• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Personal Hygiene terhadap Kejadian Penyakit Skabies pada Warga Binaan Pemasyarakatan yang Berobat ke Klinik di Rumah

PEMBAHASAN 5.1. Karakteristik Responden

5.3. Hubungan Personal Hygiene terhadap Kejadian Penyakit Skabies pada Warga Binaan Pemasyarakatan yang Berobat ke Klinik di Rumah

Tahanan Negara Klas 1 Medan

Variabel hygiene perseorangan yang dianalisis adalah kebersihan kulit dan kebersihan tangan, kaki dan kuku. Hasil uji menunjukkan kedua faktor tersebut berHubungan terhadap kejadian penyakit skabies pada warga binaan Pemasyarakatan yang berobat ke Klinik di Rumah Tahanan Klas 1 Medan.

Dalam kehidupan sehari-hari kebersihan perseorangan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Seseorang yang sakit dapat dipengaruhi oleh masalah kebersihan yang kurang diperhatikannya. Hal ini terjadi karena kebiasaan yang menganggap masalah kebersihan adalah masalah kecil, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus menerus tentu dapat mempengaruhi kesehatan secara umum, seperti halnya penyakit skabies. Personal hygiene yang tidak baik akan membantu kutu Skabies, untuk hidup dan berkembang biak dimana ia akan lebih mudah menginfeksi individu dengan kebiasaan jarang mandi dan keramas, jarang mencuci pakaian, handuk dan alas tidur dibandingkan dengan orang yang higenenya baik, yang pada akhirnya akan mengakibatkan kejadian penyakit skabies.

Sesuai dengan hasil penelitian Putri (2011), bahwa ada Hubungan yang signifikan antara higiene perseorangan dengan kejadian skabies pada anak (Studi kasus di Sekolah Dasar Negeri 3 Ngablak, Magelang). Hasil penelitian Ma’ruf, dkk (2003) higiene perorangan berperan dalam penularan penyakit Skabies, dimana sebagian besar santri (213 orang) mempunyai higine perorangan yang jelek dengan

prevalensi penyakit Skabies 73,70%. Hasil penelitian Hartati (2008) menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara higiene perorangan dengan kejadian penyakit Skabies pada siswa Klas 1-3 SDN Pengabean Kecamatan Dukuh Turi Kabupaten Tegal. Hasil penelitian Yosserizal (2009) menyatakan bahwa terdapat yang bermakna antara personal hygiene dengan kejadian penyakit skabies dengan nilai (P<0,05) di Jorong Koto Tanjung wilayah kerja Puskesmas Tanjung Ampalu Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung.

Hal ini sejalan dengan Mosby (1994) mengatakan bahwa Personal hygiene menjadi penting karena personal hygiene yang baik akan meminimalkan pintu masuk mikro organisme yang ada di mana-mana dan pada akhirnya mencegah seseorang terkana penyakit, dalam hal ini termasuk penyakit skabies. Personal hygiene merupakan kebutuhan dasar manusia yang harus senantiasa terpenuhi. Personal hygiene termasuk kedalam tindakan pencegahan primer yang spesifik. Hal ini juga sesuai dengan teori segitiga epidemiologi yang meyatakan bahwa suatu penyakit terjadi karena adanya ketidakseimbangan antara host (dalam hal ini manusia), agent (dalam hal sumber penyakit skabies seperti kutu) dan lingkungan dalam hal ini termasuk personal hygiene (Sudarto,1996) mengatakan bahwa Personal hygiene yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit, seperti penyakit kulit penyakit infeksi, penyakit mulut dan penyakit saluran cerna atau bahkan dapat menghilangkan fungsi bagian tubuh tertentu, seperti halnya kulit.

5.3.1. Hubungan Personal Hygiene Berdasarkan Kebersihan Rambut terhadap Kejadian Penyakit Skabies pada Warga Binaan Pemasyarakatan yang Berobat ke Klinik di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan kebersihan rambut terhadap kejadian penyakit skabies pada warga binaan pemasyarakatan di rumah tahanan negara klas 1 Medan dengan p = 0,425 (p>0,05).

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti bahwa dari 81 responden yang memiliki kebersihan rambut baik, sebanyak 54 orang (66,7%) menderita penyakit skabies. Hal ini mungkin dapat terjadi karena responden yang membersihkan rambut atau mencuci rambut tidak menggunakan shampoo, menggunakan alat pemeliharaan rambut secara bersama-sama, sehingga mayoritas responden menderita skabies.

Rambut merupakan bagian dari tubuh yang memiliki fungsi sebagai proteksi serta pengatur suhu, melalui rambut perubahan status kesehatan diri dapat diidentifikasi (Agus,2009). Rambut barmanfaat mencegah infeksi untuk daerah kepala dan untuk menjaga supaya rambut kelihatan bersih dan tidak berketombe dianjurkan minimal dua hari sekali keramas (cuci rambut) dengan memakai samphoo. Samphoo berfungsi membersihkan rambut juga memberikan beberapa vitamin bagi rambut sehingga rambut subur dan berkilau. Kurangnya kebersihan rambut seseorang akan membuat penampilan rambutnya tampak kusut, kusam, tidak rapi dan tampak acak-acakan.

5.3.2. Hubungan Personal Hygiene Berdasarkan Kebersihan Kulit terhadap Kejadian Penyakit Skabies pada Warga Binaan Pemasyarakatan yang Berobat ke Klinik di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki kebersihan kulit yang tidak baik sebanyak 56 orang (73,7%) menderita penyakit skabies. Hal ini berarti ada hubungan antara kebersihan kulit terhadap kejadian penyakit skabies pada warga binaan Pemasyarakatan yang berobat ke Klinik di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan dengan nilai p 0,001 (p<0,05).

