BAB IV GAMBARAN UMUM ARENA PENELITIAN
5.5 Hubungan Karakteristik Responden dengan Penilaiannya
5.5.3 Hubungan Pendidikan dengan Penilaian terhadap Program
penilaiannya terhadap program siaran siaran. Hal ini bertujuan untuk melihat sejauh mana tingkat pendidikan yang dimiliki seseorang dapat digunakannya untuk menilai program siaran radio. Pada Tabel 29 tersaji data hubungan antara pendidikan responden dengan penilaiannya terhadap materi siaran.
Sebesar 100,0 persen responden yang berpendidikan tidak tamat SD menilai materi siaran cukup baik kualitasnya, sedangkan sebesar 27,3 persen responden yang berpendidikan SD menilai materi siaran tidak baik kualitasnya, 63,6 persen menilai cukup baik, dan 9,1 persen menilai sangat baik. Kategori responden yang berpendidikan SMP sebesar 12,5 persen menilai materi siaran tidak baik kualitasnya, 75,0 persen menilai cukup baik, dan 12,5 persen menilai sangat baik. Sementara sebesar 10,0 persen responden yang berpendidikan SMA menilai materi siaran tidak baik kualitasnya, 50,0 persen menilai cukup baik, dan 40,0 persen menilai sangat baik.
Tabel 29. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pendidikan dan Penilaian Terhadap Materi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011
Pendidikan
Penilaian Terhadap Materi Siaran
Tidak Baik Cukup Baik Sangat Baik Jumlah
n % n % n % n % Tidak tamat SD 0 0,0 1 100,0 0 0,0 1 100,0 SD 3 27,3 7 63,6 1 9,1 11 100,0 SMP 1 12,5 6 75,0 1 12,5 8 100,0 SMA 1 10,0 5 50,0 4 40,0 10 100,0 Jumlah 5 16,7 19 63,3 6 20,0 30 100,0
Nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,086 > 0,05 maka Ho diterima, atau dapat disimpulkan bahwa pendidikan responden tidak memiliki hubungan signifikan dengan penilaian yang diberikan terhadap materi siaran. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan responden bukan berarti semakin tinggi penilaian yang diberikan untuk materi siaran dan sebaliknya. Penilaian terhadap materi siaran yang diberikan oleh responden bukan berdasarkan tingkat
72
pendidikan yang dimilikinya. Responden akan memberikan penilaian yang baik terhadap materi siaran apabila materi siaran yang disajikan menarik didengarkan oleh mereka dan dapat memberikan manfaat setelah mendengarkannya.
Sementara itu pada Tabel 30 tersaji jumlah responden menurut pendidikan dan penilaiannya terhadap cara penyajian. Kategori responden yang berpendidikan tidak tamat SD sebesar 100,0 persen menilai cara penyajian tidak menarik, sedangkan kategori responden yang berpendidikan SD sebesar 9,1 persen menilai tidak menarik cara penyajian yang digunakan, 72,7 persen menilai cukup menarik, dan 18,2 persen menilai sangat menarik. Responden yang berpendidikan SMP menilai cara penyajian tidak menarik sebesar 37,5 persen, 50,0 persen menilai cukup menarik, dan 12,5 persen menilai sangat menarik. Sebesar 20,0 persen kategori responden yang berpendidikan SMA menilai tidak menarik, 50,0 persen menilai cukup menarik dan 30,0 persen menilai sangat menarik.
Tabel 30. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pendidikan dan Penilaian terhadap Cara Penyajian di Desa Cileungsi Tahun 2011
Pendidikan
Penilaian terhadap Cara Penyajian
Tidak Menarik Cukup Menarik Sangat Menarik Jumlah
n % n % n % n % Tidak tamat SD 1 100,0 0 0,0 0 0,0 1 100,0 SD 1 9,1 8 72,7 2 18,2 11 100,0 SMP 3 37,5 4 50,0 1 12,5 8 100,0 SMA 2 20,0 5 50,0 3 30,0 10 100,0 Jumlah 7 23,3 17 56,7 6 20,0 30 100,0
Oleh karena nilai signifikansi 0,656 > 0,05 maka Ho diterima, atau dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara pendidikan responden dengan penilaiannya terhadap cara penyajian. Artinya tingkat pendidikan responden yang berbeda tidak mempengaruhi penilaiannya terhadap cara penyajian yang berbeda pula. Responden yang termasuk ke dalam seluruh kategori tingkat pendidikan sama-sama memiliki penilaian yang baik terhadap cara penyajian, yaitu menganggap bahwa cara penyajian program siaran cukup menarik.
