• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan pemahaman siswa pada materi hukum hukum gas ideal dengan menggunakan simulasi PhET (sebuah studi kasus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan pemahaman siswa pada materi hukum hukum gas ideal dengan menggunakan simulasi PhET (sebuah studi kasus)"

Copied!
248
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN PEMAHAMAN SISWAPADA MATERI

HUKUM-HUKUM GAS IDEAL DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI PhET

(SEBUAH STUDI KASUS)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah SatuSyarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

BRIGITA PERADA

NIM: 131424011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PENGEMBANGAN PEMAHAMAN SISWAPADA MATERI

HUKUM-HUKUM GAS IDEAL DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI PhET

(SEBUAH STUDI KASUS)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah SatuSyarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

BRIGITA PERADA

NIM: 131424011

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Ketika ku berdoa mukjizat itu nyata”

Kupersembahkan karya kecil ini kepada

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria

Papa (Alm) dan Mama

Kakakku dan Adik kecilku (Alm)

Keluarga besarku

Seseorang yang istimewa di hatiku

Seluruh Sahabat dan Teman-temanku

Serta

(6)
(7)
(8)

vii

ABSTRAK

Perada, Brigita. 2017.

Pengembangan Pemahaman Siswa Pada Materi

Hukum-hukum Gas Ideal dengan Menggunakan Simulasi PhET

(Sebuah Studi Kasus)

. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Fisika,

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui tingkat pemahaman awal

siswa pada materi hukum-hukum gas ideal (2) mengembangkan pemahaman

siswa pada materi hukum-hukum gas ideal dengan menggunakan simulasi PhET.

Penelitian ini bersifat kualitatif. Penelitian dilakukan pada bulan April

2017. Responden penelitian berjumlah enam orang siswa SMA Negeri 10

Yogyakarta. Metode pengambilan data berupa tes esai dan video proses

pembelajaran. Tes esai yang digunakan berjumlah tiga nomor. Tes esai ini untuk

mengukur pemahaman awal dan pemahaman akhir responden. Data yang

diperoleh berupa lembar pengerjaan responden, Lembar Kerja Siswa, dan

transkrip data proses pembelajaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pemahaman awal masing-masing

responden berbeda (2) semua responden mengalami perkembangan pemahaman

sebagai berikut; responden A mengalami perkembangan pemahaman pada materi

hukum Boyle dan Gay Lussac, responden B dan D mengalami perkembangan

pemahaman pada materi hukum Gay Lussac dan Charles-Gay Lussac, responden

C dan E mengalami perkembangan pemahaman pada materi hukum Boyle, Gay

Lussac dan Charles-Gay Lussac, dan responden F mengalami perkembangan

pemahaman pada materi hukum Charles-Gay Lussac.

(9)

viii

ABSTRACT

Perada, Brigita. 2017.

The Development of Student’s Understanding on the

Ideal Gas Laws Material by Using PhET Simulation (A Case Study)

.

Thesis. Yogyakarta: Physics Education, Department of Mathematics

and Natural Sciences Education, Faculty of Teacher Training and

Education, Sanata Dharma University Yogyakarta.

This research was aiming to (1) find out the level

of student’s initial

understanding on the ideal gas laws (2) develop of student’s understanding on the

ideal gas laws by using PhET simulation.

The research was a qualitative research. The research was carried out on

April 2017. Respondents were six students of SMA Negeri 10 Yogyakarta. The

data collection methods used an essay test and video learning process. The

number of items used in the essay test is three item. This essay test to measure the

initial understanding and final understanding of respondens. The data were

obtained in the form of student’s answer sheets, The student’s worksheet and

transcripts data of learning process.

The results showed that (1) initial understanding of each respondents is

different (2) all respondents are experiencing the development of an

understanding of the following: responden A experience the development of

understanding in Boyle and Gay Lussac laws material, responden B and D

experience the development of understanding in Gay Lussac and Charles-Gay

Lussac laws material, responden C and E experience the development of

understanding in Boyle, Gay Lussac and Charles-Gay Lussac laws material, and

responden F experience the development of understanding in Charles-Gay Lussac

law material.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunianya

yang berlimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Pengembangan Pemahaman Siswa pada Materi Hukum-hukum Gas Ideal

dengan Menggunakan Simulasi PhET (Sebuah Studi Kasus)”.

Tugas akhir dalam

bentuk skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi strata

satu dan memperoleh gelar sarjana pendidikan sesuai dengan Kurikulum Program

Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam (JPMIPA), Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas

Sanata Dharma (USD) Yogyakarta.

Penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian bersama yang melibatkan

penulis dan rekan, yaitu Veranda Nova. Topik utama penelitian yang diambil

sama tetapi dengan materi fisika yang berbeda.

Strategi kerja penelitian bersama ini adalah dengan mendiskusikan

rumusan masalah dan mempelajari teori pokok secara bersama-sama. Metode

penelitian dan analisis data dikembangkan bersama. Pembahasan dibahas dan

ditafsirkan dengan kalimat sendiri. Jika secara kebetulan ditemukan kalimat yang

sama, hal itu karena hasil diskusi dan sudah dengan persetujuan bersama.

Selama penulisan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan, dukungan

dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima

kasih kepada:

1.

Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M. Ed., Ph.D. selaku dosen pembimbing

skripsi dan dosen pembimbing akademik, yang telah membimbing dengan

sabar dan selalu meluangkan waktu serta memberi masukan sebagai

perbaikan;

(11)

x

3.

Bapak Domi Severinus, M.Si. selaku ketua Laboratorium Microteaching

Pendidikan Fisika dan segenap staf Laboratorium Microteaching

Pendidikan Fisika, yang telah membantu sarana berupa handycam selama

proses pengambilan data;

4.

Segenap Karyawan sekretariat JPMIPA yang telah memberikan bantuan

dalam memperlancar surat perizinan penelitian;

5.

Bapak Agus Mardiyono, S.Pd., selaku guru mata pelajaran fisika SMA

Negeri 10 Yogyakarta yang telah membantu selama penelitian;

6.

Siswa-siswi yang telah bersedia menjadi responden penelitian;

7.

Veranda Nova selaku sahabat dan rekan kerja dalam penelitian;

8.

Teman-teman Pendidikan Fisika angkatan 2013 Universitas Sanata

Dharma yang telah belajar dan berjuang bersama menyelesaikan studi di

Universitas Sanata Dharma, terima kasih telah menjadi keluarga dan

penyemangat selama Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan

skripsi ini. Oleh karena itu penulis selalu membuka diri untuk masukan, kritik dan

saran. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

(12)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK

KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT

... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang ... 1

B.

Rumusan Masalah ... 5

C.

Tujuan Penelitian ... 5

D.

Manfaat Penelitian ... 5

BAB II. LANDASAN TEORI

A.

Filsafat Konstruktivisme ... 7

B.

Konstruktivisme Sosial ... 7

(13)

xii

D.

Tingkatan Dimensi Proses Kognitif ... 10

1.

Mengingat ... 13

2.

Memahami... 14

3.

Mengaplikasikan ... 17

4.

Menganalisis ... 18

5.

Mengevaluasi ... 20

6.

Mencipta ... 21

E.

Simulasi Komputer ... 23

Simulasi PhET

... 24

F.

Kerangka Berpikir ... 26

G.

Hukum-hukum Gas Ideal ... 27

1.

Hukum Boyle ... 28

2.

Hukum Gay-Lussac ... 29

3.

Hukum Charles Gay-Lussac ... 30

4.

Hukum Boyle Gay-Lussac ... 31

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian ... 32

B.

Responden Penelitian ... 32

C.

Desain Penelitian ... 33

D.

Waktu dan Tempat Penelitian ... 34

E.

Metode Pengumpulan Data ... 34

F.

Instrumen penelitian ... 34

G.

Metode Analisis Data ... 36

BAB IV. DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A.

Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 38

B.

Data ... 39

C.

Analisis Data dan Pembahasan ... 39

1.

Tingkat Pemahaman Awal Responden ... 39

Kelompok Pertama

a.

Responden A ... 40

(14)

xiii

c.

Responden C ... 49

d.

Responden D ... 53

Kelompok Kedua

a.

Responden E ... 57

b.

Responden F ... 61

Pemahaman Awal Seluruh Responden ... 64

Rangkuman Pemahaman Awal Seluruh Responden ... 67

2.

Proses Perkembangan Pemahaman Responden ... 70

Kelompok Pertama

... 71

Kelompok Kedua ...

91

3.

Tingkat Pemahaman Akhir Responden ... 118

Kelompok Pertama

a.

Responden A ... 119

b.

Responden B ... 124

c.

Responden C ... 128

d.

