• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Media Sosial

2.2 Interaksi Sosial .1 Definisi

2.3.2 Perkembangan Masa Remaja

Masa remaja adalah masa datangnya pubertas (11-14 tahun) sampai usia sekitar 18 tahun. Masa ini hamper selalu merupakan masa yang sulit. Sejumlah alasan untuk ini antara lain: 1) remaja mulai menyampaikan kebebasan dan haknya untuk mengemukakan pendapat sendiri sehingga menciptakan ketegangan, perselisihan dan menjauhkan dari keluarga; 2) remaja lebih mudah dipengaruhi oelh teman-temannya; 3) remaja mengalami perubahan fisik yang luar biasa baik pertumbuhan maupun seksualitas yang terkadang membingungkan dan menjadi sumber perasaan salah dan frustasi; 4) remaja menjadi terlalu percaya diri bersaman dengan meningkatnya emosi.

Kesulitan yang sering dialami kaum remaja (Jahja, 2011) antara lain: 1) variasi kondisi kejiwaan dimana emosi tidak stabil; 2) rasa ingin tahu seksual dan coba-coba; 3) membolos karena tidak ada gairah untuk kesekolah; 4) perilaku antisocial, seperti suka mengganggu, berbohong, kejam dan agresif; 5) penyalahgunaan obat bius; 6) psikosis, yang paling umum dijumpai ialah skizofrenia. Skizofrenia menurut WHO ialah gangguan mental yang parah yang ditandai dengan gangguan berfikir, bahasa, persepsi, dan rasa diri.

Perkembangan sosial pada masa remaja lebih melibatkan kelompok teman sebaya dibanding orang tua.Dibanding masa kanak-kanak, remaja lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah seperti sekolah, ekstrakulikuler dan bermain dengan teman. Kelompok teman sebaya juga merupakan sumber referensi utama bagi remaja dalam hal persepsi dan sikap yang berkaitan dengan gaya hidup misalnya mengenai bagaimana cara berpakaian yang

menarik, music, atau film apa yang bagus Conger, Papalia & Olds dalam Jahja (2011). Dengan demikian, peran kelompok teman sebaya ialah besar bagi perkembangan sosial usia remaja.

Kebutuhan-kebutuhan pada masa remaja yang disebutkan dalam Jahja (2011) antara lain: 1) kebutuhan akan pengendalian diri; 2) kebutuhan akan kebebasan diri, 3) kebutuhan akan rasa kekeluargaan; 4) kebutuhan akan penerimaan sosial; 5) kebutuhan akan penyesuaian diri; 6) kebutuhan akan agama dan nilai-nilai sosial. Berdasarkan kebutuhan tersebut, muncul konflik-konflik yang dialami remaja seperti; 1) konflik-konflik antara kebutuhan untuk mengendalikan diri dan kebutuhan untuk bebas dan merdeka; 2) konflik antara kebutuhan akan kebebasan dan ketergantungan kepada orang tua; 3) konflik antara kebutuhan seks dan agama serta nilai sosial; 4) konflik antara prinsip dan nilai-nilai yang dipelajari oleh remaja; 5) konflik menghadapi masa depan. 2.3.3 Perkembangan Interaksi Sosial Remaja

Perkembangan sosial pada masa puber menurut dapat dilihat dari dua ciri khas yaitu mulai terbentuknya kelompok teman sebaya baik dengan jenis kelamin yang sama atau dengan jenis kelamin yang berbeda dan mulai memisahkan diri dari orang tua. Perkembangan kearah remaja juga diiringi dengan bertambahnya minat-minat terhadap personal appearance (penampilan diri), peer group (kawan sebaya) serta kegiatan-kegiatan kelompok sosial lainnya (Sulaeman, 1995)

