• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Tingkat Penggunaan Media Sosial Dengan Interaksi Sosial Remaja SMA Negeri 1 Kota Medan

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

5.1.4 Hubungan Tingkat Penggunaan Media Sosial Dengan Interaksi Sosial Remaja SMA Negeri 1 Kota Medan

Tabel 5.1.4 Hubungan Tingkat Penggunaan Media Sosial Dengan Interaksi Sosial Remaja SMA Negeri 1 Kota Medan (n=96)

Variabel 1 Variabel 2 Pearson

correlation (r) p-value Tingkat Penggunaan Media Sosial Interaksi Sosial Remaja 0,452 0,000

Dari hasil perhitungan uji normalitas menggunakan kolmogorov-smirnov dengan α=0,05, didapatkan hasil 0,084. Dari hasil statistik data numerik, maka dapat dikatakan bahwa data berdistribusi normal.Analisa hubungan antara variabel tingkat penggunaan media sosial dengan interaksi sosial remaja dihitung menggunakan uji korelasi Pearson.Dari hasil penghitungan menggunakan bantuan program SPSS, didapatkan hasil koefisien korelasi (rhitung) sebesar 0,452 dengan nilai p-value 0,000.

Dari hasil tersebut, disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara tingkat penggunaan media sosial dan kemampuan interaksi remaja dengan kekuatan hubungan cukup.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Penggunaan Media Sosial

Pengambilan data tingkat penggunaan media sosial didasarkan pada makna kata tingkat dan penggunaan yang berasal dari kata guna yang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) bermakna proses, cara, pemakaian, fungsi, dan kata tingkat yang menunjukkan suatu jumlah/frekuensi atau seberapa sering yang menunjukkan suatu keadaan lebih tinggi atau lebih rendah dalam hubungan titik tertentu.Berdasarkan data yang diperoleh, nilai rata-rata nilai penggunaan media sosial remaja adalah 2,40 dengan nilai penggunaan media sosial terendah adalah 1,10 dan tertinggi 4,00. Berdasarkan nilai rata-rata yang disesuaikan dengan skala instrumen, maka dapat dikatakan bahwa remaja SMA Negeri 1 Kota Medan kadang-kadang mengkakses media sosial.Sejalan dengan penelitian Totok Wahyu dkk (2013) bahwa intensitas penggunaan media sosial di SLTA Kabupaten

Sidoarjo dengan responden remaja tergolong jarang dengan alasan berkomunikasi langsung lebih menarik daripada melalui jejaring sosial.

Media sosial pada saat ini dianggap menjadi suatu kebutuhan sehari-hari yang cukup penting bagi kelompok remaja di era globalisasi. Intensitas penggunaan media sosial yang dilakukan oleh remaja dipengaruhi oleh kebutuhannya akan informasi-informasi baik itu informasi yang bersifat akademis maupun non-akademis. Kebutuhan-kebutuhan lain seperti kebutuhan komunikasi juga merupakan hal yang dapat mempengaruhi intensitas penggunaan media sosial tersebut. Kepentingan seseorang dalam menggunakan internet seperti media sosial dapat dipengaruhi oleh kepentingannya untuk sebuah informasi, kesenangan, maupun kepentingannya untuk berkomunikasi (Taher, 2014).Sebagian besar responden memanfaatkan media sosial mereka untuk berkomunikasi baik dengan keluarga atau teman-teman. Sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya milik Rahmawati dan Kusumawati (2012) bahwa sebagian besar pelajar menggunakan

handphone sebagai media komunikasi dan sering mengakses facebook untuk update status dan sharing informasi.

5.2.2 Interaksi Sosial

Interaksi sosial dipandang sebagai dasar proses-proses sosial yang ada, menunjuk pada hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-perorangan, antara kelompok manusia, maupun perorangan dengan kelompok manusia (Bungin, 2006).Interaksi sosial juga mempengaruhi perilaku seseorang, dimana perilaku digerakkan atau dimotivasi untuk memperoleh kesenangan.

Dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan (2014) dikatakan bahwa interaksi sosial mengacu pada beberapa aspek yaitu: 1) kontak sosial (primer dan sekunder); 2) komunikasi (langsung dan tidak langsung) sesuai dengan isi dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan (2014) yang mengatakan bahwa nteraksi sosial terjadi dalam proses komunikasi dan dalam komunikasi tersebut ada pesan-pesan tertentu yang disampaikan; 3) identitas kelompok; 4) imitasi. Kontak sosial dapat terjadi dalam 3 bentuk: 1) antara perorangan; 2) antar perorangan dengan kelompok; 3) antar kelompok dengan kelompok lain. Kontak sosial dapat berbentuk positif yang mengarah pada suatu kerja sama atau kontak sosial negatif yang mengarah kepada pertentangan atau tidak menghasilkan interaksi sama sekali (Soejono, 2007).

Dari hasil perhitungan data yang diperoleh didapatkan nilai rata-rata responden 2,74 dengan nilai terendah 1,25 dan tertinggi 4,08 Berdasarkan nilai rata rata yang disesuaikan dengan skala instrumen, maka dapat dikatakan bahwa interaksi sosial remaja di SMA Negeri 1 Kota Medan tergolong dalam kategori dangkal. Interaksi sosial dangkal merupakan interaksi yang berlangsung hanya saat tertentu saja, tidak terjadi secara berkesinambungan, dan berbatas pada saat itu saja.