Responden D ... 132

Kelompok Kedua

a.

Responden E ... 136

b.

Responden F ... 139

Pemahaman Akhir Seluruh Responden ... 143

Rangkuman Pemahaman Akhir Seluruh Responden ... 146

4.

Perkembangan Pemahaman Responden ... 149

Rangkuman Perkembangan Pemahaman Responden ... 154

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan ... 161

B.

Saran ... 164

DAFTAR PUSTAKA ... 165

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rangkuman Dimensi Proses Kognitif ... 10

Tabel 3.1 Indikator soal dan Proses Kognitif (hukum Boyle) ... 36

Tabel 3.2 Indikator soal dan Proses Kognitif (hukum Gay Lussac) ... 37

Tabel 3.3 Indikator soal dan Proses Kognitif (hukum Charles-Gay Lussac) ... 37

Tabel 4.1 Tingkat pemahaman awal responden A (hukum Boyle) ... 40

Tabel 4.2 Tingkat pemahaman awal responden A (hukum Gay Lussac) ... 42

Tabel 4.3 Tingkat pemahaman awal responden A (hukum Charles-Gay Lussac) ... 43

Tabel 4.4 Tingkat pemahaman awal responden B (hukum Boyle) ... 44

Tabel 4.5 Tingkat pemahaman awal responden B (hukum Gay Lussac) ... 46

Tabel 4.6 Tingkat pemahaman awal responden B (hukum Charles-Gay Lussac) ... 47

Tabel 4.7 Tingkat pemahaman awal responden C (hukum Boyle) ... 49

Tabel 4.8 Tingkat pemahaman awal responden C (hukum Gay Lussac) ... 50

Tabel 4.9 Tingkat pemahaman awal responden C (hukum Charles-Gay Lussac) ... 52

Tabel 4.10 Tingkat pemahaman awal responden D (hukum Boyle) ... 53

Tabel 4.11 Tingkat pemahaman awal responden D (hukum Gay Lussac) ... 55

Tabel 4.12 Tingkat pemahaman awal responden D (hukum Charles-Gay Lussac) ... 56

Tabel 4.13 Tingkat pemahaman awal responden E (hukum Boyle) ... 57

Tabel 4.14 Tingkat pemahaman awal responden E (hukum Gay Lussac) ... 59

Tabel 4.15 Tingkat pemahaman awal responden E (hukum Charles-Gay Lussac) ... 60

Tabel 4.16 Tingkat pemahaman awal responden F (hukum Boyle) ... 61

Tabel 4.17 Tingkat pemahaman awal responden F (hukum Gay Lussac) ... 62

Tabel 4.18 Tingkat pemahaman awal responden F (hukum Charles-Gay Lussac)... 63

Tabel 4.19 Pemahaman awal seluruh responden (kelompok pertama dan kedua) ... 64

Tabel 4.20 Proses perkembangan pemahaman kelompok pertama (hukum Boyle) ... 71

Tabel 4.21 Proses perkembangan pemahaman kelompok pertama (hukum Gay

Lussac) ... 79

Tabel 4.22 Proses perkembangan pemahaman kelompok pertama (hukum

Charles-Gay Lussac) ... 87

(16)

xv

Tabel 4.24 Proses perkembangan pemahaman kelompok kedua (hukum Gay

Lussac) ... 104

Tabel 4.25 Proses perkembangan pemahaman kelompok kedua (hukum

(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rangkuman Kerangka Berpikir ... 27

Gambar 2.2 Grafik hubungan P terhadap V pada suhu konstan (Isotermal) ... 29

Gambar 2.3 Grafik hubungan P terhadap T pada volume konstan (Isohorik) ... 30

Gambar 2.3 Grafik hubungan V terhadap T pada tekanan konstan (Isobarik) ... 31

Gambar 4.1 Gambar jawaban responden ... 45

Gambar 4.2 Tampilan simulasi setelah dijalankan ... 71

Gambar 4.3 Tampilan simulasi setelah panjang ruangan dikecilkan hingga 3 nm ... 72

Gambar 4.4 Data yang ditulis oleh responden (data 1) ... 73

Gambar 4.5 Tampilan simulasi setelah panjang ruang dibesarkan 0,5 nm dari data

sebelumnya ... 74

Gambar 4.6 Data yang ditulis oleh responden (data 2) ... 75

Gambar 4.7 Data keseluruhan percobaan hukum Boyle ... 75

Gambar 4.8 Grafik hubungan antara tekanan terhadap volume ... 77

Gambar 4.9 Jawaban pertanyaan diskusi hukum Boyle... 79

Gambar 4.10 Tampilan simulasi ketika ruang pada simulasi bocor dan gas keluar ... 81

Gambar 4.11 Data keseluruhan percobaan hukum Gay Lussac ... 83

Gambar 4.12 Grafik hubungan antara tekanan terhadap suhu yang dibuat oleh

responden ... 84

Gambar 4.13 Jawaban pertanyaan diskusi hukum GayLussac ... 86

Gambar 4.14 Data keseluruhan percobaan hukum Charles-Gay Lussac ... 88

Gambar 4.15 Grafik hubungan antara volume terhadap suhu... 89

Gambar 4.16 Jawaban pertanyaan diskusi hukum Charles-Gay Lussac ... 90

Gambar 4.17 Tampilan simulasi setelah dijalankan ... 92

Gambar 4.18 Tampilan simulasi setelah panjang ruangan dikecilkan hingga 3 nm .... 93

Gambar 4.19 Data yang ditulis oleh responden (data 1) ... 94

Gambar 4.20 Tampilan simulasi setelah panjang ruang dibesarkan 0,5 nm dari

data sebelumnya ... 95

Gambar 4.21 Data yang ditulis oleh responden (data 2) ... 96

Gambar 4.22 Data keseluruhan percobaan hukum Boyle ... 97

(18)

xvii

Gambar 4.24 Jawaban pertanyaan diskusi hukum Boyle... 103

Gambar 4.25 Tampilan simulasi ketika ruang pada simulasi bocor dan gas keluar ... 105

Gambar 4.26 Tampilan simulasi ketika ruang pada simulasi ketika suhu

diturunkan terus menerus dan molekul bergerak semakin lambat ... 106

Gambar 4.27 Data keseluruhan percobaan hukum Gay Lussac ... 107

Gambar 4.28 Grafik hubungan antara tekanan terhadap suhu ... 108

Gambar 4.29 Jawaban pertanyaan diskusi hukum GayLussac ... 110

Gambar 4.30 Data keseluruhan percobaan hukum Charles-Gay Lussac ... 113

Gambar 4.31 Grafik hubungan antara volume terhadap suhu... 114

(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 167

Lampiran 2. Surat Rekomendasi Penelitian (Badan Kesatuan Bangsa dan Politik) ... 168

Lampiran 3. Surat Rekomendasi Penelitian (Dinas Pendidikan, Pemuda dan

Olahraga) ... 169

Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Selesai Melaksanakan Penelitian ... 170

Lampiran 5. Soal dan Jawaban Pre Tes/Pos Tes ... 171

Lampiran 6. Lembar Kerja Siswa Responden Kelompok 1 ... 174

Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa Responden Kelompok 2 ... 195

Lampiran 8. Jawaban Pre Tes Responden Kelompok 1 ... 216

Lampiran 9. Jawaban Pre Tes Responden Kelompok 2 ... 220

Lampiran 10. Jawaban Pos Tes Responden Kelompok 1 ... 222

Lampiran 11. Jawaban Pos Tes Responden Kelompok 2 ... 227

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Dalam pembelajaran fisika penanaman dan pemahaman konsep

merupakan hal yang utama. Jika sebuah konsep tertanam dengan baik

maka akan menghasilkan sebuah pemahaman yang dapat mendalam pula.

Pemahaman konsep yang dimiliki oleh siswa bergantung pada siswa itu

sendiri karena berdasarkan filsafat konstruktivisme pengetahuan itu adalah

bentukan

(konstruksi) individu yang mempelajarinya (Bettencourt dalam

Suparno 2013: 14).

Selain bergantung pada siswa itu sendiri terdapat faktor lain yang

dapat pula membantu mengembangkan pemahaman siswa dalam belajar

yaitu peran dari orang lain dalam hal ini adalah teman kelompok dalam

belajar dan guru sebagai fasilitator kelompok tersebut. Suatu kelompok

muncul ketika dua atau lebih orang berinteraksi selama lebih dari beberapa

saat, saling mempengaruhi satu sama lain melalui beberapa cara, dan

memikirkan diri mereka sebagai “kita” (Myers, 2010: 355). Dalam

(21)

belajar yang diinginkan yaitu bertambahnya pengetahuan dan pemahaman

siswa.

