• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Faktor Internal Responden Tingkat Partisipasi Responden terhadap kegiatan Pengadaan Sarana dan

LINGKUNGAN DI KELURAHAN BABAKAN PASAR, KECAMATAN BOGOR TENGAH KOTA BOGOR

R. PRATAMA PRABAWAPUTRA , 2009. Tingkat Partisipasi Masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung pada Kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Pencegahan

5.7 Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Faktor Internal Responden Tingkat Partisipasi Responden terhadap kegiatan Pengadaan Sarana dan

Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah dapat dilihat hubungannya dengan faktor internal responden yang disajikan dalam Tabel 27. Hubungan ini dapat menggambarkan pengaruh faktor internal dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan.

Tabel 27. Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Faktor Internal Responden No Faktor Internal Responden Koefisien Korelasi

Peringkat Spearman (rs) P – Value

1 Umur 0,276 0,140 2 Lama Tinggal 0.384* 0,036 3 Tingkat Pendidikan -0,153 0,421 4 Banyaknya Tanggungan Keluarga 0,231 0,219 5 Jenis Pekerjaan 6 Pendapatan -0,120 0,526

Peubah yang memiliki P-Value kurang dari 0,05 menunjukkan adanya hubungan nyata dengan tingkat partisipasi. Tabel 27 menunjukkan bahwa hubungan tingkat partisipasi dengan faktor internal responden hanya berhubungan nyata dengan peubah lama tinggal. Sedangkan peubah umur, lama pendidikan, banyaknya

tanggungan keluarga, dan pendapatan tidak berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi (Lampiran 2). Adapun untuk mengetahui ada atau tidaknya pegaruh jenis pekerjaan terhadap perbedaan tingkat partisipasi digunakan uji hipotesis Chi Square.

Hipotesis nol pada uji Chi Square (khi kuadrat) ialah tidak ada perbedaan tingkat partisipasi untuk jenis pekerjaan yang berbeda atau dengan kata lain jenis pekerjaan tidak berpengaruh terhadap tingkat partisipasi, dan hipotesis tandingannya ialah ada perbedaan tingkat partisipasi untuk jenis pekerjaan yang berbeda atau dengan kata lain jenis pekerjaan berpengaruh terhadap tingkat partisipasi. Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa jenis pekerjaan berpengaruh terhadap tingkat partisipasi.

5.7.1 Umur

Umur merupakan salah satu faktor internal yang diduga mempunyai korelasi atau hubungan yang dapat mempengaruhi tingkat partisipasi seseorang. Hasil analisis uji korelasi peringkat Spearman menunjukkan bahwa umur tidak memiliki hubungan dengan tingkat partisipasi. Berikut distribusi umur reponden dan tingkat

partisipasinya yang dapat dilihat melalui Tabel 28.

Tabel 28. Tingkat Partisipasi Responden Berdasarkan Umur

No Umur

Tingkat Partisipasi

Rendah Sedang Tinggi Total

n % n % n % n % 1 27 - 35 12 40,0 0 0,0 0 0,0 12 40,0 2 36 - 43 4 13,3 2 6,7 0 0,0 6 20,0 3 44 - 51 1 3,3 2 6,7 0 0,0 3 10,0 4 52 - 59 5 16,7 0 0,0 0 0,0 5 16,7 5 60 - 67 1 3,3 2 6,7 0 0,0 3 10,0 6 68 - 75 1 3,3 0 0,0 0 0,0 1 3,3 Total 24 6 0 30 100,0

Tabel 28 menunjukkan bahwa pada umumnya responden berada di tingkat partisipasi rendah dimana mayoritas responden berada pada selang umur 27 - 35 tahun. Hasil perhitungan korelasi peringkat Spearman antara peubah tingkat partisipasi dengan umur responden, diperoleh nilai koefisien korelasi peringkat Spearman (rs) sebesar 0,276 dan P-value sebesar 0,140. Hasil analisis ini

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara umur dengan tingkat partisipasi, karena P-value yang dihasilkan lebih besar dari α = 0,05. Tidak adanya hubungan yang nyata menggambarkan umur tidak berpengaruh bagi responden dalam berpartisipasi di kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan.

