• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi hubungan perilaku vandalisme terhadap setting pada Kebun Raya Cibodas, Kabupaten Cianjur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Identifikasi hubungan perilaku vandalisme terhadap setting pada Kebun Raya Cibodas, Kabupaten Cianjur"

Copied!
213
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI HUBUNGAN PERILAKU VANDALISME

TERHADAP SETTING PADA KEBUN RAYA CIBODAS,

KABUPATEN CIANJUR

ANNISAA ELOK PERMATASARI

A44060928

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

(2)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

ABSTRACT

ANNISAA ELOK PERMATASARI. Identification of Relationship between Vandalism Behavior and Setting in The Botanical Garden at Cibodas, Cianjur. Under direction of ARIS MUNANDAR.

The appropriate design of setting can create the comfort and the harmony between human and its surrounding. However, if there is inexpediency of that setting design, it will give a chance for the candidate of vandalism behavior agent to do vandalism behavior. This study aims to identify relationship between vandalism behavior and location setting, and also to learn about sustainable design system so that behavior can be made out and decreased. This research done toward two settings which contained in KRC, that is collection setting (which is representated by Sakura Garden) and recreation setting (representated by lawn), setting generated the existence of vandalism action done by KRC visitors. Data was also generated by questionnaire to vandalism agents. Field observation done in ten times repetition which is in one repetition there is observation in 30 minutes toward each settings. There are four vandalism actions which observed, that are writing or drawing at facilities, moving the facilities, broking or taking a part of plants, and throwing garbage carelessly. There are only three vandalism actions which observed in Sakura Garden setting, i.e. writing or drawing at facilities, broking or taking a part of plants, and throwing garbage carelessly. While in Lawn setting, all of the vandalism actions can be observed. Recommendation for landscape managements were elaborated through form, function and organization aspects.

(3)

RINGKASAN

ANNISAA ELOK PERMATASARI. Identifikasi Perilaku Vandalisme terhadap

Setting pada Kebun Raya Cibodas, Kabupaten Cianjur. Dibimbing oleh ARIS MUNANDAR.

Kebun Raya adalah suatu kawasan yang mengkoleksi berbagai jenis tumbuhan, baik untuk tujuan penelitian maupun sebagai tempat wisata (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989). Di Indonesia terdapat sebanyak 17 lokasi kebun raya yang salah satunya adalah Kebun Raya Cibodas. KRC dengan beragam fungsi yang dimiliki, sudah seharusnya memiliki setting yang dapat mewadahi setiap aktivitas yang dilakukan didalamnya. Perancangan setting yang tepat akan menciptakan kenyamanan dan keselerasan antara manusia dengan lingkungannya, namun apabila dalam perancangan setting lokasi tersebut terdapat ketidaksesuaian maka akan dapat memicu timbulkan aktivitas vandalisme. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keterkaitan antara perilaku vandalisme dengan setting lingkungan, mempelajari faktor lingkungan yang mendorong pelaku vandalisme, dan mempelajari sistem pengelolaan yang dilakukan untuk mengurangi dan mengatasi perilaku vandalisme serta kerusakan yang disebabkannya.

Penelitian yang dilaksanakan terbagi atas tiga tahapan utama. Tahap pertama adalah tahap pra survei untuk menentukan landasan penelitian. Pada tahap pra survei, penelitian pada kawasan KRC dibagi dalam dua zona yang pembagiannya didasarkan oleh penetapan zona yang telah ditentukan oleh pengelola, dimana zona tersebut adalah setting koleksi (diwakili setting taman sakura) dan setting rekreasi (diwakili

setting lawn). Tahap kedua yakni tahap survei lapang untuk mengumpulkan data (data primer dan data sekunder) serta pengecekan di lapang. Data primer diperoleh dari pengecekan lapang melalui pengamatan langsung dan perekaman aktifitas pelaku vandalisme melalui video (30 menit untuk tiap setting), kuesioner, serta wawancara. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka. Dalam penelitian ini terdapat empat aktifitas vandalisme yang diamati, yaitu: menulis atau menggambar pada bagian fasilitas, memindahkan fasilitas, mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman, membuang sampah tidak pada tempatnya. Terdapat sepuluh obyek dari tindakan vandalisme yang diamati pada kedua setting tersebut, yaitu gazebo, bangku taman, media informasi, jembatan, tempat sampah, besi penyanggah tanaman, dan papan nama tanaman, pohon, semak, dan ground cover. Tahap yang terakhir adalah tahap pasca survei yaitu tahap untuk mengelola dan menganalis data yang telah dikompilasi.

Setting lawn memiliki jumlah aksi vandalisme yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan setting taman sakura. Pada setting taman sakura ditemukan sebesar 114 perilaku vandalisme dan pada setting lawn ditemukan sebanyak 150 perilaku vandalisme. Jumlah kombinasi vandalisme yang dilakukan pada setting lawn

(4)

yang terlihat dalam penelitian ini adalah menulis atau menggambar pada fasilitas, mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman, dan membuang sampah tidak pada tempatnya. Sedangkan aksi vandalisme yang terlihat pada setting lawn adalah menulis atau menggambar pada fasilitas, memindahkan fasilitas, mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman, dan membuang sampah tidak pada tempatnya.

Faktor yang mendorong pelaku vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas pada taman sakura adalah karena terdorong oleh adanya fasilitas yang terletak pada lokasi yang sepi dan karena sebelumnya sudah didapati adanya tulisan ataupun gambar pada fasilitas tersebut. Sedangkan faktor yang mendorong pelaku vandalisme menulis atau menggambar pada fasilitas pada lawn adalah karena sebelumnya sudah didapati adanya tulisan ataupun gambar pada fasilitas tersebut. Pelaku aksi vandalisme memindahkan fasilitas pada setting lawn terdorong oleh terdorong oleh struktur dari fasilitas tersebut yang tidak permanen. Aksi vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman pada setting taman sakura, dilakukan karena dorongan dari penempatan dan ukuran tanaman yang mudah dijangkau oleh tangan serta karena terdapat beberapa tanaman yang memiliki bagian yang menarik untuk dimiliki. Aksi vandalisme mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman pada setting lawn, dilakukan atas dasar rasionalitas yang sama dengan rasionalitas pad setting taman sakura. Aksi vandalisme membuang sampah tidak pada tempatnya pada setting taman sakura, dilakukan karena dorongan dari minimnya ketersediaan tempat sampah pada setting ini. Aksi vandalisme membuang sampah tidak pada tempatnya pada setting taman sakura, dilakukan karena dorongan dari minimnya ketersediaan tempat sampah pada setting ini dan karena sudah terdapat sampah yang dibuang pada lokasi tersebut. Untuk mengatasi permasalahan vandalisme ini hendaknya dilakukan suatu sistem pengelollan kawasan yang memperhatikan function (fungsi), form (bentukan), dan organization (kelembagaan).

(5)

® Hak Cipta Milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau

menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,

penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

tinjauan suatu masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan yang wajar IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis

(6)

IDENTIFIKASI HUBUNGAN PERILAKU VANDALISME

TERHADAP SETTING DI KEBUN RAYA CIBODAS,

KABUPATEN CIANJUR

ANNISAA ELOK PERMATASARI

A44060928

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pertanian pada

Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP

FAKULTAS PERTANIAN

(7)
(8)

Judul : Identifikasi Hubungan Perilaku Vandalisme terhadap Setting pada Kebun Raya Cibodas, Kabupaten Cianjur Nama : Annisaa Elok Permatasari

NRP : A44060928

Departemen : Arsitektur Lanskap

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Aris Munandar, MS NIP. 19561228 198303 1 003

Mengetahui,

Ketua Departemen Arsitektur Lanskap Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

(9)
(10)

PRAKATA

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan judul Identifikasi Hubungan Perilaku Vandalisme dengan Setting pada Kebun Raya Cibodas, Kabupaten Cianjur. Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian yang telah dilakukan dan merupakan salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dari Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada pihak-pihak yang telah memberikan motivasi, saran, dan nasehat yang membantu penulis kepada:

1. Keluarga besar penulis;

2. Dr. Ir. Aris Munandar, MS selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan, masukan, dan arahannya selama perkuliahan hingga penyusunan skripsi ini;

3. Prof. Dr. Ir. Wahyu Qamara Mugnisjah, M.Agr dan Dr. Ir. Nurhayati H.S. Arifin, M.Sc selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan masukan hingga terbentuknya skripsi ini;

4. Peneliti dan staff Kebun Raya Cibodas; 5. Responden penelitian;

6. Dan seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan pada skripsi ini, sehingga kritik dan saran sangat dibutuhkan dari semua pihak demi kesempurnaan penulisan karya ilmiah selanjutnya. Penulis berharap semoga karya ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Januari 2011

(11)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Ujung Pandang pada tanggal 6 Juli 1988. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari Ayahanda Tenang Suripto, S.Sos dan Ibunda Ir. Suharsini.