Dalam pergaulan dengan teman sebaya tentu saja ada faktor-faktor yang mempengaruhi antara lain : 1) Imitasi yaitu tindakan sosial meniru sikap,

tindakan, tingkah laku atau penampilan fisik seseorang secara berlebihan; 2) Sugesti yang berarti pemberian pengaruh atau pandangan dari satu pihak kepada pihak lain; 3) Identifikasi yaitu kecenderungan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain; 4) Simpati, yaitu suatu proses dimana seseorang merasa tertarik dengan orang lain. Dalam tahap perkembangan masa remaja faktor-faktor tersebut berperan besar dalam mempengaruhi perilaku remaja.Karena pada masa ini remaja cenderung lebih mudah untuk terpengaruh oleh teman-teman sebaya dalam rangka untuk mencari identitas dirinya (Ahmadi, 2007).Menurut Erikson ditinjau dari perkembangan sosial, proses ini dosebut sebagai mencari identitas diri, yaitu menuju pembentukan identitas diri ke arah individualitas yang mantap dimana hal ini merupakan aspek penting dalam perkembangan diri menuju kemandirian.

Eurika Pendidikan(2015) membagi masa pubertas remaja menurut teman sebaya dan pemisahan diri dengan orang tua atau keluarga dimana keluarga memiliki fungsi: 1) Affectional; 2) economic; 3) Educational; 4) Protective; 5) Recreational; 6) Family status; 7) Religius (Ogburn dalam Ahmadi, 2007) Pembagian menurut Eurika Pendidikan antara lain: 1) Kelompok Teman Sebaya. Sifat yang khas kelompok anak sebelum pubertas adalah bahwa kelompok tadi terdiri daripada jenis kelamin yang sama. Persamaan sex ini dapat membantu timbulnya identitas jenis kelamin dan yang berhubungan dengan perasaan identifikasi yang mempersiapkan pengalaman identitasnya. Selama tahun pertama masa puber, seorang remaja cenderung memiliki keanggotaan yang lebih luas. Dalam kelompok dengan kohesi yang kuat maka

akan berkembanglah iklim dan norma-norma kelompok tertentu.; 2) Melepas dari orang tua. Tuntutan untuk memisahkan diri dari orang tua dan menuju ke arah teman-teman sebaya merupakan suatu reaksi terhadap status intern anak muda. Dalam keadaan seperti ini banyak pertentangan-pertentangan antara remaja awal dengan orang tua, diantaranya: a) Perbedaan standar perilaku. Remaja awal sering menganggap bahwa standar perilaku orang tuanya kuno sedangkan dirinya dianggap modern.Mereka mengharapkan agar orang tuanya mau menyesuaikan diri dengan perilakunya yang modern; b) Merasa menjadi korban. Remaja sering merasa marah ketika status sosial ekonominya tidak mempunyai simbol status yang sama dengan teman sebayanya. Seperti pakaian, sepatu, accecoris dan lain-lain; c.) Perilaku yang kurang matang. Pelarangan dan menghukum membuatnya benci kepada orang tua; d.) Masalah palang pintu. Kehidupan sosial yang aktif menyebabkan ia sering melaggar peraturan. Seperti waktu pulang dan mengenai dengan siapa dia berhubungan, terutama dengan lawan jenis; e.) Metode disiplin. Pemberontakan terbesar dalam keluarga terjadi jika salah satu orang tua dominan daripada lainnya atau tidak adil.Hal ini menyebabkan pola asuh yang cenderung otoriter.

Indonesia sebagai pengguna internet urutan keenam di dunia menunjukkan bahwa negara ini tidak mau tertinggal dalam hal kemajuan teknologi.Internet hadir sebagai pembawa perubahan bagi kehidupan masyarakat terbukti dengan hampir segala hal menjadi mungkin setelah adanya internet.Penggunaan internet di Indonesia baru marak di awal tahun 2000 dan jumlah penggunanya selalu bertambah dikarenakan banyaknya keuntungan yang dirasakan oleh pengguna yang berkaitan dengan efisiensi interaksi sosial. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia melalui hasil survey menunjukkan jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 88 juta orang hingga akhir tahun 2014, alasan terbesar masyarakat Indonesia menggunakan internet ialah untuk mengakses sarana sosial/komunikasi (72%) dengan rata-rata akses ke internet adalah satu jam per hari (35,3%) (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia, 2015).

