SKRIPSI
PEMBAGIAN KEUNTUNGAN BERSAMA DARI KERJASAMA
GREATER MEKONG SUBREGIONAL (GMS) DALAM PENGEMBANGAN SUNGAI MEKONG TAHUN 2002-2013
Disusun oleh:
Ika Dewi Permatasari
Mahasiswa Hubungan Internasional
NIM: 125120400111037
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
i
ii
iii
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas limpahan berkah dan
rahmat-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
“Pembagian Keuntungan Bersama dari Kerjasama Greater Mekong
Subregional (GMS) dalam Pengembangan Sungai Mekong tahun 2002-2013”. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyarakatan
memperoleh gelar sarjana Hubungan Internasional pada Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Penlus menyadari bahwa penulisan
skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh Karena itu saran dan
kritik sangat penulis harapkan untuk perbaikan kedepannya.
Penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan Karena adanya
bantuan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terimakah atas
dukungan, bantuan dan doa, kepada nama-nama berikut ini :
Kepada orang tua penulis Y.Indratmoko dan Sitty Kasianty,
serta adik penulis Dhimas Setyo Pangestu dan teman dekat
penulis Iqbal, yang telah memberikan dorongan dan dukungan
baik moril, materiil dan doa serta semangat yang tidak
henti-hentinya selama penulis menyelesaikan skripsi ini
Kepada dosen pembimbing skripsi satu Bapak Aswin Ariyanto
Azis, S.IP., M.Dev.St. dan dosen pembimbing Ibu dua Lia
Nihlah N, S.IP., M.Si. yang telah bersedia memberikan waktu,
masukan, semangat dan kesabaran dalam membimbing penulis
v Kepada dosen Ketua Majelis Penguji Ibu Gris Sintya Berlian, S.Hub.Int.,
Mat. dan Sekretaris Majelis Penguji Bapak Yustika Citra Mahendra. S.Sos,
MA. atas wakktu, masukan dan pemikiran yang membangun dalam
penyusunan skripsi ini.
Kepada teman-teman penulis yang sama-sama berjuang dalam pengerjaan
skripsi, Intan Khairana, Almas, Rakhman, Lailatur Fitriyah yang telah
menemani penulis selama proses pengerjaan, dan juga memberikan bantuan,
masukan, kritik dan juga saran serta semangat kepada penulis.
Kepada teman-teman “Sexy Bottom Girls” yang telah menemani dan
menghilangkan stress serta menjadi tempat untuk berkeluh kesah bagi penulis
selama mengerjakan penelitian terkait skripsi ini.
Kepada teman-teman “ITeam Iteeeh” yang memberikan dukungan dan
semangat selama pengerjaan penelitian serta ucapan, doa dan hadiah atas
terselesaikannya skripsi ini.
Kepada teman mahasiswa keluarga besar Hubungan internasional angkatan
2012 yang sedang sama-sama berjuang menyelesaikan studi, yang telah
memberikan masukan, bantuan, kritik dan juga saran kepada penulis selama
proses pengerjaan.
Kepada keluarga besar Prodi Hubungan Internasional, yaitu seluruh dosen,
staff dan sesama mahasiswa yang telah menjadi tempat bagi penulis untuk
belajar dan menggali ilmu selama perkuliahan.
Kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis
mengucapkan terimakasih atas segala bentuk sumbangsih yang telah
vi Dan penulis ucapakan terimakasih bagi semua pihak yang telah memberikan
ucapan, doa dan hadiah yang diberikan pada penulis atas terselesaikannya
penelitian skripsi ini.
Sekali lagi penulis ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam segala proses penyelesaian dan ucapan atas terselesaikannya
skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada pembacanya.
vii
ABSTRAK
Pembagian Keuntungan Bersama dari Kerjasama Greater Mekong Subregional (GMS) dalam Pengembangan Sungai Mekong tahun 2002-2013
Oleh : Ika Dewi Permatasari
Sungai Mekong menunjukan hubungan tidak stabil dan kompleks diantara masing-masing negara tepian dengan berbedaan kepentingan didalamnya, ditambah sejarah konfliktual dimasa lalu. Berakhirnya Perang Dingin menjadi sejarah baru negara tepian untuk melakukan pembangunan kembali wilayah Mekong dengan
membentuk kerjasama Greater Mekong Subregional (GMS). GMS menerapkan
sistem pembagian keuntungan dalam mengembangkan potensi sungai melalui berbagai proyek yang berhubungan dengan air dan pemanfaatannya bahkan diluar isu tersebut, sehingga semua pihak mendapatkan keuntungan bersama.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sejak dibuatnya kerjasama GMS hubungan negara tepian Mekong terus menunjukan hubungan yang kooperatif, melalui histogram BAR terlihat bahwa terdapat 56 kasus kerjasama dan 9 kasus ketegangan atau konflik selama periode 2002-2013. Dan berdasarkan variabel dalam sistem pembagian keuntungan, yang terbagi menjadi pembagian manfaat dan
biaya, kerjasama GMS menunjukan pembagian manfaat benefits beyond the river
sedangkan pembagian biaya yaitu direct payment for water use, direct payment for
benefits, purchase, financing and ownership arrangements dan broadened bundle of benefits, terlihat bahwa direct Payment for Water Use dan benefits menjadi variabel yang tidak diterapkan pada kerjasama GMS.
viii
ABSTRACT
Mutual Benefit Sharing From Greater Mekong Subregional (GMS)
Cooperation in the Mekong River Development in 2002-2013
By : Ika Dewi Permatasari
Mekong River show unstable and complex relation among riparian countries with differect national interest, with addition conflictual hystorical in the past. The end of the Cold War become new history of riparian countries to rebuild Mekong regional by establishment Greater Mekong Subregional (GMS) cooperation. GMS is applying benefit sharing system to develop the potential of river through various water project and related moreover beyond the issues, in order to get mutual benefits for all riparian countries.
The result of this reseach shows that since GMS cooperation establisted, the relationship between riparian countries of Mekong river show cooperative and more relationship, through BAR histogram shows that there are 56 cases of cooperation and 9 case of tension or conflict. And by the variables in benefit sharing system, which is divided into distribution of benefits and costs, GMS shows benefits beyond the river for distribution of benefits, while distribution of costs are direct payment for water use, direct payment for benefits, purchase, financing and ownership arrangements and broadened bundle of benefits, where it appears that direct Payment for Water Use and benefits are variable that not applied in GMS cooperation.
