• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV KONDISI UMUM

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4 Hubungan Setting Taman dengan Aktivitas Vandalisme

5.4.2 Hubungan Setting Lawn dengan Aktivitas Vandalisme

Keseluruhan aktivitas yang diamati dalam penelitian ini dapat ditemukan pada

setting ini. Aktivitas yang dapat ditemui adalah aktivitas 1 (menulis atau menggambar pada fasilitas), aktivitas 2 (memindahkan fasilitas), aktivitas 3 (mengambil atau mematahkan bagian dari tanaman), dan aktivitas 4 (membuang sampah tidak pada tempatnya). Hal ini dapat menggambarkan bahwa setting ini memiliki jumlah vandalisme yang lebih tinggi dibandingkan dengan setting taman sakura.

Aktivitas vandalisme tipe 1 (menulis atau menggambar pada fasilitas atau tanaman) memiliki nilai tengah yang bernilai 0 (nol) aktivitas vandalisme dengan dua frekuensi nilai ekstrim yang masing-masing bernilai satu aktivitas vandalisme. Nilai ekstrim ini merupakan aksi vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas bangku taman dan tempat sampah. Dalam penelitian ini, aktivitas vandalisme 2 merupakan aktivitas vandalisme yang hanya ditemukan pada setting lawn. Aksi vandalisme ini hanya terlihat dalam empat kali ulangan yang masing-masing ulangan terdapat satu aktivitas memindahkan fasilitas yang berada pada setting ini, hal ini menyebabkan pemusatan data berada pada nilai perilaku vandalisme sebesar 0 (nol) aktivitas vandalisme hingga satu aktvitas vandalisme.

Pemusatan data yang terlihat dalam boxplot aktivitas vandalisme 3 tidak simetris karena terdapat pemusatan data yang lebih besar pada nilai-nilai kecil dengan nilai tengah data yang bernilai tiga aktivitas vandalisme. Aktivitas vandalisme 3 memiliki pemusatan data antara data yang bernilai satu aktivitas vandalisme hingga empat aktivitas vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman. Aktivitas vandalisme 4 memiliki penyebaran data kearah data yang bernilai besar dengan pemusatan data pada besaran jumlah perlaku vandalisme antara enam hingga 16 pelaku vandalisme tiap ulangan.

Tabel 9. Sikap Pelaku Vandalisme pada Setting Lawn

Tipe

Vandalisme Faktor Lingkungan

Sangat Menunjang Cukup Menunjang Tidak Menunjang Aktivitas 1 a. Berada pada lokasi yang

sepi

30% 20% 50%

b. Keberadaan grafiti yang sebelumnya

20% 50% 30%

Aktivitas 2 a. Struktur fasilitas yang tidak permanen

b. Material fasilitas yang rentan

30% 20% 50%

Aktivitas 3 a. Dalam jangkauan tangan 20% 70% 10%

b. Keindahan/keunikan bagian dari tanaman

40% 30% 30%

Aktivitas 4 a. Minimnya ketersediaan tempat sampah 50% 40% 20% b. Keberadaan sampah sebelumnya 60% 30% 10% Keterangan:

Aktivitas1 : Menulis atau menggambar/grafiti pada fasilitas Aktivitas 2 : Memindahkan fasilitas

Aktivitas 3: Mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman Aktivitas 4 : Membuang sampah tidak pada tempatnya

Aktivitas vandalisme 4 (membuang sampah tidak pada tempatnya) merupakan aktivitas yang paling banyak dilakukan dalam setting ini. Tingginya aktivitas piknik dan social gathering yang dilakukan pada setting ini menyebabkan tingginya jumlah sampah yang dihasilkan dalam setting ini. Tingginya produksi sampah dalam setting

ini serta minimnya ketersediaan tempat sampah dan juga keberadaan sampah yang sudah dibuang sembarangan pada setting ini, mendorong pelaku vandalisme untuk membuang sampah tidak pada tempatnya dalam setting lawn (Tabel 9). Pada setting

ini, sikap yang ditunjukkan oleh pelaku vandalisme membuang sampah tidak pada tempatnya adalah kurangnya ketersediaan tempat sampah sangat menunjang pelaku vandalisme untuk membuang sampah tidak pada tempatnya. Jumlah sikap yang ditunjukkan oleh pelaku vandalisme membuang sampah tidak pada tempatnya ini dapat memberikan gambaran bahwa menurut para pelaku vandalisme, setting ini tidak memiliki jumlah tempat sampah yang dapat menampung jumlah sampah yang dihasilkan dari aktivitas pada kedua setting ini. Tingginya produksi sampah dalam

ketersediaan tempat sampah pada setting ini hanya berjumlah 3 buah tempat sampah. Berdasarkan pada tabel diatas (Tabel 9) dapat diketahui bahwa sikap terbanyak yang dinyatakan oleh pelaku aksi vandalisme adalah bahwa keberadaan sampah yang sudah ada lebih dulu pada setting ini sangat mendorong mereka untuk melakukan aksi vandalisme serupa pada setting ini. Tingginya aksi vandalisme tipe ini, salah satunya dipacu oleh kurangnya penanganan cepat atas keberadaan sampah. Menurut Wiesenthal dan Stehlin (1988) bahwa suatu tindak vandalisme akan menjadi pemicu dari aksi vandalisme yang selanjutnya. Tidak seperti taman sakura, wisatawan pada

