• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum ‘Azl Untuk Membatasi Kehamilan Menurut Fiqih Islam

METODOLOGI PENELITIAN

B. Hukum ‘Azl Untuk Membatasi Kehamilan Menurut Fiqih Islam

Dalam khasanah keilmuan Islam telah banyak dibahas mengenai „azl. Ada pendapat yang membolehkan dan ada juga yang tidak membolehkan dengan larangan karahiyah tanzih. Diantaranya penukilan pendapat ulama diantaranya:

Abu Zakaria an-Nawawi berkata bahwa „azl adalah sesuatu hal yang dibenci dan tidak disukai di kalangan mereka pada setiap keadaan dan juga pada perempuan itu sendiri, baik itu dengan keridhaannya atau pun tidak karena merupakan jalan terputusnya keturunan. Sebagaimana telah disebutkan pada hadis lain yang diserupakan dengan pembunuhan tersembunyi. Hal tersebut memutus adanya keturunan karena seperti membunuh bayi yang baru dilahirkan.

Adapun pengharaman melakukan „azl menurut ashabuna bahwa itu tidak diharamkan terhadap apa yang menjadi kepemilikannya dan juga pada istri-istri kaum muslimin, baik dengan keridhaan mereka atau tidak. Karena kemudharatannya itu akan kembali kepada mereka sebagai seorang ibu yang melahirkan anak dan kenikmatan dalam berhubungan suami istri berdasarkan atas apa yang disepakati dan kemudharatan melahirkan sesuai dengan kondisi ibunya.

Melakukan „azl kepada istri yang hurriyah jika dengan izin dan ridhanya, maka tidak itu diharamkan dan sebaliknya jika ia menolaknya, maka terdapat dua pendapat dan yang lebih shahih yaitu tidak haram. Hadis – hadis tentang „azl ini jika dikumpulkan dengan hadis yang lain, maka larangan yang dimaksud adalah larangan yang padanya sesuatu yang dibenci dan selayaknya ditinggalkan.

Sedangkan jika „azl dilakukan dengan izin dan ridha dari istri maka itu bukan haram dan dibolehkan.69

Abu Malik Kamal as-Saidi Salim menulis dalam kitab beliau mengenai „azl bahwa perbuatan „azl adalah sesuatu yang dibenci dan tidak disukai. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Muslim

َّىُص

ُُِٕنَأَع

ٍَْع

ِل ْضَعْنا

َلبَمَف

ُلُٕع َس

َِّاللَّ

َّٗهَص

َُّاللَّ

َِّْٛهَع

َىَّهَع َٔ

َكِنَر

ُدْأ َْٕنا

ُِّٙفَخْنا

70 Artinya:

“Kemudian mereka bertanya tentang „azl, Maka Rasulullah saw berkata itulah adalah pembunuhan tersembunyi”

Dan firman Allah swt dalam Q.S. at-Takwir/81: 8

اَرِئ َٔ

ُحَدُٔء ًَْْٕنا

ْذَهِئُع

Terjemahnya:

“Dan apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya”71

Dan dari hadis yang lain yang riwayatkan Abu Daud

ٍْ ِي ٌمُج َس َءبَج َلبَل ٍشِثبَج ٍَْع

ٌَِّئ َلبَمَف َىَّهَع َٔ َِّْٛهَع ُ َّاللَّ َّٗهَص ِ َّاللَّ ِلُٕع َس َٗنِئ ِسبَصََْ ْلِا

بَِٓٛرْأََٛع ََُِّّاَف َذْئِش ٌِْئ بََُْٓع ْل ِضْعا َلبَمَف َمًِْذَر ٌَْأ ُِ َشْكَأ بَََأ َٔ بََْٓٛهَع ُفُٕغَأ ًخَٚ ِسبَج ِٙن

َأ َّىُص ُمُج َّشنا َشِجَهَف َلبَل بََٓن َسِّذُل بَي

َََُّّأ َكُر ْشَجْخَأ ْذَل َلبَل ْذَهًََد ْذَل َخَٚ ِسبَجْنا ٌَِّئ َلبَمَف ُِبَر

بََٓن َسِّذُل بَي بَِٓٛرْأََٛع

72 Artinya: 69

Abu Zakariyya Muhyiddin Yahya bin Syarif an-Nawawi.1392 H. Al- Manhaj Syarh

Shahih Muslim ibn Hajaj. Bab Hukum ‘Azl. Beirut:Dar Ihya Turats Arabiy.

