masyarakat petani, sebab inilah pemerintah dan masyarakat akan bekerja keras agar implementasi dan kebiajakn yang di lakukannya ini berjalan dengan baik. Kami dari pemerintah ataupun masyarakat tidak mau kalau kedepannya pola komsumsi ini di gantikan dengan makanan-makanan yang cepat saji, sehingga manfaat yang akan didapat dari makan tersebut tidak ada. Hubungan masyarakat dalam perencanaan program diyakini banyak pihak telah menjadi kata kunci dalam pengembangan di era otonomidaerah sekarang ini, program yang melibatkan hubungan masyarakat ternyata telah gagal menciptakan keadilan dan kesejahteraan masyarakat.Hubungan merupajan jembatan penghubung antara pemerintah sebagai pemegang kekuasaan, kewenangan, dan kebijakan dengan masyarakat yang memiliki hak sipil, politik dan sosial ekonomi masyarakat. (eko, 2003)

Seperti yang dikatakan oleh Pak Mahjud yaitu

“dalam menjalankan program ini pasti kami sangat memerlukan hubungan yang baik dari masyarakat dengan pemerintah setempat, karna tanpa adanya hubungan yang baik maka kami juga akan sulit menjalankan program yang pada dasarnya diperuntuhkan untuk masyarakat” (MJ wawancara, 19 Oktober 2016)

Pernyataan kepala kantor ketahan pangan di atas dapat disimpulkan bahwa tanpa adanya hubungan dan partisipasi yang baik dengan masyarakat maka program ini tidak ada apa-apanya. Karna pada dasarnya program ini di bentuk hanya untuk masyarakat, bagaimana masyarakat itu sendiri mempunyai penghasilan tambahan, dapat berdaya dengan hasil dia sendiri.

3. Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal

Model pengembangan pangan pokok lokal adalah pengembangan pangan lokal sumber karbohidrat selain beras dan terigu yang secara khusus dipersiapkan

untuk mendukung pelaksanaan program pangan bersubsidi bagi keluarga berpendapatan rendah.kegiatan ini dilaksanakan melalui kerja sama dengan berbagai instansi terkait yang bertujuan untuk:

a. Mengembangkan pangan-pangan pokok sumber karbohidrat baik dalam bentuk beras/nasi “non beras” ataupun bentuk lainnya yang dapat disandingkan dengan beras/nasi, yang berbahan baku sumber pangan lokal.

b. Mengembalikan kesadaran masyarakat untuk kembali pada pola konsumsi pangan pokok asalnya melalui penyediaan bahan pangan non-beras/non-terigu dari sumber pangan lokal.

c. Perbaikan mutu konsumsi pangan masyarakat melalui penurunan konsumsi beras dan peningkatan konsumsi pangan poko selain beras yang diimbanngi dengan konsumsi pangan hewani serta sayur dan buah. Seperti yang dikatakan oleh kepala kantor Ketahanan pangan yaitu:

“model pengembangan pangan pokok lokal ini salah satu bagian dari P2KPatau kata lainnya pelengkap dari konsumsi pangan, model seperti ini juga mengingatkan kepada masyarakat tentang pola konsumsi pangan pokol yang tidak terlalu berpatokan pada pangan beras dan terigu saja.”(MJ, 24 September 2016)

Pemanfaatan pangan lokal yang bersumber dari aneka umbi, sagu, pisang, sukun, labu kuning dan yang lainnya sudah banyak dikembangkan dengan dijadikannya tepung. Ke depan diharapkan aneka tepung ini dapat diolah sebagai pangan pokok bersubstitusi beras dan terigu sebagai sumber karbohidrat.

Melalui teknologi pengolahan pangan dapat dikembangkan “nasi nonberas”

yang dapat disandingkan dengan “nasi beras” sebagai menu makanan

sehari-hari serta mendorong pengembangan penganekaragaman pangan khususnya berbasis aneka tepung berbahan baku lokal serta pengembangan pengolahan tepung lokal menjadi panganintermediate. Sama halnya yang dikatan oleh penyuluh bahwa:

“cara seperti ini akan kita sosialisasikan ke masyarakat tentang pemanfaatan pangan yang lainnya selain beras untuk diolah kembali menjadi tepung yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat pada umumnya, agar dia tidak terlalu tergantung dengan beras atau nasi.”(DS, 24 September 2016)

Menurut pengamatan saya bahwa apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah ketahanan pangan yang berkoordinasi dengan penyuluh setempat sudah sangat bangus, diingat bahwa masyarakat pada umunya sangat tergantung

Menurut pengamatan saya bahwa apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah ketahanan pangan yang berkoordinasi dengan penyuluh setempat sudah sangat bangus, diingat bahwa masyarakat pada umunya sangat tergantung

Dokumen terkait