ix
DAFTAR PUSTAKA
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... i
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI... ii
LEMBAR ORISINALITAS ... iii
1.2 Kerangka Konseptual ... 11
1.2.1 Cooperation on International Rivers ... 12
1.2.2 Sistem Benefit Sharing (Pembagian Keuntungan) ... 14
2.3 Operasionalisasi Konsep ... 24
3.2 Ruang Lingkup Penelitian ... 35
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 36
x
3.5 Sistematika Penulisan ... 36
BAB IV ... 38
KONDISI DAN HUBUNGAN POLITIK NEGARA TEPIAN MEKONG ... 38
4.1 Kondisi Politik Sungai Mekong ... 38
4.2 Kepentingan Negara Mekong ... 41
4.2.1 Kepentingan Masing-Masing Negara Mekong ... 43
4.3 Hubungan Politik Negara Mekong ... 51
- Hubungan Politk Menggunakan Skala Bar ... 53
4.4 Sejarah Pembangunan Mekong Melalui GMS ... 59
4.3.1 Gambaran Umum Kerjasama GMS ... 65
BAB V ... 67
SISTEM PEMBAGIAN KEUNTUNGAN BERSAMA DARI GMS DALAM PENGEMBANGAN SUNGAI MEKONG ... 67
5.1 Benefits To The River ... 68
5.2 Benefits From The River ... 74
5.3 Benefits Because Of The River ... 80
5.4 Benefits Beyond The River ... 81
5.5 Direct Payment for Water Use ... 85
5.6 Direct Payment for Benefits ... 86
5.7 Purchase Agreements ... 87
5.8 Financing and Ownership Arrangements ... 94
5.9 Broadened Bundle of Benefits... 97
BAB VI ... 101
KESIMPULAN ... 101
6.1 Kesimpulan ... 101
6.2 Rekomendasi ... 102
6.2.1 Rekomendasi Umum... 102
6.2.2 Rekomendasi Penelitian Lanjutan ... 103
xi
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4.1 Konsumsi Energi Final, GMS (ktoe) 41
Grafik 4.2 GDP Per-capita negara anggota GMS (US$/Orang) 43
Grafik 4.3 Jumlah Peristiwa Mekong tahun 2002-2013 (skala BAR) 55
Grafik 5.1 International Tourism Arrivals, GMS (orang) 77
Grafik 5.2 Indikator Ekonomi, GMS 79
Grafik 5.3 Jaringan Jalan Raya Subregional Mekong (km) 82
Grafik 5.4 Konsumsi Listrik Negara Tepian Mekong 89
Grafik 5.5 Tarif Listrik Negara Tepian Mekong 93
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Kepentingan Negara Tepian pada Mekong 2
Tabel 1.2 Kerangka Kerjasama di Sungai Mekong 4
Tabel 2.1 Sistem Benefit sharing (Pembagian Manfaat) 31
Tabel 4.1 Ketersediaan Air Bersih dan Withdrawals, GMS 41
Tabel 4.2 Pertemuan rutin, forum, workshop- GMS 57
Tabel 4.3 Perjanjian, kesepakatan, MOU-GMS 57
Taebl 4.4 Sectoral Working Groups dan 10 Flagship Program, GMS 63
Tabel 5.1 Definisi dan Contoh Tipe Kerjasama Sungai Internasional 67
Tabel 5.2 Total Produksi Energi Negara Tepian Mekong (ktoe) 75
Tabel 5.3 Perdagangan Energi, GMS (2010) 76
Tabel 5.4 Akses Air Minum Bersih dan Listrik Negara anggoa GMS 78
Tabel 5.5 Perdagangan antar-negara GMS 82
Tabel 5.6 FDI Inflow antar-negara GMS 83
Tabel 5.7 Fixed telephone lines, Internet and Mobile celluler Users 84
Tabel 5.8 Potensi dan Proyek PLTA, GMS 90
Tabel 5.9 Proyek PLTA dan Transmisi listrik lintas negara 91
Tabel 5.10 Investasi China pada Proyek Bendungan di Myanmar 96
Tabel 5.11 Proyek Energi Bantuan Internasional 98
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tantangan dan Peluang dari Kerjasama Sungai Internasional 16
Gambar 4.1 Peta Sungai Mekong 39
Gambar 4.2 Aksi Demontrasi menolak Pembangunan bendungan 48
Gambar 4.3 Deskripsi skala BAR 54
Gambar 4.4 Daerah Koridor Pengembangan Mekong GMS 64
Gambar 4.5 Susunan Kelembagaan GMS 66
Gambar 5.1 Proyek Lingkungan, GMS 72
Gambar 5.2 Lokasi Pariwisata Utama 77
xiv
DAFTAR SINGKATAN
ACMECS : Ayeyawady-Chao Phraya-Mekong Economic Cooperation Strategy
ADB : Asian Development Bank
ASEAN : Association of Southeast Asian Nations
BAR : Basins at Risk
BCI : Biodiversity Conservation Corridors Initiative
BCC : Biodiversity Conservation Corridor
CASP : Core Agriculture Support Program
CEP : Core Environmental Program
CBTA : Cross-border Transport Agreement
ECAFE : Economic Commission for Asia and the Far East
EWEC : East-West Economic Corridors
EIA : Environmental Impact Assessment (atau safeguard)
EOC : Environment Operations Centre
EPA : Environmental Performance Assessments
FAO : Food and Agriculture Organization
FDI : Foreign Direct Inflow
GDP : Gross Domestic Product
GNP : Gross National Product
GMS-ECP : Greater Mekong Subregional- Economic Cooperation Program
HDI : Human Development Index
HRD : Human Resource Development
ICT : Information and Communication Technology
IUCN : World Conservation Union (IUCN)
MC : Mekong Committee
MRC : Mekong River Commission
NSEC : North-South Economic Corridors
SEC : Southern Economic Corridors
SEA : Strategic Environmental Assessment
xv
PPP : Phnom Penh Plan
RPTCC : Regional Power Trade Coordination Committee
RTSS : Regional Tourism Sector Strategy
WGE : Working Group on Environment
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Secara umum, sistem sungai mengabaikan batas-batas politik dan teritori
suatu negara, kenyataan ini menyebabkan hubungan negara tepian yang berbagi
sungai bersama menjadi kompleks dan tidak stabil. Seperti pada kasus sungai
internasional di aliran sungai Efrat antara Turki, Suriah dan Irak, Indus antara India
dan Pakistan, Nil antara Mesin dan Sudan dan 7 negara tepian lainnya, dimana
kelangkaan sumber daya air dan akses yang tidak merata menjadi sumber
ketegangan politik antar negara bahkan konflik bersenjata.1 Maka dari itu,
disarankan adanya suatu peraturan (atau kerjasama) yang dapat memfasilitasi
koordinasi dan menengahi berbedaan latar-belakang sosial, politik, ekonomi, dan
kepentingan masing-masing negara.2
Sungai Mekong yang merupakan sungai terpanjang di Asia Tenggara,
memiliki karakteristik dan keistimewaan tersendiri dibandingkan sungai
internasional lainnya, dimana Mekong banyak dijadikan pengecualian pada
kebanyakan sungai internasional pada umumnya, karena konflik senjata yang
disebabkan sengketa sungai tidak pernah terjadi. Walaupun demikian negara tepian
memiliki sejarah konfliktual di masa lalu, seperti antara China-Vietnam,
Thailand-Laos, Thailand-Kamboja, Kamboja-Vietnam dan Thailand-Myanmar.3
1Sosland, J.K. 2007. Cooperating Rivals: the riparian politics of the Jordan River Basin. State
University of New York Press. Hlm 2.
2 Ibid. Hlm 3.
3 Kuenzer, C., Campbell, I., Roch, M., Leinenkugel, P., Tuan, V.Q. and Dech, S. 2013.
2 Sungai Mekong menyediakan sumber daya penting dan memiliki peran yang
signifikan bagi negara-negara di Asia, terutama bagi negara yang melewatinya,
yang terbagi menjadi sub-aliran, hulu (Upper Mekong Basin) dilewati China dan
Myanmar dan hilir (Lower Mekong Basin) dilewati Kamboja, Laos, Thailand dan
Vietnam.4 Dimana setiap negara tepian memiliki kepentingan yang kuat pada
sungai Mekong, yang terlihat dari arah kebijakan masing-masing negara yang
terlihat pada tabel berikut.
Tabel 1.1 Kepentingan Negara Tepian pada Mekong
Negara Kepentingan pada Mekong
China Kepentingan kuat: hydropower karena menjadi energi alternatif pengganti batubara; navigasi untuk perdagangan; irigasi pertanian. Myanmar Sumber mata pencaharian: irigasi untuk pendukung dan produksi
pertanian yang lebih intensif; lebih kooperatif dengan negara tetangga.
Kamboja Produksi ikan dan irigasi pertanian yang diutamakan;
memungkinkan pembangunan bendungan hydropower;
Laos Hydropower untuk menjadi ‘battery of Asia’; ekspor
hydroelectricity menjadi pendapatan utama perekonomian Laos; navigasi sungai; irigasi untuk musim kemarau
Thailand Irigasi pertanian (pendapatan utama); hydropower untuk energi domestik
Vietnam Irigasi pertanian (pendapatan nasional); hydropower untuk energi domestik;
Sumber: diolah oleh penulis dari berbagai sumber
Dari tabel 1.1 terlihat bahwa Mekong menjadi lahan potensial untuk
mencapai kepentingan masing-masing negara Mekong, yang sebagian besar
4 Pearse-Smith, S. W. 2012. ‘Water war’in the Mekong Basin?. Asia Pacific Viewpoint, 53(2),
3 berkaitan dengan sumber daya air untuk irigasi pertanian dan sumber energi
alternatif (hydropower). Beberapa negara bahkan terlihat ambisius dalam
memanfaatkan potensi di Mekong, seperti China di hulu dan Laos di hilir sungai.
Kepentingan China terlihat dari pembangunan bendungan hydropower skala
besar yang telah dibangun 8 dari total 14 rencana dan ribuan bendungan dan waduk
di anak sungai, China juga aktif berinvestasi pada pembangunan bendungan diluar
negaranya, seperti pembangunan di negara Mekong, di Laos dan Kamboja dan
sungai lainnya, hal ini menjadikannya sebagai negara dengan bendungan terbesar
di dunia.5 Laos yang berada di hilir, berusaha menjadi ‘Battary of Asia’ dari
hydropower, dimana sebagian besar rencana pengembangan wilayah Mekong
melalui pembangunan bendungan hydropower dengan 11 bendungan utama di
aliran utama dan ratusan bendungan di anak sungai di Laos dan ekspor listrik hidro
menjadi pendapatan utama negara.6
Pembahasan sungai Mekong menjadi menarik karena walaupun memiliki
kepentingan nasional yang terkadang bertentangan satu sama lain, dengan sejarah
hubungan yang konfliktual di masa lalu, negara tepian tidak pernah mengalami
perselisihan yang tajam atau konflik bersenjata dan kerjasama diantara negara
tepian dibuat jauh sebelum konflik besar terjadi, hal ini yang membedakan kasus
sungai Mekong dengan banyak sungai internasional lainnya.7
5Kattelus, Mirja, Kummu M., Keskinen, M., Salmivaava, Aura, & Varis, Olli. 2014. China’s
southbound transboundary river basins: a case of asymmetry. Water international. (online,
https://www.researchgate.net/publication/268742005, 12 Mei 2016).