Dalam era globalisasi seperti sekarang ini banyak media

pembelajaran berbasis Teknologi Informasi (TI) yang dapat digunakan

guru fisika untuk membantu siswa memahami konsep dalam fisika. Media

pembelajaran berbasis TI dapat membantu untuk menggambarkan,

memvisualisasikan bahkan menjelaskan fenomena atau kejadian fisika

yang abstrak dan sulit dimengerti menjadi sesuatu yang lebih mudah untuk

dipahami.

(22)

Berdasarkan pengalaman peneliti ketika berada di SMA bahwa

salah satu materi yang abstrak untuk dibayangkan adalah tentang gas ideal.

Hal ini terjadi karena materi tersebut membahas tentang gas yang

wujudnya tidak dapat terlihat. Oleh sebab itu, ketika belajar mengenai gas

siswa hanya dapat membayangkan saja tanpa tahu bagaimana sebenarnya

proses dan faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan gas itu sendiri. Oleh

sebab itu pada penelitian ini dipilih materi hukum-hukum gas ideal.

Agar penelitian yang dilakukan dapat mendalam maka peneliti

melakukan sebuah penelitian studi kasus. Studi kasus merupakan semacam

penelitian terhadap seseorang atau beberapa siswa yang mempunyai

masalah (Sukmadinata, 2009: 224). Permasalahan yang akan diteliti yaitu

bagaimana peran sosial dari kelompok belajar, simulasi sebagai media

belajar dan peran guru sebagai fasilitator untuk membantu siswa

mengembangkan pemahamannya tentang hukum-hukum gas ideal.

Penelitian serupa sebelumnya pernah dilakukan oleh Hana Natalia

Pamungkas yang merupakan mahasiswa pendidikan fisika Uiversitas

Sanata Dharma dengan judul penelitian “Proses Belajar Metode Problem

Solving Berbantuan Simulasi PhET: Studi Kasus Siswa Kelas XI IPA di

SMA Negeri 1 Prambanan dan SMA Negeri 2 Klaten Materi Hukum

Boyle dan Hukum Gay-Lussac”. Pada penelitan tersebut, siswa diberi

(23)

keaktifan, eksplorasi dan dinamika siswa dalam belajar. Pada penelitan ini

siswa belajar di dalam kelompok menggunakan simulasi PhET dan

bimbingan guru sebagai fasilitator dilakukan untuk mengembangkan

pemahaman siswa tentang hukum-hukum gas ideal. Pada penelitian yang

dilakukan oleh saudari Hana pembelajaran dirancang dengan metode

prolem solving

dan simulasi PhET sebagai

treatment

, sedangkan pada

penelitan ini simulasi PhET digunakan sebagai media belajar dengan

panduan peneliti yang membimbing siswa secara langsung ketika proses

pembelajaran.

Tingkat pemahaman seseorang berbeda satu dengan yang lainnya.

Ketika seseorang mengalami pengembangan pemahaman berarti juga

mengalami peningkatan dimensi kognitif. Oleh sebab itu perkembangan

pemahaman yang dialami siswa dapat diukur dengan mengukur dimensi

kognitifnya. Penelitian untuk mengukur dimensi kognitif siswa pernah

dilakukan oleh Timotius Vivid Nugroho yang merupakan mahasiswa

pendidikan fisika Universitas Sanata Dharma dengan judul penelitian

“Identifikasi Proses Kognitif Siswa dalam Menyelesaikan Soal Tentang

Perubahan Wujud (Sebuah Studi Kasus)”. Penelitian tersebut bertujuan

(24)

yang digunakan siswa dalam kelompok dengan bimbingan guru sebagai

fasilitator kelompok tersebut.

Berdasarkan berbagai latar belakang masalah di atas maka peneliti

melakukan penelitian tentang

“PENGEMBANGAN PEMAHAMAN

SISWA PADA MATERI HUKUM-HUKUM GAS IDEAL DENGAN

MENGGUNA

KAN SIMULASI PhET (SEBUAH STUDI KASUS)”.

B.

Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1.

Bagaimana tingkat pemahaman awal siswa pada materi hukum-hukum

gas ideal?

2.

Bagaimana perkembangan pemahaman siswa pada materi

hukum-hukum gas ideal setelah belajar dengan menggunakan simulasi PhET?

C.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dalam

penelitian ini adalah:

1.

Mengetahui tingkat pemahaman awal siswa pada materi

hukum-hukum gas ideal.

2.

Mengembangkan pemahaman siswa pada materi hukum-hukum gas

ideal dengan menggunakan simulasi PhET.

D.

Manfaat Penelitian

(25)

1.

Bagi guru

Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat membantu guru untuk

menambah referensi media pembelajaran yang memanfaatkan

perkembangan TI dan menambah desain pembelajaran yang efektif.

2.

Bagi Peneliti

Dapat menambah pengalaman dan pengetahuan agar lebih siap dan

matang untuk menjadi seorang guru yang kreatif dan inovatif.

3.

Bagi siswa

(26)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A.

Filsafat Konstruktivisme

Filsafat konstruktivisme

adalah filsafat yang mempelajari hakikat

pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu terjadi. Menurut filsafat

konstruktivisme, pengetahuan itu adalah

bentukan

(konstruksi) individu

yang sedang mempelajarinya (Bettencourt dalam Suparno, 2013: 14).

Dalam hal ini yang dimaksud menekuni pengetahuan itu sendiri adalah

siswa, dimana dalam membentuk pengetahuannya siswa harus

mengkonstruksikan dengan benar apa yang mereka pelajari dan pahami

dalam pikiran mereka sehingga dalam penerapannya dapat terealisasikan

dengan baik.

Pengetahuan bukanlah suatu barang yang dapat dipindahkan begitu

saja dari guru ke siswa (Suparno, 2013: 15). Pengetahuan yang dimiliki

oleh seorang guru fisika tidak bisa begitu saja berpindah ke siswa, guru

hanya dapat menawarkan melalui proses pembelajaran untuk berusaha

menjelaskan dan menerangkan pengetahuan yang dimilikinya tetapi siswa

juga harus secara aktif menerima dan mengkonstruksikan hal tersebut

sehingga dapat menangkap dan mengerti apa yang dijelaskan oleh guru.

B.

Konstruktivisme Sosial

(27)

secara sosial (Berger dan Luckmann dalam Suparno, 1997: 47).

Konstruktivisme

sosial

menekankan

bahwa

pengetahuan

ilmiah

merupakan konstruksi sosial, bukan konstruksi individual. Kelompok ini

menekankan lingkungan, masyarakat dan dinamika pembentukan ilmu

pengetahuan (Matthews dalam Suparno, 1997: 48). Dalam kaitannya

dengan belajar bahwa siswa membutuhkan teman atau orang lain dalam

proses memperoleh pengetahuan dan meningkatkan pemahamannya.

Belajar dalam kelompok merupakan salah satu penerapan belajar

yang melibatkan teman atau orang lain. Dalam kelompok belajar siswa

harus mengungkapkan bagaimana ia melihat persoalan dan apa yang akan

dibuatnya dengan persoalan itu (Von Grasersfeld dalam Suparno, 1997:

63). Kelompok belajar akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk

secara aktif membuat abstraksi. Siswa dapat berdinamika dalam kelompok

menjelaskan kepada teman-temannya untuk membantu memperoleh

pengetahuan dengan lebih dalam dan lebih luas.

Belajar dalam kelompok juga membutuhkan bimbingan dan arahan

dari guru. bimbingan dan arahan tersebut dapat berupa pertanyaan yang

membantu siswa untuk berpikir menyelesaikan suatu masalah atau suatu

persoalan. Hal tersebut sangat membantu dan merangsang siswa untuk

mengkonstruksi pengetahuan mereka.

C.

Pemahaman Konsep Fisika

(28)

bentuk perluasan konsep, maupun mengubah konsep yang salah menjadi

benar, sehingga dapat menerapkan konsep tersebut untuk pemecahan

masalah. Menurut Slameto (2010) pemahaman dapat didefinisikan sebagai

proses berpikir dan belajar. Oleh karena itu pemahaman tentang konsep

merupakan hal yang paling mendasar dalam proses berpikir seseorang dan

pemahaman itu sendiri berupa proses berpikir dan belajar yang seharusnya

terus menerus dilakukan, karena untuk mencapai hingga tahap pemahaman

tidak terlepas dari proses dimana siswa harus berpikir tentang suatu

konsep dan selanjutnya belajar bagaimana konsep tersebut dapat

diterapkannya dalam belajar untuk memecahkan suatu masalah.