Tahun 2006 penulis lulus SMA Negeri 10 Surabaya dan pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2006 melalui jalur Ujian Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB). Setahun setelah itu, yaitu tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap, Fakultas Pertanian.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 2

1.3 Manfaat Penelitian ... 2

1.4 Kerangka Pemikiran ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Vandalisme ... 4

2.2 Setting pada Suatu Lanskap ... 6

2.3 Kebun Raya ... 8

2.3.1 Tugas Pokok ... 8

2.3.2 Fungsi ... 8

2.4 Pengelolaan Taman dan Kawasan Wisata... 9

III. METODOLOGI ... 13

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 13

3.2 Alat dan Bahan ... 14

3.3 Tahapan Penelitian ... 14

3.3.1 Pra Survei ... 14

3.3.2. Survei Lapang ... 15

3.3.3. Pasca Survei ... 19

3.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 21

(13)

4.1. Sejarah Kebun Raya Cibodas ... 23

4.2. Lokasi Kebun Raya Cibodas ... 24

4.3. Kedudukan ... 24

4.4. Sarana dan Prasarana ... 25

4.5. Daya Tarik Kebun Raya Cibodas ... 26

4.5.1 Koleksi Flora dan Fauna ... 26

4.5.2. Obyek Wisata ... 27

4.6. Pengunjung Kebun Raya Cibodas ... 27

4.7. Pengelolaan Kebun Raya Cibodas ... 28

4.7.1 Pemeliharaan ... 28

4.7.2 Pengelolaan Sampah ... 30

4.7.3 Perlindungan dan Pengawasan Kawasan ... 31

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

5.1. Karakteristik Setting ... 32

5.1.1 Taman Sakura ... 33

5.1.2 Lawn ... 36

5.2. Karakteristik Pelaku Vandalisme ... 39

5.3. Hubungan Setting Taman dengan Frekuensi Obyek Vandalisme ... 41

5.3.1 Hubungan Setting Taman Sakura dengan Obyek Vandalisme ... 42

5.3.2. Hubungan Setting Lawn dengan Frekuensi Vandalisme ... 47

5.4. Hubungan Setting Taman dengan Aktivitas Vandalisme ... 50

5.4.1 Hubungan Setting Taman Sakura dengan Aktivitas Vandalisme . 53 5.4.2. Hubungan Setting Lawn dengan Aktivitas Vandalisme ... 59

5.5. Implementasi Pengelolaan ... 66

5.5.1 Fungsi ... 66

(14)

5.5.3. Kelembagaan ... 68

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 69

6.1. Kesimpulan ... 69

6.2. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71

(15)

DAFTAR TABEL

1. Jumlah Responden Kuesioner ... 18

2. Sarana dan Prasarana KRC ... 25

3. Koleksi Flora KRC ... 26

4. Tujuan dan Jumlah Pengunjung KRC ... 28

5. Karakteristik Pelaku Vandalisme ... 39

6. Tata Urut Obyek Vandalisme pada Setting Taman Sakura ... 44

7. Tata Urut Obyek Vandalisme pada Setting Lawn ... 48

8. Sikap Pelaku Vandalisme pada Setting Taman Sakura ... 55

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian ... 3

2. Hubungan Integratif Manusia dengan Setting ... 7

3. Lokasi Penelitian ... 13

4. Bentuk Boxplot secara Horisontal ... 19

5. Setting Penelitian ... 32

6. Lokasi Taman Sakura ... 33

7. Penyebaran pengunjung pada Setting Taman Sakura ... 34

8. Peta Taman Sakura ... 35

9. Lokasi Lawn ... 36

10. Peta Lawn ... 37

11. Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Frekuensi Obyek Vandalisme ... 41

12. Boxplot Jenis Obyek Vandalisme pada Taman Sakura ... 43

13. Boxplot Jenis Obyek Vandalisme pada Lawn ... 47

14. Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Jumlah Pelaku Vandalisme ... 51

15. Boxplot Hubungan Setting Taman dengan Frekuensi Jumlah Jenis Aktivitas Vandalisme ... 53

16. Boxplot Jenis Aktivitas Vandalisme pada Taman Sakura ... 54

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Obyek Vandalisme Tiap Ulangan ... 75 2. Aktivitas Vandalisme Tiap Ulangan ... 76

3. Uraian Deskriptif Boxplot Hubungan Setting Taman dengan

Frekuensi Obyek Vandalisme ... 77 4. Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun pada Boxplot Hubungan

Setting Taman dengan Frekuensi Obyek Vandalisme ... 79

5. Uraian Deskriptif Boxplot Jenis Obyek Vandalisme pada Taman

Sakura ... 80 6. Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun pada Boxplot Jenis Obyek

Vandalisme pada Taman Sakura ... 84

7. Uraian Deskriptif Boxplot Jenis Obyek Vandalisme pada Lawn ... 86

8. Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun pada Boxplot Jenis Obyek Vandalisme pada Lawn ... 90

9. Uraian Deskriptif dari Boxplot Hubungan Setting Taman dengan

Jumlah Pelaku Vandalisme ... 92 10. Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun pada Boxplot Hubungan

Setting Taman dengan Jumlah Pelaku Vandalisme ... 94

11. Uraian Deksritif dari Boxplot Hubungan Setting Taman dengan

Frekuensi Jumlah Jenis Aktivitas Vandalisme ... 95

(18)

Vandalisme ... 97

13. Uraian Deksritif dari Boxplot Jenis Aktivitas Vandalisme pada Taman Sakura... 98

14. Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun dari Boxplot Jenis Aktivitas Vandalisme pada Taman Sakura ... 100

15. Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun dari Boxplot Jenis Aktivitas Vandalisme pada Lawn ... 101

16. Uraian Frekuensi Nilai Batang dan Daun pada Boxplot Jenis Aktivitas Vandalisme pada Lawn ... 104

17. Kuesioner Menggambar atau Menulis pada Fasilitas di Taman Sakura ... 106

18. Kuesioner Menggambar atau Menulis pada Fasilitas di Lawn ... 107

19. Kuesioner Memindahkan Fasilitas di Taman Sakura... 108

20. Kuesioner Memindahkan Fasilitas di Lawn ... 109

21. Kuesioner Mematahkan atau Mengambil Bagian Tanaman di Taman Sakura... 110

22. Kuesioner Mematahkan atau Mengambil Bagian Tanaman di Lawn ... 111

23. Kuesioner Membuang Sampat Tidak pada Tempatnya pada Taman Sakura... 112

24. Kuesioner Membuang Sampat Tidak pada Tempatnya di Lawn………..113

25. Gambar Perilaku dan Obyek Vandalisme pada Taman Sakura ... 114

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebun Raya didefinisikan sebagai suatu kawasan yang mengkoleksi berbagai jenis tumbuhan dengan dasar ilmiah, yang informasi ilmiah mengenai koleksinya terdokumentasi dengan baik (LIPI, 2010). Di Indonesia terdapat sebanyak 17 lokasi kebun raya yang salah satunya adalah Kebun Raya Cibodas. Sebagai salah satu dari enam cagar biosfer yang ada di Indonesia, Kebun Raya Cibodas (KRC) tidak hanya mengemban tugas sebagai kawasan konservasi ex-situ yang sangat ideal bagi pertumbuhan tanaman dataran tinggi basah, tetapi juga sebagai tempat penelitian, tempat pendidikan lingkungan, dan tempat wisata. Sebagai kawasan wisata, KRC telah dinobatkan sebagai salah satu daerah tujuan wisata dan sebagai The Second Tourist Wonder of West Java dari The Seven Tourist Wonder of West Java oleh Kementerian Pariwisata dan Budaya. Hal ini menyebabkan jumlah wisatawan yang berkunjung di KRC tetap memiliki angka kunjungan yang tinggi dari tahun ke tahun. Namun di sisi lain, tingginya jumlah kunjungan wisatawan ini justru menyebabkan terganggunya tugas lain dari KRC.

KRC dengan beragam fungsi yang dimiliki, sudah seharusnya memiliki setting

yang dapat mewadahi setiap aktivitas yang dilakukan di dalamnya. Menurut Haryadi dan Setiawan (1995), setting adalah lokasi-lokasi pada tapak atau areal tertentu yang telah diplotkan sebelumnya. Perancangan setting yang tepat akan menciptakan kenyamanan dan keselarasan antara manusia dan lingkungannya, tetapi jika dalam perancangan setting lokasi tersebut terdapat ketidaksesuaian, akan dapat memicu timbulkan aktivitas vandalisme. Vandalisme menurut Canter (1984) adalah segala jenis perilaku yang menyebabkan kerusakan atau kehancuran benda pribadi dan publik.

(20)

penurunan kualitas lanskap kawasan ini. Perilaku vandalisme yang dilakukan oleh pengunjung telah menjadi permasalahan kawasan yang harus ditangani. Kerusakan yang diakibatkan oleh perilaku vandalisme pengunjung juga menyebabkan meningkatnya pengeluaran biaya pemeliharaan yang cukup tinggi sehingga dibutuhkan suatu sistem pengelolaan yang dapat mengurangi dan mengatasi permasalahan ini. Hal ini sesuai dengan pernyataan Laurens (2004) yang menyatakan bahwa perancangan dan pengelolaan kawasan yang kurang memperhatikan desain perilaku penggunanya dapat menyebabkan meningkatkan biaya pemeliharaan dan kerusakan fasilitas.

