• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. DESKRIPSI UPACARA CAWIR METUA, SERTA PENGGUNAAN

3.1 Siklus Hidup Manusia dalam Konsep Kebudayaan Karo

Dalam kebudayaan Karo, manusia dipandang menjadi satu kesatuan dengan alam yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Dalam era animism dan dinamisme Tuhan ini disebut dengan Dibata, kemudian setelah masuknya agama Kristen (Protestan maupun Katholik) dikonsepkan dalam trinitas yaitu Allah Bapa, Tuhan Yesus, dan Roh Kudus--dan Islam menyebutnya dengan Allah.

Tuhan menciptakan manusia termasuk orang-orang (kalak) Karo dimulai dari alam kandungan ibu. Ketika masih berada di alam kandungan ini, orang Karo berharap kelak janin tersebut menjadi manusia Karo yang sempurna. Kemudian ketika telah berada di dalam kandungan selama lebih kurang Sembilan bulan, maka ia lahir di dunia ini. Pada saat kelahiran ini, dalam budaya Karo diadakan upacara menyambut kelahiran bayi. Kemudian tumbuh dan berkembanglah bayi tersebut, menjadi remaja, dan kemudian dewasa. Pada saat ini, orientasi berikutnya adalah mencari jodoh atau pasangan hidup, yang kemudian meneruskan generasi manusia Karo. Dalam konteks memilih jodoh ini, orang Karo dapat menggunakan institusi adat seperti pada acara menanam padi bersama, atau pesta panen (kerja tahun), kegiatan guro-guro aron, dan lain-lainnya.

Demikian seterusnya dia orang yang telah diberkati secara religi dan adat, membina rumah tangga./ Kemudian mereka juga akan meneruskan generasi keturunannya. Kemudian keduanya bergaul dan bersosialisasi di dalam masyarakat. Mereka yang dianggap berhasil di dalam masyarakat ini adalah apabila memiliki keturunan, kemudian disertai pula dengan tingkat perekonomian yang baik, begitu juga dengan berbagai jabatan social, dan aspek-aspek lain yang menjadikannya manusia yang dipandang sempurna di dalam kebudayaan Karo.

Seterusnya, sebagai hukum alam dari Tuhan, yang memang tidak dapat dihindari manusia adalah kematian. Pada umumnya, di seluruh dunia ini, kematian merupakan peristiwa yang berdimensi kehilangan yang selalu diekspresikan dengan kesedihan, dan duka cita yang mendalam. Namun dalam beberapa kelompok masyarakat, misalnya dalam budaya Batak Toba, Simalungun, Pakpak, dan Karo, ada jenis kematian yang dirayakan dengan cara suka cita, yaitu seseorang yang meninggal dunia, telah memiliki anak, dan kesemua anaknya berhasil secara sosial di dunia ini. Upacara seperti ini disebut saur matua dalam masyarakat Batak Toba, sayur matua di Simalungun, dan cawir metua di dalam kebudayaan Karo.

Sebelum membahas mengenai kematian cawir metua dan proses pelaksanaan upacaranya, serta penggunaan katoneng-katoneng yang dinyanyian oleh perkolong-kolong, alangkah baiknya jika daur hidup manusia ini, dipandang dari disiplin biologi. Dalam biologi, organisme (makhluk hidup) menjalani daur hidup (life cycle), suatu proses yang menandai perkembangan suatu organisme sejak memulai hidupnya di bumi sampai bereproduksi untuk mempertahankan keberadaan jenisnya. Proses tersebut merupakan suatu perputaran (daur atau siklus)

karena akan kembali pada titik awal mulanya. Dalam daur hidup terlihat perubahan bentuk luar (morfologi) yang menandai fase perkembangan suatu individu.

Sebagai contohnya, daur hidup manusia dimulai dari zigot di dalam rahim ibu, lalu dilahirkan, kemudian mengalami perkembangan dari bayi, anak-anak, remaja, hingga dewasa. Tahap dewasa adalah tahap ketika individu siap secara biologis untuk bereproduksi. Namun demikian, daur hidup tidak selalu sederhana. Perubahan pada aspek morfologi yang sangat nyata dan genetik sering dijumpai pada kelompok organisme tertentu, yang sering kali diikuti dengan kebutuhan lingkungan hidup yang jauh berbeda. Daur hidup berbagai hewan parasit dapat menjadi contohnya. Metamorfosis pada serangga merupakan daur hidup yang menunjukkan perubahan bentuk luar dan lingkungan hidup. Pergiliran keturunan pada tumbuhan, alga, dan cendawan merupakan daur hidup yang disertai dengan perubahan morfologi, bilangan genom, dan (kadang-kadang) lingkungan hidupnya pula.