Program siaran dikemas dalam bentuk obrolan antara penyiar dengan narasumber. Bentuk obrolan yang digunakan dalam menyajikan program tersebut dipilih agar dapat lebih dinikmati oleh semua kategori pendengar dengan kesan santai yang dihadirkan. Bagi pendengar yang ingin bergabung dalam program tersebut dapat melalui telepon ataupun sms. Pendengar dapat memberikan pertanyaan ataupun pendapat kepada narasumber melalui telepon atau sms, agar keingintahuan mereka dapat terjawab segera apabila terdapat hal-hal yang kurang dimengerti.
Pada Tabel 31 tersaji data hubungan antara pendidikan responden dengan penilaiannya terhadap penyiar.
Tabel 31. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pendidikan dan Penilaian terhadap Penyiar di Desa Cileungsi Tahun 2011
Pendidikan
Penilaian terhadap Penyiar
Tidak Interaktif Cukup Interaktif Sangat Interaktif Jumlah
n % n % n % n % Tidak tamat SD 1 100,0 0 0,0 0 0,0 1 100,0 SD 0 0,0 8 72,7 3 27,3 13 100,0 SMP 3 37,5 3 37,5 2 25,0 8 100,0 SMA 5 50,0 2 20,0 3 30,0 10 100,0 Jumlah 9 30,0 13 43,3 8 26,7 30 100,0
Kategori responden yang berpendidikan tidak tamat SD seluruhnya menilai penyiar tidak interaktif yakni sebesar 100,0 persen, sedangkan kategori responden yang berpendidikan SD sebesar 72,7 persen menilai penyiar cukup interaktif, dan 27,3 persen menilai sangat interaktif. Kategori responden yang berpendidikan SMP sebesar 37,5 persen menilai penyiar tidak interaktif, 37,5 persen juga menilai cukup interaktif, dan 25,0 persen menilai sangat interaktif. Sementara kategori responden yang berpendidikan SMA sebesar 50,0 persen menilai penyiar tidak interaktif, 20,0 persen menilai cukup inetraktif, dan 30,0 persen menilai sangat interaktif. Oleh karena nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,345 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain antara pendidikan responden dengan penilaiannya terhadap penyiar tidak terdapat
74
hubungan signifikan. Artinya penilaian terhadap penyiar yang diberikan oleh responden bukan berdasarkan tingkat pendidikan yang mereka miliki. Bagi responden yang terpenting adalah penyiar dapat menyajikan program siaran dengan baik yang secara tidak langsung dapat menarik minat pendengar untuk mau mendengarkan program siaran tersebut.
Antara variabel pendidikan responden dengan penilaiannya terhadap durasi siaran juga dapat dilihat hubungannya. Data hubungan antara pendidikan responden dengan penilaiannya terhadap durasi siaran tersaji pada Tabel 32.
Tabel 32. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pendidikan dan Penilaian terhadap Durasi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011
Pendidikan
Penilaian terhadap Durasi Siaran
Tidak Sesuai Sesuai Jumlah
n % n % n % Tidak tamat SD 0 0,0 1 100,0 1 100,0 SD 2 18,2 9 81,8 11 100,0 SMP 4 50,0 4 50,0 8 100,0 SMA 5 50,0 5 50,0 10 100,0 Jumlah 11 36,7 19 63,3 30 100,0
Kategori responden yang berpendidikan tidak tamat SD sebesar 100,0 persen menilai durasi siaran yang digunakan sudah sesuai. Kategori responden yang berpendidikan SD sebesar 18,2 persen menilai tidak sesuai durasi siaran yang digunakan dan 81,8 persen menilai sudah sesuai. Sementara kategori responden yang berpendidikan SMP masing-masing sebesar 40,0 persen menilai durasi siaran tidak sesuai dan sudah sesuai. Kategori responden yang berpendidikan SMA sebesar 50,0 persen menilai durasi siaran yang digunakan saat ini tidak sesuai dan 50,0 persen menilai sesuai. Nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,932 > 0,05 menunjukkan bahwa Ho diterima atau tidak terdapat hubungan signifikan antara pendidikan responden dengan penilaiannya terhadap durasi siaran. Artinya pendidikan yang dimiliki responden tidak berpengaruh terhadap penilaian yang diberikannya pada durasi siaran.
