• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

D. Hukum islam dan praktek bagi hasil di Desa Somba Palioi Kecamatan

Dalam membahas ekonomi syariah maka semua harus pada Al- Qur‟an dan hadist.

Dalam undang-undang Nomor 2 tahun 1960 pasal 1 yang dikemukakan oleh Chairuman dan Suhardi K. Lubis bahwa;

“perjanjian bagi hasil ialah perjanjian dengan nama apapun juga yang diadakan antara pemilik padaa satu pihak atau badan hukum pada pihak lain yang dalam undang-undang ini di sebut penggarap berdasarkan perjanjian mana penggarap diperkenankan oleh pemilik tersebut untuk menyelenggarakan usaha di atas tanah pemilik, dengan pembagian hasilnya antara kedua belah pihak”38

Di sini penulis menjelaskan pelaksanaan bagi hasil di Desa Somba Palioi Kecamatan Kindang di tinjau dari hukum islam. Ekonomi syariah merupakan bagian dari suatu kehidupan masyarakat yang berdasarkan Al-Qur‟an dan hadist.

37 Sommeng petani penngarap, wawancara di Dusun Pabbontoang Desa Somba Palioi tanggal 13 juli 2020

38

51

Dalam transaksi bagi hasil imbangan atau bagian masing-masing merupakan sakah satu isi perjanjian. Besarnya bagian ini dapat terjadi karena kebiasaan setempat atau berdasarkan kesepakatan masing-masing pihak. Besarnya bagian masing-masing pihak ini dapat di tentukan oleh pemilik lahan dan petani penggarap menurut kesepakatan diawal perjanjian.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bawa dalam bentuk perjanjian bagi hasil pertanian antara pemilik lahan dan petani penggarap lahan pertanian di Desa Somba Palioi, dilakukan berdasarkan kesepakatan antara kedua belah pihak sejak awal perjanjian. Dalam hal ini.,jika terjadi kerugian atau gagal panen, maka maka resikonya di tanggung bersama antara pemilik lahan dan petani penggarap lahan pertanian Karena perjanjian bagi hasil bukan hanya kepentingan bisnis saja, tetapi karena adanya nilai sosial dan saling percaya satu sama lainnya.

Allah berfirman QS. At-taubah :7

َشَحْنٱ ِذِجْسًَْنٱ َذُِع ْىُّتذَٓ َٰع ٍَِٚزَّنٱ َّلَِإ ٓۦِِّنُٕسَس َذُِعَٔ ِ َّللَّٱ َذُِع ٌذَْٓع ٍَِٛكِشْشًُْهِن ٌُُٕكَٚ َفَْٛك ْىُكَن إًََُُٰتْسٱ بًََف ۖ ِوا

ٍََُِّٛتًُْنٱ ُّتِحُٚ َ َّللَّٱ ٌَِّإ ۚ ْىَُٓن إًَُُِٛتْسٲَف Terjemahan :

Bagaimana bisa ada perjanjian (aman dari sisi Allah dan rasulnya dengan orang-orang musyrikin, kecuali orang-orang yang kamu telah mengadakan perjanjian dengan mereka di dekat masjidilharam? Maka selama mereka berlaku lurus terhadapmu. Hendaklah kamu beraku lurus (pula) terhadap mereka. Sesungguhnya Alaah menyukai orang-orang yang bertaqwa”39

39

Sistem bagi hasil yang dilakukan oleh masyarakat pedesaan pada umumnya adalah berdasarkan dari kesepakatan bersama antara pemilik lahan dan petani penggarap yang telah di sepakati oelah masyarakat setempat dan perjanjain bagi hasil biasanya di lakukan secara lisan dengan saling mempercayai antara sesama. Sebagai yang terjadi di Desa Somba Palioi Kecamatan Kindang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa munculnya perjanjian bagi hasil di Desa Somba Palioi Kecamatan Kindang di karenakan adanya keinginan dari kedua belah pihak untuk melakukan kerja sama dalam pengolaan lahan pertanian agar menjadi lahan yang menghasilkan. terbentuknya kerja sama ini biasnya terjadi karena adanya pemilik lahan yang tidak mampu atau tidak mempunyai waktu untuk mengerjakan lahannya dan terkadang perjanjian itu muncul karena adanya penggarap yang tidak memiliki lahan untuk bercocok tanam. Oleh karena itu petani melakukan suatu perjanjian badi hasil, selain untuk mencari keuntungan antara kedua belah pihak juga saling mempererat tali persaudaraan dan saling tolong menolong di antara mereka.

Sebagaimana diketahui bahwa agam Islam membenarkan seorang muslim berusaha perorangan maupun kerjasama, karena banyak usaha yang tidak bisa di tangani oelh seorang diri melainkan harus bekerja sama dengan orang lain, yang memungkinkan usaha terebut berjalan dengan lancar. Pada prinsipnya setiap usaha yang menguntungkan seseorang dan masyarakat yang dapat dikategorikan sebagai halal dan mengandung kebaikan ditekankan adanya bentuk kerja sama. Maka islam mensyariatkan bentuk kerja sama dengan system bagin hasil khususnya dalam bidang pertanian agar terhindar dari segala bentukhal yang tidak

53

di anjurkan dalam agama islam seperti penyimpangan, ketidakjujuran dalam perjanjian

Allah berfirman QS.An-nisa: 29.