Menurut Berg (1991: 11) kriteria seseorang yang dapat dikatakan

memahami konsep yaitu:

a.

Dapat mendefinisikan konsep yang bersangkutan dengan kata-kata

sendiri.

b.

Dapat menjelaskan perbedaan antara konsep yang bersangkutan

dengan konsep-konsep lain.

c.

Dapat menjelaskan hubungan konsep yang satu dengan konsep

yang lain.

(29)

mengungkapkan kembali apa yang telah dikatakannya maka tidak dapat

dikatakan telah memahami konsep. Karena memahami konsep berarti

dapat mendefinisikan konsep dengan bahasanya sendiri, menjelaskan

perbedaannya dengan konsep yang lainnya, mengaitkan dengan konsep

lainnya serta dapat menjelaskan artinya dalam kehidupan sehari-hari.

D.

Tingkatan Dimensi Proses Kognitif

Psikologi kognitif dapat didefinisikan sebagai suatu studi ilmiah

mengenai proses-proses mental atau aktivitas pikiran

(the scientific study

of mental process or activities)

(Suharnan, 2005: 2). Dari pernyataan

tersebut dapat disimpulkan bahwa kognitif itu sendiri merupakan

proses-proses mental atau aktivitas pikiran dari manusia. Proses-proses-proses mental

atau aktivitas pikiran tersebut dapat meliputi bagaimana pikiran manusia

memproses informasi atau pengetahuan kemudian menggunakan

pengetahuan tersebut untuk melakukan suatu pekerjaan maka tidak dapat

dilihat ataupun diamati secara langsung.

Menurut Taksonomi Bloom hasil revisi yang dipublikasikan oleh

Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl pada tahun 2001 dimensi

kognitif dikelompokkan menjadi enam kategori, yaitu

mengingat,

memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi,

dan

mencipta

.

Tabel 2.1 Rangkuman Dimensi Proses Kognitif

No. Kategori dan Proses Kognitif

Nama-nama Lain Definisi

1. MENGINGAT-Mengambil pengetahuan dari memori jangka panjang.

Mengenali Mengidentifikasi Menempatkan

(30)

memori jangka panjang yang sesuai dengan pengetahuan.

Mengingat kembali

Mengambil Mengambil pengetahuan

yang relevan dari memori jangka panjang.

2. MEMAHAMI-Mengkonstruksi makna dari materi pembelajaran, termasuk apa yang diucapkan, ditulis, dan digambar oleh guru.

Menafsirkan Mengklarifikasi,

memparafrasakan, merepresentasikan, menerjemahkan.

Mengubah satu bentuk gambaran (misalnya, angka) jadi bentuk lain (misalnya, kata-kata).

Mencontohkan Mengilustrasikan,

memberi contoh.

Menemukan contoh atau ilustrasi tentang konsep atau prinsip. Mengklasifikasik an Mengategorikan, mengelompokkan. Menentukan sesuatu dalam satu kategori.

Merangkum Mengabstraksi,

menggeneralisasi.

Mengabstraksikan tema umum atau poin-poin pokok.

Menyimpulkan Menyarikan,

mengekstrapolasi, menginterpolasi, memprediksi

Membuat kesimpulan yang logis dari informasi yang diterima.

Membandingkan Mengontraskan,

memetakan, mencocokkan

Menentukan hubungan antara dua ide, dua objek, dan semacamnya.

Menjelaskan Membuat model Membuat model

sebab-akibat dalam sebuah sistem.

3. MENGAPLIKASIKAN-Menerapkan atau menggunakan suatu prosedur dalam keadaan tertentu.

Mengeksekusi Melaksanakan Menerapkan suatu

prosedur pada tugas yang familiar.

Mengimplementa sikan

Menggunakan Menerapkan suatu

prosedur pada tugas yang tidak familiar.

(31)

dan hubungan antara bagian-bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan.

Membedakan Menyendirikan,

memilah, memfokuskan, memilih

Membedakan bagian dari materi pelajaran yang relevan, bagian yang penting dari bagian yang tidak penting.

Mengorganisasi Menemukan

koherensi, memadukan, membuat garis besar,

mendeskripsikan peran,

menstrukturkan

Menentukan bagaimana elemen-elemen bekerja atau berfungsi dalam sebuah struktur.

Mengatribusikan Mendekonstruksi Menentukan sudut

pandang, bias, nilai, atau maksud dibalik materi pelajaran.

5. MENGEVALUASI-mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan/atau standar

Memeriksa Mengoordinasi,

mendeteksi, memonitor, menguji

Menemukan inkonsistensi atau kesalahan dalam suatu proses atau produk; menentukan apakah suatu proses atau produk memiliki konsistensi internal; menemukan efektivitas suatu prosedur yang sedang dipraktikkan.

Mengkritik Menilai Menemukan inkonsistensi

antara suatu produk dan kriteria eksternal;

menentukan apakah suatu produk memilik

konsistensi eksternal; menemukan ketepatan suatu produk untuk menyelesaikan masalah.

6. MENCIPTA-Memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatuproduk yang orisinal.

Merumuskan Membuat hipotesis Membuat

(32)

kriteria.

Merencanakan Mendesain Merencanakan prosedur

untuk menyelesaikan suatu tugas.

Memproduksi Mengkonstruksi Menciptakan suatu

produk.

1.

Mengingat

Proses

mengingat

adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan

dari memori jangka panjang. Pengetahuan mengingat penting

sebagai bekal untuk belajar yang bermakna dan menyelesaikan

masalah karena pengetahuan tersebut akan digunakan dalam

menyelesaikan tugas yang lebih kompleks. Dalam kategori

mengingat, guru memberi pertanyaan yang sama persis dengan

materi ketika siswa belajar materi yang diujikan dengan sedikit

mengubah kondisinya. Proses Mengingat terdiri dari

mengenali

dan

mengingat kembali

.

a)

Mengenali

(33)

sebelumnya atau tidak dan mencari kesesuaian di antara

keduanya.

b)

Mengingat Kembali

Proses

mengingat kembali

adalah mengambil pengetahuan

yang dibutuhkan dari memori jangka panjang ketika menjawab

pertanyaan. Siswa mencari infomasi jangka panjang dan

membawa informasi tersebut ke memori kerja untuk diproses.

Istilah lain dari

mengingat kembali

adalah

mengambil

.

2.

Memahami

Siswa dikatakan

memahami

bila mereka dapat mengkonstruksi

makna-makna dari pesan-pesan pembelajaran, baik itu bersifat

lisan, tulisan maupun grafis, yang disampaikan melalui pengajaran,

buku atau layar komputer. Jika siswa

memahami

maka ia dapat

menghubungkan pengetahuan “baru” dan pengetahuan lamanya,

(34)

a)

Menafsirkan

Menafsirkan

terjadi ketika siswa dapat mengubah informasi

dari satu bentuk ke bentuk lain. Pengubahan kata-kata menjadi

kata-kata lain (misalnya; memfrasakan), gambar jadi kata-kata,

kata-kata jadi gambar, angka jadi kata-kata, kata-kata jadi

angka dan lain sebagainya. Istilah-istilah lain dari

menafsirkan

adalah

menerjemahkan, memparafrasakan, menggambarkan

dan

mengklarifikasi.

b)

Mencontohkan

Proses kognitif

mencontohkan

terjadi bila siswa memberikan

contoh tentang konsep atau prinsip umum. Hal ini melibatkan

proses identifikasi ciri-ciri pokok dari konsep atau prinsip

umum dan menggunakan ciri-ciri ini untuk memilih atau

membuat contoh. Istilah-istilah lain untuk

mencontohkan

adalah

mengilustrasikan

dan

memberi contoh

.

c)

Mengklasifikasikan

Proses kognitif

mengklasifikasikan

terjadi ketika siswa

mengetahui bahwa sesuatu (misalnya, suatu contoh) termasuk

dalam kategori tertentu (misalnya, konsep atau prinsip). Proses

ini melibatkan proses pola-pola yang “sesuai” dengan contoh

(35)

contoh tertentu yang mengharuskan siswa menemukan konsep

atau prinsip umum.

d)

Merangkum

Proses

kognitif

merangkum

terjadi

ketika

siswa

mengemukakan

satu

kalimat

yang

merepresentasikan

informasi yang diterima atau mengabstraksikan sebuah tema.

Proses ini melibatkan proses membuat ringkasan informasi.