Kulit yang memiliki fungsi sebagai proteksi tubuh, pengaturan temperatur tubuh, ekskresi dan lainnya idealnya harus tetap terjaga kebersihannya. Kondisi kulit yang tidak bersih yang salah satunya diakibatkan oleh kebiasaan jarang mandi mengakibatkan kutu skabies akan lebih mudah menginfeksinya, terutama pada jari-jari tangan, lipatan paha dan lainnya.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Frenki (2011) menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebersihan kulit dengan kejadian penyakit skabies di Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru Tahun 2011.

Kebersihan individu dalam hal ini kulit yang buruk atau bermasalah akan mengakibatkan berbagai dampak baik fisik maupun psikososial, dimana dampak fisik yang sering dialami seseorang tidak terjaga dengan baik adalah gangguan integritas kulit (Wartonah,2003). Kulit yang pertama kali menerima rangsangan seperti rangsangan sentuhan, rasa sakit, maupun Hubungan buruk dari luar. Dalam menjalankan fungsinya, kulit menerima berbagai rangsangan dari luar dan menjadi pintu masuk mikroorganisme pathogen. Kulit berfungsi untuk melindungi permukaan

tubuh, memelihara suhu tubuh dan mengeluarkan kotoran-kotoran tertentu. Kulit juga penting bagi produksi vitamin D oleh tubuh yang berasal dari sinar ultraviolet. Bila kulit bersih dan terpelihara, kita akan dapat terhindar dari berbagai penyakit, gangguan atau kelainan yang dapat muncul. Kondisi kulit yang bersih akan menciptakan perasaan segar dan nyaman. Mengingat pentingnya kulit sebagai pelindung organ-organ tubuh didalammnya, maka kulit perlu dijaga kesehatannya. Penyakit kulit dapat disebabkan oleh jamur, virus, kuman, parasit hewani dan lain-lain. Salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit hewani adalah penyakit skabies ( Djuanda, 2000).

5.3.3. Hubungan Personal Hygiene Berdasarkan Kebersihan Tangan, Kaki dan Kuku terhadap Kejadian Penyakit Skabies pada Warga Binaan Pemasyarakatan yang Berobat ke Klinik di Rumah Tahanan Negara Klas 1 Medan

Berdasarkan hasil uji Chi Square, diketahui bahwa ada Hubungan antara kebersihan tangan, kaki dan kuku terhadap kejadian penyakit skabies pada warga binaan Pemasyarakatan yang berobat ke Klinik di Rumah Tahanan Klas 1 Medan dengan nilai p 0,006 (p<0,05)..

Skabies menular dengan dua cara yaitu secara kontak langsung dan tak langsung. Kontak langsung terjadi ketika adanya kontak dengan kulit penderita misalnya berjabat tangan. Tentunya sangat perlu menjaga kebersihan tangan dan kuku setiap saat, jika tidak kondisi kebersihan tangan dan kuku yang buruk akan memperbesar potensi penularan skabies. Hal ini diperparah dengan kebiasaan kita untuk makan, mempersiapkan makanan dan bekerja dengan menggunakan tangan

yang sudah tentu mempermudah penyebaran penyakit ke wilayah tubuh yang lain. Oleh karena itu, butuh perhatian ekstra untuk kebersihan tangan dan kuku sebelum dan sesudah beraktivitas baik dari segi pencucian maupun penggunaan sabun antiseptik. Begitu juga dengan kebersihan kaki, yang harus senantiasa terja. Pemakaian alas kaki dan juga menjaga agar kaki tetap kering sangatlah penting karena kutu penyebab skabies yang cenderung suka hidup di tempat yang lembab.

Hasil penelitian Frenki (2012) menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebersihan tangan dan kuku dengan kejadian skabies di Pesantren Darel Hikmah Kota Pekanbaru Tahun 2011.

Hal ini sejalan dengan Webhealthcenter (2006) menyatakan bahwa Indonesia adalah negara yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan tangan untuk makan, mempersiapkan makanan, bekerja dan lain sebagainya. Bagi penderita skabies akan sangat mudah penyebaran penyakit ke wilayah tubuh yang lain. Oleh karena itu, butuh perhatian ekstra untuk kebersihan tangan dan kuku sebelum dan sesudah beraktivitas. 1). Cuci tangan sebelum dan sesudah makan, setelah ke kamar mandi dengan menggunakan sabun. Menyabuni dan mencuci harus meliputi area antara jari tangan, kuku dan punggung tangan.2). Handuk yang digunakan untuk mengeringkan tangan sebaiknya dicuci dan diganti setiap hari. 3). Jangan menggaruk atau menyentuh bagian tubuh seperti telinga, hidung, dan lain-lain saat menyiapkan makanan. 4). Pelihara kuku agar tetap pendek, jangan memotong kuku terlalu pendek sehingga mengenai pinch kulit.

Teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan penularan infeksi adalah mencuci tangan. Mencuci tangan adalah menggosok dengan sabun secara bersama seluruh kulit permukan tangan dengan kuat dan ringkas yang kemudian dibilas dibawah aliran air. Tujuannya adalah untuk membuang kotoran dan organisme yang menempel di jari tangan dan mengurangi jumlah mikroba total pada saat itu. Tangan yang terkontaminasi tersebut merupakan penyebab utama perpindahan infeksi. Mencuci tangan secara rutin dapat dilakukan dengan menggunakan sabun.

5.4.Variabel yang Paling Dominan Berhubungan terhadap Kejadian Penyakit