• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Konsep Dasar Trauma Mata .1Pengertian Trauma Mata .1Pengertian Trauma Mata

2.5.2 Klasifikasi Trauma Mata

Menurut Ilyas (2008), mengatakan bahwa trauma mata dapat terjadi dalam bentuk-bentuk berikut:

a. Trauma Tumpul

Trauma tumpul pada mata dapat diakibatkan benda yang keras atau benda yang tidak keras, selain daripada datang dengan keras ataupun lambat mengenai mata. Kelainan yang dapat terjadi akibat trauma tumpul pada mata dapat memberikan kelainan pada kelopak, konjugtiva, kornea, uvea, lensa, retina dan saraf optik.

b. Trauma Tembus Bola Mata

Trauma tembus dapat mengakibatkan robekan pada konjungtiva saja. Bila robekan konjungtiva ini kecil atau tidak melebihi 1 cm, maka tidak perlu dilkukan penjaitan. Bila konjungtiva lebih dari 1 cm diperlukan tindakan penjahitan untuk mencegah terjadinya granuloma. Pada setiap robekan konjungtiva perlu

diperhatikan tidak terdapatnya robekan sklera bersama-sama dengan robekan konjungtiva.

Bila trauma disebabkan benda tajam atau benda asing masuk dalam bola mata, maka akan terlihat tanda-tanda bola mata tembus, seperti tajam penglihatan yang menurun, tekanan bola mata rendah, bilik mata bengkak, bentuk dan letak pupil yang berubah, terlihat adanya ruptur pada kornea atau sklera, terdapat jaringan yang proplaps dan konjungtiva kemotis.

c. Trauma Kimia

Trauma bahan kimia dapat terjadi pada kecelakaan yang terjadi dalam laboratorium, industri, pekerjaan yang memakai bahan kimia, pekerjaan pertanian dan peperangan memakai bahan kimia di abad modern. Setiap trauma kimia pada mata memerlukan tindakan segera. Irigasi daerah yang terkena trauma kimia merupakan tindakan yang segera harus dilakukan untuk mencegah memberikan penyulit yang lebih berat. Pembilasan dilakukan dengan memakai garam fisiologik atau air bersih lainnya selama mungkin dan paling sedikit 15 – 30 menit. Bahan kimia yang dapat mengakibatkan kelainan pada mata dapat dibedakan dalam bentuk traum asam dan trauma basa atau alkali.

d. Trauma Radiasi

Yulianti dan Ilyas (2011), Trauma pada mata dapat disebabkan oleh trauma radiasi yang sering ditemukan adalah trauma sinar inframerah, trauma sinar ultraviolet dan trauma Sinar X dan sinar terionisasi

1) Trauma Sinar Infra Merah

Akibat sinar intra merah dapat terjadi pada saat menatap gerhana matahari dan pada saat bekerja dipemanggangan. Kerusakan ini dapat terjadi akibat terkonsentrasinya sinar intramerah terlihat. Kaca yang mencair seperti yang ditemukan di tempat pemanggangan kaca akan mengeluarkan sinar intra merah. Bila seseorang berada pada jarak 1 kaki selama satu menit didepan kaca yang mencair dan pupilnya lebar atau midriasis maka suhu lensa akan naik sebanyak 9 derajat Celcius. Demikian pula iris yang mengapsorpasi sinar intra merah akan panas sehingga akan berakibat tidak baik terhadap kapsul lensa di dekatnya. Absorpsi sinar intra merah oleh lensa akan mengakibatkan katarak dan eksfoliasi kapsul lensa.

Akibat sinar ini pada lensa maka katarak maka mudah terjadi pada pekerja industri gelas dan pemanggangan logam. Sinar intra merah akan mengakibatkan keratitis superficial, katarak kortikal anterior-posterior dan koagulasi pada koroid.

Bergantung pada beratnya lesi akan terjadi skotoma sementara ataupun permanen. Tidak ada pengobatan terhadap akibat buruk yang sudah terjadi kecuali mencegah terkenanya mata oleh sinar intra merah ini. Steroid sistemik dan local diberikan untuk mencegah tebentuknya jaringan parut pada makula atau untuk mengurangi gejala radang yang timbul.

2) Trauma Sinar Ultra Violet (Sinar Las)

mempunyai panjang gelombang antara 350-295 nm.

Sinar ultra violet banyak terdapat pada saat bekerja las, dan menatap sinar matahari atau pantulan sinar matahari diatas salju. Sinar ultra violet akan segera merusak epitel kornea.

Sinar ultra violet biasanya memberikan kerusakan terbatas pada kornea sehingga kerusakan pada lensa dan retina tidak akan nyata terlihat. Kerusakan ini akan segera baik kembali setelah beberapa waktu, dan tidak akan memberikan gangguan tajam penglihatan yang menetap.

