• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

5.2 Pembahasan

5.2.2 Hubungan Status Gizi Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan hubungan antara status gizi ibu hamil menurut BBIH dengan kejadian anemia dan berdasarkan tabel 5.8 didapat hubungan antara status gizi ibu hamil menurut LILA dengan kejadian anemia. Sebagian besar yaitu 60 responden berada pada status gizi baik menurut LILA dan 47 responden berada pada status gizi baik menurut BBIH. Adanya perbedaan jumlah status gizi baik menurut BBIH dan status gizi baik menurut LILA terletak pada cara pengukurannya. Status gizi menurut BBIH diukur dengan cara menambahkan berat badan ideal sebelum hamil dengan jumlah perkalian antara umur kehamilan dan peningkatan berat badan minimal yaitu perminggu 0,35 kilogram dan status gizi baik menurut LILA diukur dengan cara mengukur lengan atas menggunakan pita LILA dengan status gizi baik dinyatakan dengan LILA

≥23 cm dan status gizi kurang dinyatakan dengan LILA <23 cm. Sebagian besar

yaitu 60 responden berada pada status gizi baik menurut LILA dan 47 responden berada pada status gizi baik menurut BBIH (Maryam Siti, 2016).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fransiska (2015) dimana terdapat hubungan antara status gizi dengan kejadian anemia.Ibu hamil dengan status gizi baik lebih berkurang resikonya untuk mengalami anemia sebaliknya ibu hamil dengan status gizi kurang akan lebih beresiko mengalami anemia. Namun tidak semua ibu hamil dengan status gizi kurang mengalami anemia, hal ini dapat dilihat dari responden no 7, responden no 9, responden no 31, responden no 38, responden no 41, responden no 54, responden no 58, responden no 72, responden no 75, responden no 81, responden no 89 dan responden no 92. Keduabelas responden tersebut memiliki status gizi

kurang menurut BBIH dan LILA tetapi tidak mengalami anemia. Begitu juga tidak semua ibu hamil dengan status gizi baik menurut BBIH dan LILA tidak mengalami anemia. Hal ini dapat dilihat dari responden no 2, responden no 10, responden no 36, responden no 43, responden no 45, responden no 49, responden no 57, responden no 64. Kedelapan responden ini memiliki status gizi baik tetapi mengalami anemia.

Menurut teori WHO yang dikutip Fransiska (2015) yang mengatakan bahwa ibu hamil dengan status gizi baik separuh dari kebutuhan gizinya terpenuhi dari simpanan zat besi. Resiko ibu hamil kekurangan gizi salah satunya adalah anemia. Hal ini dapat terjadi karena responden memiliki usia yang disarankan

untuk hamil, kehamilan yang tidak ≥3, pendidikan responden yang sebagian besar

tamat SMA dan PT dan mayoritas pekerjaan ibu rumah tangga.

Tidak semua ibu hamil dengan status gizi kurang mengalami anemia, ini dapat terlihat dari responden dengan status gizi kurang tetapi tidak mengalami anemia. Hal ini dapat dilihat dari kesebelas responden tersebut 6 responden berada pada tingkat pendidikan SMA, 11 responden berada pada rentan usia 20 sampai 35 tahun dan 8 responden bekerja sebagai ibu rumah tangga. Begitu juga terdapat ibu hamil dengan status gizi baik tetapi mengalami anemia. Hal ini dapat terjadi karena dari delapan responden tersebut sebagian besar masih berada pada taraf pendidikan SD dan SMP.

Status gizi ibu hamil dapat diketahui melalui penilaian status gizi secara langsung seperti penilaian antropometri contohnya pengukuran LILA dan secara tidak langsung seperti survey konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi (Supariasa & Bakri, 2017). Status gizi ibu hamil juga dapat diukur menggunakan

berat badan ideal ibu hamil (BBIH), Aralia dalam (Fransiska, 2015). Maryam (2016) menyatakan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi status gizi ibu hamil yaitu yang pertama kebiasaan dan pandangan ibu hamil terhadap makanan. Ibu yang sedang hamil atau berkeluarga biasanya lebih memperhatikan gizi anggota keluarganya. Kedua adalah faktor usia, usia terlalu muda ( <20 tahun) ibu hamil, lebih muda usia seorang wanita hamil akan lebih banyak gizi yang diperlukan karena ibu masih dalam masa pertumbuhan dan semakin tua umur ibu energi yang dibutuhkan juga semakin tinggi. Ketiga faktor status ekonomi, seorang dengan ekonomi tinggi kemungkinan besar gizi yang diperlukan akan tercukupi. Keempat faktor pengetahuan zat gizi dan makanan, ibu hamil dengan pengetahuan gizi yang baik akan memberikan gizi yang cukup untuk janin yang dikandungnya. Kelima faktor kesehatan lingkungan, status kesehatan yang tidak optimal menunjukan gejala nafsu makan yang menurun dan jika dibiarkan akan mempengaruhi status gizi ibu hamil.Keenam faktor aktivitas, aktivitas yang aktif memerlukan energi yang lebih banyak dibandingkan dengan ibu yang hanya duduk diam saja. Faktor ketujuh pantang makanan pengaruh budaya, unsur budaya dapat menciptakan kebiasaan makan masyrakat yang terkadang bertentangan dengan ilmu gizi. Faktor kedelapan berat badan, penambahan berat badan ibu hamil akan menentukan zat makanan yang lebih dibutuhkan agar kehamilannya dapat berjalan dengan lancar.