Data hubungan antara pendidikan responden dengan penilaiannya terhadap waktu siaran tersaji pada Tabel 33. Kategori responden yang berpendidikan tidak tamat SD seluruhnya yakni sebesar 100,0 persen menilai waktu siaran cukup sesuai, sedangkan responden yang berpendidikan SD sebesar 9,1 persen menilai waktu siaran tidak sesuai, 63,6 persen menilai cukup sesuai, dan 27,3 persen menilai waktu siaran sangat sesuai. Sebesar 25,0 persen kategori responden berpendidikan SMP menilai tidak sesuai, 62,5 persen menilai cukup sesuai, dan 12,5 persen menilai sangat sesuai. Sementara sebesar 20,0 persen kategori responden berpendidikan SMA menilai tidak sesuai, 70,0 persen menilai cukup sesuai, dan 10,0 persen menilai sangat sesuai.
Tabel 33. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pendidikan dan Penilaian terhadap Waktu Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011
Pendidikan
Penilaian terhadap Waktu Siaran
Tidak Sesuai Cukup Sesuai Sangat Sesuai Jumlah
n % n % n % n % Tidak tamat SD 0 0,0 1 100,0 0 0,0 1 100,0 SD 1 9,1 7 63,6 3 27,3 11 100,0 SMP 2 25,0 5 62,5 1 12,5 8 100,0 SMA 2 20,0 7 70,0 1 10,0 10 100,0 Jumlah 5 16,7 20 66,6 5 16,7 30 100,0
Nilai signifikansi dari analisis korelasi Rank-Spearman 0,296 > 0,05 menandakan bahwa Ho diterima, atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan signifikan antara pendidikan responden dengan penilaiannya terhadap waktu siaran. Artinya pendidikan seseorang tidak berpengaruh dalam memberikan penilaian terhadap kesesuaian waktu siaran yang digunakan untuk menyajikan program siaran. Semakin tinggi pendidikan responden tidak memberikan penilaian yang tinggi pula terhadap kesesuaian waktu siaran, begitupun sebaliknya.
Penentuan waktu yang akan digunakan untuk menyajikan setiap masing-masing program siaran RPC sudah ditetapkan oleh pihak RPC dengan menyesuaikan waktu-waktu yang sering digunakan oleh pendengar untuk mendengarkan siaran radio. Seperti program siaran Karedok yang disiarkan pada
76
sore hari disesuaikan dengan saat-saat audien utama yakni khususnya mitra tani yang memang pada waktu sore mereka sudah selesai beraktifitas di sawah. Selain itu program hiburan yang disajikan pada waktu malam hari disesuaikan dengan jam istirahat pendengar, sehingga mendengarkan program hiburan RPC dapat sambil beristirahat.
5.5.4 Hubungan Pekerjaan dengan Penilaian terhadap Program Siaran Jenis pekerjaan juga dilihat hubungannya dengan penilaian terhadap program siaran. Hal ini bertujuan untuk melihat sejauh mana pekerjaan yang digeluti oleh seorang responden dapat memberikan pengaruh kepada penilaian yang diberikannya terhadap program siaran. Pada Tabel 34 tersaji data hubungan antara pekerjaan responden dengan penilaiannya terhadap materi siaran.