Penggunaan media sosial sebagai sarana komunikasi saat ini semakin meluas.Kemajuan teknologi menjadikan hampir semua aktivitas manusia tidak bisa terlepas dari penggunaan media sosial yang juga diiringi dengan tuntutan kebutuhan untuk menyampaikan dan menerima informasi yang cepat.Media sosial menghapus batasan dalam bersosialisasi, tidak adanya batasan ruang dan waktu menjadikan setiap individu dapat berkomunikasi kapanpun dan dimanapun mereka berada.Terjaganya komunikasi dengan kerabat lama dan keluarga yangberdomisili jauh juga merupakan salah satu fungsi terbesar dari media sosial.

Akses media sosial melalui jaringan internet oleh masyarakat Indonesia terbanyak adalah melalui telepon seluler (APJII, 2014).Gadget seperti tablet dan smartphone

yang banyak dipasarkan dengan harga yang terjangkau sebagai alat komunikasi menjadikan adanya pergeseran gaya hidup masyarakat Indonesia yang mulai ketergantungan pada akses internet. Hal tersebut dikarenakan sistem operasi dari

gadget yang mendukung dan berbagai fitur yang tersedia dan bisa didapatkan secara gratis menjadikan interaksi melalui media sosial menjadi lebih praktis. Kaplan dan Haenlein (2010) mengklasifikasikan media sosial sebagai 1) collaborative projects; 2) blogs; 3) content communities; 4) social networking sites; 5) virtual game world; dan 6) virtual social worlds.Melalui gadget yang dimiliki, sangat memungkinkan penggunanya untuk mengunduh berbagai aplikasi mengenai jejaring sosial yang diinginkan ketika tersambung dengan jaringan internet. Contoh jejaring sosial atau social networking sites yang banyak digunakan masyarakat Indonesia khususnya remaja ialah facebook, twitter, instagram, path, line, askfm, dan beberapa media sosial lain. Berdasarkan data Komingo pada April 2012 dalam situs Personal Growth; conseling and development centre disebutkan bahwa pengguna facebook di Indonesia tercatat sebanyak 44,6 juta pengguna dan 19,5 juta tercatat sebagai pengguna media sosial

twitter. Dari total jumlah pengguna sosial media di Indonesia, 80 persen diantaranya ialah pengguna remaja berusia 15-19 tahun (Kementrian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, 2014).

Penggunaan media sosial yang tinggi oleh remaja, disebabkan karena remaja memiliki karakteristik sebagai seorang yang eksploratif serta variety

seeker(Anderson, 2013) yang senang mencoba berbagai macam hal baru dan relatif cepat bosan.Masa remaja merupakan masa yang kritis dalam siklus perkembangan dimana mereka tidak dapat lagi dikatakan sebagai anak-anak namun juga tidak bisa dikatakan sebagai orang dewasa.Masa remaja merupakan masa dimana hubungan dengan teman sebaya lebih diutamakan dibandingkan dengan hubungan dengan keluarga meskipun keluarga tetap menjadi prioritas.Adanya media sosial dirasa menjadi wadah yang tepat untuk berinteraksi, mengaktualisasikan diri dan mencari tempat yang tepat bagi dirinya. Kesadaran remaja sebagai pengguna media sosial mengenai bagaimana hidupnya akan dinilai oleh orang lain secara tidak sadar meningkat. Oleh karena itu mereka seringkali hanya mem-posting hal-hal yang menarik yang akan menjadikan mereka diterima kedalam suatu lingkungan sosial yang diinginkan.

Penggunaan media sosial sebagai sarana komunikasi dan interaksi berdampak pada hilangnya kontak langsung dengan orang lain. Pengguna hanya duduk diam bersama gadget mereka sepanjang hari sembari mengetik pesan daripada berkomunikasi dengan orang lain secara langsung sebagaimana dijelaskan dalam Jurnal Penelitian Psikologi: Hubungan Antara Kemampuan Sosialisasi dengan Kecanduan Jejaring Sosial (2013).