1.2 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. mengidentifikasi keterkaitan antara perilaku vandalisme dan setting lingkungan pada KRC;

2. mempelajari faktor lingkungan yang mendorong pelaku vandalisme;

3. mempelajari sistem pengelolaan yang dilakukan untuk mengurangi dan mengatasi perilaku vandalisme serta kerusakan yang disebabkannya.

1.3 Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi pengelola kawasan dalam menentukan setting lokasi yang sesuai serta sistem pengelola kawasan yang tepat agar dapat mengurangi atau bahkan mengatasi kerusakan yang ditimbulkan akibat dari perilaku vandalisme yang dilakukan pengunjung.

1.4 Kerangka Pikir

(21)

koleksi dan kawasan rekreasi. Vandalisme yang terdapat pada vantage point di KRC disebabkan oleh kekurangtepatan setting. Untuk mengurangi atau bahkan mengatasi permasalahan ini diperlukan suatu pengelolaan kawasan yang tepat, yang dapat diperoleh dengan mempertimbangkan faktor yang mendorong para pelaku untuk melakukan aksi vandalisme (Gambar 1).

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Vandalisme

Definisi mengenai vandalisme diterapkan untuk segala macam perilaku yang menyebabkan kerusakan atau penghancuran benda pribadi atau publik (Haryadi dan Setiawan, 1995). Canter (1984) menekankan tidak adanya definisi yang jelas tentang vandalisme secara khusus. Meskipun sebagian besar ahli melihat bahwa vandalisme pada dasarnya adalah perilaku yang membahayakan, para ahli tidak menemukan kesepakantan dalam mendefinisikan vandalisme secara spesifik. Istilah vandalisme tidak hanya mengacu mengacu pada perilaku pelaku, tetapi juga mencakup motivasi dari masing-masing pelaku. Beberapa ahli yang lainnya menyarankan klasifikasi yang berbeda dengan mempertimbangkan jenis vandalisme yang mengacu pada motivasi para pelaku dan tingkat kerusakan yang diperoleh oleh obyek vandalisme. Untuk itulah para ahli sepakat untuk melakukan pendefinisian vandalisme melalui tiga pendekatan, yaitu definisi vandalisme berdasarkan pelaku, nilai, dan kerusakan (Moser, 1987).

(23)

mengidentifikasi perilaku sebagai pelanggaran dari nilai dan atau norma. Dalam penelitian ini pendefinisian vandalisme mengacu pada pendekatan terakhir yang berorientasi pada bidang psikologi lingkungan. Pendekatan ini mendefinisikan vandalisme berdasarkan pada tingkat kerusakan yang terjadi pada sasaran vandalisme akibat pengaruh lingkungan. Levy dan Leboyer (1984) mengemukakan bahwa kerusakan yang dialami dalam suatu lingkungan tidak semuanya dapat dijelaskan dengan menggunakan kedua pendekatan sebelumnya sehingga dikemukannya pendekatan lainnya yang dapat menjelaskan tingkat kerusakan obyek vandalisme dengan memperhitungkan hubungan individu terhadap lingkungan.

Definisi vandalisme berdasarkan pengaruh lingkungan mendalami lebih spesifik terhadap identifikasi obyek yang menjadi sasaran vandalisme, mengapa vandalisme dapat terjadi di lingkungan tersebut, dan apa yang mempengaruhi pelaku untuk melakukan vandalisme terhadap obyek tersebut. Pendekatan ini tidak dapat disamaratakan terhadap seluruh lingkungan tempat terjadinya vandalisme karena terkadang faktor lingkungan yang mempengaruhi di suatu tapak tidak mempengaruhi di tapak lainnya dan begitu pula sebaliknya. Pengorganisasian pengelolaan tapak tersebut turut menentukan hubungan antara pengguna dan lingkungan. Hal inilah yang menyebabkan terdapatnya beberapa lingkungan yang dirusak sedang yang lain tetap terjaga. Untuk menjelaskan fenomena keterkaitan kerusakan obyek vandalisme dengan faktor lingkungan ditetapkan tiga hipotesis yang dapat menjawab hal tersebut, yaitu terdapat ketidak sesuaian dalam perancangan setting dengan lingkungannya, lingkungan tidak dapat mengakomodir kebutuhan penggunanya, dan karena adanya akumulasi dari kerusakan (Christensen dan Harries, 1981, diacu dalam Levy dan Leboyer, 1984).

1. Tidak sesuainya perancangan setting dengan lingkungannya.

Vandalisme yang terjadi karena didorong oleh ketidaksesuaian setting

(24)

taman bermain anak-anak. Hal ini dapat menyebabkan tingginya kemungkinan kehancuran fasilitas tersebut akibat dari pemilihan material yang rentan untuk taman dengan pengunjung anak-anak.

2. Lingkungan tidak dapat mengakomodir kebutuhan penggunanya

Vandalisme yang dilakukan karena lingkungan tersebut tidak dapat memenuhi kebutuhan dari penggunanya yang menyebabkan kelebihan kapasitas sehingga menimbulkan perilaku yang dilakukan secara sadar atau tidak dapat merusak obyek dan lingkungan sekitarnya. Salah satu contohnya adalah kerusakan yang dialami oleh boks tanaman akibat dari minimnya tempat duduk pada taman publik sehingga pengguna taman menggunakan boks tanaman sebagai tempat duduk.

3. Akumulasi kerusakan

Vandalisme mengalami peningkatan pesat pada lingkungan yang tampaknya diabaikan. Lingkungan yang dirusak cenderung memberikan kesan ditinggalkan dan tidak terawat sehingga memberikan kesan diizinkan untuk dirusak (Lavrakas, 1982). Kerusakan tidak hanya dihasilkan oleh perilaku perusakan yang berat yang dapat menyebabkan degradasi kualitas lingkungan secara drastis, tetapi juga dapat dihasilkan oleh akumulasi perilaku-perilaku merusak ringan sehingga kemudian menarik pelaku vandalisme lainnya untuk melakukan perusakan dan pada akhirnya menyebabkan degradasi kualitas lingkungan yang tidak jauh berbeda dengan perilaku perusakan yang berat.

2.2 Setting pada Suatu Lanskap

(25)

penataan ruang secara spesifik, dan dekorasi. Dalam perjalanannya, telah banyak penelitian dan pengembangan teori untuk menggambarkan hubungan manusia dengan

setting, dan salah satu model tersebut adalah model seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3 (Gifford, 1987, diacu dalam Laurens, 2004).

Gambar 2. Hubungan Integratif Manusia dengan Setting

(26)

karena tidak digunakan seperti yang diprediksikan oleh perancang dalam hasil rancangannya (Laurens, 2004).

2.3 Kebun Raya

Kebun raya adalah suatu kawasan yang mengkoleksi berbagai jenis tumbuhan, baik untuk tujuan penelitian maupun sebagai tempat wisata (Depdikbud 2008). Menurut LIPI (2010), Kebun raya didefinisikan sebagai suatu kawasan yang mengkoleksi berbagai jenis tumbuhan dengan dasar ilmiah, yang informasi ilmiah mengenai koleksinya terdokumentasi dengan baik. Kebun raya juga didefinisikan sebagai lembaga independen, badan pemerintah, atau suatu badan yang berkerja sama dengan institusi pendidikan atau universitas. Tujuan utamanya bukan hanya sebagai area wisata ataupun sebagai tempat untuk menanam spesimen koleksi tumbuhan, yang terpenting adalah perannya dalam menyebarkan pengetahuan botani dan meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap arti penting tumbuhan bagi kehidupan (Bailey et al., 1978). Dalam Keputusan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (2002), kebun raya memiliki tugas pokok dan fungsinya sebagai berikut.

2.3.1. Tugas Pokok

Kebun raya mempunyai tugas pokok melakukan inventarisasi, eksplorasi, koleksi, penanaman, dan pemeliharaan tumbuhan yang memiliki nilai ilmu pengetahuan dan potensi ekonomi untuk dikoleksi dalam bentuk kebun botani serta melakukan pendataan, pendokumentasian, pengembangan, pelayanan jasa dan informasi, pemasyarakatan ilmu pengetahuan di bidang konservasi, introduksi dan reintroduksi tumbuhan. Adapun tugas-tugas kebun raya adalah sebagai kawasan konservasi, penelitian, pendidikan lingkungan, serta pariwisata dan pelayanan umum

2.3.2 Fungsi

(27)

1. pelayanan, inventarisasi, eksplorasi, konservasi, dan reintroduksi jenis tumbuhan yang memiliki nilai ilmu pengetahuan dan potensi ekonomi, pengembangan dan pendokumentasian biodata jenis tumbuhan koleksi yang berkaitan dengan konservasi ex-situ;

2. pemberian pelayanan jasa ilmiah, pemasyarakatan ilmu pengetahuan dalam bidang konservasi tumbuhan dan introduksi tumbuhan;

3. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

Seperti yang telah dijabarkan di atas, kebun raya memiliki beragam tugas dan fungsi yang salah satunya adalah sebagai tempat konservasi ex-situ yang memiliki beragam tanaman koleksi di dalamnya. Tanaman koleksi yang akan ditanam di kebun raya mempunyai kriteria tertentu dengan melalui tahapan-tahapan pemilihan serta memiliki kelengkapan data sehingga mempunyai nilai di bidang ilmu pengetahuan. Selain sebagai kebun pengembangan tanaman berpotensi ekonomi, kebun raya juga berkembang menjadi sebuah lembaga ilmiah yang berperan penting dalam konservasi tumbuhan. Tanaman-tanaman koleksi ini ditanam dengan memperhatikan penataan berdasarkan pada kaidah-kaidah ilmu pertamanan sehingga memberikan keindahan. Keindahan dan muatan ilmiah yang dimiliki oleh kebun raya menarik minat masyarakat luas untuk mengunjunginya dan menjadikannya sebagai tempat rekreasi dan tempat untuk mempelajari botani.