Istilah-istilah

lain

untuk

merangkum

adalah

menggeneralisasikan

dan

mengabstraksi

.

e)

Menyimpulkan

Proses

kognitif

menyimpulkan

menyertakan

proses

menemukan pola dalam sejumlah contoh. Proses ini terjadi

ketika siswa dapat mengabstraksikan sebuah konsep atau

prinsip yang menerangkan contoh-contoh tersebut dengan

mencermati ciri-ciri setiap contohnya dan yang terpenting

dengan menarik hubungan antara ciri-ciri tersebut. Proses

kognitif ini melibatkan proses kognitif membandingkan

seluruh contohnya. Istilah-istilah lain dari

menyimpulkan

adalah

mengekstrapolasi, menginterpolasi

dan

memprediksi

.

f)

Membandingkan

(36)

pencarian korespondensi satu-satu antara elemen-elemen dan

pola-pola pada suatu objek, peristiwa, atau ide lain.

Istilah-istilah lain dari

membandingkan

adalah

mengontraskan,

memetakan

dan

mencocokkan.

g)

Menjelaskan

Proses kognitif menjelaskan

berlangsung

ketika siswa dapat

membuat dan menggunakan model sebab-akibat dalam sebuah

sistem. Model ini dapat diturunkan dari teori (sebagaimana

dalam sains) atau didasarkan pada hasil penelitian atau

pengalaman. Istilah lain dari

menjelaskan

adalah

membuat

model

.

3.

Mengaplikasikan

Proses kognitif

mengaplikasikan

melibatkan penggunaan

prosedur-prosedur

tertentu

untuk

mengerjakan

soal

latihan

atau

menyelesaikan masalah. kategori

pengaplikasikan

terdiri dari dua

proses kognitif, yakni

mengeksekusi

ketika tugas berupa soal

latihan (yang familiar) dan

mengimplementasikan

ketika tugas

merupakan masalah (yang tidak familiar).

a)

Mengeksekusi

(37)

teknik dan metode. Istilah lain untuk

mengeksekusi

adalah

melaksanakan

.

b)

Mengimplementasikan

Mengimplementasikan

berlangsung ketika siswa memilih dan

menggunakan sebuah prosedur untuk menyelesaikan tugas

yang tidak familier. Siswa dituntut untuk memilih, harus

memahami jenis masalahnya dan alternatif-alternatif prosedur

yang tersedia. Oleh sebab itu,

mengimplementasikan

terjadi

bersama kategori-kategori proses kognitif lain, seperti

memahami

dan

mencipta

.

Istilah

lain

dari

mengimplementasikan

adalah

menggunakan

.

4.

Menganalisis

Proses

menganalisis

melibatkan proses memecah-mecah materi

jadi bagian-bagian kecil dan menentukan bagaimana hubungan

antarbagian dan antara setiap bagian dan struktur keseluruhannya.

Menganalisis

meliputi proses-proses kognitif

membedakan,

mengorganisasi

dan

mengatribusikan

.

a)

Membedakan

(38)

Istilah-istilah lain

membedakan

yaitu

menyendirikan, memilah,

memfokuskan

dan

memilah

.

b)

Mengorganisasi

Mengorganisasi

melibatkan proses mengidentifikasi

elemen-elemen komunikasi atau situasi dan proses mengenali

bagaimana elemen-elemen ini membentuk sebuah struktur

yang koheren. Siswa membangun hubungan-hubungan yang

sistematis

dan

koheren

anatarpotongan

informasi.

Mengorganisasi

biasanya terjadi bersamaan dengan proses

membedakan

. Mula-mula siswa mengidentifikasi

elemen-elemen yang relevan atau penting dan kemudian menentukan

sebuah struktur yang terbentuk dari elemen-elemen itu.

Mengorganisasi

juga dapat terjadi bersamaan dengan proses

mengatribusi

, yang fokusnya adalah menentukan tujuan atau

sudut

pandang

pengarang.

Istilah-istilah

lain

untuk

mengorganisasi

adalah

menstrukturkan,

memadukan,

menemukan

koherensi,

membuat

garis

besar

dan

mendeskripsikan peran

.

c)

Mengatribusikan

(39)

yang diberikan oleh guru. Berkebalikan dengan

menafsirkan

,

yang di dalamnya siswa berusaha

Memahami

makna tulisan

tersebut,

mengatribusikan

melampaui pemahaman dasar untuk

menarik kesimpulan tentang tujuan atau sudut pandang di balik

tulisan itu.

5.

Mengevaluasi

Mengevaluasi

didefinisikan

sebagai

membuat

keputusan

berdasarkan kriteria dan standar. Kriteria-kriteria yang sering

digunakan adalah kualitas, efektivitas, efisiensi dan konsistensi

yang ditentukan oleh siswa. standar-standarnya bisa bersifat

kuantitatif atau kualitatif dan berlaku pada kriteria. Kategori

mengevaluasi

mencakup proses-proses kognitif

memeriksa

dan

mengkritik.

a)

Memeriksa

(40)

lain untuk

memeriksa

adalah menguji, mendeteksi, memonitor

dan mengkoordinasi.

b)

Mengkritik

Mengkritik

melibatkan proses penilaian suatu produk atau

proses berdasarkan kriteria dan standar eksternal. Siswa

mencatat ciri-ciri positif dan negatif dari suatu produk dan

membuat keputusan setidaknya sebagian berdasarkan ciri-ciri

tersebut.

Mengkritik

merupakan inti dari berpikir kritis,

menilai kelebihan (efektivitas dan efisiensi) solusi untuk

menyelesaikan masalah. istilah lain dari

mengkritik

adalah

menilai

.

6.

Mencipta

(41)

a)

Merumuskan

Merumuskan

melibatkan proses menggambarkan masalah dan

membuat pilihan atau hipotesis yang memenuhi

kriteria-kriteria tertentu. Cara menggambarkan masalah menunjukkan

solusi-solusinya, dan merumuskan ulang atau menggambarkan

kembali masalahnya menunjukkan solusi-solusi yang berbeda.

Ketika

merumuskan

melampaui batas-batas pengetahuan lama

dan teori-teori yang ada, proses kognitif ini melibatkan proses

berpikir divergen dan menjadi inti dari apa yang disebut

berpikir kreatif. istilah lain dari

merumuskan

adalah

membuat

hipotesis.

b)

Merencanakan

Merencanakan

melibatkan proses merencanakan metode

penyelesaian masalah yang sesuai dengan kriteria-kriteria

masalahnya, yakni membuat rencan untuk menyelesaikan

masalah. Mempraktikkan langkah-langkah untuk menciptakan

solusi yang nyata bagi suatu masalah. Istilah lain

merencanakan

adalah

mendesain

.

c)

Memproduksi

(42)

atau kekhasan. Istilah lain dari

memproduksi

adalah

mengkonstruksi

.

E.

Simulasi Komputer

Simulasi komputer adalah model pembelajaran menggunakan

program komputer untuk mensimulasikan beberapa percobaan fisika, tidak

lewat percobaan di laboratorium, tetapi lewat monitor komputer dan siswa

dapat mempelajarinya dari simulasi itu (Suparno, 2013: 117). Pada

dasarnya simulasi komputer dapat membantu guru khususnya dalam

pelajaran fisika untuk dapat menjelaskan konsep-konsep fisika kepada

siswa agar dapat lebih mudah diterima dan dimengerti terutama bagi

konsep fisika yang sulit dan abstrak untuk dibayangkan. Misalnya saja

dalam konsep gas ideal, dengan adanya simulasi komputer maka konsep

gas ideal tersebut dapat digambarkan dan dijelaskan melalui gambaran

dari simulasi komputer sehingga konsep tersebut yang semula abstrak kini

dapat dipahami dan dimengerti oleh siswa.

Simulasi komputer memiliki berbagai keuntungan dalam

membantu proses pembelajaran. Beberapa keuntungan pembelajaran

dengan simulasi komputer (Suparno, 2013: 119-120) adalah:

a.

Dapat dilakukan oleh siswa kapan pun termasuk di rumah sehingga

mereka dapat belajar lebih lama dan mengulangi bahan lebih lama

tanpa terikat guru, jam atau waktu.

(43)

mahasiswa lebih jelas. Misalnya percobaan nuklir, dapat dilihat

dalam simulasi tanpa harus mencoba nuklir sendiri.

c.

Reaksi dan kejadian mikro dapat disimulasikan dengan jelas dalam

model sehingga siswa makin jelas menangkap konsepnya.

Misalnya, model gerak atom atau molekul yang sulit dilihat mata

dapat dilakukan dengan simulasi

komputer

.

d.

Di internet banyak sekali percobaan dengan simulasi yang dapat

dijadikan tugas siswa untuk mengamati dan mempelajarinya.

e.

Para ahli miskonsepsi menemukan bahwa simulasi komputer dapat

membantu menghilangkan miskonsepsi siswa karena siswa dapat

membandingkan pemikirannya yang tidak benar dengan simulasi

yang mereka lakukan dan lihat.