َأ ا ُٕٓهُكْأَت َلَ إَُُياَء ٍَِٚزَّنٱ بََُّٓٚأَٰٓٚ ٌَِّإ ۚ ْىُكَسُفََأ إُٓهُتَُْت َلََٔ ۚ ْىُكُِّي ٍضاَشَت ٍَع ًحَش َٰجِت ٌَُٕكَت ٌَأ ٓ َّلَِإ ِمِطَٰجْنٲِث ىُكََُْٛث ىُكَن َْٰٕي

َ َّللَّٱ

ًىِٛحَس ْىُكِث ٌَبَك Terjemahan:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan harta sesasamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu”40

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembagian bagi hasil yang terjadi antara pemilik lahan dan petani penggarap pertanian sudah mengikuti perintah dalam surah an-nisa ayat 29 bahwa orang yang beriman harus berlaku adil dan dalam melakukan suatu transaksi harus di dasari dengan sukarela agar tidak ada pihak yang dirugikan.

Dari penjelasan diatas, maka dapat di simpulkan bahwa praktek bagi hasil yang di lakukan masyarakat di Desa Somba Palioi Kecamatan Kindang sudah sesuai dengan syariat Islam dimana pembagiannya di lakukan sesuai dengan perjanjian awal sebelum melakukan kerja sama dalam bidang pertanian. Orang yang memilikin lahan pertanian adalah orang yang tergolong ekonomi menengah ke atas yang memberikan lahan untuk di garap oleh penggarap yang tidak

40

memiliki lahan pertanian. Sehingga kerja sama tersebut secara tidak langsung membantu para petani penggarap untuk dapat meningkatkan kondisi ekonomi mereka. Jadi dapat di simpulkan bahwa praktek bagi hasil yang di lakukan oelh masyarakat di Desa Somba Palioi Kecamatan Kindang sudah sesuai dengan syariat islam karena memenuhi asas- asas berikut :

a. Suka sama suka (sukarela)

Dalam melakukan kerja sama bagi hasil pertanian ini pemilik lahan secara suka rela memberikan lahan mereka untuk di kerjakan oleh petani penggarap dan begitu pula petani penggarap dengan suka rela menerima lahan tersebut untuk di kelolahnya agar dapat menghasilkan yang nantinya mereka bagi sesuai dengan kesepakatan mereka di awal perjanjian. Artinya pemilik lahan dan petani penggarap sama-sama suka rela tanpa ada paksaan dari pihak lain untuk menjalin kerja sama.

b. Adil

Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan penggarap mengatakan bahwa hasil yang mereka terimah telah sesuai dengan kesepakatan di awal perjanjian. Meskipun hasil panen tidak terlalu banyak karena di sebabkan oleh harga jual yang murah tapi tetap mereka membagi sesuai dengan kesepakatan awal perjanjian.

55

Dari hasil penelitian yang di lakukan saling memberikan keuntungan di antara pemilik lahan dan petani penggarap sudah terjadi dimana mereka sama-sama mendapatkan keuntungan dari kerja sama yang mereka lakukan.

d. Saling tolong menolong

Tanpa di sadari kerja sama bagi hasil pertanian yang dilakukan oleh masyarakat Desa Somba Palioi Kecamatan Kindang ini telah membantu kedua belah pihak, dimana pemilik lahan membantu petani penggarap yang tidak memiliki lahan dalam mendapatkan penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari karena kalau hanya mengandalkan sawah mereka saja yang tidak luas maka kebutuhannya tidak terpenuhi. Begitu juga petani penggarap telah membantu pemilik lahan untuk mengolah lahan mereka yang tidak bisa mereka kerjakan sendiri.

Dari analisis diatas penulis bisa menyimpulkan bahwa praktek kerja sama mukhabarah antara pemilik lahan dan petani penggarap ini di tinjau dari hukum Islam, maka kerja sama bagi hasil ini sudah sesuai dengan syariat Islam karena di dasarkan suka rela dan saling tolong menolong antara sesama masyarakat.

56

Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan serta hasil yang di peroleh seperti yang dideskripsikan pada bab-bab sebelumnya maka dapat di tarik kesimpulan bahwa:

1. Di desa Somba Palioi, system kerja sama pertanian menerapkan akad mukhabarah yaitu pemilik lahan menyediakan lahan sedangkan petani penggarap menyediakan tenaga dan modal. Bagi hasil antara kedua belah pihak terjadi dengan akad awal, pemilik lahan mendapatkan sepertiga dari hasil panen sedangkan petani penggarap mendapatkan duapertiga dari hasil panen. Walaupun pada praktek pemahaman petani mengenai bagi hasil menurut Islam tidak mereka pahami apa yang mereka praktekkan selama ini dalam bagi hasil pertanian adalah Akad mukhabarah

2. Akad mukhabarah yang berlaku pada kerja sama pertanian di Desa Somba Palioi, sudah sesuai dengan syariat Islam, di mana semua unsur yang di syaratkan telah terpenuhi yaitu: suka rela,adil,saling membantu, dan tolong menolong

B .SARAN

Berdasarkan dari analisa dan kesimpulan dari skripsi ini maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut.