Pasien yang telah terkena sinar ultra violet akan memberikan keluhan 4-10 jam setelah trauma. Pasien akan merasa mata sangat sakit, mata seperti kelilipan atau kemasukan pasir, fotofobia, blefarospasme, dan konjungtiva kemotik.

Kornea akan menunjukkan adanya infiltrate pada permukaannya, yang kadang-kadang disertai dengan kornea yang keruh dan uji fluoresein positif. Keratitis terutama pada fisura palpebra. Pupil akan terlihat miosis. Tajam penglihatan akan terganggu. Keratitis ini dapat sembuh tanpa cacat, akan tetapi bila radiasi berjalan lama kerusakan dapat permanen sehingga akan memberikan kekeruhan pada kornea. Keratitis dapat bersifat akibat efek kumulatif sinar ultra violet sehingga gambaran keratitisnya menjadi berat.

Pengobatan yang diberikan adalah skloplegia, antibiotika local, analgetik, dan mata ditutup selama 2-3 hari. Biasanya sembuh setelah 48 jam.

oleh sinar ultra ungu atau memakai kacamata yang tidak tembus sinar tersebut. Sinar ultra ungu dari matahari dengan panjang gelombang 290-320 nm adalah penyebab dari kanker kulit terutama bagi kulit yang kandungan pigmennya rendah (Sumakmur, 2009).

Menurut Sumakmur (2009) yang mengutip Keputusan Menteri Tenaga Kerja No. 5/Men/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika di Tempat Kerja dan Standar Nasional Indonesia (SNI) 16-7063-2004, NAB radiasi sinar ultra ungu 0,1 mikroWatt/ cm2

Tabel 2.1 Waktu Paparan yang Diperkenankan Menurut Intensitas Radiasi Sinar Ultra Ungu

. Dalam hal intensitas sinar ultra ungu di tempat kerja melebihi NABnya.

Eradiasi Efektif (mikroWatt/ cm2) Waktu Paparan per Hari

0,2 4 jam 0,4 2 jam 0,8 1 Jam 1,7 30 menit 3,3 15 menit 5 10 menit 10 5 menit 50 1 menit 100 30 detik 300 10 detik 3000 1 detik 6000 0,5 detik 30000 0,1 detik

Radiasi sinar ultra unga diukur dengan alat radiometer sinar ultra ungu yang dengannya intensitas sinar ultra ungu dapat dibaca secara langsung. Alat tersebut potabel, kisaran panjang gelombang antara 180-400 nm, dan mampu

mengukur energi radiasi dari 0 sampai 19.990 mikroWatt/ cm2dengan resolusi 0,1 mikroWatt/ cm2. Sebelum digunakan radiometer sinar ultra ungu harus dikalibarasi. Suhu tempat kerja yang sinar ultra ungunya akan diukur harus antara 0 sampai 40o

Menurut Ilyas (2005), gambaran klinik akibat radiasi sinar ultra violet adalah akan terdapat keluhan fotofobia, blefarospasme, lakrimasi pada jam pertama sesudah kontak dengan sinar ini. Keluhan ini dapat timbul sesudah beberapa jam terkena sinal ultraviolet, terdapat infiltrate kecil pada kornea berupa keratitis interpalpebra, keratritis ini dapat sembuh tanpa cacat, akan tetapi bila radiasi berjalan lama, kerusakan dapat permanen sehingga akan memberikan kekeruhan pada kornea.

C.

3) Sinar Ionisasi dan Sinar X

Sinar ionisasi dibedakan dalam bentuk : sinar alfa yang dapat diabaikan, sinar beta yang dapat menembus 1 cm jaringan, sinar gama dan sinar X. Sinar ionisasi dan sinar X dapat mengakibatkan katarak dan rusaknya retina. Dosis karaktogenik bervariasi dengan energi dan tipe sinar, lensa yang lebih muda dan lebih peka. Akbat dari sinar ini pada lensa, terjadi pemecahan diri sel epitel secara tidak normal. Sedang sel baru yang berasal dari sel germinatif lensa tidak menjadi jarang.

Sinar X merusak retina dengan gambaran seperti kerusakan yang diakibatkan diabetes mellitus berupa dilatasi kapiler, perdarahan, mikroaneuris mata, dan eksudat. Luka bakar akibat sinar X dapat merusak kornea yang

mengakibatkan kerusakan permanen yang sukar diobati. Biasanya akan terlihat sebagai keratitis dengan iridosiklitis ringann. Pada keadaan yang berat akan mengakibatkan parut konjungtiva atrofi sel goblet yang akan mengganggu fungsi air mata. Pengobatan yang diberikan adalah antibiotika topical dengan steroid 3 kali sehari dan siklopegik satu kali sehari. Bila terjad isimblefaron pada konjungtiva dilakukan tindakan pembedahan.

Dokumen terkait