2.4 Pengelolaan Taman dan Kawasan Wisata

(28)

1. menciptakan suasana yang menyenangkan, aman, nyaman, dan menyajikan kemudahan bagi para wisatawan.

2. menciptakan dan melindungi nilai estetika dari lanskap kawasan. 3. memelihara kelangsungan hidup tradisi dan seni budaya yang berada

didalamnya maupun disekitarnya.

4. menciptakan suatu kondisi yang menghindari/melestarikan pengaruh negatif dari kegiatan wisata.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada obyek wisata alam dalam jumlah besar dan kontinyu akan mengganggu atau merusak ekosistem dan nilai estetika kawasan sehingga diperlukan suatu sistem pengelolaan yang dapat menangani hal ini (Mariana, 1992). Penetapan sistem pengelolaan taman dan kawasan wisata tidak dapat persis dilaksanakan sama pada setiap taman dan kawasan wisata yang lainnya. Pada setiap taman dan kawasan wisata terdapat suatu sistem pengelolaan yang tepat dan spesifik untuk dilaksanakan di kawasan tersebut. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan letak geografi, fasilitas yang akan dikelola, program wisata yang ditawarkan, dan karakteristik wisatawan yang berkuunjung (Sternloff dan Warren, 1984). Meskipun terdapat beberapa perbedaan yang mempengaruhi penetapan sistem pengelolaan masing-masing kawasan namun terdapat prinsip dasar yang menjadi landasan utama untuk menetapkan sistem pengelolaan yang efektif. Prinsip pengelolaan dan pemeliharaan kawasan wisata tersebut adalah sebagai berikut.

1. tujuan dan standar pengelolaan yang ditetapkan.

2. pemeliharaan harus memperhatikan pertimbangan ekonomi dalam hal waktu, tenaga kerja, peralatan, dan bahan.

3. pelaksanaan program pemeliharaan harus berdasarkan pada rencana pengelolaan.

4. penjadwalan rencana kerja pengelolaan harus berdasarkan pada prioritas dan memperhatikan kepentingan politik.

5. semua divisi yang terlibat dalam pengelolaan harus menempatkan perhatian lebih terhadap sistem pengelolaan pencegahan.

(29)

7. departemen pengelola taman dan kawasan wisata harus didukung oleh sumber daya fiskal yang memadai untuk mendukung program pemeliharaan.

8. departemen pengelola taman dan kawasan wisata harus didukung oleh sumber daya manusia untuk melaksanakan program pemeliharaan.

9. program pengelolaan harus dirancang untuk melindungi lingkungan.

10.departemen pengelolaan memiliki tanggung jawab untuk menjaga keselamatan publik dan pekerjannya.

11.desain dan kostruksi dari fasilitas menjadi pertimbangan utama dalam pemeliharaan taman dan kawasan wisata.

12.para pegawai bertanggung jawab terhadap pencitraan taman dan kawasan wisata.

Prinsip-prinsip di atas dapat memberikan masukan untuk menetapkan garis besar dari program pengelolaan. Prinsip tersebut juga dapat digunakan sebagai standar ukuran keefektifan dari program pengelolaan yang telah berjalan. Jika salah satu dari prinsip pengelolaan tidak ditepati, akan menyebabkan timbulnya gangguan serius dalam menyediaan pelayanan yang berkualitas oleh pengelolaan taman dan kawasan wisata.

(30)
(31)

BAB III

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

[image:31.595.83.526.315.675.2]

Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan dimulai dari bulan Februari hingga bulan Agustus 2010. Penelitian dilakukan di Kebun Raya Cibodas (KRC) yang secara administratif terletak di Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat (Gambar 3).

(32)

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kertas pertanyaan kuesioner, kamera digital, komputer, dan software pengelolaan data (Microsoft Excel dan SPSS). Bahan yang dibutuhkan untuk keperluan adalah data primer (umur pelaku vandalisme, tingkat pendidikan pelaku vandalisme, pekerjaan pelaku vandalisme, jumlah pelaku vandalisme, aktivitas vandalisme yang dilakukan, obyek yang dikenai vandalimse, peralatan yang digunakan untuk melakukan vandalisme, dan faktor yang mendorong untuk melakukan vandalisme) dan data yang dimiliki oleh pihak pengelola kawasan berupa data sekunder (kondisi umum kawasan dan setting

penelitian, sistem pengelolaan kawasan, peta dasar, peta titik tanam, dan peta fasilitas).

3.3 Tahapan Penelitian

Penelitian yang dilaksanakan terbagi atas tiga tahapan utama. Tahap pertama adalah tahap prasurvei untuk menentukan landasan penelitian, dilanjutkan dengan tahap kedua, yakni tahap survei lapang untuk mengumpulkan data dan pengecekan di lapang. Tahap yang terakhir adalah tahap pascasurvei, yaitu tahap untuk mengelola dan menganalis data yang telah dikompilasi.

3.3.1 Prasurvei

Tahap prasurvei bertujuan menentukan landasan utama penelitian yang mencakup penetapan tujuan penelitian, penyusunan rencana kerja, penentuan lokasi penelitian, penyusunan anggaran biaya, dan pengumpulan informasi yang diperlukan untuk memulai penelitian. Setelah menentukan landasan utama penelitian, dilakukan penyusunan proposal penelitian, dan pengurusan izin penelitian.

Pada tahap prasurvei, penelitian pada kawasan KRC dibagi dalam dua setting

(33)

yang akan dilakukan oleh pengunjung. Berdasarkan kriteria tersebut, terpilihlah dua vak didalam KRC, yaitu :

1. Setting Koleksi

Setting ini merupakan lokasi yang peruntukan utamanya untuk koleksi tanaman tertentu. Lokasi yang terpilih untuk mewakili setting ini adalah Taman Sakura. Lokasi setting ini berada pada vak XX.B, yaitu di sebelah selatan Taman Rhododendron, di sebelah timur Jalan Air, dan di sebelah barat laut Air Terjun Ciismun.

2. Setting Rekreasi

Setting ini merupakan lokasi yang peruntukkan utamanya sebagai area rekreasi yang berada di dalam KRC. Setting yang terpilih untuk mewakili zona ini adalah setting lawn. Setting ini berada pada vak VI.B, yaitu di sebelah barat kolam besar.

3.3.2 Survei Lapang

(34)

1. Pengamatan Lapang

Pengamatan lapang dalam penelitian ini merupakan metode pengamatan melalui pengambilan video dan turun lapang. Pengambilan video dilakukan dengan cara merekam aktivitas yang dilakukan oleh para pengunjung melalui kamera digital pada spot tertentu yang dapat mencakup view ke arah obyek penelitian. Perekaman video dilakukan agar aktivitas vandalisme yang dilakukan secara spontan dan dalam waktu yang cepat dapat terdata. Selain itu dengan melakukan pengamatan langsung akan diperolehnya data jumlah pelaku vandalisme, tindakan vandalisme yang dilakukan, dan obyek yang dikenai perilaku vandalisme meskipun subyek tidak mau berkomunikasi baik karena takut, tidak ada waktu, maupun enggan. Dalam penelitian ini terdapat empat aktivitas vandalisme yang diamati, yaitu:

1. menulis atau menggambar pada bagian fasilitas, 2. memindahkan fasilitas,

3. mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman, dan 4. membuang sampah tidak pada tempatnya.

Terdapat sepuluh obyek dari tindakan vandalisme yang diamati pada kedua

setting tersebut. Obyek yang diamati dalam penelitian ini adalah pohon, semak,

ground cover, gazebo, jembatan, media informasi, papan nama tanaman, besi penyanggah, bangku taman, dan tempat sampah. Pada setting taman sakura tidak terdapat bangku taman yang dapat diamati pada setting ini. Sedangkan pada setting lawn tidak ditemukannya semak, gazebo, dan jembatan yang berada pada setting ini.

Prosedur pengamatan lapang dilakukan selama 10 kali ulangan yang diambil pada akhir pekan dan hari libur, tepatnya pada tanggal 20, 21, 27, dan 28 Maret, 2, 3, 4, 17, dan 18 April, dan 1 Mei 2010. Pengamatan lapang dilakukan pada jam dengan tingkat kunjungan teramai, yaitu pada pukul 10.00-14.00 WIB. Pengambilan video dilakukan selama ± 30 menit pada tiap vak yang dibagi dalam tiga spot pengamatan dengan waktu pengambilan video di tiap spotnya dilakukan selama kurang lebih 10 menit.