Tidak berpengaruhnya umur terhadap tingkat partisipasi menggambarkan partisipasi tidak dipengaruhi oleh perbedaan tingkat umur. Umur tidak menjadi pembeda bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan. Meskipun adanya perbedaan umur dapat menyebabkan perbedaan pola berpikir, namun pada kasus ini perbedaan umur tidak menjadikan faktor yang mempengaruhi partisipasi. Jika dilihat rendahnya tingkat partisipasi masyarakat dapat disimpulkan bahwa masyarakat dari segala lapisan umur kurang peduli terhadap kesuksesan kegiatan. Seharusnya dengan bertambahnya umur, bertambah pula kedewasaan seseorang pola berpikirnya. Hal tersebut dapat membuat orang yang mempunyai umur lebih tua seharusnya bisa lebih berpartisipasi daripada yang masih muda. Namun pada kasus ini tidak terlihat adanya hubungan nyata, berarti masyarakat berpartisipasi tidak terpengaruh oleh status umur yang terdapat dalam dirinya. Masyarakat dari semua lapisan umur sama-sama

berpartisipasi dalam kegiatan walaupun rata-rata tingkat partisipasinya rendah.

5.7.2 Lama Tinggal

Lama tinggal didasarkan pada lamanya responden tinggal di Kelurahan Babakan Pasar dalam hitungan tahun. Angka yang didapatkan akan langsung dikorelasikan dengan tingkat partisipasi masyarakat dengan uji korelasi peringkat

Spearman. Berikut ditampilkan distribusi lama tinggal responden dan tingkat partisipasinya pada Tabel 29.

Tabel 29. Tingkat Partisipasi Responden Berdasarkan Lama Tinggal No

Lama Tinggal

(tahun)

Tingkat Partisipasi

Rendah Sedang Tinggi Total

n % n % n % n % 1 1 – 11 2 6,7 1 3,3 0 0,0 3 10,0 2 12 – 21 3 10,0 0 0,0 0 0,0 3 10,0 3 22 – 31 8 26,7 0 0,0 0 0,0 8 26,7 4 32 – 41 5 16,7 1 3,3 0 0,0 6 20,0 5 42 – 51 2 6,7 3 10,0 0 0,0 5 16,7 6 52 – 61 4 13,3 1 3,3 0 0,0 5 16,7 Total 24 6 0 30 100,0

Tabel 29 menunjukkan distribusi lama tinggal responden dengan tingkat partisipasi dari keempat puluh responden. Distribusi yang terlihat bahwa pada umumnya responden berada di tingkat partisipasi rendah dengan kelompok lama tinggal 22 – 31 tahun merupakan jumlah terbanyak yaitu 8 responden (26,7%).

Hasil perhitungan korelasi peringkat Spearman antara tingkat partisipasi dengan umur responden, diperoleh nilai koefisien korelasi peringkat Spearman (rs) sebesar 0,384 dan P-value sebesar 0,036. Meskipun koefisien korelasi yang

dihasilkan tidak besar, berdasarkan hasil analisis ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang nyata antara umur dengan tingkat partisipasi, karena P-value yang dihasilkan kurang dari α = 0,05. Adanya hubungan yang nyata menggambarkan lama tinggal mempengaruhi responden dalam berpartisipasi di kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan.