setting lawn tidak banyak menggunakan jasa penyewa alas duduk karena lawn yang berada pada setting ini cukup kering sehingga para pengunjung dapat duduk dengan nyaman dibawah tanpa menggunakan alas duduk. Hal ini menyebabkan dampak tidak langsung bagi jumlah sampah di setting ini. Dengan sedikitnya jumlah pengguna jasa penyewa alas duduk maka akan penanganan sampah pada setting ini hanya bergantung pada penanganan dari pihak pengelola kawasan saja.

Aktivitas vandalisme 3 dalam penelitian ini adalah aksi vandalisme mengambil atau mematahkan bagian tanaman. Aktivitas vandalisme ini merupakan aktivitas terbanyak kedua pada setting lawn setelah aktivitas vandalisme membuang sampah sembarangan. Tanaman yang menjadi obyek dari aksi vandalisme ini adalah tanaman sakura (Prunus sp.), ki perak (Rhaphiolepis championi), dan lantana (Lantana camara). Faktor lingkungan yang mendorong para pelaku vandalisme untuk melakukan aktivitas vandalisme mengambil atau mematahkan bagian dari tanaman pada setting ini adalah ada beberapa tanaman dalam setting ini yang berada dalam jangkauan tangan (Tabel 9). Sikap terbanyak yang dinyatakan oleh pelaku aksi vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman bahwa penempatan tanaman pada setting ini cukup mempengaruhi mereka dalam melakukan aksi vandalisme. Dalam pengamatan lapang diketahui bahwa terdapat tanaman yang menjadi sasaran dari aksi vandalisme ini merupakan tanaman yang berada dalam jangkauan tangan manusia. Jumlah tanaman yang tidak banyak dan penempatan tanaman yang tidak padat serta berada pada perbatasan setting menyebabkan tersedianya ruang yang cukup bagi wisatawan untuk beraktifitas sehingga dapat

meminimalkan interaksi antara manusia dengan tanaman. Meskipun dalam penempatan tanaman pada setting ini memungkinkan untuk memberi ruang beraktifitas yang cukup bagi wisatawan namun tingginya kunjungan wisatwan pada

setting ini menyebabkan terjadinya aksi vandalisme tipe ini memiliki jumlah yang tidak jauh berbeda dengan aksi vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman pada setting lawn. Berdasarkan pada tabel diatas (Tabel 9), sikap yang dikemukakan oleh pelaku vandalisme mengenai faktor lingkungan yang kedua adalah bahwa bagian yang menarik dari suatu tanaman sangat mendorong mereka untuk melakukan tindak vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman tersebut. Pernyataan sikap yang ditunjukkan oleh pelaku vandalisme pada setting ini didukung oleh kenyataan dilapang dimana yang menjadi sasaran dari aksi vandalisme ini adalah ranting, daun, dan bunga. Bunga yang menjadi sasaran dari aksi vandalisme ini merupakan bunga yang memiliki warna yang mencolok sehingga menimbulkan keinginan bagi pelaku vandalisme untuk memiliki bunga tersebut.

Aktivitas vandalisme tertinggi ketiga yang dilakukan dalam setting ini adalah aktivitas vandalisme 2, yaitu memindahkan fasilitas. Faktor lingkungan yang mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas vandalisme memindahkan fasilitas yang dilakukan pada setting ini adalah struktur dari beberapa fasilitas yang berada di

setting lawn kurang kokoh sehingga mudah untuk dipindahkan (Tabel 9). Pada setting lawn, aksi vandalisme memindahkan fasilitas dilakukan terhadap dua obyek, yaitu besi tempat berjualan dan papan nama tanaman, dimana besi tempat berjualan merupakan obyek yang paling sering dikenakan tindakan vandalisme memindahkan fasilitas. Tingginya tingkat vandalisme pada fasilitas taman terkait dengan kerentanan fasilitas yang berasal dari pemilihan konstruksi fasilitas tersebut (Chalingger 1992, diacu dalam Clarke 1997). Pernyataan tersebut mendukung sikap yang ditunjukkan oleh pelaku vandalisme ini dimana obyek yang menjadi sasaran dari aksi vandalisme ini merupakan fasilitas yang memiliki struktur tidak permanen sehingga aksi vandalisme ini dapat terjadi. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 9. dimana sikap yang dinyatakan oleh para pelaku vandalisme pada setting lawn adalah bahwa fasilitas dengan struktur tidak permanen pada setting ini sangat mendukung mereka