Tabel 34. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pekerjaan dan Penilaian terhadap Materi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011
Pekerjaan
Penilaian terhadap Materi Siaran
Tidak Baik Cukup Baik Sangat Baik Jumlah
n % n % n % n %
Pertanian 4 26,7 6 40,0 5 33,5 15 100,0
Non-pertanian 1 6,7 13 86,6 1 6,7 15 100,0
Jumlah 5 16,7 19 63,3 6 20,0 30 100,0
Kategori responden yang bekerja di bidang pertanian sebesar 26,7 persen menilai materi siaran tergolong pada kategori sangat baik, 40,0 persen menilai cukup baik, dan 33,5 persen menilai sangat baik. Sementara responden yang bekerja di bidang non-pertanian sebesar 16,7 persen menilai bahwa materi yang disajikan tidak baik kualitasnya, 86,6 persen menilai cukup baik, dan 6,7 persen menilai sangat baik. Oleh karena nilai p-value dari analisis uji Chi-Square 0,030 < 0,05 maka Ho ditolak, atau dengan kata lain terdapat hubungan signifikan antara pekerjaan responden dengan penilaiannya terhadap materi siaran. Artinya kategori pekerjaan yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda pula pada penilaiannya terhadap materi siaran.
Responden yang bekerja di bidang non-pertanian memberikan penilaian yang lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang bekerja di bidang pertanian. Menurut responden yang bekerja di bidang non-pertanian materi siaran yang disajikan pada program siaran RPC memiliki kekhasan tersendiri, karena hanya di RPC siaran mengenai informasi pertanian dapat diperoleh. Meskipun tidak mengerti bidang pertanian, namun mereka menganggap bahwa materi siaran yang disajikan RPC mengenai informasi teknologi pertanian sangat baik kualitasnya. Topik materi siaran yang disajikan berasal dari Balai Penyuluhan dan Petanian, Dinas Pertanian, dan lain-lain. Tidak ada radio lain yang dapat menyajikan materi siaran yang berupa informasi seperti itu. Menurut mereka kebanyakan dari radio lain hanya menyajikan suatu hiburan saja bagi pendengarnya. Sementara bagi responden yang bekerja di bidang pertanian menilai bahwa terkadang materi siaran yang disajikan sudah mereka ketahui terlebih dahulu informasinya, sehingga menganggap bahwa tidak mendapatkan informasi baru setelah mendengarkan siaran.
Selain itu dilihat juga hubungan antara variabel pekerjaan dengan penilaian terhadap cara penyajian. Data hubungan antara pekerjaan responden dengan penilaiannya terhadap cara penyajian tersaji pada Tabel 35.
Tabel 35. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pekerjaan dan Penilaian terhadap Cara Penyajian di Desa Cileungsi Tahun 2011
Pekerjaan
Penilaian terhadap Cara Penyajian
Tidak Menarik Cukup Menarik Sangat Menarik Jumlah
n % n % n % n %
Pertanian 5 33,3 5 33,3 5 33,3 15 100,0
Non-pertanian 2 13,3 12 80,0 1 6,7 15 100,0
Jumlah 7 23,3 17 56,7 6 20,0 30 100,0
Sebesar 33,3 responden yang bekerja di bidang pertanian menilai bahwa cara penyajian program siaran tidak menarik, 33,3 persen menilai cukup menarik, dan 33,3 persen menilai sangat menarik. Sementara responden yang bekerja di bidang non-pertanian sebesar 13,3 persen menilai tidak menarik cara
78
penyajiannya, 80,0 persen menilai cukup menarik, dan hanya 6,7 persen yang menilai sangat menarik. Oleh karena nilai p-value 0,033 < 0,05 maka Ho ditolak, atau dengan kata lain antara pekerjaan responden dengan penilaiannya terhadap cara penyajian terdapat hubungan signifikan. Artinya kategori pekerjaan yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda pula pada penilaian responden terhadap cara penyajian.
Responden yang bekerja di bidang non-pertanian memberikan penilaian yang lebih tinggi dibandingkan responden yang bekerja di bidang pertanian. Bagi responden yang bekerja di bidang non-pertanian penyajian yang disajikan melalui bentuk obrolan membuat penyampaian materi siaran dapat lebih mudah dipahami oleh pendengar. Di samping itu pemutaran lagu-lagu sunda di sela-sela penyampaian materi membuat program siaran tersebut menjadi lebih menarik, sehingga pendengar yang bukan dari bidang pertanian juga merasa senang mendengarkan program tersebut.
Pada Tabel 36 tersaji data hubungan antara pekerjaan responden dengan penilaiannya terhadap penyiar.