Masyarakat yang tinggal lebih lama akan lebih mengenal pula karakterisitik dan kondisi lingkungan tempat tinggalnya. Tentu mereka menginginkan kondisi lingkungan yang lebih baik dari waktu-waktu sebelumnya. Rasa kecintaan dan rasa memiliki terhadap lingkungan, masyarakat yang sudah tinggal lebih lama tentu akan lebih besar daripada masyarakat yang baru tinggal di lingkungan tersebut.

yang tinggal lebih lama akan memandang bahwa kebersihan lingkungan adalah sebuah investasi jangka panjang. Salah seoarang warga yang sudah tinggal di

Kelurahan Babakan Pasar mengungkapkan kebersihan lingkungan merupakan bagian dari kesehatan keluarga, sehingga berpartisipasi dalam kegiatan adalah sebuah kesadaran atas dasar kecintaan terhadap lingkungannya. Berbeda dengan salah seorang warga yang baru tinggal selama satu tahun mengungkapkan berpartisipasi dalam kegiatan tidak terlalu penting karena dirasakan seharusnya sudah ada petugas atau pihak yang berwenang untuk menangani masalah kebersihan di lingkungannya.

5.7.3 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang ditempuh akan mempengaruhi seseorang dalam cara berfikir, bersikap, dan memandang suatu masalah yang pada akhirnya akan

berpengaruh kepada pengambilan keputusan untuk berpartisipasi aktif dalam kegiatan program. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan membuat anggota tersebut semakin mudah mengetahui dan menyerap pentingnya program bagi mereka. Berikut distribusi persentase tingkat pendidikan responden dan tingkat partisipasinya pada Tabel 30.

Tabel 30. Tingkat Partisipasi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat

Pendidikan

Tingkat Partisipasi

Rendah Sedang Tinggi Total

n % n % n % n %

1 SD 8 26,7 2 6,7 0 0,0 10 33,3

2 SLP 10 33,3 3 10,0 0 0,0 13 43,3

3 SLA 6 20,0 1 3,3 0 0,0 7 23,3

Total 24 6 0 30 100,0

Tabel 30 menunjukkan distribusi tingkat pendidikan yang ditempuh

responden dengan tingkat partisipasi dari keempat puluh responden. Distribusi yang terlihat bahwa pada umumnya responden berada di tingkat partisipasi rendah dimana tingkat pendidikan SD merupakan jumlah terbanyak yaitu 10 responden (33,3%).

Hasil perhitungan korelasi peringkat Spearman antara tingkat partisipasi dengan tingkat pendidikan yang ditempuh responden, diperoleh nilai koefisien

korelasi Spearman (rs) sebesar -0,153 dan P-value sebesar 0,421. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara tingkat pendidikan yang ditempuh dengan tingkat partisipasi, karena P-value yang dihasilkan lebih besar dari α = 0,05. Tidak adanya hubungan yang nyata menggambarkan tingkat pendidikan yang ditempuh tidak berpengaruh bagi responden dalam berpartisipasi di Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan.

Pendidikan formal yang ditempuh responden membuat responden memiliki bekal lebih untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Pekerjaan mereka menyita waktu yang lebih banyak sehingga responden tidak memiliki waktu lebih untuk berpartisipasi dalam kegiatan. Selain itu responden yang tingkat pendidikannya lebih rendah umumnya memiliki waktu lebih banyak karena mereka bekerja serabutan. Sehingga terjadi perbandingan terbalik antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi.

5.7.4 Jumlah Pendapatan Rumah Tangga

Tingkat pendapatan merupakan salah satu faktor internal yang diduga

berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat. Tingkat pendapatan merupakan jumlah rupiah yang diterima oleh responden per bulan dari pekerjaannya. Distribusi persentase pendapatan responden dan tingkat partisipasinya dapat dilihat pada Tabel 31.

Tabel 31. Tingkat Partisipasi Responden Berdasarkan Jumlah Pendapatan Rumah Tangga

No Pendapatan (Rupiah)

Tingkat Partisipasi

Rendah Sedang Tinggi Total

n % n % n % n % 1 pendapatan ≤ 500.000 2 6,7 2 6,7 0 0,0 4 13,3 2 500.000 < pendapatan ≤ 1.000.000 11 36,7 1 3,3 0 0,0 12 40,0 3 1.000.000 < pendapatan ≤ 1.500.000 7 23,3 0 0,0 0 0,0 7 23,3 4 1.500.000 < pendapatan ≤ 2.000.000 2 6,7 2 6,7 0 0,0 4 13,3 5 2.000.000 < pendapatan ≤ 2.500.000 1 3,3 0 0,0 0 0,0 1 3,3 6 2.500.000 < pendapatan ≤ 3.000.000 1 3,3 0 0,0 0 0,0 1 3,3 7 pendapatan > 3.000.000 1 3,3 0 0,0 0 0,0 1 3,3 Total 24 6 0 30 100,0