5.2.3Hubungan Tingkat Penggunaan Media Sosial dan Interaksi Sosial Remaja

Analisa hubungan antara variabel tingkat penggunaan media sosial dengan interaksi sosial remaja dihitung menggunakan uji korelasi spearman. Dari hasil

penghitungan 96 data responden menggunakan SPSS, didapatkan hasil koefisien korelasi (rhitung) sebesar 0,452 dengan nilai p-value 0,000.

Dari hasil penghitungan tersebut, disimpulkan bahwa peneliti menolak Ho yang sudah ditetapkan sebelumnya serta adanya hubungan bermakna berkekuatan cukup antara tingkat penggunaan media sosial dan kemampuan interaksi remaja (p=0,000)

Hasil penelitian ini berbanding sejalan dengan penelitian serupa sebelumnya yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Facebook Terhadap Interaksi Sosial Siswa” yang hasilnya dapat dinyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna berkekuatanpositif antara penggunaan facebook dengan interaksi sosial siswa karena pada penelitian tersebut didapatkan rhitung lebih besar dari rtabel

(0.548>0.294). Dengan thitung lebih besar dari ttabel (4,29> 1,68). Karena thitung lebih besar dari ttabel, maka menunjukkan bahwa pengaruh antara variabel x dan variabel y berarti.Dapat dikatakan ada pengaruh positif yang signifikan antara penggunaan facebook dengan interaksi sosial siswa.

Penelitian ini juga dapat mendukung penelitian milikPuworini dan Sugiyanti (2012) yang diketahui bahwa motif mahasiswa menggunakan media sosial sepertifacebook yaitu untuk personal branding atau mengekspresikan diri yang dapat dilihat dari empat motif yaitu update status, berbagi identitas, eksplorasi diri dan fasilitas sosial. Oleh karena itu, dari keempat motif tersebut dapat dijelaskan bahwa personal branding yang dilakukan mahasiswa melalui

pergaulannyadalam suatu lingkungan sosial, yang artinya dalam penelitian sebelumnya ini mengatakan bahwa penggunaan media sosial memiliki hubungan dengan kemampuan interaksi individu dilingkungan sosial yang dimilikinya.

Penelitian berjudul ”Perilaku Penggunaan Internet di Kalangan Mahasiswa” milik Iik Novianto (2007) mengatakan bahwa mahasiswa menggunakan media internet juga sebagai media komunikasi guna menjalin komunikasi atau interaksi dengan orang lain melalui fasilitas (chatting, email,facebook, twwiter, dll) seperti bertukar informasi, diskusi, maupun sebagai sarana untuk menambah temanatau memperluas pergaulan.Hal ini menunjukkan bahwa media sosial yang terdapat dalam internet menjadi salah satu faktor terbentuknya suatu interaksi antar individu.

Hasil penelitian untuk melihat ada tidaknya hubungan antara tingkat penggunaan media sosial dengan kemampuan interaksi sosial yang telah dilakukan peneliti di SMA Negeri 1 Kota Medan ini menyatakan adanya hubungan yang signifikan atau bermakna antara tingkat penggunaan media sosial dengan kemampuan interaksi sosial remaja di SMA Negeri 1 Kota Medan, menunjukkan bahwa benarmedia sosial menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kemampuan interaksi sosial remaja. Penggunaan media sosial sebagai sarana komunikasi dan informasi oleh remaja sedikit banyak juga memiliki pengaruh terhadap tumbuh kembang psikologisnya, sesuai dengan hasil penelitian Fauzi Rahman (2014) yang berjudul “Hubungan Egosentrisme dengan Kompetensi Sosial Remaja Siswa SMP Muhammadiyah 22 Setiabudi Pamulang”

bahwa adanya hubungan yang signifikan antara egosentrisme dan kompetensi sosial remaja.

McCartney dan Philips (2006) mengatakan terdapat faktor-faktor yang lain yang dapat mempengaruhi kompetensi sosial, antara lain: 1) faktor lingkungan keluarga; 2) faktor teman dekat; 3) tugas perkembangan remaja; 4) perkembangan emosi dan ego remaja; 5)faktor tempramen; 6) faktor keterampilan sosio-kognitif, faktor keterampilan berkomunikasi; dan 7) pengalaman sosialisasi dimasa awal, seseorang yang masa kecilnya mengikuti pendidikan anak usia dini (PAUD) yang mendapatkan kesempatan berinteraksi dengan lingkungan lebih dini cenderung memiliki kompetensi bersosialisasi lebih baik. Smart dan Sanson (2003) menjelaskan bahwa jenis kelamin juga mempengaruhi kompetensi sosial atau kemampuan individu untuk bersosialisasi dengan lingkungannya.Berbagai kecakapan lebih ditonjolkan oleh remaja perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini terjadi karena dorongan dari norma serta harapan sosial yang menginginkan remaja perempuan agar lebih kooperarif (penurut, hormat terhadap figure orangtua/ guru), dan memiliki tanggung jawab.

BAB VI

Dokumen terkait