70 Abu Husain Muslim bin Hajjaj, Shahih Muslim. Bab Ghailah. Mauqi’

Al-Islam.no.2613

71

Kementerian Agama RI.2015.Al-Qur’an dan terjemahnya.Depok:Adhwaul Bayan.h.586

“Dari sahabat Jabir, berkata : “Salah seorang dari kalangan Anshar datang menemui Rasulullah saw lalu ia berkata : Sungguh aku memiliki jariah sedang aku sendiri menggaulinya, akan tetapi aku tidak mengginginkannya hamil. Kemudian Rasulullah saw memerintahkan lakukanlah „azl jika engkau menghendaki karena dengan begitu hanya akan masuk sekedarnya saja. Atas dasar itulah kemudian ia melakukan „azl. Kemudian ia mendatangi Rasulullah saw dan berkata : Sungguh jariah itu telah hamil, maka Rasulullah saw pun berkata : “Aku telah beritahu kamu bahwasanya sperma akan masuk sekedarnya (ke rahimnya) dan akan membuahi”

Dalil-dalil diatas menunjukkan bahwa „azl adalah suatu perbuatan yang dibenci dan tidak disukai. Dan ketahuilah apa yang Allah swt ingin ciptakan maka akan akan tercipta baik itu dengan „azl atau pun bukan dengan „azl.73

Abdul Aziz bin Baz, beliau berkata „azl jika untuk menyalurkan kebutuhan biologis maka tidak mengapa dilakukan, sebagaimana hadits yang diriwayatkan Muslim dari sahabat Jabir ra:

ٍَْع

َلبَل ٍشِثبَج

ُل ِضَُْٚ ٌُآ ْشُمْنا َٔ ُل ِضْعََ بَُُّك

74

Artinya:

“Kami melakukan „azl dan sementara al-Qur‟an masih turun”

Dan juga dari riwayat lain dari Muslim,

ٍَْع

ٍشِثبَج

ِ َّاللَّ َِّٙجََ َكِنَر َغَهَجَف َىَّهَع َٔ َِّْٛهَع ُ َّاللَّ َّٗهَص ِ َّاللَّ ِلُٕع َس ِذَْٓع َٗهَع ُل ِضْعََ بَُُّك

بَََُُْٓٚ ْىَهَف َىَّهَع َٔ َِّْٛهَع ُ َّاللَّ َّٗهَص

75 Artinya:

“Kami melakukan „azl di masa Rasulullah saw, kemudian hal itu disampaikan kepada Nabi saw , namun beliau tidak melarang kami.”

73 Abu Malik Kamal as- sayyid Salim, Shahih Fiqih Sunnah, Bab zawaj.Kairo: Dar

at-Taufiqiyah litturats.h.170

74

Abu Husain Muslim bin Al-Hajjaj. Shahih Muslim. Bab Hukum ’Azl.no.

Apabila tujuannya untuk menyalurkan kebutuhan biologis disebabkan istri masih dalam keadaan lemah setelah melahirkan dan khawatir akan terjadinya lagi kehamilan ketika berhubungan intim sehingga memberatkan istri untuk mengurus dan mendidik anak-anak maka dibolehkan melakukan „azl pada waktu yang dikehendaki.

Para ulama telah mengharamkan mengkonsumsi obat-obat pencegah kehamilan. Dan telah berulang kali dibahas oleh Majelis Hai‟ah Kibar Ulama tentang larangan mengkonsumsi obat-obat pencegah kehamilan, kecuali dalam keadaan darurat seperti wanita yang memiliki riwayat penyakit yang membahayakan jiwanya karena melahirkan, maka tidak mengapa mengkonsumsi obat pencegah kehamilan. Atau adanya anjuran dari dokter bahwa kelahiran dalam setahun atau dua tahun akan membahayakan jiwanya dan anaknya, terlebih jika masih dalam keadaan menyusui sehingga ia mampu mendidik dan merawat anak-anaknya. Apabila tidak dalam kondisi di atas maka wajib bagi wanita untuk mencegah dan menjauhkan dirinya dari mengkonsumsi obat-obat pencegah kehamilan.