Tabel 36. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pekerjaan dan Penilaian terhadap Penyiar di Desa Cileungsi Tahun 2011
Pekerjaan
Penilaian terhadap Penyiar
Tidak Interaktif Cukup Interaktif Sangat Interaktif Jumlah
n % n % n % n %
Pertanian 4 26,7 7 46,6 4 26,7 15 100,0
Non-pertanian 5 33,3 6 40,0 4 26,7 15 100,0
Jumlah 9 30,0 13 43,3 8 26,7 30 100,0
Sebesar 26,7 persen responden yang bekerja di bidang pertanian menilai penyiar RPC tidak interaktif, 46,6 persen menilai cukup interaktif, dan 26,7 persen menilai sangat interaktif. Sementara kategori responden yang bekerja di bidang non-pertanian sebesar 33,3 persen menilai penyiar RPC tidak interaktif, 40,0 persen menilai cukup interaktif, dan 26,7 persen menilai sangat interaktif. Oleh karena nilai p-value 0,910 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan signifikan antara pekerjaan responden dengan penilaiannya
terhadap penyiar. Artinya satu jenis pekerjaan tertentu responden tidak memberikan pengaruh penilaian yang lebih tinggi terhadap penyiar dibandingkan jenis pekerjaan yang lain. Responden yang bekerja di bidang pertanian memberikan penilaian yang sama dengan responden yang bekerja di bidang pertanian.
Antara pekerjaan responden dengan penilaian terhadap durasi siaran juga dilihat hubungannya. Hal ini untuk melihat apakah pekerjaan yang digeluti responden menentukan penilaian yang diberikannya terhadap durasi siaran yang digunakaan saat ini untuk menyajikan program siaran. Pada Tabel 37 tersaji data hubungan antara pekerjaan dengan penilaian terhadap durasi siaran
Tabel 37. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pekerjaan dan Penilaian terhadap Durasi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011
Pekerjaan
Penilaian terhadap Durasi Siaran
Tidak Sesuai Sesuai Jumlah
n % n % n %
Pertanian 5 33,3 10 66,7 15 100,0
Non-pertanian 6 40,0 9 60,0 15 100,0
Jumlah 11 36,7 19 63,3 30 100,0
Kategori responden yang bekerja di bidang pertanian sebesar 33,3 persen menilai durasi siaran tidak sesuai dan 66,7 persen menilai sesuai. Sementara responden yang bekerja di bidang pertanian sebesar 40,0 persen menilai tidak sesuai durasi siaran yang digunakan saat ini dan 60,0 persen menilai sesuai. Oleh karena nilai p-value dari analisis uji Chi-Square 0,705 > 0,05 maka Ho diterima, atau dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara pekerjaan responden dengan penilaiannya terhadap kesesuaian durasi siaran. Artinya pekerjaan responden yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula pada penilaiannya terhadap durasi siaran.
Responden menganggap bahwa untuk menyajikan suatu program siaran radio yang menyajikan suatu informasi seperti program Karedok cukup satu hingga dua jam durasinya. Hal ini untuk menghindari rasa bosan bagi pendengar yang mendengarkannya. Lain halnya dengan program khusus hiburan responden
80
beranggapan bahwa dapat lebih dari dua jam untuk menyajikannya, karena hiburan sangat digemari oleh pendengar dan tidak akan menimbulkan rasa bosan jika terlalu lama mendengarkannya.
Pada Tabel 38 tersaji data hubungan antara pekerjaan responden dengan penilaiannya terhadap waktu siaran.