Tabel 31 menunjukkan distribusi jumlah pendapatan keluarga responden dengan tingkat partisipasi dari keempat puluh responden. Distribusi yang terlihat bahwa pada umumnya responden berada di tingkat partisipasi rendah dimana jumlah pendapatan keluarga dengan selang Rp 500.000,00 sampai Rp 1.000.000,00

merupakan jumlah terbanyak yaitu 11 responden (36,7%) diikuti oleh selang Rp 1.000.000,00 sampai Rp 1.500.000,00 yaitu 7 responden (23,3%).

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi peringkat Spearman antara tingkat partisipasi dengan lamanya pendidikan formal yang ditempuh responden, diperoleh nilai koefisien korelasi Spearman (rs) sebesar -0,120 dan P-value sebesar 0,526. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara lama

pendidikan formal yang ditempuh dengan tingkat partisipasi, karena P-value yang dihasilkan lebih besar dari α = 0,05. Tidak adanya hubungan yang nyata

menggambarkan pendapatan tidak berpengaruh bagi responden dalam berpartisipasi di kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan.

Sama halnya dengan lama pendidikan formal, tingkat pendapatan yang lebih tinggi disebabkan oleh pekerjaan responden yang lebih baik dan tentunya menyita waktu lebih banyak. Mereka yang mempunyai pendapatan lebih tinggi akan cenderung berpikir untuk membayar petugas daripada mereka turun langsung berpartisipasi. Sehingga terjadi hubungan yang berbanding terbalik antara tingkat pendapatan dan tingkat partisipasi.

5.7.5 Banyaknya Tanggungan Keluarga

Banyaknya tanggungan keluarga merupakan salah satu faktor internal yang diduga mempunyai hubungan dengan tingkat partisipasi. Angka yang didapat akan langsung dikorelasikan dengan tingkat partisipasi masyarakat melalui uji korelasi peringkat Spearman. Berikut ditampilkan distribusi persentase banyaknya tanggungan keluarga dan tingkat partisipasi responden pada Tabel 32.

Tabel 32. Tingkat Partisipasi Responden Berdasarkan Banyaknya Tanggungan Keluarga No Banyaknya Tanggungan Keluarga Tingkat Partisipasi

Rendah Sedang Tinggi Total

n % n % n % n %

1 1 - 3 13 43,3 1 3,3 0 0,0 14 46,7

2 4 - 6 10 33,3 3 10,0 0 0,0 13 43,3

3 7 - 9 2 6,7 1 3,3 0 0,0 3 10,0

Total 24 6 0 30 100,0

Tabel 32 menunjukkan distribusi banyaknya tanggungan keluarga

responden dengan tingkat partisipasi dari keempat puluh responden. Distribusi yang terlihat bahwa pada umumnya responden berada di tingkat partisipasi rendah dimana banyaknya tanggungan keluarga dengan selang 1 – 3 orang merupakan jumlah terbanyak yaitu 13 responden (43,3%) diikuti oleh responden dengan tanggungan keluarga dengan selang 4 - 5 orang dalam partisipasi rendah yaitu 10 responden (33,3%).

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi peringkat Spearman antara tingkat partisipasi dengan banyaknya tanggungan keluarga responden, diperoleh nilai koefisien korelasi Spearman (rs) sebesar 0,056 dan P-value sebesar 0,731. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara lama pendidikan formal yang ditempuh dengan tingkat partisipasi, karena P-value yang dihasilkan lebih besar dari α = 0,05. Tidak adanya hubungan yang nyata

menggambarkan banyaknya tanggungan keluarga tidak berpengaruh bagi responden dalam berpartisipasi di kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Jumlah tanggungan keluarga ternyata tidak menjadi hal yang signifikan dalam mempengaruhi responden dalam berpartisipasi. Bisa dikatakan masyarakat tidak melihat terhadap tanggungan keluarganya dalam berpartisipasi.