(35)

Pengamatan langsung dilakukan selama 10 menit dengan berkeliling di dalam areal dan mengamati perilaku vandalisme yang dilakukan oleh pengunjung. Pengamatan langsung dilakukan untuk mendata perilaku vandalisme yang dilakukan pada lokasi yang mungkin tidak terekam oleh kamera dan untuk mendata perilaku vandalisme yang dilakukan pada lokasi yang terekam, tetapi kurang begitu jelas terlihat dalam video.

2. Kuesioner

Penyebaran kuesioner dilakukan dengan tujuan utama untuk mengetahui faktor lingkungan yang mendorong para pengunjung dalam melakukan tindakan vandalisme. Pembagian kuesioner juga dilakukan untuk memperoleh data mengenai latar belakang pengunjung (umur, jenis kelamin, dan pendidikan terakhir) dan faktor lingkungan yang mempengaruhi. Teknik sampling yang digunakan dalam pembagian kuesioner adalah nonprobability sampling, yaitu anggota dalam populasi tidak memiliki peluang atau kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel. Teknik

nonprobability sampling yang dipilih adalah sampling kuota, yaitu dengan menentukan jumlah sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan (Sugiyono, 2009).

(36)
[image:36.595.99.517.137.344.2]

Tabel 1. Jumlah Responden Kuesioner

No. Aktifitas Vandalisme Taman Sakura

(reponden)

Lawn (responden)

Jumlah (responden) 1 Menulis atau menggambar pada

fasilitas atau tanaman

10 10

2 Memindahkan fasilitas 10 10

3 Mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman

10 10

4 Membuang sampah tidak pada tempatnya

10 10

Jumlah 40 40 80

Dalam pembagian kuesioner, terlebih dahulu dilakukan pengamatan lapang untuk mengetahui calon responden yang memenuhi kriteria untuk mengisi kuesioner. Kriteria responden yang dapat mengisi kuesioner adalah orang yang didapati sedang melakukan tindakan vandalisme dalam pengamatan lapang dengan batasan usia 10 tahun ke atas dan dapat menulis serta membaca. Setelah diketahui bahwa subjek tersebut melakukan tindakan vandalisme, kuesioner kemudian diserahkan kepada responden untuk mendapatkan data yang dibutuhkan.

(37)

3.3.3 Pascasurvei

Dalam penelitian ini, dilakukan metode analisis dengan menggunakan analisis data eksploratif dari submenu statistik deskriptif. Analisis data eksploratif dilakukan untuk menganalisis data yang berasal dari pengamatan lapang dengan tujuan untuk memeriksa lebih teliti sekelompok data. Proses penyajian data dilakukan dengan pengidentifikasi perilaku dan obyek yang dikenai vandalisme dalam pengamatan langsung dan video ke dalam bentuk data kuantitatif. Data ini kemudian dimasukkan ke dalam Microsoft Excel untuk memperoleh keluaran berupa tabel jumlah dan ragam aktifitas vandalisme serta tabel jumlah dan ragam obyek yang dikenai vandalisme. Data juga diolah ke dalam SPSS untuk memperoleh keluaran berupa boxplot.

Boxplot merupakan teknik penyajian data yang dapat menyajikan kesimetrikan penyebaran data dan keanehan data walaupun data aslinya tidak ditampilkan (Santoso, 2003). Boxplot memiliki sifat yang tahan terhadap gangguan beberapa data besar tanpa merusak nilai median, nilai kuartil, dan bentuk kotak dalam

boxplot. Sifat ketahanan ini menyebabkan boxplot menarik untuk digunakan dalam analisis data eksplorasi. Tampilan dari beberapa boxplot secara bersamaan dapat mempermudah proses perbandingan beberapa kelompok data sehingga dapat langsung diketahui perbedaan dan persamaannya. Boxplot disajikan dalam lima buah batas, yaitu nilai terkecil (min), Kuartil 1, Kuartil 2 (median), Kuartil 3, dan nilai terbesar (maks) sebagai pada gambar dibawah ini (Gambar 4).

[image:37.595.201.425.533.595.2]

BB Q1 Q2 Q3 BA

Gambar 4. Bentuk Boxplot secara Horizontal

Keterangan :

Q1, Q2, Q3 adalah kuartil 1, 2, dan 3.

(38)

BA = Batas Atas (Q3+ (Q3-Q1)).

Boxplot dapat memberikan informasi tentang lokasi pemusatan data, rentang penyebaran, kemiringan, atau kecondongan pola sebaran, kemenjuluran data atau panjang ekor, dan data pencilan (Emerson dan Strenio, 1983). Penciri numerik yang penting adalah ukuran pemusatan data yang berupa nilai tempat sebagian besar data mengumpul dan ukuran penyebaran data yang menunjukkan besarnya rentangan dari titik pusatnya. Lokasi pemusatan data diwakili oleh nilai median yang dapat dilihat dari nilai garis yang berada dalam kotak, sedangkan rentangan penyebaran dapat dilihat dari panjangnya kotak yang merupakan jarak antarkuartil. Pada umumnya kumpulan data yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap suatu peubah memiliki nilai yang tidak persis sama satu dengan lainnya. Variasi atau keberagaman nilai-nilai pengamatan dapat kita lihat melalui pola sebaran datanya (Aunuddin, 1989). Kemiringan atau kecondongan dari pola sebaran data dapat dilihat dari posisi median di dalam kotak. Apabila median terletak lebih dekat dengan Kuartil 1 (Q1),

menunjukkan adanya suatu sebaran dengan kemiringan positif atau memanjang ke arah nilai-nilai yang besar dan kemiringan negatif terjadi bila posisi median lebih dekat dengan Kuartil 3 (Q3). Kemenjuluran data atau panjang ekor diwakili oleh

panjang garis yang menjulur keluar dari kotak dan menjadi petunjuk adanya data yang agak jauh dari kumpulannya. Pencilan data merupakan data-data yang berada di luar batas dan dapat menunjukkan adanya nilai yang memencil. Pencilan data dapat dilihat dengan apakah terdapat melihat data yang terletak di batas bawah (BB), sedangkan nilai yang berada di luar batas atas (BA) merupakan nilai ekstrim. Apabila kotak dalam boxplot tersebut tidak terbentuk, terdapat dua kemungkinan, yaitu data tersebut terpusat pada nilai nol atau data tersebut menyebar berupa nilai pencilan. Langkah dilakukan untuk membuat boxplot dengan menggunakan program SPSS, sebagai berikut.

(39)

3. pilih menu Analyze kemudian pilih submenu Descriptive Statistics dan pilih

Explore.

4. isikan variable yang akan dijadikan Dependent List dan Factor List.

5. pilih Statistics kemudian pilih Descriptives, M-estimator dan Outliners, lalu pilih Continue.

6. kemudian pilih Plot, pada Box-Plot pilih Factor Levels Together, lalu pilih

Continue.

7. pada Display, tandai pilihan Both lalu pilih OK.

3.4 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup yang menjadi pembatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. setting yang diamati dalam penelitian ini terdiri atas setting taman sakura dan

settinglawn.

2. aktivitas vandalisme yang diamati adalah menggambar atau menulis pada fasilitas, memindahkan fasilitas, mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman, dan membuang sampah tidak pada tempatnya.

3. obyek vandalisme yang diamati terdiri dari 10 obyek, yaitu pohon, semak,

ground cover, gazebo, jembatan, media informasi, papan nama tanaman, besi penyanggah, bangku taman, dan tempat sampah.

4. responden yang dapat mengisi kuesioner adalah orang yang didapati sedang melakukan tindakan vandalisme dalam pengamatan dengan batasan usia 10 tahun ke atas dan dapat menulis serta membaca.

5. faktor lingkungan yang diidentifikasi untuk aksi vandalisme menggambar atau menulis pada fasilitas adalah setting berada pada lokasi yang sepi dan sudah didapati gambar atau tulisan yang berada pada setting tersebut.

(40)

7. faktor lingkungan yang diidentifikasi untuk aksi vandalisme mematahkan dan mengambil bagian dari tanaman adalah kemudahan untuk dijangkau dan keindahan atau keunikan dari bagian tanaman.

(41)

BAB IV

KONDISI UMUM

4.1 Sejarah Kebun Raya Cibodas

Pada awalnya Kebun Raya Cibodas dibuka sebagai areal percobaan penanaman kina (Cinchona calisaya Wedd.) yang pertama di Indonesia, tepatnya pada tanggal 11 April 1852. Penanaman kina tersebut dilakukan oleh Johanes Ellias Teysmann, yang ketika itu menjabat sebagai Hortulanus (Direktur) Kebun Raya Bogor. Pada tanggal 4 Desember 1852, J.K. Hasskarl diperintahkan untuk mengeksplorasi kina yang terdapat di Amerika Selatan dan menjadikan kina tersebut sebagai koleksi untuk ditanam di Pegunungan Tjibodas. Dalam perjalanan tersebut, Hasskarl berhasil membawa 75 jenis tanaman kina yang kemudian diberi kepercayaan untuk mengurus budidaya kina tersebut. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, Hasskarl diharuskan untuk bekerja terpisah dari organisasi induk lembaganya yaitu Kebun Raya Bogor. Sejak itulah dilakukan serah terima pemisahan Kebun Raya Cibodas dari Kebun Raya Bogor.

