• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

1 Penggunaan Alat Pelindung Diri

5.1 Hubungan Pengetahuan Pekerja Las dengan Penggunaan Alat Pelindung DiriDiri

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh bahwa responden dengan pengetahuan tidak baik sebanyak 30 responden (61,2%). Berdasarkan uji statistik dengan uji Chi Square pada tingkat kepercayaan 95%, diperoleh nilai p=0,0001 (p<0,05). Artinya ada hubungan yan bermakna antara pengetahuan pekerja las dengan penggunaan alat pelindung diri.

Pada pekerja las di Kecamatan Medan Kota yang berpengetahuan baik, semuanya menggunakan kaca mata pelindung saat melakukan pekerjaan mengelas dan memotong besi dan pekerja las yang berpengetahuan tidak baik, sebagian dari mereka ada menggunakan kaca mata pelindung saat bekerja namun ada juga yang tidak menggunakan.

Pekerja las yang berpengetahuan baik, mempunyai pemahaman bahwa penggunaan kaca mata pelindung pada saat bekerja dapat terhindar dari serpihan besi, percikan api dan cahaya yang dihasilkan waktu mengelas dapat merusak mata dan penglihatan.

Bagi mereka yang berpengetahuan tidak baik, namun ada yang menggunakan kaca mata pelindung dengan alasan karena anjuran dari pemilik bengkel las dan juga takut mendapat sanksi dari pemilik bengkel las. Mereka tidak mau kehilangan pekerjaannya hanya karena tidak menggunakan kaca mata pelindung.

Disamping alasan tersebut, mereka juga menggunakan kaca mata pelindung karena mereka beranggapan bahwa belum lengkap bagi seorang tukang las jika tidak menggunakan kaca mata pelindung pada saat bekerja.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Sari (2009) tentang prevalensi kebutaan akibat trauma mata di Kabupaten Langkat, menunjukkan hasil faktor ketidaktahuan dan kurangnya pengetahuan tentang kesehatan mata umumnya dan trauma mata pada khususnya merupakan faktor penyebab tingginya prevalensi kebutaan akibat trauma mata. Keadaan ini sebagian besar disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dari sebagian besar penduduk setempat.

Sesuai dengan hasil penelitian Aldy (2009) tentang prevalensi kebutaan akibat trauma mata di Kabupaten Tapanuli Selatan, didapatkan hasil faktor ketidaktahuan dan kurangnya pengetahuan tentang kesehatan mata pada umumnya dan trauma mata pada khususnya merupakan faktor penyebab terjadinya trauma mata. Keadaan ini sebagian besar disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dari sebagian besar penduduk setempat. Serta faktor budaya tentang pemeliharaan kesehatan mata dengan cara melakukan pengobatan secara tradisional pada kasus trauma mata.

Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2012), Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetauan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour).

Menurut Wawan dan Dewi (2011), faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu,

Faktor Internal (1) Pendidikan, berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk

berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. (2) Pekerjaan, adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membesonkan, berulang dan tantangan. (3) Umur, adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang belum tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.

Faktor Eksternal (1) Faktor Lingkungan, merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok (2) Sosial Budaya, yaitu kebiasaan, nilai-nilai, tradisi-tradisi, sumber-sumber di dalam masyrakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan terbentuk dalam waktu lama sebagai akibat dari kehidupan suatu masyarakat bersama. Kebudayaan selalu berubah, baik secara lambat maupun cepat, sesuai dengan peradaban umat manusia.

5.2 Hubungan Sikap Pekerja Las dengan Penggunaan Alat Pelindung Diri Sikap responden berada pada kategori negatif yaitu 25 responden (51,0%). Berdasarkan uji statistik pada analisis bivariat dengan uji chi square pada tingkat kepercayaan 95%, diperoleh nilai p=0,928 (p>0,05). Artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap pekerja las dengan penggunaan alat pelindung diri.

Sikap pekerja las di Kecamatan Medan Kota, sebagian bersikap positif dan sebagian lagi bersikap negatif tentang penggunaan kaca mata pelindung saat bekerja mengelas dan

memotong besi. Pekerja yang bersikap positif sebagian besar (70,8%) ada menggunakan kaca mata pelindung dan pekerja yang bersikap negatif sebagian besar (72,0%) menggunakan kaca mata pelindung saat bekerja.

Pekerja las yang bersikap positif, mempunyai keyakinan bahwa menggunakan kaca mata pelindung saat bekerja merupakan hal yang penting dan mereka tidak merasa terganggu dengan kaca mata tersebut, bahkan mereka lebih nyaman dan lebih leluasa dalam bekerja karena tidak merasa takut akan terkena serpihan besi dan percikan api.

Pekerja las yang bersikap negatif, namun ada yang menggunakan kaca mata pelindung dengan alasan karena anjuran dari pemilik bengkel las dan juga takut mendapat sanksi dari pemilik bengkel las. Mereka tidak mau kehilangan pekerjaannya hanya karena tidak menggunakan kaca mata pelindung.

Disamping alasan tersebut, mereka juga menggunakan kaca mata pelindung karena mereka beranggapan bahwa belum lengkap bagi seorang tukang las jika tidak menggunakan kaca mata pelindung pada saat bekerja.

Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2012), sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Newcomb, salah seorang psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reasik terbuka atau tingkah laku yang terbuka.Sikap suatu kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

5.3 Hubungan Tersedia Kaca Mata Pelindung dengan Penggunaan Alat

Dokumen terkait