6 International River. 2011. The Xayaburi Dam: a Looming threat to the Mekong river. (online, https://goo.gl/QDyjRp, 27 Maret 2016).
7 Wolf, Aaron T. and Joshua T. Newton. 2008. Case Studies of Transboundary Dispute Resolution.
4 Ketegangan yang dimaksud, seperti perbedaan persepsi dan tindakan saling
menyalahkan antar pengguna sungai. Seperti ketika pejabat Sumber Daya Air
Thailand yang menuduh kekeringan yang terjadi di Mekong disebabkan bendungan
China, namun perwakilan China selalu membantah tuduhan tersebut.8
Maka dari itu, membentuk kerjasama dalam mengatur (manajemen) atau
mengembangkan sungai terpadu menjadi sesuatu yang wajib pada sungai
internasional. Selain untuk menghindari konflik yang lebih besar, kerjasama juga
akan memberikan manfaat yang beragam dan berkelanjutan bagi negara dan
lingkungan sekitar. Seperti yang ditunjukan Mekong, dimana kerjasama bahkan
telah dibuat jauh sebelum konflik yang lebih besar atau konflik bersenjata terjadi,
dengan demikian konflik yang lebih besar dapat dihindari bahkan memberikan
manfaat bersama.
Terdapat beberapa kerjasama yang dibuat di Mekong, yang tidak hanya
bergerak pada fokus atau bidang, diantaranya seperti yang penulis rangkum
dibawah ini :
Tabel 1.2 Kerangka Kerjasama di Sungai Mekong9
Kerangka Tahun
Terbentuk Anggota Fokus Bidang kerjasama
Mekong
8 Yorth, Bunny. 2014. International Mekong river basins: events, conflicts or cooperation and
policy implication. [master thesis in Oregon State University].
5
2003-now ASEAN5 Balanced
developmentn
Tabel 1.2 menunjukan beberapa kerjasama yang dibuat di Mekong, dimana
menunjukan fakta bahwa kerjasama yang dibuat memiliki fokus berbeda namun
memiliki tujuan dan bidang yang serupa, yaitu untuk pembangunan berkelanjutan
di seluruh dataran subregional Mekong melalui beberapa bidang pengembangan
sungai Mekong, seperti pembangunan bendungan hydropower dan irigasi,
pariwisata, pertanian, perikanan air tawar, jalan raya dan program lainnya.
Dan pembangunan bendungan hydropower menjadi salah satu proyek yang
paling dikembangkan oleh negara tepian, dimana rencana ini telah dibuat sejak
dibentuknya kerjasama di Mekong untuk pertama kalinya hingga saat ini.10 Namun
lambat laun rencana pembangunan bendungan hydropower menjadi isu paling
10 Hirsch, P., Jensen, K. M., Carrard, N., FitzGerald, S., & Lyster, R. 2006. National interests and
6 kontroversial di Mekong, dimana banyak mendapatkan kritikan dari masyarakat
Mekong, NGO dan penstudi internasional karena di prediksi memberikan dampak
yang besar pada sungai, pada akhirnya mempengaruhi masyarakat sekitar sungai.11
Beberapa kerjasama yang dipaparkan dalam penelitian ini penulis
memusatkan fokus pada salah satu kerjasama yaitu Greater Mekong Subregional
Economic Cooperation (GMS), dengan pertimbangan kerjasama yang dibentuk
tahun 1992 ini adalah satu-satunya kerjasama subregional baru di Mekong pasca
berakhirnya Perang Dingin dengan fokus pembangunan kembali dan
interkonektivitas subregional Mekong, sekaligus sebagai kerjasama pengganti
Mekong Committee (MC).
Lebih lanjut, penstudi Taka (1994) mengkategorikan GMS menjadi contoh
jenis regionalisme pasca Perang Dingin (positive type) paling sukses diantara
contoh lainnya, yang menciptakan petumbuhan ekonomi yang signifikan dan
hubungan yang damai antarnegara tepian, dengan menghubungkan jalur darat dan
laut diantaranya.12 Dengan posisinya yang tidak mengikat namun memberikan
manfaat dari pertemuan resmi rutin dengan musyawarah dan konsultasi.
Walaupun GMS diusulkan oleh Asian Development Bank (ADB), bukan
menjadi masalah apabila terdapat aktor luar yang terlibat untuk menciptakan
kondisi subregional yang stabil, karena pada saat itu lingkungan politik yang tidak
kondusif di wilayah Mekong dan negara Asia lainnya.
11 Hansson, S., Hellberg, S., & Öjendal, J. Op cit. Hlm 2.
12 Dosch, J., and Hensengerth, O. 2005. Sub-regional cooperation in Southeast Asia: the Mekong
7 Kerjasama ekonomi GMS sangat cocok diterapkan di Mekong, dengan tujuan
dan arah sosial-ekonomi yang hampir mirip (economic imperative enjoys
remarkable primacy)13,dimana kepentingan pencapaian perkembangan ekonomi
dan modernisasi dirasa lebih mendesak untuk diterapkan, karena dengan begitu
kesejahteraan masyarakat akan tercapai nantinya. Selain itu, penelitian Browder
kerjasama yang dibuat negara tepian Mekong dipengaruhi oleh pertimbangan
kebijakan luar negeri dengan pemanfaatan air untuk isu-isu lainnya untuk
mendapatkan keuntungan dari kerjasama tersebut.14 Sehingga dapat dilihat bahwa
keinginan kerjasama lebih tinggi dibandingkan konfliktual.
GMS juga memiliki tujuan pertumbuhan pertumbuhan (perkembangan)
ekonomi dan integrasi regional dengan isu seperti sosial-ekonomi, politik dan
keamanan energi, dengan demikian GMS dapat berbagi manfaat bersama bahkan
diluar isu air sungai. Keanggotaannya-pun meliputi seluruh negara juga
menunjukan kesempatan yang jarang terjadi di Mekong, karena pada kerjasama
lainnya beberapa negara tidak terlibat. Dengan demikian negara di hilir dapat
terlibat aktif dalam bidang perdagangan dan investasi dalam program GMS.15
Dimana pada tahun 2002 menjadi tahun ke-10 dibuatnya kerjasama GMS,
dimana melalui KTT pertama GMS negara tepian Mekong membentuk visi
bersama yaitu integrasi, makmur dan harmonis melalui upaya meningkatkan
konektivitas, daya saingdan membangun sense of community yang kuat (the 3 Cs).16
13 Pearse-Smith, S. W. Op cit.
14 Dinar, S., 2007. International water treaties: Negotiation and cooperation along transboundary
rivers. Routledge.
15 Dosch, J., and Hensengerth, O. Op cit.
16 ADB. 2012. GMS: Twenty years o partnership. ADB. (online,
8 Maka dari itu, dalam penelitian ini penulis akan meneliti sistem pembagian
keuntungan yang diterapkan GMS dalam pengembangan wilayah sungai Mekong
tahun 2002-2013.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimanakah pembagian
keuntungan bersama dari kerjasama Greater Mekong Subregional (GMS) dalam
pengembangan sungai Mekong tahun 2002 hingga 2013?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian adalah untuk menganalisa sistem pembagian keuntungan
bersama dari kerjasama Greater Mekong Subregional (GMS) dalam pengembangan
sungai Mekong tahun 2002 hingga 2013.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat akademis:
Dapat memberikan kontribusi mengenai isu kontemporer dalam Hubungan
Internasional, terutama kerjasama sungai internasional yang masih jarang
diteliti oleh para penstudi HI.
2. Manfaat praktis:
Dapat memberikan rekomendasi bagi pengamat, praktisi dan masyarakat
sebagai pandangan baru terhadap isu sungai internasional. Dari sini
diharapkan dapat menjadi referensi bagi mereka dalam perumusan strategi
9
BAB II
KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Studi Terdahulu
Pada bab ini penulis akan menjelaskan dua refensi yang mendukung
penelitian penulis. Penelitian pertama yang penulis ambil adalah tulisan Wei Jingfu
dan Hu Ang berjudul “A study on economic cooperation mechanism in GMS: an
analyzing framework of transaction cost”.17 Penelitian ini menjelaskan tentang
mekanisme kerjasama GMS sebagai tipe baru kerjasama ekonomi lintas negara.