(42)

basah/subtropis). Areal aklimatisasi ini kemudian dikembangkan menjadi kebun botani yang diberi nama Bergtuin te Tjibodas atau Kebun Raya Cibodas.

4.2 Lokasi Kebun Raya Cibodas

Kebun Raya Cibodas secara administratif terletak di Desa Cimacan, Kecamatan Pacet, Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat. Kawasan ini berbatasan dengan beberapa wilayah, disebelah utara dan timur berbatasan dengan Kabupaten Bogor, sebelah barat berbatasan dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangranggo (TNGP), dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Cianjur. Kebun Raya Cibodas berada pada zona sub Montana (1.200 – 1.500 m dpl.) dalam satu kawasan insitu berdampingan dengan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai a Core Zone of Woarld Biosphere Reserve. Posisi ini merupakan posisi yang sangat strategis dalam bidang konservasi tumbuhan, karena berpadunya dua bentuk konservasi ex-situ dan in-situ dalam satu kawasan. Posisi ini hanya satu-satunya yang dimiliki kebun raya di Indonesia.

Kebun Raya Cibodas memilki luas area sebesar 125 ha yang terbagi menjadi luas area efektif 80 ha ditambah 13 ha kebun baru dan sisanya 32 ha masih dipertahankan sebagai kawasan hutan (forested area) dengan tujuan membuat kondisi ekosistem yang terpadu, harmonis dan sebagai stok bibit untuk reintroduksi. Suhu udara harian kawasan ini antara 14˚-21˚C dengan rata-rata suhu harian 18˚C. Kawasan ini termasuk dalam daerah basah dengan kelembaban berkisar antara 80-90% dan curah hujan rata-rata sebesar 3380 mm per tahun.

4.3 Kedudukan

(43)

Pusat Konservasi Tumbuhan yang membawahi ketiga Kebun Raya lainnya, yaitu Kebun Raya Cibodas, Kebun Raya Purwodadi, dan Kebun Raya “Eka Karya” Bali.

4.4 Sarana dan Prasarana

[image:43.595.89.474.273.744.2]

Sarana dan prasarana yang mendukung dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya sebagai Lembaga Konservasi, Penelitian, Pendidikan dan Wisata yang ada di UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas – LIPI adalah sebagai berikut:

Tabel 2. Sarana dan Prasarana KRC

No. Uraian Jumlah

1 Guest house (Sakura dan Medinilla) 2 buah

2 Gedung konservasi 1 buah

3 Gedung pengelola 1 buah

4 Kamar kaca pembibitan 1 buah

5 Kamar kaca sukulen 1 buah

6 Kamar kaca kaktus 2 buah

7 Kamar kaca anggrek 1 buah

8 Pos jaga 1 unit

9 Pos satpam gerbang baru I buah

10 Pos satpam pintu belakang 2 unit

11 Pos satpam di gedung pengelola 1 unit

12 Gazebo 16 buah

13 Toilet 12 buah

14 Kolam 11 buah

15 Jalan aspal 35.375 m²

16 Jalan Gico 18.000 m²

17 Galeri tanaman hias 1 buah

18 Persemaian tanaman 1 buah

19 Galeri tanaman langka 1 buah

(44)

21 Tempat sampah 17 buah

22 Area parkir Taman Sakura 1.200 m²

(Sumber : LIPI, 2010)

4.5 Daya Tarik Kebun Raya Cibodas

Tanaman-tanaman koleksi yang terdapat di KRC ditanaman dengan memperhatikan penataan yang berdasarkan pada kaidah-kaidah ilmu pertamanan sehingga memberikan keindahan. Keindahan yang dimiliki oleh kebun raya ini menyebabkan tingginya minat masyarakat luas untuk mengunjunginya dan menjadikannya sebagai tempat rekreasi. Kebun Raya Cibodas memiliki beberapa daya tarik yang ditawarkan kepada para pengunjung Kebun Raya Cibodas yang mencakup kekayaan flora dan keindahan lanskap alami dan buatannya.

4.5.1 Koleksi Flora dan Fauna

Koleksi flora yang terdapat di Kebun Raya Cibodas – LIPI mengalami penambahan dan pengurangan selama beberapa periode dan jumlah koleksi terakhir yang tercatat pada akhir tahun 2009 adalah 183 suku (famili) yang terdiri dari 656 marga (genus) atas 1.270 jenis (spesies).

Tabel 3. Koleksi Flora KRC

(Sumber: LIPI, 2010)

No. Nama Jumlah Awal

2009 Penambahan Pengurangan

Jumlah Akhir 2009

1 Suku 180 4 1 183

2 Marga 645 23 12 656

3 Jenis 1237 65 32 1270

4 Sp./No. 613 109 81 641

(45)

Kebun Raya Cibodas – LIPI memiliki 10.792 koleksi tanaman, 700 jenis koleksi biji, 4.852 koleksi herbarius. Koleksi tanaman di Kebun Raya Cibodas – LIPI terbagi dalam dua koleksi yaitu koleksi di kebun dan koleksi di rumah kaca. Koleksi tanaman di rumah kaca terdiri dari anggrek (320 jenis), kaktus (289 jenis), dan sukulen (169 jenis), dan terdapat juga tanaman-tanaman yang tumbuh liar didalam kebun. Koleksi tanaman di kebun berjumlah 1.014 jenis, diantaranya terdapat tanaman khas dan menarik, seperti pohon kina (Cinchona pubescens Vahl) yang merupakan tanaman obat untuk mengobati penyakit malaria, pohon bunya-bunya (Araucaria bidwillii Hook.) yang merupakan tanaman tua dan mempunyai pokok batang yang besar, cemara (Cupressus spp.) memiliki daun yang menarik, bunga raksasa atau bunga bangkai (Amorphophallus titanium Becc.) yang dapat menarik perhatian serangga, saninten (Castanopsis argentea) yang biji pohonnya enak dimakan. Rasamala (Altingia excels) memiliki kayu dengan kualitas baik, anggrek kiaksara (Macodes petola Lindl.) merupakan anggrek dengan garis-garis putih pada tiap daunnya. Rhododendron javanicum (Blume) Benn. adalah bunga orange khas daerah tropika. Kaktus tong emas atau kaktus kursi mertua (Echinocactus grussoni

Hildm.) merupakan salah satu koleksi menarik di Rumah Kaca Kaktus.

4.5.2 Obyek Wisata

Kebun Raya Cibodas memiliki beberapa obyek wisata yang menjadi daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung di kawasan ini, antara lain: Galeri Tanaman Hias, Taman Sakura, Taman Rhododendron, Jalan Air, Taman Mawar, Air Terjun Cibogo, Kolam Besar, Jalan Araucaria, Koleksi Paku-Pakuan, Tin dan Zaitun, Rumah Kaca, Air Terjun Ciismun, Taman Lumut dan Bunga Bangkai.

4.6 Pengunjung Kebun Raya Cibodas

(46)

mancanegara. Jumlah ini mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya (tahun 2008) dengan jumlah kunjungan 435.743 orang dalam satu tahun.

[image:46.595.154.464.331.477.2]

Tujuan pengunjung yang datang ke Kebun Raya cibodas cukup beranekaragam, antara lain: rekreasi, karya wisata atau outbound, kuliah lapang, kunjungan tamu negara atau dinas, film dan pemotretan. Jika di lihat dalam Tabel 5, maka akan didapati bahwa jumlah pengunjung dengan tujuan rekreasi memiliki jumlah yang paling besar jika dibandingkan dengan pengunjung tujuan yang lain. Sementara pengunjung dengan tujuan kunjungan terendah ditempati oleh pengunjung dengan tujuan kunjungan untuk kuliah lapang.

Tabel 4. Tujuan dan Jumlah Pengunjung KRC

No Tujuan Pengunjung Jumlah

1 Rekreasi 473.555

2 Karya Wisata atau outbound 5.846

3 Film dan pemotretan 2.036

4 Kunjungan tamu negara atau dinas 524

5 Kuliah lapang 50

Jumlah 482.011

(Sumber : LIPI, 2010)

4.7 Pengelolaan Kebun Raya Cibodas

(47)

4.7.1 Pemeliharaan

Pemeliharaan pada kawasan ini dilakukan dengan tujuan untuk mencegah kerusakan, mempertahankan atau mengendalikan, dan memperbaiki atau mengobati kerusakan. Pemeliharaan yang dilakukan pada KRC tidak berada dibawah satu unit khusus yang menangani pemeliharaan kawasan, kegiatan pemeliharaan dilakukan oleh dua unit yang berbeda. Yang pertama adanya sub-unit pemeliharaan kebun dan tanaman yang berada di bawah unit koleksi yang merupakan bagian dari seksi konservasi ex-situ. Sub-unit kedua adalah pemeliharaan bengkel yang merupakan bagian dari unit umum dibawah seksi tata usaha (LIPI, 2010).