Hal tersebut mengakibatkan ketiadaan salah satu aspek interaksi sosial antar individu secara langsung dengan orang lain disekitar seperti tegur sapa atau berjabat tangan yang idealnya merupakan proses penyesuaian nilai dalam kehidupan sosial baik secara fisik maupun pergaulan yang dilandasi saling mengerti tentang maksud, tujuan, serta keinginan masing-masing pihak.

Penelitian sebelumnya yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Facebook terhadap Interaksi Sosial Siswa” oleh Maeky Robiko, Etin Solihatin, Dwi Afrimetty Timoera (2013) dengan tidak mempertimbangkan faktor lain seperti faktor lingkungan, kebiasaan, sikap dan perilaku dari setiap individu dan didapatkan hasil bahwa adanya pengaruh yang signifikan antara penggunaan facebook dengan interaksi sosial siswa dimana semakin tinggi penggunaan facebook maka semakin baik interaksi yang dilakukan siswa. Dalam penelitian yang ditulis oleh Arnold Giovanni Pinem yang berjudul “Pola Komunikasi Pengguna Media Sosial Path” (2014) dikatakan bahwa media sosial path

digunakan sebagai landasan proses interaksi sosial dimana tidak menutup kemungkinan interaksi di dunia maya dapat dilanjutkan dengan orang-orang sekitar didunia nyata yang juga merupakan teman di media sosial path.

Fenomena yang sekarang sering terjadi dikenyataan ialah kurangnya interaksi sosial langsung antar individu khususnya dalam hal ini adalah remaja. Fenomena tersebut dapat diamati diruang publik seperti taman, mall, café, atau tempat

nongkrong yang sering dikunjungi remaja sebagai sarana interaksi. Namun fakta yang sering terjadi ialah berkumpulnya beberapa remaja dalam suatu kelompok tidaklah menjadikan mereka saling berinteraksi secara kontinu, melainkan masing-masing sibuk dengan gadget dan membuka akun media sosial mereka meskipun sesekali terjadi obrolan singkat (Ahn, 2011).Hal ini menimbulkan adanya istilah bahwa “gadget hadir mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat”.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perilaku remaja SMA dengan rata-rata usia 14-17 tahun. Penulis memilih remaja, karena masa remaja merupakan peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa termasuk mengenai kemampuan interaksi sosial dengan lingkungan baik rekan sebaya, keluarga, mapun masyarakat yang bertujuan untuk proses pemenuhan kebutuhan sosial baik fisik maupun non fisik dan membangun solidaritas serta memahami norma-norma dilingkungan sekitar sehingga meminimalkan angka penyimpangan-penyimpangan sosial.

Penelitian dilakukan dengan mengambil siswa/i remaja SMA di SMA Negeri 1 Kota Medan sebagai sampel penelitian guna melihat adakah pengaruh antara penggunaan media sosial terhadap kemampuan interaksi sosial pada remaja.SMA Negeri 1 Kota Medan merupakan salah satu sekolah dengan tingkat ekonomi keluarga siswa yang tinggi. Karena salah satu hal yang mempengaruhifrekuensi interaksi sosial dalam mengakses situs jaringansosial adalah status ekonomi yang menyangkut pada kepemilikan akansarana. Baik itu fasilitas untuk mengakses informasi, maupun sumberdana. Individu yang tumbuh dari keluarga yang kaya mampumenyediakan keperluan materi bagi anak-anaknya baik itu berupapendidikan maupun fasilitas sehari-hari sehingga peneliti merasa siswa/i SMA Negeri 1 Kota Medan merupakan sampel yang cocok untuk diteliti.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan masalah penelitian adalah bagaimana hubungan penggunaan media sosial terhadap interaksi sosial remaja di SMA Negeri 1 kota Medan?