Tabel 38. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Pekerjaan dan Penilaian terhadap Waktu Siaran di Desa Cileungsi tahun 2011
Pekerjaan
Penilaian terhadap Waktu Siaran
Tidak Sesuai Cukup Sesuai Sangat Sesuai Jumlah
n % n % n % n %
Pertanian 2 13,3 12 80,0 1 6,7 15 100,0
Non-pertanian 3 20,0 8 53,3 4 26,7 15 100,0
Jumlah 5 16,7 20 66,6 5 16,7 30 100,0
Responden yang bekerja di bidang pertanian sebesar 13,3 persen menilai waktu siaran yang digunakan tidak sesuai, 80,0 persen menilai cukup sesuai, dan 6,7 persen menilai sangat sesuai. Sementara responden yang bekerja di bidang non-pertanian sebesar 20,0 persen menilai waktu siaran tidak sesuai, 53,3 persen menilai cukup sesuai, dan 26,7 persen menilai sangat sesuai. Nilai p-value 0,247 > 0,05 menunjukkan bahwa Ho di terima, atau dapat disimpulkan tidak terdapat hubungan antara pekerjaan responden dengan penilaiannya terhadap kesesuaian waktu siaran yang digunakan. Artinya suatu pekerjaan yang digeluti oleh responden tidak memberikan pengaruh pada penilaian yang diberikan terhadap kesesuaian waktu siaran dalam menyajikan program siaran. Waktu sore hari yang digunakan dalam menyajikan program siaran menurut kedua kelompok responden merupakan waktu yang sesuai, karena kedua kategori responden tersebut pada waktu sore hari sudah selesai melakukan aktifitas produktifnya, sehingga pada waktu tersebut mereka sudah dapat mendengarkan program siaran yang disajikan.
5.5.5 Hubungan Kepemilikan Media Massa dengan Penilaian terhadap Program Siaran
Kepemilikan media massa bagi responden juga dilihat hubungannya dengan penilaian terhadap program siaran. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk melihat pengaruh yang diberikan bagi responden yang memiliki satu atau lebih jenis media massa lain terhadap penilaian pada program siaran.
Pada Tabel 39 tersaji data hubungan antara kepemilikan media massa selain radio dan penilaiannya terhadap materi siaran.
Tabel 39. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kepemilikan Media Massa dan Penilaian terhadap Materi Siaran di Desa Cileungsi Tahun 2011
Kepemilikan Media Massa
Penilaian terhadap Materi Siaran
Tidak Baik Cukup Baik Sangat Baik Jumlah
n % n % n % n %
Televisi 4 16,0 16 64,0 5 20,0 25 100,0
Koran 1 50,0 0 0,0 1 50,0 2 100,0
Televisi dan Koran 0 0,0 3 100,0 0 0,0 3 100,0
Jumlah 5 16,7 19 63,3 6 20,0 30 100,0
Kategori responden yang memiliki televisi sebesar 16,0 persen menilai materi siaran yang disajikan tidak baik kualitasnya, 64,0 persen menilai cukup baik, dan 20,0 persen menilai sangat baik. Kategori responden yang memiliki koran sebesar 50,0 persen menilai materi siaran tidak baik kualitasnya dan 50,0 persen menilai cukup baik. Sementara responden yang memiliki televisi dan koran seluruhnya yakni sebesar 100,0 persen menilai materi siaran cukup baik yakni sebesar 100,0 persen. Oleh karena nilai signifikansi 0,897 > 0,05 maka Ho diterima, atau dengan kata lain tidak terdapat hubungan antara kepemilikan media massa dengan penilaian terhadap materi siaran. Artinya kepemilikan media massa yang berbeda bagi responden tidak memberikan pengaruh yang berbeda pula pada penilaiannya terhadap materi siaran.
Masing-masing responden dari ketiga kategori sama-sama menilai bahwa materi siaran yang disajikan pada program siaran sudah cukup baik kualitasnya. Menurut responden meskipun mereka juga sering memanfaatkan televisi ataupun
82
koran yang mereka miliki untuk memperoleh informasi atau berita, namun materi siaran yang didengarkannya melalui siaran radio memiliki daya tarik tersendiri. Jika melalui televisi ataupun koran sebagian besar berisikan informasi atau berita politik, ekonomi, dan lain-lain, namun melalui siaran RPC informasi yang mereka dapatkan lebih khusus mengenai bidang pertanian utamanya seperti inovasi teknologi pertanian.
Selain itu dilihat juga hubungan antara variabel kepemilikan media massa lain dengan penilaian terhadap cara penyajian program siaran. Data hubungan antara kepemilikan media massa dan penilaiannya terhadap cara penyajian tersaji pada Tabel 40.