1. Pemeliharaan unit kebun dan tanaman

Pemeliharaan pada unit ini lebih ditekankan terhadap pemeliharaan elemen lunak (softscape) yang berada di Kebun Raya Cibodas. Kegiatan ini rutin dilakukan pada Koleksi Taman Tematik, Unit Pembibitan, serta Unit Pertamanan dan Rekreasi. Pemeliharaan tersebut meliputi:

a. Kegiatan Pemupukan

Kegiatan pemupukan dilakukan terhadap delapan lokasi koleksi kebun, koleksi angggrek, koleksi kaktus, koleksi sukulen, koleksi lumut, koleksi tanaman obat, koleksi paku-pakuan, dan pembibitan. Terdapat dua macam pupuk yang digunakan pada kedelapan lokasi diatas, yaitu pupuk organik (sebanyak 15.367,5 kg) dan pupuk anorganik (NPK sebanyak 207,8 kg dan 252 cc).

b. Kegiatan pengendalian hama dan gulma

(48)

c. Kegiatan penyiangan

Kegiatan penyiangan dilakukan terhadap tanaman koleksi dan non koleksi, border dan koleksi tanaman herba serta pada koleksi anggrek, koleksi kaktus, koleksi sukulen, koleksi lumut, koleksi paku-pakuan, dan pembibitan. Kegiatan penyiangan dilakukan terhadap 22.211 spesimen dengan volume sebesar 74.083 m² petakan.

d. Kegiatan pemangkasan dan pemotongan rumput

Pemangkasan dilakukan pada tanaman non koleksi berupa tanaman ornament atau tanaman pagar. Kegiatan ini dilakukan pada lokasi seluas 13.734 m². Pemotongan rumput dengan menggunakan mesin rover, beaver dan babadan dilakukan pada lahan seluar 3.537.970 m².

e. Kegiatan penyiraman

Penyiraman pada tanaman di koleksi kebun dilakukan utamanya pada musim kemarau. Pada tanaman di koleksi rumah kaca dan lainnya penyiraman dilakukan secara rutin.

2. Pemeliharaan unit bengkel

Pemeliharaan pada unit ini lebih ditekankan terhadap pemeliharaan elemen keras (hardscape) yang berada di Kebun Raya Cibodas. Pekerjaan yang dilakukan oleh unit ini antara lain:

a. Pemeliharaan fisik (bangunan)

b. Pemeliharaan jalan, jembatan, dan lahan c. Pemeliharaan instalasi saluran air dan pagar d. Pemeliharaan instalasi listrik

e. Perawatan terhadap mesin pemotong rumput dan rover

4.7.2 Pengelolaan Sampah

(49)

dalam kawasan kebun raya, yang umumnya terdiri dari kemasan pembungkus makanan dan miniman serta sisa-sisa makanan.

Jenis-jenis sampah inorganik yang ada di kebun raya cibodas dikelompokkan menjadi sampah plastik, sampah kertas, sampah logam. Sampah plastik meliputi sampah pembungkus makan dan minuman, kantong plastik dan botol plastik. Sampah organik yang ada di Kebun Raya Cibodas dikelompokkan menjadi sampah dedaunan, ranting atau dahan, sampah rumput dari kegiatan pemotongan rumput, dan batang-batang yang sudah lapuk karena sudah tua atau terserang penyakit. Sampah kertas meliputi kertas koran, kertas pembungkus makan atau karton kotak makanan dan minuman serta kardus. Sampah logam meliputi kaleng minuman dari alumunium, tutup botol, dan kaleng minuman lainnya.

Penanganan kebersihan di Kebun Raya Cibodas berada di bawah sub-unit koleksi, yang dikepalai pengawas dan pengamat kebersihan dan kompos yang bertugas menggerakkan pegawai bawahannya untuk melakukan penangan kebersihan seperti pembersihan, pengangkutan sampah, dan pengolahan lebih lanjut. Kegiatan pembersihan dilakukan setiap hari dengan penyapuan lapangan, jalan aspal, dan jalan gico. Untuk sampah organik yang biasanya diperoleh dari hasil penyapuan lapangan, jalan aspal, atau jalan gico dikumpulkan disepanjang tempat tersebut. Sedangkan sampah inorganik diperoleh dari pengumpulan sampah yang berada di tempat sampah yang sudah tersedia, kemudian dilakukan pengangkutan sehari sekali dengan menggunakan kendaraan ke tempat pembuangan akhir. Pengolahan lebih lanjut terhadap sampah organic di Kebun Raya Cibodas yaitu dengan pengomposan.

4.7.3 Perlindungan dan Pengawasan Kawasan

(50)
(51)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Karakteristik Setting

Pengamatan dilakukan terdapat dua setting yang terdapat di KRC. Kedua

setting tersebut berada pada dua kawasan yang berbeda. Setting pertama merupakan

[image:51.595.77.503.310.704.2]

setting yang berada di kawasan koleksi yaitu Taman Sakura dan setting berikutnya berada di kawasan rekreasi yaitu Lawn. Lokasi kedua setting dapat dilihat pada gambar dibawah ini (Gambar 5).

(52)

5.1.1 Taman Sakura

Taman Sakura memiliki luas areal sebesar ± 7.000 m² dan berada di vak XX.B yang berdekatan dengan obyek wisata lainnya, yaitu Taman Rhododendron, Jalan Air, dan Air Terjun Cibogo (Gambar 6). Keunikan jenis koleksi serta lokasi Taman Sakura yang berdekatan dengan obyek wisata lainnya menyebabkan setting

[image:52.595.161.414.259.513.2]

ini ramai dikunjungi oleh para wisatawan.

Gambar 6. Lokasi Taman Sakura

Aktivitas yang mendominasi setting ini adalah kegiatan rekreasi dan kegiatan piknik yang dilakukan oleh perorangan maupun berkelompok. Kegiatan rekreasi yang biasa dilakukan adalah bermain air, berenang, maupun mengabadikan gambar di

(53)
[image:53.595.161.471.118.293.2]

Gambar 7. Penyebaran Pengunjung pada Setting Taman Sakura

Koleksi sakura merupakan hal utama yang menjadi daya tarik setting dan merupakan tanaman utama penyusun yang menyusun lanskapnya. Terdapat sebanyak 250 pohon sakura pada setting ini. Setting Taman Sakura memiliki 5 spesies sakura, yaitu Prunus Cerasoides (121 pohon), Prunus Campulata (124 pohon), Prunus Yamasakura (1 pohon), Prunus spp. (3 pohon), dan Prunus Xydoensis (1 pohon).

(54)
[image:54.595.136.496.123.388.2]

Gambar 8. Peta Taman Sakura

Selain pohon sakura, juga didapati tanaman lain yang menjadi penyusun utama lanskap areal ini seperti pohon kecrutan (1 pohon), palem merah (14 pohon), pakis monyet (5 pohon), pangkas kuning (12 semak), cemara kipas (8 pohon), dan rumput paetan. Pohon kecrutan memiliki bunga berwarna jingga dengan ketinggian 8 meter. Palem merah yang berada di setting ini terdapat di tiga titik yang berbeda dimana disetiap lokasinya terdiri dari 4-6 pohon palem merah dengan ketinggian rata-rata 3 meter. Semak pangkas kuning yang berada di setting ini, hanya dapat ditemui pada ulangan pertama dan kedua kemudian dalam pengamatan diulangan selanjutnya obyek ini dipangkas habis oleh pihak pengelola kawasan, sehingga tidak didapati adanya aksi vandalisme yang menjadikan obyek ini sebagai sasaran pada ulangan selanjutnya. Pemangkasan ini dilakukan karena tanaman tersebut dalam kondisi yang tidak sehat sehingga nampak berupa ranting kering.

(55)

disediakan untuk menunjang kenyamana para pengunjung, seperti gazebo, jembatan, media informasi, papan nama tanaman, besi untuk berjualan, tempat sampah, dan jalan setapak. Pada pengamatan lapang tidak ditemui tersedianya bangku taman yang diletakkan didalam setting.

Taman Sakura memiliki media informasi yang terbuat dari material seng dan dilapisin dengan cat besi dengan jumlah coretan sebanyak 5% dari keseluruhan permukaannya. Fasilitas lainnya adalah dua buah gazebo yang berada pada lokasi yang berbeda. Gazebo pertama berada didekat akses utama untuk masuk ke taman sakura, sedangkan gazebo yang lainnya berada jauh lebih dalam. Gazebo pertama terbuat dari material beton dan beratap genteng dengan tempat duduk yang terbuat dari material kayu. Gazebo ini memiliki coretan sebanyak 15% dari luas keseluruhan gazebo (37,50 m²). Material yang menyusun gazebo kedua seluruhnya terbuat dari beton dan beratap genteng dengan jumlah coretan sebesar 80% dari luas permukaan keseluruhan.

5.1.2 Lawn

[image:55.595.203.412.486.696.2]

Lawn terletak pada vak VI.B yang berseberangan dengan kolam besar dan berada sekitar setengah kilometer dari guest house (Gambar 9). Luas areal sebesar ± 12.000 m² yang sebagian besar arealnya berupa padang rumput.

(56)
[image:56.595.105.503.271.568.2]

Areal ini merupakan areal yang sering digunakan untuk melaksanakan social gathering dengan intensitas kunjungan yang tinggi banyak pengunjung yang memanfaatkan areal ini sebagai areal piknik, maupun sebagai tempat untuk mengadakan acara-acara berkelompok, seperti acara tahunan kantor, acara perpisahan sekolah, dan lain-lain. Tingginya intensitas kunjungan disebabkan karena areal ini memiliki topografi yang sesuai untuk melakukan piknik dengan topografi yang relatif datar serta areal yang cukup terbuka dan luas.