Dimana pada beberapa tahun terakhir kerjasama GMS mencapai hasil yang
memuaskan, dengan meningkatkan hubungan politik, ekonomi, budaya dan bidang
lainnya, bahkan peningkatan interkonektivitas dapat membantu mengurangi
kemiskinan.
Dengan menggunakan kerangka konseptual transaction cost economic
digabungkan dengan karakteristik subregional Mekong menunjukan bahwa
walaupun sistem dapat mengurangi biaya transaksi, masing-masing negara
diharapkan memulai komunikasi dan kerjasama diberbagai bidang agar manfaat
dan peluang dapat dicapai. Walaupun disisi lain kerjasama subregional menjadi
semacam proses dinamis yang dibutuhkan untuk mengurangi biaya transaksi secara
terus menerus. Penelitian ini menyarankan membangun insitusi yang baik dan
membangun flatform infrastruktur dan informasi agar biaya transaksi (kegiatan
ekonomi) dapat dikurangi sedangkan peluang dan manfaat dapat dicapai.
17Jingfu, W. and Ang, H., 2010. A study on economic cooperation mechanism in Greater Mekong
Subregion: an analyzing framework of transaction cost. 明治学院大学経済研究, (143),
10 Penelitan pertama memberikan kontribusi berupa kerjasama negara tepian
melalui kerjasama GMS yang diungkapkan dalam penelitian pertama telah
mencapai hasil yang memuaskan. Dengan persamaan pada objek yang diteliti yaitu
kerjasama GMS di sungai Mekong, dan perbedaan terletak pada kerangka
konseptual yang digunakan yaitu teori transaction cost economic untuk
menjelaskan biaya transaksi dari kerjasama GMS.
Tulisan kedua adalah tesis dari Øistein Løvstad yang berjudul
“Transboundary Water Management: The Case of the Kikagati/Murongo
Hydropower Development Project”.18 Tesis ini menjelaskan tentang proses
negosiasi dan pengembangan sumber daya air secara lintas negara, yaitu dalam
membangun bendungan hydropower diperbatasan Uganda dan Tanzania di sungai
Kagera. Selain itu penelitian ini juga menjelaskan tentang kebutuhan kedua negara
untuk memenuhi permintaan energi domestik, namun juga memberikan
kekhawatiran akan dampak yang ditimbulkan dari pembangunan.
Dengan menggunakan pendekatan kerjasama sungai internasional terutama
sistem benefit sharing dan barriers to cooperation untuk menjelaskan manfaat
bersama yang akan dicapai dari pembangunan bendungan hydropower, seperti
produksi pangan, pengembangan industri, transportasi, ketersediaan energi,
konservasi lingkungan dan kegiatan sustainable development lainnya.
Terakhir tesis ini menyarankan untuk menerapkan proyek pengelolaan air
lintas negara, harus ada kerangka kerjasama regional, negara-negara harus bersikap
18 Løvstad, Øistein. 2013.Transboundary Water Management: The Case of the Kikagati/Murongo
11 layaknya mitra satu sama lain dan adanya manfaat kerjasama harus dianggap adil
sehingga mendapatkan manfaat yang banyak melebihi pembangunan sepihak.
Penelitian kedua memberikan kontribusi berkaitan dengan fakta sungai
internasional, walaupun negara-negara memiliki kedaulat masing-masing, namun
lingkungan, mata pencaharian dan pertumbuhan ekonomi mereka berhubungan
dengan pembagian air yang memberikan pengaruh satu sama lain. Maka dari itu
melalui kerjasama terpadu dalam pemanfaatan dan pengembangan sungai
internasional dapat memberikan manfaat yang lebih banyak melebihi
menjalankannya secara sepihak, selain itu ketegangan dan perselihan antar
hulu-hilir lebih dapat terbendung.
Dengan persamaan pada penggunaan kerangka konseptual, yaitu sistem
benefit sharing untuk melihat manfaat yang dicapai dari pembangunan hydropower
(termasuk tipe manfaat II). Dan perbedaan terletak pada objek penelitian dengan
fokus kerjasama bilateral dan menambahkan konsep barriers to cooperation untuk
menjelaskan hambatan dalam kerjasama sungai internasional.
1.2 Kerangka Konseptual
Dalam menganalisa sistem pembagian keuntungan bersama yang diterapkan
GMS dalam pengembangan sungai Mekong, penulis menggunakan konsep benefit
12
1.2.1 Cooperation on International Rivers
Sejak abad ke-20 sumber daya air tawar dan pengembangannya menjadi
semakin menarik perhatian masyarakat internasional.19 Memang sungai secara
keseluruhan di global mencakup sebagian besar di permukaan bumi dengan
terdapat 276 sungai yang melewati seitar 143 negara (data UN Water tahun 2013).20
Dan sekitar 40% dari populasi dunia hidup didaerah tersebut, hal ini menunjukan
terdapat miliaran orang yang tinggal dan bergantung langsung pada sungai.
Air sungai dapat diibaratkan seperti dua sisi mata uang, satu sisi ia dapat
menjadi perusak disisi lain ia dapat menjadi pemersatu negara tepian.21 Sehingga
sangat diperlukan pengelolaan secara efektif dan adil dengan berbagai perbedaan
kepentingan didalamnya. Baik di tingkat masyarakat maupun negara-bangsa
kondisi menunjukkan hal yang sama yaitu saling berpengaruh, tindakan salah satu
pihak akan mempengaruhi tindakanlainnya.22
Dan pembentukan kerjasama atau lembaga sungai internasional dirasa lebih
baik dibandingkan tindakan sepihak (non-kooperatif). Selaras dengan itu data
Program in Water Conflict Management and Transformation menunjukan
pembentukan lembaga adalah kunci kerjasama yang sukses dan tahan
lama.23Dimana lembaga memainkan peranan kunci dalam mencegah dan
19 Giordano, A., Meredith & Wolf T., Aaron. 2003. Sharing water: Post-Rio international water
management. Natural Resources Forum, 27,pp.163-191. (online, http://goo.gl/XLyf1B, 14 Maret 2016).
20 UN-Water Factsheet on transboundary Waters. (online,
http://www.un.org/waterforlifedecade/transboundary_waters.shtml, 25 Maret 2016).
21 Wolf, A. T., Stahl, K., & Macomber, M. F. 2003. Conflict and cooperation within international river basins: The importance of institutional capacity. Water Resources Update, 125.
22 Sadoff, C. W., & Grey, D. 2002.Beyond the river: the benefits of cooperation on international
rivers. Water policy, 4(5), pp.389-403. (online, http://goo.gl/RzUewV, 21 Januari 2016).
23 MacQuarrie, P. R., Viriyasakultorn, V., & Wolf, A. T. 2008. Promoting cooperation in the
13 mengurangi konflik, dimana setiap perubahan di dalam sungai dapat dikelola
dengan efektif nantinya.24Seperti melalui perjanjian bersama, keterlibatan
stakeholder, alokasi, distribusi data, biaya dan manfaat yang adil.25 Dan juga ketika
dihadapkan pada krisis atau kelangkaan air, dengan kurang atau terbatasnya hukum
yang mengatur sungai internasional kemungkinan perselisihan atau ketegangan
akan cepat timbul dan menyebar.26
Menurut Regional Water Governance Project dari Universitas Arizona
membedakan level intensitas kerjasama menjadi tiga;
1. Shallow Cooperation: menunjukan karakter kerjasama yang tidak
mengikat, tanpa kantor atau mekanisme birokrasi. Seperti joint committe,
kelompok koordinasi dan teknikal, dan partnership.
2. Intermediate Cooperation: menunjukan karakteristik birokrasi organisasi
yang lebih berpengalaman. Terdapat kantor dan staf dengan pertemuan
rutin, namun masih bergantung pada bantuan dana donor.
3. Deep Cooperation: menunjukan kondisi birokrasi organsasi yang tetap dan
resmi dengan kemandirian keuangan. Seperti institusi resmi.27
Dan Sadoff dan Gray mengklasifikasi proses kerjasama di sungai internasional
menjadi 4 tingkat; (1) kebijakan/aksi sepihak (unilateral action); (2) koordinasi
(coordination); (3) kolaborasi (collaboration); (4) tindakan bersama (joint
action).28 Dimulai dengan sengketa berakhir dengan kerjasama, dengan berbagi
24 Wolf, A. T., Stahl, K., & Macomber, M. F. Op cit..
25 MacQuarrie, P. R., Viriyasakultorn, V., & Wolf, A. T. Op cit. 26 Sadoff, C. W., & Grey, D. Op cit.
27 Vollmer, R., Ardakanian, R., Hare, M., Leentvaar, J., van der Schaaf, C., Wirkus, L. 2009.
Institutional Capacity Development in Transboundary Water Management.UNESCO Publishing.