Dan „azl yang dibenarkan oleh Rasulullah saw yang dilakukan pada keadaan tertentu . „Azl terjadi saat berhubungan intim yang ketika sperma terasa akan keluar (ejakulasi), maka zakar ditarik keluar dari vagina dan sperma ditumpahkan di luar vagina sehingga tidak terjadi kehamilan. Ini sama halnya seperti fungsi dari obat-obat pencegah kehamilan. Dan „azl dilakukan untuk menyalurkan kebutuhan biologis dan dalam keadaan darurat.

Abdul Aziz bin Baz berpendapat dalam permasalahan „azl ini adalah meninggalkannya lebih utama dan karena Allah swt yang memberi rezeki dengan kelahiran anak-anak. Syari‟at ini juga menganjurkan memperbanyak keturunan yang menyembah Allah swt dan mentaati-Nya. Dengan tidak melakukan „azl, maka akan dirasakan kenikmatan dalam berhubungan intim dan tujuan dari hubungan intim yang diinginkan. Apabila mengeluarkan zakar pada saat terjadinya ejakulasi maka itu akan melemahkan hubungan intim dan mengurangi kepuasan dari hubungan intim yang dikehendaki. Dan ini adalah sesuatu yang sangat berat bagi manusia. Oleh karenanya pada kondisi ini, hendaknya tidak melakukan „azl.

Bersenang-senanglah dengan apa yang Allah swt telah halalkan dan bersyukurlah dengan kehamilan yang Allah swt rezekikan. Dan kepada para istri-istri untuk bersabar dan memohon pertolongan kepada Allah swt agar mampu mendidik anak-anak dengan jumlah yang banyak. Namun apabila dalam kondisi darurat maka tidak mengapa melakukan „azl dan mengkonsumsi obat-obat pencegah kehamilan pada waktu yang dikendaki sehingga dapat membantu istri dalam mendidik dan mengurus anak-anaknya.76

Dr. Yusuf Qardhawi mengatakan tidak ada larangan apabila kedua suami istri telah sepakat dan tidak menimbulkan mudharat bagi si istri. Para sahabat juga ada yang melakukan „azl (mencabut zakar dari faraj istri untuk menumpahkan sperma di luar faraj pada waktu ejakulasi) karena alasan dan

sebab-sebab tertentu, tetapi hal itu tidak dilarang oleh Rasulullah saw, sebagaimana disebutkan dalam hadis-hadis shahih.77

Berdasarkan nukilan perkataan ulama diatas, maka ditemukan persamaan pendapat antara Abu Zakaria an-Nawawi, Abu Malik kamal as-Sayyid Salim, dan Abdul Aziz bin Baz adalah bahwa „azl adalah sesuatu yang bersifat karahiyah tanzih jika kerjakan tanpa ada alasan syar‟i atau tidak dalam keadaan darurat. Sementara Dr. Yusuf Qardhawi membolehkan „azl jika telah ada kesepakatan antara suami istri dan tidak menimbulkan kemudharatan bagi istri sebagaimana nash hadis-hadis shahih mengenai „azl.

Sementara para imam mazhab memiliki perbedaan pendapat dalam membolehkan atau tidak membolehkan melakukan „azl. Mazhab Hanafi, Malikiyah dan Hambali, membolehkan „azl kepada istri jika ada kesepakatan sebelumnya. Kepada istri yang berstatus budak memerlukan izin dari tuannya sedangkan kepada budak, maka diperbolehkan walaupun tidak ada persetujuan, hal ini berdasarkan hadis-hadis yang membolehkan „azl.

Namun madzab Syafi‟i, membolehkan „azl secara mutlak,baik dengan persetujuan ataupun tanpa persetujuan dari istri atau budak itu sendiri. Hal ini karena mereka berpendapat bahwa „azl bukanlah sesuatu yang dilarang, maka tidak perlukan adanya persyaratan atau persetujuan dari perbuatan tersebut. Tetapi ada sebahagian dari pengikut mazhab syafi‟i yang berpendapat membolehkan praktek „azl harus dengan kesepakatan istri.

77

https://media.isnet.org/kmi/islam/Qardhawi/kontemporer/singkat2.html. Diakses 25 Juni 2021 00;20.