3. Tujuan Penelitian Tujuan umum

1. Mengidentifikasi hubungan antara penggunaan media sosial terhadap interaksi sosial remaja.

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi penggunaan media sosial di SMAN 1 Kota Medan 2. Mengidentifikasi interaksi sosial remaja di SMAN 1 Kota Medan 5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dapat diambil oleh penulis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Memberi gambaran mengenai pengaruh kemajuan teknologi dilihat dari munculnya media sosial terhadap tumbuh kembang remaja secara psikologis dilihat dari kemampuan interaksi sosialnya dengan lingkungan sebaya.

2. Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan dalam pemberian pendidikan kesehatan melalui penyuluhan, bimbingan konseling (BK) atau unit kesehatan sekolah (UKS) mengenai pemanfaatan teknologi yang memberikan

dampak positif berdasarkan tumbuh kembang masa remaja dilihat dari sisi psikososial

3. Penelitian Keperawatan

Diharapkan penelitian ini dapat member masukan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti individu/kelompok berdasarkan fenomena yang aktual dilihat dari aspek psikososial.

Judul Penelitian : Hubungan Penggunaan Media Sosial dengan Kemampuan Interaksi Sosial Remaja di SMA Negeri 1 Kota Medan

Nama Mahasiswa : Auliya Tunnisaa Nugraheni

NIM : 121101025

Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun Akademik : 2015/2016

ABSTRAK

Media sosial pada saat ini dianggap menjadi suatu kebutuhan sehari-hari yang cukup penting. Intensitas penggunaan media sosial yang dilakukan oleh remaja dipengaruhi oleh kebutuhannya akan informasi-informasi baik informasi yang bersifat akademis maupun non-akademis. Kecenderungan menggunakan media sosial sebagai sarana komunikasi dapat berdampak pada salah satu aspek interaksi sosial antar individu secara langsung.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penggunaan media sosial dengan kemampuan interaksi sosial remaja di SMA Negeri 1 Kota Medan dengan metode korelasi.Populasi yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 96 orang remaja laki-laki dan perempuan.Hasil data menunjukkan jumlah responden mayoritas berusia 16 tahun (46,9%) dengan tingkat penggunaan media sosial sebagian besar tergolong sedang (79,2%) dan interaksi sosial dalam kategori sedang (86,5%). Data dianalisa dengan uji analisis korelasi Pearson dengan hasil nilai p-value

0,000 dan r 0,452 yang menunjukkan adanya hubungan antara penggunaan media sosial dengan kemampuan interaksi sosial remaja dengan kekuatan hubungan cukup.Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat meneliti faktor yang mempengaruhi interaksi sosial lainnya serta menggunakan metode yang lebih lengkap seperti observasi dan wawancara.

Title of the Research : Correlation of the Use of Social Media with the Capacity of Social Interaction in Adolescents at SMA Negeri 1, Medan

Name of Student : Auliya Tunnisaa Nugraheni Student ID Number : 121101025

Faculty : Nursing, University of Sumatera Utara Academic Yaer : 2015/2016

ABSTRACT

Social media today is considered as an important daily need. The intensity of using it by adolescents is influenced by their need for information, either academic or non-academic information. The inclination of using it as a communication facility can directly effects one of the social interactions aspect among individual. The objective of this research was to find out the correlation of using social media with the capacity of social interaction in adolescents at SMA Negeri 1, Medan, using correlation method. The population was 96 adolescents. The result of the research showed that 46,9% of the respondents were 16 years old, 79,2% of the respondents were in moderate category in using social media, and 86,5% of the respondents were in moderate category in social interaction. The result of Pearson correlation test showed that p-value = 0.000 and r = 0.452 which indicated that there was the correlation of using social media with the adolescents’ capacity in social interaction with moderate strength. The next researches were expected to use more complete method like observation and interviews.

Hubungan Penggunaan Media Sosial dengan Kemampuan Interaksi Sosial Remaja di SMA Negeri 1 Kota Medan

SKRIPSI

Oleh

Auliya Tunnisaa Nugraheni 121101025

FAKULTAS KEPERAWATAN

Dokumen terkait