• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Politik Negara Mekong

Dalam dokumen PEMBAGIAN KEUNTUNGAN BERSAMA DARI KERJAS (Halaman 67-75)

Keenam negara tepian memiliki sejarah hubungan politik yang kompleks,

yang masih mempengaruhi persepsi dan pendapat mereka. Dimana hubungan

mereka diawali sejarah konflktual tahun 1950-an, yang menunjukan hubungan yang

kompleks, tidak stabil, bergejolak, berselisih dan berkonflik.

Konflik diantara negara tepian di masa lalu, diantaranya konfik

berkepanjangan China dan Vietnam sejak 112 SM, akibat pencaplokan Vietnam di

Kamboja, China dan negara barat menghentikan bantuan Vietnam dan tahun 1979

China menginvasi Vietnam utara. Sedangkan hubungan negara tepian lainnya,

selama kurung waktu 1950-1960-an diperbatasan antara Thailand-Kamboja,

Thailand-Laos, dan Kamboja-Vietam, selain itu hubungan Thailand dan Myanmar

85 Lee Scurrah. Op cit. Hlm 11.

86 Schearf, Daniel. 2011. Laos, neighbors face off on Mekong River Dam dispute. (online, http://www.voanews.com/content/laos-neighbors-face-off-on-mekong-river-dam-dispute- 120205569/138253.html, 12 Juli 2016).

52

juga berkonflik terkait sengketa dengan gerakan lintas negara minoritas.87 Selain

itu, konflik saudara juga terjadi di Laos tahun 1975-1979, perang Vietnam tahun

1959-1975 Perang Vietnam-China tahun 1979, dan konflik di Kamboja selama era

Khmer Merah tahun 1975-1979, dan konflik antar warga diperbatasan.88

Hingga saat ini beberapa konflik masih mencuat, seperti antara negara hulu

dan hilir dan antara negara hilir. Walaupun demikian, hubungan yang ditunjukan

saat ini telah berdampak pada pengembangan perdamaian dan stabilitas subregional

Mekong.89

Di hilir, Negara hilir menganggap bendungan China yang berada di hulu

banyak memberikan dampak terhadap volume air dan lingkungan di negara hilir,

terutama ketika musim hujan dan kemarau tiba, seperti Thailand, Kamboja, Laos

dan Vietnam yang menuduh dan khawatir berkurangnya jumlah air di hilir yang

akan memperburuk lingkungan dan masyarakat di hilir Mekong.90

Dan antara negara di hilir, yang sebagian besar berkaitan dengan

kekhawatiran akan berkurang dan degradasi kualitas dan kuantitas air yang jatuh ke

negaranya serta dampak lingkungan dan keamanan pangan dan masyarakat di

Mekong. Seperti Kamboja yang secara tegas menuduh Thailand secara ilegal

mengeksploitasi sumber daya alam di wilayahnya dan ketika Thailand, Kamboja

dan Vietnam menuntut penundaan proyek bendungan Xayaburi di Laos untuk

memperlajari lebih lanjut terkait dampak lintas negara.91 Dimana masing-masing

87 Kuenzer, C., Campbell, I., Roch, M., Leinenkugel, P., Tuan, V.Q. and Dech, S. Op cit. 88 Ishida, Masami. 2013. Border Economies in the Greater Mekong Sub-regional. London:

Palgrave Macmillan. Hlm 8.

89 Susanne Schmeier. Op cit. Hlm 46.

90 Richardson, Michael. 2009. Dams in China turn the Mekong into a river of discord. (online, http://yaleglobal.yale.edu/content/dams-china-turn-mekong-river-discord, 12 Juli 2016).

53 negara saling menyalahkan, mengungkapkan kekhawatiran pada proyek

pembangunan di tetangganya namun terus mengembangkan proyek di negaranya

sendiri.

Memang proyek hydropower menjadi proyek paling dikembangkan di hilir,

dimana telah direncakan 12 bendungan hidro di aliran utama dan ribuan di anak

sungai dengan perkiraan total kapasitas 12.980 MW dengan 64.229 GWh, dengan

bendungan saat ini yang telah selesai, Pak Mun di Thailand, Nam Theun 2 di Laos

dan Yali Fall di Vietnam, Xayaburi di Laos yang sedang dalam tahap

pembangunan, Don Sahong di Laos yang berada dalam tahap rencana.92

Untuk melihat hubungan antarnegara tepian Mekong saat ini, penulis

menggambarkannya menggunakan diagram Basins at Risk (BAR) dari Oregon

State University melalui peristiwa konfliktual dan kerjasama negara Mekong

selama tahun 2002-2013.