5.7.6 Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan yang dimiliki oleh responden pada umumnya adalah buruh. Berikut distribusi persentase jenis pekerjaan responden dan tingkat partisipasinya ditampilkan pada Tabel 33.

Tabel 33. Tingkat Partisipasi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan No Jenis Pekerjaan

Tingkat Partisipasi

Rendah Sedang Tinggi Total

n % n % n % n % 1 PNS 0 0,0 1 3,3 0 0,0 1 3,3 2 Buruh 7 23,3 1 3,3 0 0,0 8 26,7 3 Karyawan 4 13,3 0 0,0 0 0,0 4 13,3 4 Pedagang 3 10,0 1 3,3 0 0,0 4 13,3 5 Pensiunan 3 10,0 0 0,0 0 0,0 3 10,0 6 Purnawirawan 0 0,0 1 3,3 0 0,0 1 3,3 7 Supir 3 10,0 0 0,0 0 0,0 3 10,0 8 Wiraswasta 4 13,3 2 6,7 0 0,0 6 20,0 Total 24 6 0 30 100,0

Tabel 33 menunjukkan distribusi jenis pekerjaan responden dengan tingkat partisipasi dari keempat puluh responden. Distribusi yang terlihat bahwa pada umumnya responden berada di tingkat partisipasi rendah dimana jenis pekerjaan buruh merupakan jumlah terbanyak yaitu 7 responden (23,3%) diikuti oleh responden dengan jenis pekerjaan karyawan yaitu 4 responden (13,3%).

Uji Chi Square (khi kuadrat) untuk hipotesis nol bahwa tidak ada perbedaan tingkat partisipasi pada jenis pekerjaan yang berbeda, menghasilkan χ2 hitung sama dengan 11,5104. Karena banyaknya jenis pekerjaan adalah 8 dan banyaknya tingkat partisipasi 2 maka derajad bebas yang digunakan untuk titik kritis χ2 ialah 7.

Sedangkan titik kritis χ2 dengan derajad bebas 7 dan α = 0,05adalah 14,067. Karena nilai kritis tersebut lebih besar dari nilai hitung maka dapat diputuskan bahwa

hipotesis nol diterima yang berarti bahwa jenis pekerjaan tidak berhubungan nyata terhadap tingkat partisipasi masyarakat pada kegiatan ini (Lampiran 4).

5.8 Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Faktor Eksternal

Tingkat partisipasi responden pada kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan di Kelurahan Babakan Pasar, Kecamatan Bogor Tengah dapat dilihat hubungannya dengan faktor eksternal responden yang disajikan dalam Tabel 34.

Tabel 34. Hubungan Faktor Eksternal Responden dengan Tingkat Partisipasi No Faktor Eksternal Responden Koefisien Korelasi

Spearman (rs) P - Value

1 Peran Tokoh Masyarakat 0,099 0,604

2 Iuran Pengangkutan Sampah 0,145 0,444

3 Fasilitas Pengelolaan Sampah 0,055 0,772

Peubah yang memiliki P-Value kurang dari 0,05 menunjukkan adanya hubungan nyata dengan tingkat partisipasi. Tabel 36 menunjukkan bahwa hubungan tingkat partisipasi dengan faktor eksternal yaitu peran tokoh masyarakat, iuran pengangkutan sampah, dan fasilitas pengelolaan sampah tidak ada yang berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi (Lampiran 3). Untuk penjelasan lengkapnya akan dijelaskan melalui penjelasan di bawah ini.