28 Sadoff, C. W., & Grey, D. 2005. Cooperation on International Rivers: A Continuun for securing
14 informasi atau teknis hingga menuju tindakan bersama dengan merancang dan
mengimplementasikan pengembangan sungai internasional secara terpadu.
Pengelolaan sumber daya sungai secara efektif selalu menjadi impian
masyarakat dan negara yang melewatinya. Namun selalu menjadi pekerjaan yang
sulit dan kompleks. Jika menurut Jagerskog dan Zeitoun kerjasama sungai
internasional yang efektif, adalah;
“Effective cooperation on an international watercourse is any action orset of actions by riparian states that lead to enhanced management ordevelopment of the water- course to their mutual satisfaction”.29
Intinya adalah bagaimana negara-negara tepian melakukan aktivitas bersama
untuk mengelola atau mengembangkan sungai internasional untuk kepentingan
bersama negara tepian, sehingga manfaat dapat peroleh secara berkelanjutan.
Dan menurut Giordano dan Wolf untuk menghasilkan kerjasama yang efektif
setidaknya harus memperhatikan faktor kunci seperti:(1) Pengadaptasian struktur
pengelolaan yang melibat seluruh elemen masyarakat;(2) Pengelolaan alokasi air
dan kualitas air dengan adil dan fleksibel;(3) Distribusi manfaat yang adil;(4)
Menerapkan mekanisme khusus untuk mempertahankan institusi;(6) Mekanisme
rinci resolusi konflik.30
1.2.2 Sistem Benefit Sharing (Pembagian Keuntungan)
Menurut sadoff dan Grey, kerjasama pada sungai internasional dibangun
untuk mencapai keuntungan bersama.31 Hal ini didasarkan pada rasionalitas agenda
nasional masing-masing negara yang berkaitan dengan pengembangan sungai
29 Vollmer, R., Ardakanian, R., Leentvaar, J., van der Schaaf, C., Wirkus, L. Op cit. 30 Giordano, A., Meredith & Wolf T., Aaron. Op cit.
15 sehingga dapat mendukung agenda nasional tersebut. Dan langkah untuk
mempertahankan kerjasama, diperlukan mengidentifikasi jangkauan sejauh mana
manfaat potensial yang bisa dicapai dari kerjasama dibandingkan tindakan sepihak
masing-masing negara. Oleh Karena itu, Sadoff dan Gray membagi manfaat
tersebut menjadi empat tipe, yaitu :
Tipe 1- Benefits to the river (environmental) : Meningkatkan manfaat pada
sungai dari manajemen yang lebih baik dari ekosistem.
Tipe 2- Benefits from the river (direct economic) : Meningkatkan manfaat
besar dari sungai dari kerjasama dan pengembangan sungai terpadu
(penggunaan air).
Tipe 3- Benefits because of the river (political) : Manfaat signifikan dari
berkurangnya ketegangan karena kerjasama.
Tipe 4- Benefits beyond the river (catalyst) : Meningkatnya manfaat yang luas,
seperti manfaat dari sungai dan berkurangnya biaya karena sungai dapat
menghasilkan kerjasama yang luas dan integrasi ekonomi regional.
Keempat tipe ini memiliki posisi yang sama, tidak ada perbedan pada
besarnya potensi keuntungan di masing-masing tipe, serta tidak ada urutan tertentu
yang harus didahulukan, karena mereka saling terikat satu sama lain.32 Misal suatu
kerjasama sungai internasional dimotivasi oleh tipe 1 atau tipe 2, maka tipe 3 dan
tipe 4 akan menyusul, atau sebaliknya. Namun ketika salah satu tipe kerjasama
mengalami kemunduran akan berakibat penghambatan pada tipe yang lain.33 Dan
16 empat tipe manfaat berpotensi diperoleh akan sangat bervariasi di seluruh sungai
internasional.
Kerjasama sungai internasional akan selalu menghadapi dua kemungkinan
tantangan dan peluang, karena akan selalu ada dampak positif dan negatif dari
kerjasama sungai internasional.
Gambar 2.1 Tantangan dan Peluang Kerjasama Sungai Internasional
Sumber: Sadoff, C. W., & Grey, D.
Gambar diatas menunjukan tantangan dan peluang dari masing-masing
manfaat pada sungai internasional, dimana jika kerjasama dilakukan dengan efektif
dan adil tantangan dalam kerjasama bisa menjadi peluang, seperti pada tipe 1 yang
memiliki hubungan dengan lingkungan, dimana kerjasama antarnegara tepian
dalam memanfaatkan potensi sungai memiliki tantangan seperti perubahan kualitas
air, lahan basah, dan keanekaragaman hayati, namun jika dilakukan secara tepat
dapat berpeluang meningkatkan kualitas air, arus sungai, konservasi tanah dan
17 Keuntungan bersih untuk sungai secara keseluruhan terkadang dirasa menjadi
kerugian bagi beberapa negara tepian. Jika hal tersebut terjadi, mekanisme
pembagian keuntungan dapat memainkan peran penting dalam memotivasi
kerjasama. Dimana Sadoff dan Grey mendefinisikan benefit sharing sebagai “any
action designed to change the allocation of costs and benefits associated with
cooperation”.34 Yaitu mekanisme atau tindakan yang dirancang untuk mengubah
alokasi biaya dan manfaat yang diperoleh dari kerjasama di sungai internasional.
Hal ini termasuk pada empat tipe manfaat dan semua biaya kerjasama. Biaya
kerjasama berkaitan dengan biaya kelembagaan atau fisik dari pembangunan dan
manajemen sungai atau biaya dalam negosiasi atau hubungan politik, juga
mencakup biaya peluang unilateral (manfaat), serta terkadang termasuk pada
pemberian redistribusi atau kompensasi.
Lebih lanjut, ide utamanya adalah semacam mengubah anggapan zero-sum
game dari pembagian alokasi air menjadi positive-sum game sehingga win-win
situation dapat dicapai.35 Misalnya, pada suatu sungai internasional negara A
mendapatkan pembagian air yang lebih banyak sedangkan negara B lebih sedikit,
mekanisme pembagian keuntungan dapat memberikan negara A atau B atau C
mendapatkan keuntungan yang sama.
Sistem ini memberikan ruang untuk mengidentifikasi kerjasama yang saling
menguntungkan secara fleksibel dengan memisahkan distribusi fisik pembangunan
sungai (dimana kegiatan terjadi) dan distribusi keuntungan ekonomi (pihak yang
18
menerima manfaat dari kegiatan).36 Sehingga memungkinkan negara tepian untuk
berfokus untuk menghasilkan manfaat sungai secara keseluruhan, kemudian
membagi manfaat tersebut dengan cara yang disepakati bersama. Sadoff dan Grey
menghitung cost dari kerjasama sungai internasional melalui lima tindakan, yaitu :
Direct payment for water use, berupa tindakan jual-beli akses air.
Direct payment for benefits, berupa pembayaran atau pemberian
kompensasi pada pihak yang merasa tidak mendapatkan haknya.
Purchase agreements, berupa kesepakatan jual beli listrik hidro. Financing and ownership arrangements, berupa hubungan kerjasama
antara negara tepian dalam hal investasi atau program pengembangan
lainnya.
Broadened bundle of benefits, berupa hubungan kerjasama
pengembangan sungai atas dukungan dan bantuan internasional.
Untuk penjelasan pada masing-masing variable dalam sistem benefit
sharing, sebagai berikut :
Manfaat dari Kerjasama Sungai Internasional
1) Benefits to the river (Lingkungan/ekologikal)
Berfokus pada memungkinkannya manajemen ekosistem sungai yang lebih
baik, sehingga mencapai manfaat pada sungai dan menjadi landasan pada manfaat
lainnya. Kerjasama pengelolaan lingkungan menjadi hal terpenting dalam
pengelolaan dan pengembangan sungai internasional dan dapat membawa manfaat
19 bagi semua penggunaan dan pengguna sungai. Manfaatnya seperti meningkatkan
kualitas air dan melindungi keanekaragaman hayati dan ekosistem lainnya. Dimana
sungai dapat menjadi tempat yang aman dan berharga untuk memulai kerjasama
internasional yang berlandaskan pengelolaan lingkungan.
Walaupun sungai memiliki sistem ekologi yang tangguh namun aktifitas
manusia hampir selalu menjadi penyebab kerusakan lingkungan sungai. Maka dari
itu sangat diperlukan penerapan proses perancangan kerjasama yang efektif dan
berkelanjutan untuk memastikan sistem sungai tetap sehat. Dimana sungai yang
dikatakan sehat berkaitan dengan perlindungan air, pelestarian tanah dan lahan
basah, dan mengurangi pencemaran air, keanekaragaman hayati dan lingkungan
sungai.37
Maka dari itu, manajemen berkelanjutan diperlukan untuk meningkatkan
kualitas penghidupan masyarakat. Selain membuat sungai tetap sehat, kerjasama
pemanfaatan dan pengembangan yang efektif dapat menjadi salah satu kunci
pembangunan berkelanjutan.