Simulasi PhET

(44)

Tujuan utama dari simulasi PhET ini yakni untuk meningkatkan

keterlibatan siswa dan meningkatkan hasil belajar. Simulasi PhET

membantu menjelaskan topik-topik baru, membangun konsep atau

kemampuan, memperkuat ide dan memberi tinjauan ulang serta feleksi

(Wieman, 2010: 225). Oleh sebab itu simulasi PhET di desain semenarik

mungkin sehingga dapat menarik perhatian siswa untuk terlibat aktif serta

didesain khusus untuk mendukung siswa dalam membangun pemahaman

konsep yang kuat mengenai konsep-konsep dalam fisika.

Seluruh pengaturan dalam simulasi ini sederhana dan mudah

digunakan seperti

click-drag,

menggeser dan terdapat tombol-tombol yang

dapat digunakan. Selain itu, pada simulasi PhET juga menampilkan hal

yang tidak dapat dilihat oleh mata seperti atom, elektron, foton, dan medan

listrik sehingga dapat memberikan sedikit gambaran kepada siswa. Pada

simulasi ini juga menyediakan berbagai instrumen/alat pengukuran seperti

penggaris,

stopwatch

, voltmeter, termometer, dan alat pengukur tekanan

untuk melakukan pengukuran kuantitatif.

Simulasi PhET ini dibuat dalam Java dan Flash sehingga dapat

dijalankan langsung dari

website

PhET (

http://phet.colorado.edu

)

menggunakan

web browser

standar. Selain itu, PhET juga dapat diunduh

secara gratis dan dipasang pada komputer (perangkat lokal) sehingga dapat

digunakan secara

offline

(Perkins dkk, 2006).

(45)

simulasi ini menjadi sangat berguna bagi siswa untuk meningkatkan

kemampuannya dalam membuat sebuah hubungan sebab akibat dari suatu

tindakan yang dilakukan saat pengaturan dengan hasil dari tindakan

tersebut. Respon (

feed back

) yang dimaksudkan yakni seperti adanya

pergerakan dari objek (benda), hasil grafik, serta hasil angka-angka.

F.

Kerangka Berpikir

Fisika merupakan ilmu yang menekankan pemahaman konsep

yang mendalam. Pemahaman konsep seseorang dengan orang lain tidaklah

sama, hal ini terkait dengan kemampuan kognitif yang dimiliki seseorang.

Jika pemahaman konsep fisika dikaitkan dengan kemampuan kognitif,

maka cara untuk mengetahui tingkat pemahaman seseorang dalam hal ini

adalah siswa yaitu dengan menganalisis ataupun mengelompokkan

pemahaman tersebut dalam tingkatan dimensi kognitif berdasarkan

taksonomi Bloom yang dikelompokkan menjadi enam yaitu: mengingat,

memahami, mengaplikasikan, menganalis, mengevaluasi dan mencipta.

(46)

mengakses dan mengolah informasi yang diperoleh melalui media tersebut

diperlukan peran sosial dari teman dan bantuan dari guru agar informasi

yang diperoleh dapat mendalam. Guru dapat bertindak sebagai fasilitator

membentuk kelompok belajar bagi siswa, kelompok belajar ini berfungsi

sebagai ruang komunikasi dan diskusi untuk mencurahkan pendapat dan

pikiran mereka membentuk dan memperoleh pengetahuan yang baru.

Bimbingan dari guru dalam proses belajar tersebut dapat berupa

pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa untuk memperoleh

sebuah kesimpulan yang mengembangkan kemampuan kognitif.

Gambar 2.1 Rangkuman Kerangka Berpikir

G.

Hukum-hukum Gas Ideal

(47)

salah satu variabel akan berpengaruh terhadap variabel yang lainnya.

Untuk Gas ideal, hubungan antara p, V, T dan

m

(atau jumlah mol

n

) dapat

dinyatakan sebagai sebuah persamaan yang disebut

persamaan gas ideal

.

Beberapa asumsi tentang gas ideal yaitu: (1) gas terdiri dari

molekul-molekul yang sangat banyak dan jarak pisah antara molekul jauh

lebih besar daripada ukurannya (2) molekul-molekul memenuhi hukum

gerak Newton, tetapi secara keseluruhan mereka bergerak lurus secara

acak dengan kecepatan tetap (3) molekul-molekul mengalami tumbukan

lenting sempurna satu sama lain dan dengan dinding wadahnya (4)

gaya-gaya antarmolekul dapat diabaikan, kecuali selama satu tumbukan yang

berlangsung sangat singkat (5) gas yang dipertimbangkan adalah suatu zat

tunggal, sehingga semua molekul adalah identik.

Hukum-hukum mengenai gas ideal dalam suatu ruang tertutup

yang menyatakan hubungan antara tekanan (p),volume (V) dan suhu (T)

gas dipelajari dalam beberapa hukum yaitu hukum Boyle, hukum Gay

Lussac, hukum Charles-Gay Lussac dan hukum Boyle-Gay Lussac.

1.

Hukum Boyle

(48)

dalam bejana tertutup (tidak bocor) dijaga tetap, maka tekanan gas

berbanding terbalik dengan volume gas tersebut.

Secara matematis, pernyataan tersebut dinyatakan sebagai berikut:

p ≈

...(1)

p V = Tetap...(2)

Sehingga untuk gas pada keadaan seimbang pada suhu tetap,

persamaannya menjadi:

=

...(3)

Gambar 2.2 Grafik hubungan P terhadap V pada suhu konstan

(Isotermal)

2.

Hukum Gay-Lusscac

(49)

Secara sistematis pernyataan tersebut dinyatakan sebagai berikut:

p ≈ T...

...(4)

= Tetap...(5)

Sehingga untuk gas pada keadaan setimbang pada volume tetap,

persamaannya menjadi:

=

...(6)

Gambar 2.3 Grafik hubungan P terhadap T pada volume konstan

(Isohorik)

3.

Hukum Charles Gay-Lussac

Hukum Charles Gay-Lussac merupakan hukum yang

dikemukakan oleh Jacques Charles (1747-1823) dan Gay Lussac

(1778-1805). Hukum Charles-Gay lussac menyatakan bahwa jika

tekanan gas yang berada dalam bejana tertutup (tidak bocor) dijaga

tetap, maka volume gas sebanding dengan suhu mutlaknya.

(50)

= Tetap...(8)

Sehingga untuk gas pada keadaan seimbang pada tekanan tetap,

persamaannya menjadi:

=

...(9)

Gambar 2.3 Grafik hubungan V terhadap T pada tekanan konstan

(Isobarik)

4.

Hukum Boyle Gay-Lussac

Hukum boyle Guy-Lussac merupakan gabungan dari hukum Boyle

dan Gay Lussac.

Secara sistematis, hukum Boyle-Gay Lussac sebagai berikut:

= Tetap...(10)

Untuk gas pada dua keadaan seimbang, persamaannya menjadi:

(51)

32

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Data

dalam riset kualitatif adalah semua hal, barang, tulisan, benda yang

dikumpulkan peneliti untuk dapat menjelaskan persoalan yang sedang dialami

(Suparno, 2007: 117). Dalam penelitian ini, metode yang digunakan adalah

metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan metode

penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai

dengan apa adanya (Best, 1982 dalam Sukardi 2008). Penelitian deskriptif

bertujuan untuk memberikan penjelasan/uraian tertentu (Suparno, 2007: 3).

Metode penelitian ini dipilih karena penelitian ini bertujuan untuk

mengembangkan pemahaman siswa.

B.

Responden Penelitian

(52)

untuk siswa dari kelas XI IPA 3. Sebelum proses pengambilan data responden

tidak diberitahu materi apa yang akan dipelajari dalam penelitian.

C.

Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi

kasus merupakan semacam penelitian terhadap seseorang atau beberapa siswa

yang mempunyai masalah (Sukmadinata, 2009: 224). Dapat pula dimengerti

bahwa studi kasus merupakan salah satu desain yang mendetail dari suatu

subjek pada keadaan khusus. Bahan yang diteliti hanya satu atau kecil ruang

lingkupnya, sehingga tidak perlu menggeneralisasi apapun.

(53)

yang telah dilakukan maka disimpulkan bagaimana pemahaman akhir siswa

dengan belajar dalam kelompok menggunakan simulasi PhET.

D.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2017 di SMAN 10 Yogyakarta.

E.

Metode Pengumpulan Data

Pengambilan data yang digunakan peneliti adalah dengan metode tes esai

dan video proses pembelajaran. Responden diminta untuk mengerjakan soal

esay tentang hukum-hukum gas ideal yang telah disiapkan oleh peneliti.