5.8.1 Peran Tokoh Masyarakat

Peran tokoh masyarakat merupakan salah satu faktor eksternal yang diduga berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat. Peran tokoh masyarakat yang dimaksud adalah mendapat atau tidaknya responden himbauan dari tokoh masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan. Apabila mendapatkan himbauan diberi skor 2 dan skor 1 untuk yang tidak mendapatkan himbauan. Angka yang didapatkan akan langsung dikorelasikan dengan tingkat partisipasi masyarakat menggunakan uji korelasi koefisien Spearman. Selanjutnya distribusi persentase himbauan tokoh masyarakat dan tingkat partisipasinya dapat dilihat pada Tabel 35.

Tabel 35. Tingkat Partisipasi Responden Berdasarkan Peran Tokoh Masyarakat No Peran Tokoh

Masyarakat

Tingkat Partisipasi

Rendah Sedang Tinggi Total

n % n % n % n % 1 Mendapat himbauan 21 70,0 6 20,0 0 0,0 27 90,0 2 Tidak mendapat himbauan 3 10,0 0 0,0 0 0,0 3 10,0 Total 24 6 0 30 100,0

Tabel 35 menunjukkan distribusi pernyataan responden mengenai himbauan dari tokoh masyarakat untuk berpartisipasi dalam kegiatan dengan tingkat partisipasi dari keempat puluh responden. Distribusi yang terlihat bahwa pada umumnya

responden berada di tingkat partisipasi rendah dimana sebanyak 21 responden (70%) mendapat himbauan dari tokoh masyarakat.

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi peringkat Spearman antara tingkat partisipasi dengan peran tokoh masyarakat, diperoleh nilai koefisien korelasi Spearman (rs) sebesar 0,099 dan P-value sebesar 0,604. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara peubah peran tokoh masyarakat dengan tingkat partisipasi, karena P-value yang dihasilkan lebih besar dari α = 0,05. Tidak adanya hubungan yang nyata menggambarkan peran tokoh masyarakat tidak berpengaruh bagi responden dalam berpartisipasi di kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan.

Peran tokoh masyarakat merupakan faktor eksternal yang dapat

mempengaruhi responden untuk berpartisipasi, karena masyarakat yang belum memiliki kesadaran diharapkan terinspirasi untuk berpartisipasi dengan adanya himbauan. Namun pada kasus ini tidak terdapat hubungan yang nyata karena disebabkan kurang kuatnya pengaruh dari himbauan tokoh masyarakat untuk berpartisipasi.

5.8.2 Iuran Pengangkutan Sampah

Iuran pengangkutan sampah merupakan salah satu faktor eksternal yang diduga berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat. Iuran pengangkutan

sampah merupakan membayar atau tidaknya responden untuk iuran pengangkutan sampah. Apabila membayar diberi skor 2 dan skor 1 untuk yang tidak membayar. Angka yang didapatkan akan langsung dikorelasikan dengan tingkat partisipasi masyarakat menggunakan uji korelasi koefisien Spearman. Selanjutnya distribusi persentase iuran pengangkutan sampah dan tingkat partisipasinya dapat dilihat pada Tabel 36.

Tabel 36. Tingkat Partisipasi Responden Berdasarkan Iuran Pengangkutan Sampah No Iuran Sampah

Tingkat Partisipasi

Rendah Sedang Tinggi Total

n % n % n % n %

1 Membayar iuran 20 66,7 6 20,0 0 0,0 26 86,7

2 Tidak

membayar iuran 4 13,3 0 0,0 0 0,0 4 13,3

Total 24 6 0 30 100,0

Tabel 36 menunjukkan distribusi pernyataan responden mengenai membayar iuran sampah dengan tingkat partisipasi dari keempat puluh responden. Distribusi yang terlihat bahwa pada umumnya responden berada di tingkat partisipasi rendah dimana sebanyak 20 responden (66,7%) membayar iuran pengangkutan sampah.