Perkembangan pada manusia diawali melalui proses pembuahan. Proses pembuahan yaitu pertemuan antara sel telur yang berasal dari perempuan (ibu) dengan sel sperma yang berasal dari pria (ayah). Inti sel sperma akan bergabung/melebur dengan inti sel telur dan terbentuk sebuah sel baru yang disebut zigot. Zigot ini akan senantiasa membelah diri menjadi 2 sel, 4 sel, 8 sel, 16 sel, 32 sel, dan seterusnya. Zigot yang telah membelah menjadi banyak sel tadi akan berkembang menjadi embrio, kemudian menjadi janin dalam rahim ibu. Lamanya waktu janin tumbuh dan berkambang di dalam rahim ibu, dari mulai proses pembuahan hingga kelahiran adalah kurang lebih 9 bulan.

Perkembangan janin selama di dalam rahim dibagi dalam tiga tahapan. Lamanya waktu pada setiap tahapan adalah tiga bulan. (1) trimester pertama, tiga bulan pertama embrio berkembang menjadi janin yang panjangnya kurang lebih 5,5 cm. Janin sudah berbentuk seperti manusia walaupun ukuran kepalanya sangat besar. Di akhir tiga bulan pertama ini janin juga sudah mulai dapat menggerakkan tangan dan kakinya.

(2) Trimester kedua, pada tiga bulan kedua, janin sudah semakin berkembang dan panjangnya sudah mencapai kurang lebih 19 cm. Tangan dan kakinya telah berkembang bahkan jari-jari tangan dan kaki sudah mulai terbentuk, muka tumbuh memanjang. Pada tiga bulan kedua ini detak jantung janin juga sudah mulai bisa dideteksi. Gerakan janin juga mulai aktif.

(3) Trimester ketiga, pada tiga bulan ketiga terjadi pertumbuhan ukuran janin sangat cepat. Ukuran tubuh sudah proporsional seperti bayi. Karena ukuran tubuhnya semakin besar, janin tidak terlalu leluasa bergerak di dalam rahim. Menjelang kelahiran bayi pada umumnya sudah mencapai panjang sekitar 50 cm. Berikutnya janin akan lahir ke dunia dan disebutlah dengan sebutan bayi.

Janin menerima semua zat hara dan oksigen dari pasokan darah ibunya. Tetapi, darah janin itu tak pernah langsung bercampur dengan darah ibunya. Janin membuat darah sendiri dan berhubungan dengan darah ibunya melalui plasenta. Plasenta menghubungkan dinding rahim ibu dengan tali pusar bayi. Melalui plasenta inilah ibu dan janin mempertukarkan zat hara/makanan, gas-gas dan sisa buangan.

Masa setelah kelahiran: (1) masa balita dan anak-anak, pada saat dilahirkan, seorang bayi sesungguhnya telah memiliki organ dan sistem organ sebagaimana orang dewasa, namun organ-organ tersebut belum matang. Misalnya, bayi mempunyai kaki namun belum bisa berjalan dan mempunyai tangan namun belum dapat memegang dengan baik. Seiring dengan bertambahnya usia, organ-organ pada bayi juga akan berkembang.

Pada usia 1 atau 2 tahun, bayi akan mulai belajar berjalan dan mengendalikan fungsi anggota tubuh lainnya seperti tangan, kepala, mulut.Organ- organ tersebut akan semakin matang pada saat usia anak-anak. Pada saat usia masuk sekolah (sekitar usia 5 tahun), perkembangan organ anak biasanya sudah cukup matang, kecuali organ reproduksi.

(2) Masa remaja atau pubertas, masa ini adalah masa saat organ-organ reproduksi mencapai kematangannya. Masa pubertas bisanya dimulai saat berusia 8 hingga 10 tahun dan berakhir lebih kurang di usia 15 hingga 16 tahun. Perubahan fisik yang terjadi Perubahan fisik yang terjadi merupakan tanda kematangan organ-organ reproduksi. Pada umumnya, organ-organ reproduksi anak perempuan lebih cepat matang dibandingkan organ reproduksi anak laki-laki.

Kemudian hidup manusia diteruskan ke dalam masa perkawinan, dengan berbagai proses fisik dan sosial dengan lingkungannya. Masa ini umumnya manusia dikatakan telah dewasa dan siap melakukan reproduksi keturunannya. Dalam masa-masa ini manusia juga berada dalam usia produktif baik sebagai orang tua dan juga sebagai manusia dalam konteks ekonomis.

Setelah itu, manusia menjalani masa tuanya. Kemudian mengisi hari-harinya sebagai manusia lanjut usia. Walau kematian bias saja terjadi di seluruh daur hidup manusia, namun biasanya secara manusiawi, mati kalau bias adalah pada masa tua ini, selepas masa produktif. Demikian juga yang terjadi pada orang Karo.

Dokumen terkait