Tabel 40. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kepemilikan Media Massa dan Penilaian terhadap Cara Penyajian di Desa Cileungsi Tahun 2011
Kepemilikan Media Massa
Penilaian terhadap Cara Penyajian
Tidak Menarik Cukup Menarik Sangat Menarik Jumlah
n % n % n % n %
Televisi 4 16,0 15 60,0 6 24,0 25 100,0
Koran 1 50,0 1 50,0 0 0,0 2 100,0
Televisi dan Koran 2 66,7 1 33,3 0 0,0 3 100,0
Jumlah 7 23,3 17 56,7 6 20,0 30 100,0
Kategori responden yang memiliki televisi sebesar 16,0 persen menilai cara penyajian tidak menarik, 60,0 persen menilai cukup menarik, dan 24,0 persen menilai sangat menarik. Responden yang memiliki koran sebesar 50,0 persen menilai cara penyajian tidak menarik dan 50,0 persen menilai cukup menarik. Sementara responden yang memiliki televisi dan koran sebesar 66,7 persen menilai cara penyajian tidak menarik dan 33,3 persen menilai cukup menarik. Oleh karena nilai signifikansi 0,033 < 0,05 maka Ho ditolak, atau dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara kepemilikan media massa selain radio oleh responden dengan penilaiannya terhadap cara penyajian. Artinya kategori kepemilikan media massa yang berbeda memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap penilaian yang diberikan untuk cara penyajian program.
Terdapatnya hubungan tersebut dapat dilihat pada kategori responden yang memiliki televisi dan koran, bahwa responden yang tergolong kategori tersebut menilai cara penyajian tidak menarik. Responden yang memiliki media massa lebih banyak akan membagi waktu untuk memanfaatkan media massa yang dimilikinya, sehingga menyebabkan penilaiannya menjadi semakin berkurang saat mendengarkan siaran radio. Selain itu responden akan lebih selektif dalam memilih informasi dan membandingkan cara penyajian yang dilakukan dari media massa berbeda.
Pada Tabel 41 tersaji data hubungan antara kepemilikan media massa dengan penilaian responden terhadap penyiar.
Tabel 41. Jumlah dan Persentase Responden Menurut Kepemilikan Media Massa dan Penilaian terhadap Penyiar di Desa Cileungsi Tahun 2011
Kepemilikan Media Massa
Penilaian terhadap Penyiar
Tidak Interaktif Cukup Interaktif Sangat Interaktif Jumlah
n % n % n % n %
Televisi 5 20,0 12 48,0 8 32,0 25 100,0
Koran 1 50,0 1 50,0 0 0,0 2 100,0
Televisi dan koran 3 100,0 0 0,0 0 0,0 3 100,0
Jumlah 9 30,0 13 43,3 8 26,7 30 100,0
Responden yang memiliki televisi sebesar 20,0 persen menilai penyiar tidak interaktif, 48,0 persen menilai cukup interaktif, dan 32,0 persen menilai sangat interaktif. Responden yang memiliki koran sebesar 50,0 persen menilai penyiar tidak interaktif dan 50,0 persen menilai cukup interaktif. Sementara responden yang memiliki televisi dan koran sebesar 100,0 persen menilai penyiar tidak interaktif. Nilai signifikansi 0,033 < 0,05 menunjukkan bahwa Ho ditolak, atau dengan kata lain terdapat hubungan antara kepemilikan media massa oleh responden dengan penilaiannya terhadap penyiar. Artinya kategori kepemilikan media massa lain yang berbeda oleh responden memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap penilaiannya kepada penyiar RPC.
Terdapatnya hubungan dapat dilihat pada kategori responden yang memiliki televisi dan koran seluruhnya menilai penyiar tidak interaktif, karena
84
menurut mereka penyiar radio terkadang tidak dapat menjalin keakraban dengan pendengarnya karena hanya satu orang saja jumlahnya, dibandingkan melihat program acara di televisi yang dapat melibatkan beberapa pembawa acara sehingga menjadi lebih komunikatif. Selain itu penyiar radio juga tidak terlihat wujudnya oleh mereka. Sementara untuk memperoleh informasi dari koran dapat secara langsung dengan membacanya, tanpa harus melalui orang lain seperti penyiar.
Pada Tabel 42 tersaji data hubungan antara kepemilikan media massa oleh responden dan penilaiannya terhadap durasi siaran.