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi peringkat Spearman antara tingkat partisipasi dengan iuran pengangkutan sampah, diperoleh nilai koefisien korelasi Spearman (rs) sebesar 0,145 dan P-value sebesar 0,444. Hasil analisis ini

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara iuran pengangkutan sampah dengan tingkat partisipasi, karena P-value yang dihasilkan lebih besar dari α = 0,05. Tidak adanya hubungan yang nyata menggambarkan iuran pengangkutan sampah tidak berpengaruh bagi responden dalam berpartisipasi di kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan. Iuran sampah yang dibayarkan responden secara sukarela tidak dapat dikatakan sebagai sebuah faktor eksternal yang mempengaruhi tingkat partisipasi.

5.8.3 Fasilitas Pengelolaan Sampah

Fasilitas pengelolaan sampah merupakan salah satu faktor eksternal yang diduga berhubungan dengan tingkat partisipasi masyarakat. Fasilitas pengelolaan sampah merupakan persepsi responden terhadap memadai atau tidaknya fasilitas pengelolaan sampah di lingkungan responden tinggal. Apabila memadai diberi skor 2 dan skor 1 untuk yang tidak memadai. Angka yang didapatkan akan langsung

dikorelasikan dengan tingkat partisipasi masyarakat menggunakan uji korelasi Rank Spearman. Selanjutnya distribusi persentase fasilitas pengelolaan sampah dan tingkat partisipasinya dapat dilihat pada Tabel 37.

Tabel 37. Tingkat Partisipasi Masyarakat Berdasarkan Fasilitas Pengelolaan Sampah No

Fasilitas Pengelolaan

Sampah

Tingkat Partisipasi

Rendah Sedang Tinggi Total

n % n % n % n %

1 Memadai 14 46,7 1 3,3 0 0,0 15 50,0

2 Tidak memadai 10 33,3 5 16,7 0 0,0 15 50,0

Total 24 6 0 30 100,0

Tabel 37 menunjukkan distribusi pernyataan responden mengenai fasilitas pengelolaan sampah dengan tingkat partisipasi dari keempat puluh responden.

Distribusi yang terlihat bahwa pada umumnya responden berada di tingkat partisipasi rendah dimana sebanyak 14 responden (46,7%) menyatakan fasilitas pengelolaan sampah memadai.

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi peringkat Spearman antara tingkat partisipasi dengan fasilitas pengelolaan sampah, diperoleh nilai koefisien korelasi Spearman (rs) sebesar 0,055 dan P-value sebesar 0,772. Hasil analisis ini

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang nyata antara iuran pengangkutan sampah dengan tingkat partisipasi, karena P-value yang dihasilkan lebih besar dari α = 0,05. Tidak adanya hubungan yang nyata menggambarkan iuran pengangkutan sampah tidak berpengaruh bagi responden dalam berpartisipasi.

6.2 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan berupa :

1. Profil masyarakat bantaran Sungai Ciliwung di kelurahan Babakan Pasar Kecamatan Bogor Tengah untuk rata-rata umur adalah 43 tahun (dewasa madya), rata-rata lama tinggal adalah 32,3 tahun, rata-rata lama pendidikan formal yang ditempuh adalah 8,7 tahun, rata-rata jumlah tanggungan keluarga sebanyak 4 orang, rata-rata jumlah pendapatan keluarga adalah Rp 1.269.000,00 per bulan, dan jenis pekerjaan pada umumnya adalah buruh.

2. Tingkat partisipasi masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dalam kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan tergolong kategori rendah karena mayoritas reponden (80%) memiliki tingkat partisipasi rendah.

3. Faktor internal yang berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat bantaran Sungai Ciliwung dalam kegiatan Pengadaaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan adalah lama tinggal, sedangkan umur, lama pendidikan formal, pendapatan, banyaknya tanggungan keluarga, dan jenis pekerjaan, tidak

berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi. Untuk faktor eksternal yaitu peran tokoh masyarakat, iuran pengangkutan sampah, dan fasilitas pengelolaan sampah tidak berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat.