untuk melakukan aksi vandalisme. Meskipun secara umum fasilitas yang terdapat pada setting ini memiliki struktur fasilitas yang permanen namun terdapat dua obyek yang tidak permanen, yaitu besi untuk berjualan dan papan nama tanaman. Besi untuk berjualan merupakan obyek vandalisme yang dominan menjadi sasaran dari aksi vandalisme ini. Meskipun ditemukan aksi vandalisme pada fasilitas papan nama tanaman namun nilai aksi tersebut sangat kecil nilainya hanya 1% dari keseluruhan aksi vandalisme pada setting lawn. Sikap yang dikemukakan oleh pelaku vandalisme terhadap faktor lingkungan kedua untuk aktivitas vandalisme memindahkan fasilitas adalah bahwa mereka memindahkan fasilitas dikarenakan kerentanan material dari obyek vandalisme tersebut tidak menunjang sikap mereka untuk melakukan aksi vandalisme ini. Hal tersebut disebabkan karena fasilitas materi yang digunakan pada

setting ini memiliki sifat material yang kokoh dan tahan lama, sehingga mengurangi peluang kerusakan yang terjadi pada fasilitas tersebut dan mengakibatkan rendahnya aksi vandalisme pada setting ini. Penemuan ini sejalan dengan penelitian Clarke et al.

(1978) yang menemukan bahwa kerentanan dari suatu obyek pengrusakan dapat mengintroduksi berbagai perilaku yang berujung pada kehancuran dari obyek tersebut.

Aktivitas vandalisme 1 merupakan aktivitas vandalisme yang paling jarang dilakukan dalam setting ini dan seperti yang terlihat dalam boxplot dapat terlihat bahwa kegiatan vandalisme ini tidak sering dilakukan dan hanya sesekali saja dilakukan pada setting ini. Data ini sesuai dengan kenyataan dilapang dimana hanya sedikit ditemukan tulisan maupun gambar yang terdapat pada setting maupun fasilitas yang berada di settinglawn. Dalam penelitian ini, kondisi tersebut dipengaruhi oleh penggunaan elemen penyusun setting dan penataan setting yang sesuai sehingga dapat meminimalkan aksi vandalisme menulis atau menggambar pada setting lawn, antara lain penggunaan fasilitas dan tanaman yang memiliki penampang yang tidak luas dan cukup keras untuk dicoret-coret sehingga meminimalkan aktivitas vandalisme 1. Pada Tabel 9 diketahui bahwa sikap yang dinyatakan oleh para pelaku vandalisme pada setting lawn adalah bahwa kondisi sepi pada setting ini cukup mendukung dan tidak mendukung mereka untuk melakukan aksi vandalisme. Seperti

pada taman sakura, setting ini merupakan salah satu vantage point Kebun Raya Cibodas yang selalu ramai oleh pengunjung sehingga dapat diketahui bahwa aksi vandalisme yang dilakukan pada setting ini tidak dipengaruhi oleh keberadaan setting

yang terletak pada lokasi yang sepi. Tapak ini memiliki perancangan setting yang terbuka sehingga tidak ditemukan lokasi terpencil yang sulit umtuk diakses. Hal ini turut mendukung minimnya aksi vandalisme 1 yang dilakukan pada setting lawn.

Tingginya jumlah kunjungan serta perancangan setting yang terbuka menyebabkan mempermudah dan meningkatkan pengawasan dari berbagai pihak. Aksi vandalisme lebih banyak dilakukan pada lokasi dengan pengawasan yang minim karena dapat meminimalkan rasa malu yang diperoleh pelaku vandalisme apabila terkena teguran akibat perilaku vandalisme mereka serta mengurangi kekhawatiran mereka untuk dilaporkan ke pihak yang berwenang. Sikap lainnya yang dinyatakan oleh pelaku vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas di setting lawn bahwa keberadaan coretan terdahulu yang terdapat pada setting ini cukup mendorong mereka untuk melakukan vandalisme menulis atau menggambar yang serupa pada obyek tersebut. Data ini merupakan gambaran bahwa pada setting lawn tidak banyak terdapat tulisan dan gambar terdahulu yang akan memicu calon pelaku vandalisme mencoret-coret lainnya, dan dapat menjelaskan bahwa faktor ini bukan faktor utama yang menjadi pendorong para pelaku vandalisme di setting ini untuk melakukan tindakan menulis atau menggambar pada fasilitas. Pernyataan sikap para pelaku vandalisme ini didukung oleh kenyataan dilapang dimana tidak didapatinya banyak coretan yang ditemukan pada fasilitas di setting ini, sehingga dapat meminimalisasi aksi vandalisme tipe 1 yang selanjutnya. Dalam pengambilan video diketahui bahwa jumlah aksi vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas di setting Taman Sakura dan lawn sama besarnya, padahal berdasarkan kondisi dilapang diketahui bahwa vandalisme tulisan dan atau gambaran yang berada pada fasilitas di Taman Sakura lebih banyak dibandingkan dengan vandalisme tulisan dan atau gambaran yang berada pada fasilitas di Lawn. Perbedaan ini disebabkan oleh keterbatasan waktu penelitian sehingga didapatkan data vandalisme yang kurang menunjang.