- Hubungan Politk Menggunakan Skala Bar

Perairan Mekong dikenal sebagai daerah yang diperebutkan yang berujung

ketegangan dan perselisihan antarnegara. Untuk menjelaskan hubungan antara

negara tepian sungai internasional, penulis mengadaptasi studi Basins at Risk

(BAR) Wolf, Yoffe, Giardano’s di Mekong tahun 1948-2008, dimana studi BAR mengukur hubungan negara tepian melalui paristiwa konflik dan kerjasama. Dalam

skala BAR, terdapat 15 skala yang terbagi menjadi 3 klasifikasi, pertama (-7)

hingga (-1) sebagai kondisi konflik, (0) sebagai kondisi netral dan (1) hingga (7)

54 sebagai kondisi kerjasama, untuk deskripsi pada masing-masing skala lihat gambar

berikut.

Gambar 4.3 Deskripsi skala BAR

Sumber: Wolf et al., 2003, p.34; Yoffe et al., 2003, p.112.

Skala (-7) menunjukan kondisi konflik tertinggi berupa perang yang

perlahan menurun hingga (-1) yang menunjukan skala konflik paling ringan berupa

interaksi perselisihan, skala (0) menunjukan tidak adanya tindakan yang penting

antar negara-negara, sedangkan skala (1) menunjukan adanya pertukaran pejabat,

dialog atau kebijakan dan dukungan negara, yang terus meningkat menuju skala

55

Grafik 4.3 Jumlah Peristiwa Mekong tahun 2002-2013 (skala BAR )

Sumber: diolah oleh penulis dari berbagai sumber.

Melalui histogram BAR yang diaplikasikan di sungai Mekong, akan terlihat

besaran konflik atau kerjasama yang ditunjukan negara tepian, dengan

menggunakan 15 skala intensitas BAR. Dimana peristiwa-peristiwa ini terbagi

menjadi skala, pertama pada peristiwa konflik (ketegangan) menunjukan 9 kasus,

kondisi netral 0 dan 56 kasus kerjasama.

Peristiwa konfliktual, pada skala (-2) terdapat 2 peristiwa, pertama terjadi

pada tahun 2007 masalah terkait sumber pengelolaan MRC yang tidak cukup dan

tidak transparasi terkait usulan pembangunan bendungan di Laos. Dan tahun 2010

ketika pejabat Thailand menunduh kekeringan yang terjadi di sungai Mekong

disebabkan oleh bendungan di China, namun perwakilan China membantah

tuduhan tersebut memberikan skala (1) karena China menolak tuduhan tersebut.

Dari pihak Kamboja juga menyalahkan China terkait kekeringan yang terjadi.

Pada skala (-1) terdapat 7 peristiwa, seperti pada tahun 2004 ketika

gelombang kritikan terkait pembangunan bendungan di China dimana pemerintah

Thailand dan NGO Thailand (seperti Rivers Watch East & Southeast Asia, Chiang

2 7 47 9 0 10 20 30 40 -7 -6 -5 -4 -3 -2 -1 0 1 2 3 4 5 6 7 More Cooperative HISTOGRAM More Conflictual Fr e q u e n cy

56

Mai-Environmental Group, Thai Business Leader dan Save the Mekong)

berpendapat bahwa bendungan Dachaoshan China yang bertanggung jawab pada

banjir di hilir. Dan pemerintah China membantah tuduhan tersebut dengan alasan

pada saat itu adalah periode air meningkat adalah skala (1).93

Dan ketika proyek xayaburi dikeluarkan Laos, dimana Thailand, Vietnam

dan Kamboja menuntut adanya penelitian lebih lanjut dan konsultasi terkait dampak

lingkungan lintas negara, dan penundaan pembangunan untuk 10 tahun kedepan. 94

Namun pada tahun 2012 Laos menolak segala tanggapan negara tetangga dan

memutuskan melanjutkan pembangunan bendungan xayaburi karena dinilai aman,

dan pada saat yang sama Kamboja dan Vietnam menegaskan bahwa keputusan

tersebut dibuat tanpa dukungan mereka.

Pada skala (1) diantaranya 47 peristiwa, dimana skala ini berisi kerjasama

diantara negara tepian, kegiatan seperti workshop/pertemuan/forum dan bantahan

atas tuduhan, dimana terdapat sekitar peristiwa bahkan lebih, ketika China pada

tahun 2010 mengundang negara Mekong untuk mengunjungi bendungan Jinghong

di hulu. Kunjungan ini menghasilkan bukti bahwa debit air meningkat disebabkan

debit air sungai yang meningkat, dan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen pada 2010

mengungkapkan tuduhan banjir di sungai Mekong disebabkan China adalah tanpa

dasar dan yang perlu disalahkan adalah perubahan iklim.

Sedangkan pada pegiatan seperti pertemuan, workshop, forum paparkan

pada tabel berikut.

