• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hukum Islam dan Keadilan

Dalam dokumen filsafat hukum filsafat (Halaman 36-39)

ASPEK ONTOLOGI, NILAI ETlKA DAN LOGlKA DALAM HUKUM

E. HUKUM DAN KEADILAN 1 Konsep Keadilan

2. Hukum Islam dan Keadilan

Dalam pandangan filsafat,tujuan akhir hukum adalah keadilan. Kaitannya dengan hukum Islam, keadilan yang harus dicapai mesti mengacu pada pedoman pokok agama Islam, yaitu al-Quran dan Hadis. Artinya tujuan keadilan melalui jalur hukum harus berawal dari dua segi dan mengarah kepada keadilan dua segi pula. Dikatakan berawal dari dua segi karena pedoman Islam berupa al-Quran dan Hadis di satu segi harus mampu menyatu dengan pedoman prinsip keadilan secara umum menurut pandangan manusia di lain segi.Tugas awal yang kemudian dihadapi adalah upaya formulasi al-Quran dan Hadis - khususnya yang berkaitan dcngan hukum - agar mampu tampil sesuai dengan prinsip keadilan secara umum. Perpaduan dua

segi ini diharapkan menjad iproduk stan dar panduan mencari keadilan lewat jalur hukum. Pada akhimya pedom an tersebut mamp u menjadi

standar hukum universal yang mampu tampil di manapun dan kap an-

pun sesuai dengan fitrah diturunkannya Islam ke muka bumi.

Maksud dari muara keadilan dua segi adalah tujuan akh ir berupa keadilan yang harusdicapai oleh sebuah sistem hukum univer -

sal mesti berorientasi pada keadil an terhadap manusia (makhluk ) dan keadilan kepada Allah(kh a liq) .Keadilan bagi manusia mengarah pad a

berbagai definisi keadilan yang bukan tidak mungkin antara satu masyarakat manusia den gan lainnya bcrbeda dalam mengartikan

keadilan hukum. Artinya fleksibelitas prod uk keadilan mutlak diperlu -

kan dalam heterogenitas manusia dan lingkungannya, sedangkan muara keadilan kepada Allah adalah produk hukum yang ada tetap

menempatkan Allah scsuai dengan propo rsi-N ya sebagai Tuhan , dan

kegiatan manusia dalam upaya formul asi tujuan hukumberu pa keadil-

an juga tetap berada dalamkoridor ibadah kepada-Nya.

Pendapat scmaca m ini sejalan dengan ung ka pa n Fri edmann,

bahwa "selama standa r prin sip keadil an tidak berpegang pada agama, maka pedoman itu tidak akan mencapa i titik ideal prinsip keadilan". Padahal sebuah prinsip adalah standar yang tidak pemah berubah.

Perubahan hanya ada pada tataran operasionalyang meng eliling inya. Pengertian hukum Islam yan g dcmikian luas dengan berb agai

hal yang terkait dengannya menj ad i singkat dalam ungkapan MacDonald yan g menyebut hukum Isla m adalah "the science of all things, human and devine" (MacDon ald , 1965: 66). Pandangan

MacDonald tersebut merupakan kristal isa si dari sistem hukum Islam yang mampu melihat pluralitas sebaga i real itas emp iris . Plural di sini bukan hanya manusia dalam bentuk hub ungall garis horizontal,tetapi plural yang menyangkut hubungan hor izontal dan vertikal. Isyarat keadilan hukum yangdikehendaki Allah tertuan gdalamfirman-Nya:

"Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-

orang yang selalu menegakkan (kebcnaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali keb encianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah

kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yangkamu perbuat" (QS.Al Ma-idah: 8).