2) Benefits from the river (Ekonomi Langsung)
Dimana manajemen kerjasama dan pengembangan sungai internasional dapat
meningkatkan manfaat besar dari sungai, seperti pengelolaan sumber daya air untuk
membangun PLTA, sumber irigasi pertanian, maupun tujuan wisata lingkungan.
Sehingga manfaat seperti peningkatan sumber daya air, produksi pangan dan
energi, kesempatan navigasi, pariwisata lingkungan dapat tercapai.
20 Kenyataannya, selalu ada hambatan dalam pengelolaan sungai internasional,
seperti egoisme dan kepentingan pribadi masing-masing pihak. Maka dari itu sangat
diperlukan pengelolaan yang adil dengan bertimbangan berbagai peluang
penggunaan air dan hubungan antar penggunaan air sehingga dapat diterima dan
diikuti semua pihak. Hubungan hulu-hilir dan dilema antara perlindungan
lingkungan-sosial dan kebutuhan pembangunan menjadi tantangan dalam
kerjasama sungai internasional.38
Dan terkadang dalam kerjasama diperlukan beberapa bentuk redistribusi atau
kompensasi, seperti bantuan dana, hak atas air, investasi, penyediaan barang-jasa
non-terkait, dan lain-lain pada pihak yang merasa tidak mendapatkan hak. Dimana
kerjasama pengelolaan sungai internasional secara terpadu dapat menghasilkan
keuntungan ekonomi bagi semua.
3) Benefits Because of The River (Politikal)
Dimana manfaat yang signifikan dapat diturunkan dari berkurangnya biaya
(atau kerugian) yang ditimbulkan karena sungai, seperti tindakan sepihak atau
ketegangan (atau konflik). Sumber ketegangan dan sengketa sungai internasional,
dapat menyebabkan kerengangan hubungan diplomatik antar negara, peningkatan
kebijakan swasembada masing-masing negara. Hal ini dapat menjadi penghambat
untuk pertumbuhan dan integrasi regional. Kenyataannya integrasi regional
berpotensi sangat penting, terutama pada negara kecil atau berkembang untuk
memajukan negaranya.
21 Namun Sadoff dan Grey berpendapat bahwa sungai internasional lebih
menunjukan kerjasama dan sungai akan selalu menjadi salah satu faktor
penyumbang dalam hubungan baik antar negara tepian dan menjadi pendorong
kerjasama dan integrasi yang stabil dan lebih luas.39
4) Benefits Beyond The River (Katalis/ekonomi secara tidak langsung) Dimana kerjasama sungai internasional menjadi pendorong kerjasama yang
menghasilkan manfaat dari sungai dan mengurangi biaya karena sungai yang dapat
membuka jalan pada kerjasama yang lebih luas bahkan integrasi ekonomi lintas
negara (gabungan dari tipe II dan tipe III).
Seperti peningkatan produktivitas sistem sungai dari produksi dan
perdagangan pangan dan energi, surplus pertanian, pertumbuhan pengolahan dan
perdagangan agro, investasi, infrastruktur dan memperkuat perdagangan. Selain itu
berkurangnya kadar ketegangan atau konflik menghasilkan penghematan biaya
(atau kerugian) sehingga membawa negara tepian pada politik atau kapasitas
kelembagaan kolektif integrasi regional bahkan memungkinkan usaha kerjasama
pada sektor diluar air, seperti transportasi, telekomunikasi, pariwisata dan sektor
lainnya.
Biayadari kerjasama sungai internasional:
1) Direct payment for water
Adalah mekanisme alternatif untuk (kembali) menetapkan hak air yang
disediakan salah satu untuk negara tepian lainnya untuk mendapatkan akses
penggunaan air. Pasar sumber daya air internasional dapat menyediakan
22 mekanisme fleksibel untuk mengalokasikan kembali pengguna air antara negara
tepian dalam pembayaran atau kompensasi yang disepakati, walaupun kadang
dibuat diluar perjanjian sumber daya air yang ada. Dimana prosesnya perjanjian
mengenai harga dan volume air, atau kelayakan pembeli akan mempengaruhi
distribusi manfaat yang diperoleh dari air. Umumnya dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan irigasi pertanian dan suplai air domestik suatu negara.40
2) Payment for benefits (compensation for cost)
Adalah pembayaran untuk manfaat berupa pembayaran atau pemberian
kompensasi pada negara tepian lainnya sebagai konsekuensi dari proses
pembangunan sungai atau sebagai upaya mengantisipasi risiko tersebut, seperti
pada pembangunan bendungan atau waduk suatu negara tepian yang memberikan
pengaruh terhadap polusi atau pencemaran air sungai atau kerusakan lingkungan
yang merugikan negara tepian lainnya.41
3) Purchase Agreement
Tindakan ini dapat disusun sebagai alat fleksibel untuk pembagian
keuntungan. Tindakannya berupa negosiasi perjanjian pembelian dengan
mekanisme pasar atau perdagangan. Seperti negosiasi harga pada pasokan air,
perikanan, produksi pertanian dan lain-lain, dimana hal ini dapat secara efektif
mengalokasikan ulang manfaat penggunaan air antar negara tepian.42 Perjanjian
pembelian juga dapat memberikan jaminan pendapatan yang mungkin diperlukan
untuk mengamankan pembiayaan pada proyek skala besar. Seperti kerjasama
40 Sadoff, C. W., & Grey, D. Op cit. 41 Ibid.
23 beli listik PLTA dari negara yang memiliki kapasitas yang besar melebihi
kebutuhan domestiknya.
4) F inancing and ownership agreement
Pengaturan pembiayaan dan kepemilikan dapat digunakan untuk
mempengaruhi pembagian keuntungan dan transfer melalui struktur kesepakatan,
terutama untuk investasi infrastruktur skala besar. Dimana satu negara tepian dapat
meyediakan pembiayaan, sedangkan lainnya memfasilitasi investasi. Pembiayaan
bersama dapat menjadi cara memfasilitasi kerjasama dan berbagai manfaat dengan
memasukan redistribusi kembali pada struktur kesepakatan. Untuk operasi
kepemilikan bersama atau pemegang perusahaan (seperti perusahaan transmisi
listrik bersama) dapat memberikan manfaat keuangan langsung dan keuntungan
yang lebih luas dari kerjasama yang intensif dan berpotensi membangun
kepercayaan bersama dalam manajemen proyek tersebut.
5) Broadened bundle of benefits
Mengumpulkan manfaat yang lebih luas juga dapat menjadi mekanisme
pembagian keuntungan. Pada beberapa kasus kerjasama sungai internasional, sulit
untuk menemukan manfaat yang dapat diterima semua pihak, maka dari itu dengan
adanya dukungan dan bantuan internasional, dalam mengembangan segala proyek
di sungai Mekong bahkan pada sektor yang tidak berkaitan sangat diperlukan
sehingga dapat menemukan konfigurasi manfaat yang memenuhi semua pihak.
Seperti ketika sulit untuk menegosiasikan manfaat dari investasi
pembangunan PLTA, kerjasmaa dapat diperluas mencakup manajemen pada area
24 proyek diluar proyek terkait, seperti intrastruktur transportasi atau sektor
perdagangan, imigasi, komunikasi atau perlindungan lingkungan dapat
dikumpulkan dalam proyek krjasama sehingga semua pihak dapat menerima
manfaatnya secara adil.
Selain itu, masalah seperti geopolitik dan hubungan diplomatik dan bahkan
manfaat yang kurang nyata lainnya seperti kepentingan masyarakat luas mungkin
mempengaruhi negara-negara terlibat dalam diskusi kerjasama pengelolaan sungai
bersama. Berbagai hal tersebut dapat dipertimbangkan untuk manfaat yang lebih
luas untuk mencapai solusi yang dapat diterima.
2.3 Operasionalisasi Konsep
Sesuai dengan latar belakang dan kerangka konseptual yang telah dijelaskan
penulis sebelumnya, serta pertanyaan di rumusan masalah penelitian maka dalam
operasionalisasi konsep benefit sharing pada kerjasama GMS. Pertama-tama
penulis akan memetakan tipe manfaat kerjasama internasional apa yang dihasilkan
dalam kerjasama GMS, kemudian menghitung cost (biaya) dari kerjasama.
Tipe manfaat, pertama benefits to the river, dengan melihat manfaat yang
tujukan pada sungai, seperti melalui adanya pengelolaan daerah aliran sungai untuk
mengontrol air, banjir dan kemarau, konservasi tanah dan sumber daya alam.