Waktu pengerjaan soal tes adalah 45 menit dengan asumsi bahwa satu soal

dikerjakan dalam waktu 15 menit. Tes ini digunakan untuk mengelompokkan

tingkat pemahaman responden berdasarkan dimensi proses kognitif taksonomi

Bloom. Tes ini diberikan pada awal penelitian dan pada akhir penelitian untuk

mengkonfirmasi pemahaman siswa.

Proses pembelajaran dilakukan berdasarkan pedoman Lembar kerja Siswa

yang telah disiapkan oleh peneliti. Selama proses pembelajaran berlangsung

dilakukan pula rekaman video menggunakan

handycam

. Rekaman video

digunakan untuk mendeskripsikan pengembangan pemahaman responden

selama proses pembelajaran, yang selanjutnya diubah dalam bentuk narasi

F.

Instrumen Penelitian

1.

Instrumen Pembelajaran

(54)

proses pengambilan data serta soal diskusi. Selain itu responden juga

membuat grafik dari hasil eksperimen yang telah dilakukan.

2.

Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah soal tes esay dan video proses pembelajaran.

a.

Soal tes esai

Soal tes esai yang digunakan adalah soal tentang konsep yang

bertujuan untuk mengukur tingkat pemahaman responden. Soal esai

disusun dengan memperhatikan proses kognitif berdasarkam

Taksonomi Bloom yaitu pada kategori mengingat, memahami,

mengaplikasikan, menganalisis dan mengevaluasi. Soal tidak

dibuat hingga kategori mencipta. Soal test esai yang digunakan

berjumlah tiga soal, masing-masing satu soal mengenai hukum

Boyle, Hukum Gay Lussac dan hukum Charles-Gay Lussac yang

masing-masing memiliki beberapa proses kognitif tertentu.

Jawaban ketiga soal tes esai menggambarkan proses kognitif yang

telah dicapai atau sampai sejauh mana pemahaman responden akan

materi tentang hukum-hukum tersebut.

b.

Video proses pembelajaran

(55)

G.

Metode Analisis Data

1.

Mengidentifikasi Proses Kognitif Responden

Identifikasi proses kognitif responden mengacu pada tingkatan

dimensi proses kognitif Taksonomi Bloom hasil revisi. Indikator dan soal

untuk mengidentifikasi proses kognitif yang dimiliki responden ketika

menyelesaikan soal disajikan dalam tabel (3.1, 3.2 dan 3.3). Soal yang

diberikan sesuai dengan tingkat kognitif tertentu, oleh sebab itu jika

responden menjawab soal dengan benar maka responden dikatakan telah

mencapai tingkat kognitif sesuai dengan soal tersebut. Soal ini diberikan

sebelum dan sesudah proses belajar untuk melihat perkembangan

pemahaman siswa.

(Soal dan jawaban tes terlampir)

Tabel 3.1 Indikator soal dan Proses Kognitif (hukum Boyle)

Kategori Kognitif

(Proses Kognitif)

Indikator No

Soal

Memahami (Menjelaskan) Menjelaskan arti gerakan piston terhadap volume gas

Responden menjelaskan jika piston bergerak ke bawah maka volume gas di dalam bejana akan semakin kecil.

1. a

Responden menjelaskan jika piston bergerak ke atas maka volume gas di dalam bejana akan semakin besar.

1. b

Mengaplikasikan

(Mengimplementasikan) Menjelaskan arti

gerakan piston terhadap volume gas dan

akibatnya terhadap tekanan gas

Responden menjelaskan jika piston bergerak ke bawah berarti mengurangi volume mengakibatkan tekanan menjadi semakin besar

1. a

Responden menjelaskan jika piston bergerak ke atas berarti memperbesar volume mengakibatkan tekanan menjadi semakin kecil

1. b

Menganalisis (Mengorganisasi) Menyimpulkan

hubungan antara volume dan tekanan berdasarkan peristiwa yang terjadi

Responden menyimpulkan jika gerakan piston mempengaruhi volume gas dan tekanan. Dimana ketika piston bergerak kebawah volume gas akan mengecil mengakibatkan tekanan gas membesar dan ketika piston bergerak ke atas volume gas akan membesar mengakibatkan tekanannya akan mengecil.

(56)

Tabel 3.2 Indikator soal dan Proses Kognitif (hukum Gay Lussac)

Kategori Kognitif (Proses

Kognitif)

Indikator No

Soal

Memahami (Menjelaskan) Menjelaskan arti kenaikan suhu terhadap tekanan gas

Responden menjelaskan jika tangki dipanaskan maka tekanan akan bertambah

2. a

Menganalisis (Mengorganisasi)

Menjelaskan arti kenaikan dan penurunan suhu yang terus menerus terhadap tekanan gas

Responden menjelaskan jika dipanaskan terus menerus maka tekanan akan semakin besar.

2. b

Responden menjelaskan jika suhu tangki diturunkan terus menerus maka tekanan akan semakin kecil.

2. c

Mengevaluasi (Mengkritik) Menyimpulkan akibat yang ditimbulkan berdasarkan peristiwa yang terjadi.

Responden menyimpulkan tangki dapat meledak jika dipanaskan terus menerus.

2. b

Responden menyimpulkan tangki dapat mengerucut/mengempis jika suhu tangki diturunkan terus menerus.

2. c

Tabel 3.3 Indikator soal dan Proses Kognitif (hukum Charles-Gay Lussac)

Kategori Kognitif (Proses

Kognitif)

Indikator No

soal

Mengingat (Mengenali) Berpendapat bahwa terdapat hubungan antara suhu dan volume berdasarkan peristiwa yang terjadi

Responden berpendapat bahwa terdapat hubungan antara suhu dan volume.

3

Menganalisis (Mengorganisasi) Memberikan penjelasan penyebab peristiwa ban pecah dan ban kempis terkait suhu dan volume ban

Responden menjelaskan jika terkena sinar matahari berarti terjadi kenaikan suhu sehingga volume akan semakin membesar dan jika udara dingin terjadi penurunan suhu maka volume akan semakin mengecil.

3

Mengevaluasi (Mengkritik) Menyimpulkan hubungan antara suhu dan volume ban serta kaitannya dengan akibat yang ditimbulkan berdasarkan peristiwa yang terjadi.

Responden menyimpulkan ban pecah disebabkan oleh kenaikan suhu pada siang hari sehingga volume ban semakin

membesar, sedangkan ban kempes

disebabkan oleh penurunan suhu pada malam hari sehingga volume ban mengecil.

3

2.

Transkrip Data

(57)

38

BAB IV

DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A.

Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan sebanyak dua kali kepada dua kelompok

siswa yang berbeda di SMA Negeri 10 Yogyakarta. Kelompok pertama

merupakan siswa dari kelas XI IPA 1 yang berjumlah empat orang.

Kelompok kedua merupakan siswa dari kelas XI IPA 3 yang berjumlah

dua orang. Penelitian pada kelompok pertama dilaksanakan pada tanggal 5

dan 6 April 2017 sedangkan pada kelompok kedua dilaksanakan pada

tanggal 25 dan 28 April 2017. Pada saat mencari responden yang bersedia

untuk menjadi subyek penelitian, peneliti tidak memberitahukan materi

fisika yang akan menjadi bahan penelitian, peneliti hanya memberitahukan

bahwa materi yang digunakan adalah materi kelas XI.

(58)

yang berupa soal yang sama dengan tes awal. Tes akhir ini dilakukan

untuk melihat sejauh mana perkembangan pemahaman akhir responden

setelah dilakukan pembelajaran.

B.

Data

Data berupa lembar jawaban soal tes awal dan tes akhir responden,

jawaban Lembar Kerja Siswa, serta transkrip rekaman video selama proses

pembelajaran. Lembar jawaban soal tes awal dan tes akhir masing-masing

responden dianalisis berdasarkan kategori kognitif taksonomi Bloom yang

dicapai. Sedangkan proses perkembangan pemahaman responden

dianalisis melalui transkrip rekaman video selama proses pembelajaran.

C.

Analisis Data dan Pembahasan

1.

Tingkat Pemahaman Awal Responden

(59)

40

Kelompok Pertama

a.