57

1. Bentuk kerja sama dengan praktek bagi hasil yang terjadi di Desa Somba Palioi Kecamatan Kindang yaitu berdasarkan kebiasaan setempat dengan saling mempercayai satu sama lain dan di lakukan secara lisan oeha para pihak . untuk menghindari adanya perselisihan antara pemilik lahan dan petani penggarap di kemudian hari, penulis menyarankan agar perjanjian kerja sama yang mereka praktekkan sebaiknya dituangkan dalam suatu perjanjian yang tertulis.

2. Perlunya untuk mensosialisasikan sistem bagi hasil kepada masyarakat petani Akad mukhabarah.

58

Abdullah, Muhammad dan Mahmud, Ibrahim, (2009) Ensiklopedia FIQH Muamalah Dalam Pandangan Empat Madzhab yogyakarta:Maktabah Al-hanafi.

Az-Zuhaili, Wahbah, 2010 Fiqih Islam, Gema Insani Depok

As-Shiddiq, Ja’far Jawad. Agus, Mughniyah, (2009) fiqh imam Jakarta: penerbit Lentera,

Bakry, Hasbullah (1990) Pedoman Islam Indonesia Cet.V;Jakarta,UI-Press Hasan, El-ghozali (2011) musaqah dan muzara‟ah, http blogspot.com Ikhwan, (2014) “Islam”,Media Islam ,Com, .http:media islam/halal. Mardani, (2012). Fiqh Ekonomi Islam, Cet.I;Jakarta:Kencana

Moleong, Lexy J. (2006) Metodologi Penelitian Kualitataif, Bandung: PT. Remaja Rodakarya,

Mannan M. Abdul (1997) teori dan praktek Ekonomi Islam Yogyakarta: Dana Bhakti Prima Yasa,

Nasrum, Haroen (2007) fiqh Muamalah, jakarta:Gaya Media Pratama, Cet. Ke-2, Syarifuddin, Amir (2003) Garis-Garis Besar Fiqh , Cet.I;Bogor:Kencana

Pasaribu Chairuman dan Suhrawardi K. Lubis, (1996) Hukum Perjanjian Dalam Islam Cet.II;Jakarta:Sinar Grafika

Rahman Afzalur, (1995) Economic Doctrines of Islam terjemah Doktrin Ekonomi Islam, Dana Bhakti Wakaf

Siddiqi, M.Nejatullah (1996) Partnership and Profit Sharing in Islamic Law terjemah olehKemitraan Usaha dan Bagi Hasil Dalam Hukum Islam edisi I; Cet. I;Jakarta:Dana Bhakti Yasa,

Sabiq, Sayyid (1998), fiqhi sunnah,edisi indonesia IX .Semarang . Toha Putra Qardawi, Yusuf (1993) Figh al-Zakat(Hukum Zakat). terjemah: Salman Harun

59

PEDOMAN WAWANCARA PENELITIAN

Judul: TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL

MUKHABARAH LAHAN PERTANIAN DI DESA SOMBA PALIOI KECAMATAN KINDANG KABUPATEN BULUKUMBA

PERTANYAAN

Petani penggarap

1. Berapa lama anda jadi petani penggarap 2. Kenapa anda jadi petani penggarap

3. Bagaimana penerapan pembagian hasil pertanian sawah ini 4. Bagaimana bentuk perjanjian bagi hasil pertanian tersebut?

5. Apa permasalahan yang sering bapak hadapi dengan pemilik lahan Pemilik lahan

1. Bagaimana anda mempekerjakan petani

2. Berapa luas lahan yang bapak miliki dan berapa hasil panen

3. Bagaimana penerapan dari pelaksanaan bagi hasil pertanian tersebut 4. Bagaimana bentuk perjanjian bagi hasil tersebut?

RIWAYAT HIDUP

Mustafaenal, Lahir di balleangin, 01 Januari 1997 anak ke-1

dari 3 bersaudara yang merupakan buah cinta dan kasih sayang dari pasangan Aplus dan Nirma. Penulis mulai menapaki dunia pendidikan formal mulai tahun 2003 di SD 51 Parang Silibbo dan tamat pada tahun 2009. Pada tahun 2009, penulis melanjutkan pendidikan di MTS Darul Istiqamah Bulukumba dan tamat pada tahun 2012.

Selanjutnya Penulis melanjutkan pendidikan di MA Aliyah Darul Istiqamah Bulukumba hingga akhirnya tamat pada tahun 2016. Kemudian pada 2016 penulis melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi dan terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Makassar pada Fakultas Agama Islam Jurusan Hukum Ekonomi Syariah (S1).

Dokumen terkait