Dengan demikian dapat menjaga kesehatan sungai tetap sehat. Karena setiap
tindakan pengembangan di wilayah sungai memberikan dampak kerusakan atau
degradasi lingkungan dan vitalitas sungai, sehingga perlindungan kekayaan alam di
sungai Mekong menjadi tantangan utama yang dihadapi negara Mekong dalam
25 Pada kerjasama GMS dilihat melalui program di sektor lingkungan dan
sumber daya alam yaitu Core Environmental Program (CEP), yang bertugas
memastikan kelestarian lingkungan dan keadilan sosial dari kerjasama GMS
dengan menyediakan dukungan teknis, operasional dan keuangan untuk
meningkatkan kemampuan pengelolaan lingkungan dalam GMS, dimana memiliki
tiga prioritas isu: (i) konservasi keanekaragamanan hayati dan pengentasan
kemiskinan, (ii) adaptasi dan mitigasi terhadap perubahan iklim, (iii)
mengembangkan kapasitas manajemen.43
Untuk menjalankannya, CEP terbagi menjadi 3 tahap, tahap pertama tahun
2006-2012 (tahap pra-CEP) yang berfokus pada membantu meningkatkan
pengelolaan lingkungan di Mekong dengan memperkuat proses perencanaan,
mendukung peningkatan keanekaragaman hayati dan mata pencaharian. Tahap
kedua tahun 2012-2016, berisi tindakan monitoring, perencanaan dan safeguard
dari keanekaragamanan hayati, mata pencaharian masyarakat serta perubahan
lingkungan, selanjutnya meningkatkan institusi dan pendanaan untuk pengelolaan
keberlanjutan lingkungan. Tahap kedua menjadi tahap lanjutan dengan lebih
memfokuskan proyek pada sektor yang lebih spesifik dan berada ditahap
pelaksanaan program kerja, setelah melakukan proyek percobaan di tahap pertama.
Contoh-contoh proyek lingkungan yang dilakukan, seperti pada proyek
pariwisata di area Golden Quadrangle antara China, Laos dan Thailand, untuk
pelaksanaannya dilakukan dengan mengeluarkan SEA bidang pariwisata di
masing-masing negara, untuk memberikan pemahaman yang lebih baik terkait aset budaya
26 dan konsekuensi lingkungan dari pengembangan pariwisata. Mengkateorikan
daerah konservasi keanekaragaman hayati dalam BCI. Dan EPA dibuat untuk
melihat hasil pelaksaaan evaluasi lingkungan.
Dan pada tahap kedua, menambahkan isu perubahan lingkungan,
mengeluarkan EIA untuk melihat dampak lingkungan yang dihasilkan, dan
meningkatkan insitusi dan pendanaan seperti kegiatan pelatihan GMS Phnom Penh
Plan (PPP) terkait Transportasi, Penggunaan Energi dan Perubahan Iklim untuk
pengembangan manajemen di CEP, yaitu dengan latihan simulasi dan pratik dari
studi kasus.44 Atau pelatihan dan simulasi perubahan land-use untuk menerapkan
motode pemodelan land-use, dan kegiatan pelatihan, penyuluhandan kampanye
lainnya. 45
Dari proyek-proyek yang berhubungan dengan lingkungan ini menghasilkan
manfaat pada sungai, dengan peningkatan konservasi tanah, konservasi dan
perlindungan keanekaragaman hayati dan ekosistem lainnya. Namun peluang yang
belum dicapai dalam hal peningkatan air dan perikanan dalam hal manajemen
sungai terpadu.
Benefits from the river, dilihat melalui proyek atau program kerjasama yang berhubungan pemanfaatan sumber daya air, seperti proyek pembangunan
bendungan PLTA, navigasi sungai, pertanian dan pariwisata air. Pembangunan
bendungan PLTA menjadi salah satu yang paling dikembangkan dengan besaran
44GMS-EOC, Training Workshop: transport, energy use and climate change in the GMS. 2014.
(online, http://www.gms-eoc.org/events/ppp-training-transport-energy-use-and-climate-change-in-the-gms, 7 Mei 2016).
27
potensi sekitar 33.000 MW.46 Kemudian proyek bendungan bersama ini,
menghasilkan manfaat peningkatkan produksi listrik hidro, pendapatan nasional
ekspor listrik hidro dan perluasan akses listrik pada seluruh pelosok negeri.
Sektor pertanian juga penting, karena sebagian besar masyarakat masih
mengandalkannya untuk sumber penghidupan dan mata pencaharian, untuk
membantu sektor pertanian GMS membentuk Core Agriculture Support Program
(CASP) untuk mendukung pertanian negara anggota dengan mulai
mengembangkan teknologi ramah lingkungan dengan hasil pertanian dapat dijual
secara lintas negara, sehingga manfaat peningkatan produksi pangan dapat tercapai.
Untuk sektor pariwisata tertuang dalam Regional Tourism Sector Strategy
(RTSS), dimana terdiri dari 29 proyek utama pariwisata di Mekong membantu
mempromosikan Mekong sebagai tujuan wisata yang ramah lingkungan, sosial dan
ekonomi berkelanjutan.47 Proyek pariwisata ini kemudian menghasilkan manfaat
perupa peningkatan pendapatan masyarakat lokal dan meningkatkan kesadaran
pelestarian lingkungan, mendorong produksi lokal dan melindungi budaya
multietnis dan tradisi, serta pendapatan nasional masing-masing negara.
Beberapa bentuk redistribusi atau kompensasi diberikan pada pihak yang
merasa tidak mendapatkan keadilan, seperti pemberian kompensasi pada
masyarakat yang terkena dampak langsung dari pengembangan Mekong.48 Contoh
pada masyarakat yang kehilangan tempat tinggal atau tanah pertanian mereka,
46 ADB. 2011. The GMS Economic Cooperation Program: Strategy Framework 2012-2022.
(online, https://www.adb.org/documents/greater-mekong-subregion-economic-cooperation-program-strategic-framework-2012-2022, 01 April 2016).
47ADB. 2011 GMS: Tourism sector assessment, strategy and road map. (online,
http://www.adb.org/documents/greater-mekong-subregion-tourism-sector-assessment-strategy-and-road-map, 21 Mei 2016).
28 kompensasi penggantian biaya atas kehilangan, apabila pengaruhnya bersifat
permanen akan diberi kompensasi sebesar kerugiannya.49
Benefits because of the river, merujuk pada manfaat perupa penghematan biaya (atau kerugian) karena tindakan sepihak atau konflik di sungai. Walaupun di
GMS tidak ada kerjasama atau perjanjian yang berhubungan langsung dengan
proyek manajemen sungai terpadu atau manajemen konflik, namun kerjasama GMS
telah menunjukan hubungan politik negara tepian yang terus membaik, dan
membawa negara anggota pada hubungan yang terintegrasi dengan proyek lintas
negara bahkan perluasan kerjasama tidak hanya pada isu air.
Benefits beyond the river, merujuk manfaat yang lebih luas diluar sungai, seperti manfaat ekonomi dari sungai dan manfaat karena berkurangnya ketegangan
atau konflik. Manfaat ekonomi dari sungai dapat dilihat dari peningkatan GDP,
produksi dan perdagangan listrik hidro dan hasil pertanian untuk pangan,
peningkatan mata pencaharian lokal. Dan manfaat politiknya akan terlihat dari
perluasan kerjasama diluar penggunaan air, seperti perdagangan dan investasi,
infrastruktur, transportasi, energi, pengembangan sumber daya manusia dan
kompetensi keahlian lintas negara, telekomunikasi atau pariwisata yang dimasukan
dalam 9 sektor prioritas GMS. Seperti contoh, pengembangan sumber energi
alternatif seperti gas alam, biogas dan biofuel, dan energi matahari, angin dan panas
bumi, dimana sumber energi ini menjadi bagian penting dari energy mix masa depan
Mekong.50
49 Office of the Provincial Governor Porvince of Siem Reap, Cambodia. 2007. Mekong Tourism
Development Project.
29 Selanjutnya setelah memetakan manfaat dari kerjasama GMS, penulis akan
mengkategorikan sistem pembagian manfaat tersebut bagi negara anggota dengan
melihat cost yang dikeluarkan dari kerjasama. Pertama direct payment for water
use, melalui kerjasama jual beli akses air sungai, seperti jual-beli akses sumber air. Pada kerjasama GMS tidak tersedia perjanjian yang mengatur perdagangan akses
sumber air. Karena kerjasama hanya berfokus berkaitan dengan pengembangan dan
pemanfaatan potensi sungai Mekong.