Responden A

Tabel 4.1 Tingkat pemahaman awal responden A (hukum Boyle)

Kategori Kognitif

(proses Kognitif)

No Soal

Indikator Jawaban

Responden

Keterangan

Memahami

(menjelaskan)

Menjelaskan arti gerakan piston terhadap volume gas

1. a Responden menjelaskan jika piston bergerak ke bawah maka volume gas di dalam bejana akan semakin kecil.

a. Ketika piston bergerak ke bawah volume gas di dalam bejana tetap, namun tekanan di dalam bejana menjadi semakin kecil.

b. Ketika piston bergerak ke atas volume gas di dalam bejana tetap serta tekanan di dalam bejana menjadi semakin besar. c. Semakin besar

tekanan di bejana maka volumenya semakin kecil semakin kecil

 Responden A keliru menjelaskan arti gerakan piston terhadap volume gas (1. a dan 1. b). Responden menjelaskan gerakan piston tidak menyebabkan volume berubah. Seharusnya gerakan piston menyebabkan volume berubah.  Responden A keliru menjelaskan arti gerakan

piston terhadap volume gas dan akibatnya terhadap tekanan gas (1. a dan 1. b). Responden menjelaskan ketika piston bergerak ke bawah volume gas di dalam bejana tetap, namun tekanan di dalam bejana menjadi semakin kecil. Ketika piston bergerak ke atas volume gas di dalam bejana tetap serta tekanan di dalam bejana menjadi semakin besar. Seharusnya ketika piston bergerak ke bawah menyebabkan volume gas mengecil sehingga mengakibatkan tekanan gas membesar sebaliknya ketika piston bergerak ke atas menyebabkan volume gas membesar sehingga mengakibatkan tekanan gas mengecil.

 Responden A keliru menyimpulkan hubungan antara volume dan tekanan berdasarkan 1. b Responden menjelaskan

jika piston bergerak ke atas maka volume gas di dalam bejana akan semakin besar. Mengaplikasikan

(mengimplementasikan) Menjelaskan arti

gerakan piston terhadap volume gas dan

akibatnya terhadap tekanan gas

1. a Responden menjelaskan jika piston bergerak ke bawah berarti mengurangi volume mengakibatkan tekanan menjadi semakin besar

1. b Responden menjelaskan jika piston bergerak ke atas berarti memperbesar volume mengakibatkan tekanan menjadi semakin kecil

(60)

41 (mengorganisasi)

Menyimpulkan

hubungan antara volume dan tekanan berdasarkan peristiwa yang terjadi

jika gerakan piston

mempengaruhi volume gas dan tekanan. Dimana ketika piston bergerak kebawah volume gas akan mengecil mengakibatkan tekanan gas membesar dan ketika piston bergerak ke atas volume gas akan membesar

mengakibatkan tekanannya akan mengecil.

tekanan di dalam bejana maka volume di dalam bejana makin besar.

peristiwa yang terjadi (1. c ).

Responden menyimpulkan perubahan volume sebagai akibat dari perubahan tekanan bukan perubahan tekanan yang diakibatkan perubahan volume.

(61)

42

Tabel 4.2 Tingkat pemahaman awal responden A (hukum Gay Lussac)

Kategori Kognitif (proses Kognitif)

No Soal

Indikator Jawaban Responden Keterangan

Memahami (menjelaskan) Menjelaskan arti kenaikan suhu terhadap tekanan gas

2. a Responden menjelaskan jika tangki dipanaskan maka tekanan akan bertambah

a.Ketika tangki dipanaskan maka tekanannya akan bertambah

b.Jika dipanaskan terus menerus tangki bisa meledak karena saat suhu dinaikkan maka tekanan gas bertambah dan mendesak dinding tangki c.Jika suhu diturunkan terus

menerus maka tangki akan mengkerut karena volume gasnya berkurang serta tekanan di dalamnya semakin besar.

 Responden A dapat menjelaskan arti kenaikan suhu terhadap tekanan gas (2. a).

 Responden A dapat

menjelaskan arti kenaikan dan penurunan suhu yang terus menerus terhadap tekanan gas (2. b dan 2. c).

 Responden A dapat menyimpulkan akibat yang ditimbulkan berdasarkan peristiwa yang terjadi (2 b dan 2. c).

Menganalisis (mengorganisasi) Menjelaskan arti

kenaikan dan penurunan suhu yang terus menerus terhadap tekanan gas

2. b Responden menjelaskan jika dipanaskan terus menerus maka tekanan akan semakin besar. 2. c Responden menjelaskan jika suhu

tangki diturunkan terus menerus maka tekanan akan semakin kecil.

Mengevaluasi (mengkritik)

Menyimpulkan akibat yang ditimbulkan berdasarkan peristiwa yang terjadi.

2. b Responden menyimpulkan tangki dapat meledak jika dipanaskan terus menerus.

2. c Responden menyimpulkan tangki dapat mengerucut/mengempis jika suhu tangki diturunkan terus menerus.

(62)

43

Tabel 4.3 Tingkat pemahaman awal responden A (hukum Charles-Gay Lussac)

Kategori Kognitif (proses Kognitif)

No soal

Indikator Jawaban

Responden

Keterangan

Mengingat (mengenali) Berpendapat bahwa terdapat hubungan antara suhu dan volume berdasarkan peristiwa yang terjadi

3 Responden berpendapat

bahwa terdapat hubungan antara suhu dan volume.

Suhu dengan volume ban sepeda ada hubungannya. Saat terik matahari berarti suhunya tinggi, ban yang pecah

dikarenakan volume di dalamnya

semakin bertambah sehingga dinding bannya tidak bisa memuat gas tersebut maka ban

meledak/pecah. Saat malam hari, suhunya rendah maka

tekanan dalam ban semakin besar, volumenya berkurang. Maka dari itu bannya bisa kempes dikarenakan volumenya lebih kecil dari volume semula.

 Responden A benar berpendapat bahwa terdapat hubungan antara suhu dan volume berdasarkan peristiwa yang terjadi

Responden A keliru dalam memberikan penjelasan penyebab peristiwa ban pecah dan ban kempis terkait suhu dan volume ban. responden A hanya dapat menjelaskan dengan benar pengaruh kenaikan suhu terhadap volume tetapi keliru dalam menjelaskan pengaruh penurunan suhu terhadap volume, responden A mengatakan jika suhu rendah maka tekanan dalam ban semakin besar, maka volume berkurang. Seharusnya jika suhu rendah maka gas akan menyusut sehingga volume gas berkurang.  Responden A keliru menyimpulkan

hubungan antara suhu dan volume ban serta kaitannya dengan akibat yang ditimbulkan berdasarkan peristiwa yang terjadi, karena terdapat kesalahan dalam menjelaskan keliru dalam menjelaskan pengaruh penurunan suhu terhadap volume, responden A mengatakan jika suhu rendah maka tekanan dalam ban semakin besar, maka volume berkurang.

Menganalisis (mengorganisasi) Memberikan penjelasan penyebab peristiwa ban pecah dan ban kempis terkait suhu dan volume ban

3 Responden menjelaskan jika terkena sinar matahari berarti terjadi kenaikan suhu sehingga volume akan semakin membesar dan jika udara dingin terjadi

penurunan suhu maka volume akan semakin mengecil.

Mengevaluasi

Gambar

Gambar 2.1 Rangkuman Kerangka Berpikir
Gambar 2.2 Grafik hubungan P terhadap V pada suhu konstan
Gambar 2.3 Grafik hubungan P terhadap T pada volume konstan
Gambar 2.3 Grafik hubungan V terhadap T pada tekanan konstan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uji statistic dengan menggunakan uji wilcoxon di dapatkan hasil bahwa taraf signifikan sebesar 0,000 adalah kurang dari 0,05 (p=0,000.. 61 <α=0,005)

Peranan pihak – pihak lainnya (Asosiasi Profesional, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Jaringan Alumni Perguruan Tinggi, Perusahaan non-pemerintah, UMKM serta

Suami dan anak-anakku tercinta yang telah memberikan motivasi, dukungan moril serta doa yang tulus dalam menyelesaikan studi di Program Studi Magister Ilmu

Bahwa Terdakwa setuju dan mengajak bertemu dengan saksi-1 di perempatan Celilitan Jakarta Timur, setelah Terdakwa bertemu kemudian saksi-1 mengajak Terdakwa ke

Subjek penelitian adalah seluruh hotel berbintang lima berjumlah 8 hotel yang ada di Nusa Nusa Bali, objek penelitian menggunakan tiga variabel terdiri dari kepuasan ekstrinsik

Untuk menyembunyikan grid hilangkan tanda centang (checklist) pada kotak Enable maka semua grid yang sudah dibuat akan tersembunyi, sedangkan jika memilih Visible maka yang

Perilaku makan seperti ini, maka pengendalian tikus secara kimiawi dapat dilakunan dengan memberikan umpan pendahuluan yang tidak mengandung racun,

Sampel pada penelitian ini adalah jenis jamur kayu makroskopis yang terdapat di kawasan Taman Hutan Raya (TAHURA) K.G.P.A.A Mangkunagoro I, Karanganyar pada