Gambar 10. Peta Lawn

(57)

(Rhaphiolepis championi) yang terdapat pada setting ini merupakan tanaman muda yang belum mengalami pertumbuhan masksimal dengan tinggi rata-rata sebesar 0,6 meter sehingga tinggi tanaman masih berada dalam ketinggian yang mudah untuk dijangkau oleh tangan manusia. Sedangkan pohon sakura pada setting lawn memiliki tinggi rata-rata sebesar 5 meter dengan tinggi rata-rata percabangan pertama sebesar 0,8 meter. Seperti halnya pada setting taman sakura, pohon sakura pada settinglawn

tidak mengeluarkan bunga karena saat pengamatan dilakukan pohon sakura tidak dalam masa berbunga. Tanaman lain yang menyusun setting ini adalah lantara. Lantana memiliki bunga dengan warna yang mencolok dan berwarna-warni (merah, merah muda, dan kuning) sehingga dapat menarik calon pelaku aksi vandalisme tipe 3 untuk melakukan aksi mematahkan atau mengambil bagian dari tanaman tersebut. Selain itu, tanaman groundcover ini memiliki tinggi rata-rata 0,6 meter sehingga mudah untuk dijangkau oleh tangan manusia.

(58)

dimana satu diantaranya sudah rusak namun masih difungsikan sebagai tempat sampah. Vandalisme pada obyek ini masih dianggap ada namun dalam jumlah yang sangat kecil, hanya ditemukan satu tempat sampah yang menjadi sasaran dari aksi vandalisme ini dengan banyak coretan sebesar 5% dari keseluruhan luas permukaan bangku taman.

5.2 Karakteristik Pelaku Vandalisme

[image:58.595.74.494.364.717.2]

Karakteristik pelaku vandalisme secara keseluruhan didominasi oleh pelaku dengan jenis kelamin laki-laki. Berdasarkan pada tingkat usia, pelaku vandalisme merupakan remaja dengan kisaran usia 14-20 tahun. Peran pendidikan dalam perilaku vandalisme didominasi oleh pelaku dengan jenjnang pendidikan SMP (Tabel 5).

Tabel 5. Karakteristik Pelaku Vandalisme

No. Karakteristik

Taman Sakura Lawn

Jumlah (orang)

Persentase (%)

Jumlah (orang)

Persentase (%)

1 Jenis Kelamin

a. Laki-laki 26 65 28 70

b. Perempuan 14 35 12 30

2 Usia

a. 7-13 tahun 0 0 7 17,5

b. 14-20 tahun 31 77,5 28 70

c. >20 tahun 9 22,5 5 12,5

3 Pendidikan

a. SD 0 0 3 7,5

b. SMP 21 52,5 27 67,5

c. SMA 19 47,5 9 22,5

d. Akademi/

Perguruan Tinggi

(59)

Pelaku vandalisme didominasi oleh laki-laki dengan presentase lebih besar dari 50% (Tabel 5). Hal serupa juga ditemukan dalam Hindelang (1976); Mawby (1980); Murtiartini (1999); Smith (2003) yang menemukan bahwa tingkat partisipasi laki-laki dalam aksi vandalisme lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat partisipasi perempuan. Hal ini dapat disebabkan karena sifat dasar perempuan yang lebih menyukai keindahan sehingga menyebabkan minimnya tingkat partisipasi wanita dalam aksi pengrusakan. Sementara laki-laki yang lebih menyukai kegiatan rekreasi yang bersifat menantang atau berpetualang (Murtiartini, 1999) sehingga memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk melakukan aksi perusakan.

Dari Tabel yang sama juga diperoleh bahwa pelaku vandalisme berusia 14 hingga 20 tahun dengan presentase diatas 25% (Tabel 5). Usia ini merupakan kategori remaja dimana tingkat keterlibatan mereka merupakan bagian dari perkembangan alami mereka untuk menunjukkan identitas, mengeksplorasi, dan memanipulasi lingkungan mereka. Hal ini sesuai dengan pendapat Soemarwoto (2004) yang menyatakan bahwa vandalisme banyak dilakukan oleh remaja. Tingkah laku yang ditunjukkan oleh remaja sangat dipengaruhi emosi, sedangkan kebanyakan emosi remaja masih sangat labil sehingga bentuk-bentuk emosi mereka sering tampak sebagai tindakan yang kurang dapat dipertanggungjawabkan dampaknya (Mappiare, 1982).

(60)

5.3 Hubungan Setting dengan Frekuensi Obyek Vandalisme

[image:60.595.139.463.286.534.2]

Penempatan site furniture pada seluruh setting bertujuan untuk mendapatkan kenyamanan, kemudahan, informasi, kontrol sirkulasi, dan perlindungan bagi penggunanya. Desain dan penempatan site furniture dalam tapak memerlukan yang pertimbangan cermat agar tercipta kesesuaian antara site furniture, manusia, dan lingkungan binaanya (Harris & Dines 1998). Dalam penelitian ini dapat dilihat site furniture dan tanaman yang menjadi sasaran aksi vandalisme merupakan akibat dari pertimbangan yang kurang cermat dalam pemilihan desain dan penempatannya.

Gambar 11. Boxplot Hubungan Setting dengan Frekuensi Obyek Vandalisme

Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa frekuensi obyek yang dikenai perilaku vandalisme pada setting lawn lebih banyak dibandingkan dengan frekuensi obyek yang dikenai perilaku vandalisme pada setting taman sakura. Pada keseluruhan

(61)

Dengan melihat nilai median lawn yang bernilai tiga obyek vandalisme tiap ulangannya dapat terlihat bahwa frekuensi dilakukannya perilaku vandalisme terhadap obyek lebih tinggi dibandingkan dengan median data pada taman sakura yang bernilai dua obyek vandalisme tiap ulangannya. Tingginya obyek vandalisme pada setting lawn didominasi oleh aksi vandalisme membuang sampah sembarangan. Akumulasi sampah pada suatu tapak dapat memberikan gambaran akan penggunaanya dan dapat dihubungkan dengan ukuran pengguna (Gold, 1980). Aksi vandalisme membuang sampah tidak pada tempatnya dapat dikaitan dengan aktivitas yang dilakukan pengunjung yang dilakukan pada setting lawn. Obyek vandalisme yang mendominasi adalah groundcover dimana obyek ini merupakan sasaran aksi vandalisme yang disebabkan oleh kegiatan social gathering yang sering dilakukan pada setting ini.

5.3.1 Hubungan Setting Taman Sakura dengan Obyek Vandalisme

Penelitian ini menunjukkan bahwa vandalisme pada Setting Taman Sakura hanya dilakukan terhadap enam dari sembilan obyek yang diamati dalam penelitian ini. Obyek yang menjadi sasaran perilaku vandalisme pada setting ini adalah pohon, semak, groundcover, gazebo, jembatan, dan media informasi. Selama penelitian ini tidak ditemukan pelaku vandalisme yang menjadikan papan nama tanaman, besi untuk berjualan, dan tempat sampah sebagai sasaran dari aksi vandalisme mereka dalam Setting Taman Sakura. Pada setting ini tidak ditemukan adanya bangku taman yang diletakkan didalam tapak.

(62)
[image:62.595.152.466.114.373.2]

Gambar 12. Boxplot Jenis Obyek Vandalisme pada Taman Sakura Keterangan Gambar:

1. Pohon

2. Semak

3. Groundcover

4. Gazebo

5. Jembatan

6. Media informasi

7. Papan nama tanaman

8. Besi untuk berjualan

9. Bangku taman (N/A)

10. Tempat sampah

(63)

nilai nol pada obyek ini disebabkan karena tidak terdapat faslitas tersebut pada s

Gambar

Gambar 3. Lokasi Penelitian
Tabel 1. Jumlah Responden Kuesioner
Gambar 4. Bentuk Boxplot secara Horizontal
Tabel 2. Sarana dan Prasarana KRC
+7

Referensi

Dokumen terkait

It is recommended that CGIAR centers maintain a policy whereby,if a CGIAR center hosts a web server or any other server that is externally accessible, a Network Intrusion Detection

14 May   16,   2010       Using   ITIL   and   CobiT      Copyright   ©   2010   CA,   ITPreneurs.. Provide compliance with

2) Siswa membuat pertanyaan tentang berbagai jenis tanaman yang hidup di hutan hujan tropis, cara pengelompokan tumbuhan, dan ciri khas dari masing-masing kelompok. 3)

Furthermore, Paulo Coelho described Veronika as young and attractive woman who had a perfect life because she had a loving family, friends, boyfriends, and a job

Kejadian ikterik pada neonatus di ruang perinatologi RSUD Wonosari pada tahun 2016 sebanyak 242 kasus yang sebagian besar terjadi pada bayi dengan berat badan

Dalam analisa yang dilakukan untuk mencari kebutuhan air bersih Kecamatan Medan Sunggal pada tahun 2064, seluruh proyeksi jumlah pengguna air bersih di sektor domestik dan

Metode penelitian yang digunakan adalah, terlebih dahulu mengumpulkan data yang dibutuhkan baik primer dan sekunder, kemudian menghitung banyaknya penduduk yang ada

[r]