Direct payment for benefits, yaitu berupa pembayaran atau pemberian kompensasi pada negara tepian lain akibat konsekuensi dari proses pembangunan
sungai atau sebagai upaya mengantisipasi risiko tersebut. Dalam GMS, pembayaran
atau pemberian kompensasi langsung ditujukan pada masyarakat atau daerah
tertentu yang terkena pengaruh langsung dalam proses pembangunan. Seperti pada
proyek pembangunan bendungan PLTA.
Purchase agreements, adanya kesepakatan melalui jual beli sumber enegi dari proyek pembangunan bendungan PLTA dan jaringan transmisi lintas negarA.
Dimana dalam GMS diatur dalam Intergovernmental Agreementon regional power
trade pada 3 November 2002 (dalam GMS Summit pertama) dan membentuk
Regional Power Trade Coordination Committee (RPTCC) untuk melaksanaan
IGA.
Seperti pada pryek Nam Ngum 3 Hydropower Project di Laos yang dijual
pada Thailand, dan lain-lain. Dan transmisi listrik hidro, seperti dari Ban Nabong
(Laos) ke Udon 3 sub (Thailand) dengan 500 Kv kapasitas 615 MW jarak 100 km,
30 F inancing and ownership arragements¸ adanya penanaman investasi bersama dalam proyek pengembangan sungai bersama. Seperti pada pembangunan
bendungan PLTA di Laos, dimana proyek di investasi oleh perusahaan Thailand
dan investasi dari ADB dan mitra pembangunan lainnya, dan negara lainnya.
Dan terakhir broadened bundle of benefits, adanya kerjasama pengembangan
wilayah sungai dengan dukungan dan bantuan internasional. Dalam GMS
dukungan dan bantuan secara khusus diberikan oleh ADB sebagai insiator dari
GMS, dan terdapat mitra pembangunan dan bantuan dari negara lainnya untuk
proses pembangunan Mekong, dimana bantuannya berupa dana dan TA, seperti
31
Tabel 2.1 Sistem Benefit sharing (Pembagian Keuntungan)
Konsep Sub-Konsep Variabel Indikator
Benefit
khusus yang memastikan sistem sungai tetap sehat, atau mencegah dan memperbaiki kerusakan ekosistem sungai. seperti pembangunan PLTA, navigasi dan pariwisata.
-Adanya manfaat ekonomi yang
dicapai, seperti, produksi listrik dan pangan.
-Pemberikan retristribusi atau
kompensasi pada yang tidak
mendapatkan keadilan, seperti bantuan dana, hak atas air, investasi, dan lain-lain.
Benefits because of the river (political)
-Adanya manfaat dalam bentuk
penghematan biaya (kerugian) dari tindakan sepihak atau konflik, seperti kerjasama manajemen sungai, banjir dan kekeringan terpadu.
-Berkurangnya ketegangan atau
32
-Adanya proyek kerjasama diluar
penggunaan air di sistem sungai, seperti transportasi, perdagangan dan investasi, industri, infrastruktur, dan energi.
-Adanya manfaat dari dan diluar
sungai dari pengembangan sistem sungai, seperti produksi, perdagangan dan interkonektifitas pangan, energi dan hasil pertanian, memperkuat perdagangan lintas negara, dan lain-lain.
-Adanya tindakan jual-beli akses air
Direct payment for
benefits
-Adanya pemberian atau pembayaran
kompensasi sebagai konsekuensi dari proses pembangunan sungai atau sebagai upaya mengantisipasi risiko, seperti pembangunan bendungan, dan lain-lain.
Purchase agreements
-Adanya tindakan jual-beli listrik
hidro yang dihasilkan melalui sumber daya sungai.
Financing and ownership arrangement
-Hubungan kerjasama melalui proses
menanamkan investasi pada program pemanfaatan sungai.
Broadened bundle of
benefits
-Adanya dukungan dan bantuan
internasional dalam melakukan
33
Benefits to the river : konservasi tanah, keanekaragaman hayati,
Benefits from the river : Produksi energi, pangan dan pariwisata
Benefits because of the river : - (namun hub. politik kooperatif)
Benefits beyond the river : Pertumbuhan ekonomi dan interkonektifitas subregional
Direct payment for benefits : kompensasi langsung pada masyarakat yang terkena dampak
Purchase agreement : perdagangan energi lintas negara
Financing & ownership : penanaman investasi pada proyek pembangunan
Broadened bundle of benefits : bantuan dana dan teknis internasional
34
2.5 Argumen Utama
Berdasarkan seluruh penjelasan diatas, argumen utama penulis dalam
penelitian ini adalah sistem pembagian keuntungan bersama dari kerjasama
Greater Mekong Subregional (GMS) dipengaruhi oleh manfaat dan biaya dalam
kerjasama sungai internasional, yaitu Benefits to the river sehingga memberikan
manfaat ekologi, Benefits from the river sehingga memberikan manfaat ekonomi,
Benefits because the river sehingga memberikan manfaat hubungan politik yang
lebih kooperatif, dan Benefits beyond the river sehingga memberikan manfaat
integrasi dan interkonektivitas subregional (manfaat), dan direct payment for water
use, Direct payment for benefits, Purchase agreements, Financing and ownership
arrangements, dan Broadened bundle of benefits (biaya), sehingga mencapai
35
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif. Dengan alasan karena
bentuk penelitian ini ditujukan menggambarkan dan menjelaskan secara deskriptif
mengenai sistem pembagian keuntungan berdasarkan konsep benefit sharing.
Dengan metode penelitian kualitatif. Kasus ini kemudian disajikan dalam sebuah
hasil penelitian guna menjawab rumusan masalah yang dicantumkan pada bab satu.
Sedangkan level of analysis yang digunakan dalam penelitian adalah sistem
internasional, yaitu kerjasama subregional melalui Greater Mekong Subregional
(GMS).
3.2 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian merupakan penegas mengenai batasan-batasan
objek penelitian yang mencakup lingkup topik. Dalam penelitian ini yang menjadi
ruang lingkup topik adalah kerjasama GMS yang dilakukan negara-negara tepian
dalam pengembangan bersama wilayah sungai Mekong. Penulis mengambil
rentang waktu 2002 hingga 2013. Karena tahun 2002 menjadi titik balik penting
bagi kerjasama GMS, karena negara anggota telah menetapkan komitmen pada visi
bersama untuk membangun subregional integrasi, makmur dan harmonis melalui
upaya peningkatan konektivitas, daya dan membangun sense of community yang
kuat (the 3Cs), upaya mencapai visi tersebut melalui proyek pembangunan
diantaranya proyek kunci koridor jalan GMS, pengelolaan lingkungan yang
komprehensif, memperkuat pertanian, pemasaran dan pengembangan pariwisata,
36
sungai termasuk dalam 10-year GMS Strategic Framework). Dan tahun 2013
menjadi tahun berikutnya setelah program kerjasama berakhir (tahun 2012), maka
dari itu pada tahun 2013 menulis ingin melihat capaian yang telah dicapai selama
pelaksanaan proyek tahun 2002-2012.
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode studi pustaka atau teknik dokumen,
dimana dilakukan atas hasil studi terhadap beberapa bahan pustaka yang relevan
dan berhubungan satu sama lain. Data yang digunakan dalam penulisan penelitian
ini adalah data sekunder yang dikumpulkan dari berbagai literatur, seperti e-book,
jurnal online, buku, dan dokumen penting serta laporan resmi pemerintah dan aktor
non-negara. Selain itu juga berasal dari berita, artikeldan situs resmi online.
3.4 Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknis analisis data kualitatif dimana
pengambilan data dilakukan melalui berbagai sumber dilanjutkan untuk dianalisis
dengan menggunakan konsep dan variabel yang digunakan penulis dalam penelitan.
Kemudian diolah hingga menarik kesimpulan.
3.5 Sistematika Penulisan
Laporan penelitian ini akan disusun dengan urutan :
BAB I : Berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah dan tujuan
penelitian.
BAB II : Berisi pemaparan studi terdahulu, kerangka konseptual yang
37
BAB III : Berisi pemaparan jenis, ruang lingkup penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik analisis data, dan sistematika penulisan.
BAB IV : Berisi gambaran umum terkait data yang akan dideskripsikan, yaitu
permasalahan yang terjadi dan kerjasama yang dilakukan negara tepian.
BAB V : Berisi pembahasan yang akan memaparkan hasil penelitian dari
variabel-variabel dalam konsep yang kemudian dianalisis berdasarkan konsep
tersebut.
BAB VI : Berisi kesimpulan penelitian yang dilakukan, meliputi penolakan
atau penerimaan argumen utama yang telah dirumuskan sebelumnya, serta
saran-saran bagi peneliti selanjutnya yang berminat mengamati objek penelitian yang