6.3 Saran

Pembangunan masyarakat dengan kegiatan Pengadaan Sarana Prasarana Pencegahan Pencemaran Lingkungan di wilayah Kota Bogor tidak cukup hanya dengan pemberian bantuan secara fisik. Perlu dilakukan kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada upaya penyadaran masyarakat bantaran Sungai Ciliwung melalui :

1. Peningkatan sosialisasi kegiatan dan penyuluhan kepada masyarakat. 2. Identifikasi lapangan, stakeholders, dan potensi masyarakat dalam

penerapan kegiatan.

3. Perencanaan yang matang sesuai dengan hasil identifikasi kegiatan. 4. Pendampingan masyarakat dalam kegiatan untuk menjamin

[Anonim]. 2006. Sungai Ciliwung 2026. http://www.menlh.go.id (diakses 12-06-2008).

Adi, Isbandi Rukminto. 2002. Pemikiran-Pemikiran dalam Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Jakarta : Lembaga Penerbit FE-UI.

Athena et al. 2004. The Number of Total Coli and Escherechia coli at Refill Drinking Water in Jakarta, Tangerang, and Bekasi. http://www.litbang.depkes.go.id. (diakses 1-03-2009).

Brata, Kamir R. 2007. Lubang Resapan Biopori Sebagai Alternatif Untuk

Penanggulangan Air Tanah dan Sampah di DKI Jakarta. Power Point Slide. Bogor : Departemen Manajemen Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Burns, Danny et al. 2004. Making Community Participation Meaningful. Bristol : University of the West of England.

Daniel, Wayne W. 1978. Apllied Nonparametric Statistic. Georgia State University: Houghton Mifflin Company.

Depdikbud. 1986. Kamus Lengkap Sosiologi. Terjemahan Kartini Kartono. Jakarta : Rajawali Press.

Gunawan et al. 2008. Pedoman Penyajian Karya Ilmiah. Bogor : IPB Press Hurlock, Elizabeth B. 1980. Tahapan-tahapan Perkembangan Manusia.

http://makalahdanskripsi.blogspot.com (diakses 17-11-2008).

Hoshmand, A Reza. 1998. Statistical Methods for Environmental and Agricultural Sciences. New York : CRC Press.

Kementerian Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia. 2006. Sungai Ciliwung Tahun 2026. http://www.menlh.go.id (diakses 12-06-2008).

Koentjaraningrat. 2004. Pranata Sosial Keluarga. http://depsos.go.id (diakses 1-03-2009).

Kumar, Somesh. 2002. Methods for Community Participation, A Complete Guide for Practitioners. London : ITDG Publishing.

Lubis. 1993. Partisipasi Anggota Koperasi Primkopti Swakerta (Skripsi). Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Program Pengembangan Masyarakat di Komunitas Desa Cijayanti. Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Mardikanto, T. 1988. Komunikasi Pembangunan. Surakarta: Sebelas Maret Univesity Press.

Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Morris, William Davis. 1880. River. http://www.lablink.or.id (diakses 5-5-2008). Nugroho, Obed Agung 2008. Word Press. http://obedan.wimamadiun.com (diakses

14-2-2009).

Pretty, Jules et al. 1995. A Trainer’s Guide for Participatory Learning and Action, IIED Participatory Methodology Series. London : IIED.

Priambodo, A. 2005. Perilaku Masyarakat Bantaran Sungai Ciliwung Terhadap Aktivitas Pembuangan Sampah Rumah Tangga di Kelurahan Kampung Melayu, Jakarta Timur (tidak dipublikasikan). [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor.

Purwendro, S. Nurhidayat. 2007. Mengelola Sampah untuk Pupuk Pestisida Organik. Jakarta : Gramedia.

Pustekkom. 2005. Pencemaran Air. http://www.e-dukasi.net (diakses 5-5-2008). Singarimbun M, Sofian E. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES Wikipedia. 2007. Upah Minimum Regional. http://id.wikipedia.org (diakses

Lampiran 1. Denah Lokasi Kelurahan Babakan Pasar

Sumber : Google Earth, http://www.google.com

keterangan : Lokasi Penelitian

Lampiran 2. Tabel Hasil Uji Korelasi Spearman terhadap Faktor Internal Responden dengan Tingkat Partisipasi