Dengan demikian peneliti menganalisa bahwa „azl masih dibolehkan kepada pasangan suami-istri pada masa sekarang ini sebagai media dalam mengatur kehamilan dan kelahiran itu sendiri. „Azl adalah sebuah media kontrasepsi alami yang tidak memiliki efek yang membahayakan bagi kesehatan, berbanding terbalik dengan penggunaan obat-obat atau pemasangan alat-alat medis pencegah kehamilan yang memiliki efek gangguan kesehatan dan akan membahayakan sistem reproduksi. Hal ini dilarang oleh syari‟at karena memutus adanya kehamilan sehingga tidak bisa menghasilkan keturunan lagi.

„Azl akan lebih efektif ketika pasangan suami-istri mengetahui waktu akan terjadinya orgasme untuk menghindari terjadinya pembuahan. Sang suami hendaknya membiarkan sang istri untuk mengalami orgasme lebih duluan dan setelah itu barulah sang suami dengan cara tetap menumpahkan sperma jauh dari mulut vagina agar menghindari masuknya sperma ke dalam vagina yang memungkinkan terjadinya pembuahan. Dalam praktek „azl ini perlunya peran suami untuk mengontrol waktu terjadinya orgasme pada dirinya. Jika ia tidak mampu mengontrolnya, maka „azl akan gagal dan itu bisa menyebabkan terjadinya kehamilan.

„Azl masih menjadi solusi bagi kaum muslimin dalam mengatur kelahiran dimana mudah untuk dilakukan dan tidak membutuhkan biaya dalam prakteknya. “Azl juga terjangkau untuk semua kalangan, baik kalangan yang memang tidak ingin menggunakan alat-alat kontrasepsi kimia, yang memiliki keterbatasan ekonomi ataupun para penuntut ilmu yang telah menikah namun tetap ingin menuntut ilmu.

Praktek „azl yang dimaksudkan disini adalah untuk membatasi kehamilan dalam jangka waktu tertentu bukan untuk memutus kehamilan selama-lamanya. Oleh karenanya praktek „azl sifatnya untuk mengatur jarak kehamilan antara anak yang satu dengan yang lainnya. Dengan adanya pengaturan ini maka anak-anak akan terpenuhi kebutuhan sandang pangan dan pendidikan Islam yang baik sehingga bisa terwujud generasi rabbani yang diharapkan Allah swt dan Rasul-Nya saw.

60

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Dari hasil pengkajian dan pemaparan diatas maka peneliti berkesimpulan bahwa hukum membatasi kehamilan memiliki dua pendapat:

1) Pendapat yang membolehkan dengan alasan darurat misalnya karena alasan medis yang dapat membahayakan jiwa jika melahirkan atau karena ingin mengatur jarak kelahiran anak dan ingin bersenang - senang dengan istri tanpa khawatir adanya kehamilan. Dan kedua, pendapat yang melarang secara mutlak misalnya ingin memutus kehamilan dan kelahiran secara permanen dengan tujuan untuk tidak ingin memiliki keturunan lagi karena telah memiliki jumlah anak yang dikehendaki. Ini bertentangan dengan perintah syari‟at untuk memperbanyak keturunan. Peneliti berkesimpulan kebolehan membatasi kehamilan dengan tujuan menjaga jarak kelahiran atau karena keadaan darurat yang dapat membahayakan keselamatan jiwa jika melahirkan.

2) Kebolehan melakukan „azl tapi bersifat karahiyah tanzih (tidak disukai dan sebaiknya dihindari) jika tanpa izin istri. Namun dibolehkan jika mendapat izin dari istri, dan dalam keadaan darurat atau ada hajat padanya.

B. Saran

1) Perlunya pasangan suami istri memiliki pemahaman yang baik tentang media kontrasepsi, baik yang alami maupun yang modern dan mengetahui mudharat dari masing-masing alat kontrasepsi tersebut sehingga memiliki pilihan dalam menggunakannya.

2) Perlunya peran Muballiq untuk menyampaikan kepada kaum muslimin secara luas mengenai „azl sebagai salah satu media kontrasepsi alami untuk membatasi dan mengatur kelahiran dengan cara yang benar sehingga tidak terjadi pembuahan. Dan bukan hal yang tabu untuk didiskusikan.

3) Pentingnya peran Instansi Pemerintah atau BKKBN sebagai media informasi masyarakat dalam mendapatkan informasi berbagai jenis media kontrasepsi secara utuh, baik yang alami ataupun modern sehingga adanya pilihan bagi masyarakat dalam mengatur jarak kelahiran anak-anak mereka, terutama dari masyarakat yang kurang mampu.

62

Dokumen terkait