Ayat di atas turun berawal dari peristiwa yang menimpa

Nu'man Bin Basyir. Pada suatu ketika Nu'man Bin Basyir mendapat suatu pemberian dari ayahnya, kemudian Umi Umrata binti Rawahah berkata "Aku tidak akan ridha sampai peristiwa ini disaksikan oleh Rasulullah". Persoalan itu kemudian dibawa ke hadapan Rasulullah SAW. untuk disaksikan. Rasul kemudian berkata "Apakah semua anakmu mendapat pemberian yang sama?" Jawab ayah Nu'man

"Tidak". Rasul berkata lagi "Takutlah eng ka u kepada Allah dan ber -

buat adillah engkau kepada anak-anakrnu". Sebagian perawi menye-

butkan,"Sesungguhnya aku tidak mau menj adi saksi dalam kecurang- an". Mendengar jawaban itu lantas ayah Nu'man pergi dan me m- batalkan pemberian kepada Nu'man(HR. Bukhari Muslim).

Esensi ayat tersebut di atas adalah se man gat menegakkan ke- adilan kepada siapapun tanpa pandang bulu. Islam memiliki standar keadilan yang mutlak dengan penggabungan norma dasar Ilahi dengan prinsip dasar keadilan insani. Hukum diterapkan kepada semua orang atas dasar persamaan, tidak dibedakan antara yang kaya dengan yang miskin,antara kulit hitam dengan kulit putih,antara penguasa dengan rakyat jelata. Keadilan hukum juga diterapkan dalam lapangan ke- seimbangan kescjahteraan imbalan atas jasa, dalam artian keseim- bangan antara'hak dan kewajiban.Kehidupan majemuk dalam masya -

rakat menuntut keadilan ditegakkan dengan cara setiap individu terpenuhi haknya,baik hak jasmani maupun hak rohani,material mau- pun spiritual. Setiap individu berhak untuk mengekploitasi kemarn- puan dan bakatnya bagi kepentingan pribadi dan masyarakatnya.

Keadilan dalam Islam merupakan pcrpaduan harmonis antara hukum dengan moralitas, Islam tidak bertujuan untuk menghancurkan kebebasan individu, tetapi mengontrol keb ebasan itu demi keselarasan dan harmonisasi masyarakat yang terdiri dari individu itu sendiri.

Hukum Islam memiliki peran dalam mendamaikan pribadi dengan kepentingan kolektif, bukan sebaliknya. individu diberi hak untuk mengembangkan hak pribadinya dengan syarat tidak mengganggu

kepentingan orang ban yak

Syariat Islam adalah kode hukum dan kode moral sekaligus. Syariat Islam merupakan pola yang luas tentang tingkah laku manusia yang berasal dari otoritas kehendak Allah yang tertinggi, sehingga garis pemisah antara hukum dan moralitas sama sekali tidak bisa ditarik secara jelas seperti pada masyarakat Barat pada umumnya. Itulah sebabnya mengapa kepentingan dan signifikansi semacam ini melekat dalam pengambilan keputusan hukum dalam Islam (Djamil, 1997:154).

Dalam meletakkan aturan-aturan universal bagi perbuatan

manusia, Allah menjadikan norma dan moralitas hukum sebagai landasannya (Syah, (ed)., 1992: 163). Dengan adanya standar moral Islam itulah, maka lapangan pergeseran moral dalam Islam menjadi sangat sempit. Artinya, pergerakan ke arah keburukan selalu dihadang dari berbagai arah dengan standar aturan baik dan buruk menurut hukum Islam.

Basyir (1984: 27-31) menganulir tujuan hukum Islam sebagai:

Pertama, pendidikan pribadi, pendidikan pribadi dimaksudkan untuk

menjadikan individu sebagai manusia yang berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakatnya. Dicontohkan, orang yang menjalankan puasa dididik pribadinya untuk menjadi orang yang mempunyai kepe-

kaan sosial. Kedua, menegakkan keadilan, keadilan yang harus

ditegakkan meliputi keadilan pribadi, keadilan hukum, keadilan sosial, dan keadilan dunia. Keadilan pribadi diartikan sebagai setiap individu berkewajiban untuk memenuhi standar kebutuhan pribadinya, baik yang menyangkut hak jasmaniah maupun ruhaniah. Hak jasmaniah menyangkut hak atas pangan, sandang, dan papan yang memenuhi standar kesehatan. Sedangkan hak ruhaniah meliputi pemenuhan kebutuhan pendidikan, kebutuhan akan ajaran agama agar dipenuhi sebagaimana mestinya. Keadilan hukum adalah keadilan setiap indi- vidu di depan hukum. Setiap individu mempunyai hak dan kewajiban yang sama di depan hukum. Sedangkan keadilan sosial berarti indi- vidu sebagai anggota masyarakat mempunyai hak dan kewajiban yang harus dipenuhi secara seimbang. Keadilan dunia merupakan keadilan hubungan antar negara di dunia. Setiap negara dalam hubungannya