Status gizi responden yang sebagian besar baik ini dapat terjadi karena tingkat pendidikan ibu yang sebagian besar berada pada tingkat pendidikan SMA dan PT. Hal ini membuktikan bahwa tingkat pendidikan ibu dalam kondisi baik. Ibu hamil yang memiliki pendidikan yang baik, mempunyai dorongan dan

motivasi yang besar untuk memenuhi kebutuhan gizinya. Mitos dimasyrakat tentang pantangan makanan selama hamil sudah banyak yang tidak menganut sehingga ibu dapat mengkonsumsi makanan tanpa ada pantangan yang dijalankan. Usia ibu yang mayoritas berada pada rentan usia 20 - 35 tahun dan pekerjaan ibu yang sebagian besar adalah ibu rumah tangga. Ibu rumah tangga akan lebih sedikit mengeluarkan energi dibandingkan dengan ibu yang aktif bekerja.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar responden tidak mengalami anemia. Hal ini dapat dilihat dari kadar hemoglobin responden pada trimester I dan III lebih dari 11 gr% dan pada trimester II lebih dari 10,5 gr%. Dalam penelitian ini kadar hemoglobin diukur menggunakan hemoglobinometer digital. Hal ini dapat disebabkan karena dalam penelitian mayoritas usia ibu hamil 20 – 35 tahun, tingkat pendidikan responden yang sebagian besar lulus SMA.

Yuwono (2013) menyatakan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan anemia yaitu pertama faktor sosial ekonomi, perilaku seseorang dibidang kesehatan dipengaruhi oleh latar belakang sosial ekonominya. Kedua faktor pengetahuan, ibu hamil dengan pengetahuan zat besi yang rendah akan berperilaku kurang patuh dalam mengkonsumsi tablet besi serta pemilihan makanan sebagai sumber zat besi juga rendah. Ketiga faktor pendidikan, tingkat pendidikan yang rendah akan mempengaruhi pengetahuan dan tingkat pemahaman dalam kehidupan sehari-hari dan lebih lambat dalam merencanakan pemenuhan kebutuhan makanan bergizi. Keempat faktor budaya, pendistribusian makanan dalam keluarga yang tidak berdasarkan kebutuhan untuk pertumbuhan dan perkembangan anggota keluarganya serta pantangan makanan yang

dijalankan. Kelima faktor kunjungan ANC, dengan ANC keadaan anemia pada ibu hamil akan lebih dini terdeteksi. Keenam faktor paritas, paritas ≥3 dapat menyebabkan anemia, hal ini karena terlalu sering hamil dapat menguras cadangan zat gizi tubuh. Ketujuh faktor umur, ibu <20 tahun masih dalam taraf pertumbuhan sehingga akan terjadi kompetisi makanan antara janin dan ibu selama kehamilan. Kedelapan faktor dukungan suami, semakin tinggi dukungan yang diberikan oleh suami maka semakin tinggi pula keinginan ibu untuk menjaga kehamilannya. Kesembilan faktor status gizi, status gizi yang buruk dapat menyebabkan ibu menderita anemia.

Sebagian besar ibu hamil berada pada kelompok usia resiko rendah yaitu berada pada rentan 20-35 tahun, kelompok tersebut masuk dalam usia produktif dan kelompok paling aman untuk kehamilan. Jumlah kehamilan terbanyak adalah jumlah kehamilan anak pertama dan kedua. Jumlah kehamilan berhubungan dengan kehilangan darah pada saat persalinan, semakin banyak jumlah kehamilan semakin sering pula ibu mengalami perdarahan yang dapat memperbesar peluang ibu hamil mengalami perdarahan karena adanya pengurangan cadangan zat besi yang berlebihan. Tingkat pendidikan responden sebagian besar lulusan SMA dan PT, ibu hamil dengan tingkat pendidikan yang memadai menunjang pengetahuannya dalam perawatan kehamilan seperi makan makanan yang bergizi, mengkonsumsi tablet tambah darah serta memeriksakan kehamilannya secara teratur, dapat mengerti dan mengelola makanan sehingga zat besi yang terkandung dalam makanan tidak berkurang. Sebagian besar responden berada pada status gizi baik dan hal ini menyebabkan ibu tidak mengalami anemia. Sebagian besar ibu hamil tidak mengalami anemia , penulis berpendapat hal ini terjadi karena ibu

hamil rajin melakukan pemeriksaan kehamilan ke puskesmas dan tidak ada pantangan makanan yang dijalankan.

Dokumen terkait