93 Hlm

94 Osborne, Milton. 2015. Will China’s dams control the Mekong’s flow?. The interpreter. (online, http://www.lowyinterpreter.org/post/2015/02/16/Will-Chinas-dams-control-the-Mekongs-

57

Tabel 4.2 Pertemuan rutin, forum, workshop- GMS

No Tahun Pertemuan rutin/ workshop/ forum

1 2002-

2013

Pertemuan rutin kementerian dan pejabat negara - GMS Ministerial Conference

-GMS Summit of Leaders

-Meeting of the Regional Power Trade Coordination Commitee -Tourism Ministers Meeting, GMS Environment Ministers’ Meeting

-GMS ICT/Telecommunications Ministerial Meeting (IMM) -GMS Economic Corridors Forum, Task Force for GMS Summit/Senior Officials’ Meeting

-GMS 20th Anniversary

-Subregional Transport Forum Meeting

-GMS Urban Development Task Force Meeting -GMS Senior Official’s Meeting (SOM)

-National Transport Facilitation Committee Senior Officials Meeting

-Task Force Meeting for GMS Environment Ministers’ Meeting -Consultation Meeting on the GMS Urban Development Strategic Framework

2 2012 - Workshop on Trade and Trade Facilitation in GMS

- Workshop on Subregional Transport and Trade Facilitation Initiative

Sumber: diolah penulis dari berbagai sumber

Skala (4) terdapat sekitar 9 peristiwa, dimana skala ini berkaitan dengan

pembuatan dokumen yang lebih resmi seperti dibuatnya kesepakatan, MOU dan

perjanjian. Untuk lengkapnya lebih tabel berikut.

Tabel 4.3 Perjanjian, Kesepakatan, MOU- GMS

No Tahun Perjanjian/ kesepakatan/MOU

1 2002 Dibuatnya Inter-governmental Agreement on Regional Power

Trade

2 2002 Dibuatnya Regional Power Trade Coordinating Committee

(RPTCC)

3 2002&

2003

Disepakatinya perjanjian CBTA oleh China dan Myanmar sehingga menjadikan seluruh negara telah sepakat

4 2004 Dibuatnya Agreement on Trade in good of the framework

agreement on comprehensive economic operation– negara

ASEAN + China

5 2005 Dibuatnya Focal Group dibawah RPTCC

Thailand menandatangani MOU Open Border dengan Kamboja & Laos

58

7 2006 Dibuatnya Planning Working Group dibawah RPTCC

8 2010 Penandatanganan proyek GMS Biodiversity Conservation

Corridor (Kamboja, Laos, dan Vietnam)

9 2013 Penandatanganan MOU Intergovermental enam negara tepian

untuk membangun Regional Power Coordination Centre

(PRCC).

Sumber: diolah penulis dari berbagai sumber

Berdasarkan diagram skala BAR yang dipaparkan, penulis berpendapat

bahwa walau tindakan saling menyalahkan, perbedaan persepsi dan perselisihan

masih hadir dalam hubungan mereka, namun penulis berpendapat bahwa hal

tersebut terus menyusut, dimana berdasarkan histogram yang penulis paparkan

terlihat bahwa sungai internasional telah lebih menunjukan kerjasama diantara

enam negaranya dibandingkan ketegangan atau konflik.

Faktor lainnya yang menyebabkan kerjasama sangat memungkinkan, adalah

karena negara tepian Mekong memiliki arah arah sosial-politik yang mirip, dengan menerapakan model pertumbuhan ekonomi ‘trickle down’, pertumbuhan dan modernisasi ekonomi akan lebih didahulukan, karena dengan demikian upaya

penanggulan seperti kemiskinan dapat diatasi.95

Selaras dengan itu, penelitian ini menyetujui bahwa sungai internasional

tidak selalu diindetikkan dengan kondisi konflik dan berselisih, namun juga dapat

menjadi pendorong adanya kerjasama, selaras dengan ungkapan Kofi Annan yang

berpendapat bahwa :

“…the water problems of our world need not be only a cause of tension; they can also be a catalyst for cooperation…If we work together, a secure and sustainable water future can be ours”96

95 Hirsch, Philip & Jensen Morck, Kurt. Op cit. Hlm 16. 96 Wolf. Op cid. Hlm 241.

59 Dimana masalah air tidak selalu membawa ketegangan atau konflik, namun

juga dapat menjadi pendorong untuk kerjasama, hanya jika pihak-pihak yang

terlibat mau bekerjasama, menjadikan air sebagai milik bersama mereka. Sub-bab

berikut akan menjelaskan bagaimana hubungan kerjasama dibangun hingga saat ini.

Dalam dokumen PEMBAGIAN KEUNTUNGAN BERSAMA DARI KERJAS (Halaman 67-75)

Dokumen terkait