dengan negara lain harus didasarkan pada prinsip k.ebersamaan dan kesamaan hak dan kewajiban.

Ketiga, memelihara kebaikan hidup, hukum Islam bertujuan

untuk mewujudkan kebaikan hidup hakiki, semua yang menjadi kepentingan hidup manusia diperhatikan. Sedangkan kepentingan manusia menuju hidup hakiki dibagi menjadi tiga hal:

a. Kepentingan esensial (al-Mashdlih adh-Dharuriyalu, yaitu ke-

pentingan yang mutlak dibutuhkan oleh manusia dalam hidup- nya. Kepentingan itu meliputi kepentingan agama, kepentingan memelihara jiwa, kepentingan memelihara harta, kepentingan memelihara akal, dan kepentingan memelihara keturunan.

b. Kepentingan yang tidak esensial (al-Maslidlih al-Hajiyyah),

yaitu kepentingan yang tidak esensial, akan tetapi dibutuhkan

manusia untuk menghindari masaqqat. Misalnya diperboleh-

kannya orang meninggalkan puasa dalam keadaan sakit dan

diperbolehkan melakukan perceraian dalam kehidupan

perkawinan yang tidak hannonis.

c. Kepentingan pelengkap ial-Maslrdlih al-Katndliyahs, yaitu

kepentingan yang apabila tidak terpenuhi tic1ak akan menim-

bulkan mudliarat bagi kehic1upan manusia apalagi merusak

kehidupan manusia. Misalnya mengenakan pakaian yang bagus ketika pergi ke masjid, mengadakan walimah perkawinan, dan lain-lain.

Hukum Islam adalah hukum yang bersumber dari Yang Maha Adil. kedaulatan hukum Islam adalah milik Allah semata:

"Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alarn" (QS. VII: 54).

"Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik (QS. V: 47).

Kedaulatan Allah berada c1i atas seluruh definisi keclaulatan yang telah dikemukakan manusia karena Allah merupakan kedaulatan

bagi seluruh alam dan manusia. Tidak ada kata kecualiRabbyang bisa meliputi pengertian kedaulatan Allah. la sebagai penguasa, pelindung, pemberi harapan, pemberi rejeki,pengatur sekaligus penyernpuma.

Austin, sebagaimana dikutip Muslehuddin (1991: 46) memberi- kan definisi hukum sebagai perintah dari yang berdaulat, hukum ada- lah aturan yang ditentukan untuk membimbing manusia oleh manusia itu sendiri. Hukum ala Austin terpisah dari keadilan, hukum yang dulunya berlandaskan baik dan buruk, sekarang diganti menjadi hukum berdasarkan kekuasaan dari atasan. Pengertian ini meng- isyaratkan bahwa hukum adalah perintah seorang Tiran. Akan tetapi Allah bukanlah Tiran.Perintah Tuhan merupakan hukum positif, akan tetapi tetap dalam koridor keadilan, karena Allah Maha Adil, Maha Kasih, dan Maha penyayang.

Hukum Islam sebagai jelmaan dari hukum Allah SWT, meru- pakan perpaduan dari "apa" hukum itu dan "bagairnana" hukum itu seharusnya. Dengan kata lain, hukum Islam, di samping hukum positif juga hukum ideal, sebab hukum Islam memandang objek hukum Islam bukan hanya manusia dengan segala persoalan yang ada di dalamnya. Akan tetapi hukum Islam menjangkau seluruh aspek keseimbangan sebagai salah satu unsur keadilan.

Dalam dokumen filsafat hukum filsafat (Halaman 36-39)