A. Kerangka Teoritik
4. Hukum menolak membayar zakat dan hukuman bagi pelakunya
Para ulama bersepakat, barangsiapa yang meningkari kewajiban zakat, maka ia kafir berdasarkan ijma’, karena ia mendustakan al-Quran dan as-Sunnah, serta mengingkari suatu perkara yang sedah diketahui secara mendasar dalam agama.41
Adapun barangsiapa yang mengakui kewajibanya tetapi menolak untuk membayarnya: Diriwayatkan dari Imam Ahmad behwa ia berkata,
“orang yang tidak membayar zakat karena bakhil adalah kafir, seperti orang yang meninggalkan shalatkarena malas.” Sebahagian hanabila menguatkan riwayat ini.42 Mereka berdalil dengan firman Allah Subhanahu wata’ala
“Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama.” (at-Taubah 11)
40 Adz-Dzakhirah, al-Qurafi (III/7)
41 Al-Mughni (II/572) dan al-majmu (V/334)
42 Syarh al-kabir ma’a al-Inshaf (III/43), al-Mabda’ (I/308) dan Syarh al-Mumti’ (VI/7)
Mereka mengatakan, persaudaraan dalam agama tidak dinafikkan kecuali dengan keluarnya seseorang dari agama. Allah Subhanahu wata’ala menetapkan persaudaraan atas tiga kriteria ini: taubat dari syirik, menegakkan shalat, dan menunaikan zakat
Sementara jumhur ulama berpendapat, orang yang menolak zakat karena bakhil, tanpa mengingkari kewajibanya, maka ia telah melakukan salah satu dosa besar, dam mendapatkan ancaman yang sangat keras berupa adzab yang sangat pedih di hari kiamat. Tetapi, dengan hal ini, ia tidak keluar dari agama selama masih mengakui akan kewajibanya.
Inilah pendapat yang benar dan didukung oleh hadits abu hurairah Radhiyallahu ‘anhu menyebutkan hukuman bagi orang yang menolak zakat emas dan perak, setelah itu beliau bersabda:
“Kemudian diperlihatkan jalanya: apakah ke surga atau ke neraka.”43
Seandainya ia kafir, sudah pasti tidak ada jalan baginya menuju ke surge.
Wallahu ‘alam.
Adapun hukuman bagi rang yang menolak membayar zakat di dunia ada dua:
Qadariyah dan Syar’iyyah.
Hukuman yang bersifat qadariah44 ialah Allah menimpakan bencana kepada setiap orang yang bakhil untuk mengeluarkan hak Allah dan hak kaum kafir pada
43 Shahih, diriwayatkan oleh muslim
44 Fiqh Az-Zakah (1/92)
hartanya dengan kelaparan dan keringanan. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu
‘alaihi wasallam:
لاإ ةاكزلا موق عنم امو تينسل اب الله مه لاتبا
Artinya:
”Tidaklah suatu kaum menolak memebayar zakat, melainkan Allah akan menimpakan bencana pada mereka dengan musibah paceklik.”45
Dalam riwayat lain:
رتقلا مهنع سبح لاإ
Artinya:
Melainkan hujan ditahun dari mereka (sehingga tidak turun)
a. Apabila orang yang menolak membayar zakat itu dalam genggaman penguasa, maka zakat ditarik darinya secara paksa, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka menyatakan: Tiada Ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah. Jika mereka telah mengatakannya, maka terpeliharahlah dara dan harta mereka, kecuali dengan haknya, dan hisab mereka diserahkan kepada Allah.”
Diantara hak islam adalah zakat. Abu bakar radhiyallahu ‘anhu berkata dihadapan para sahabat, “Zakat adalah hak harta. Demi Allah, jikalau mereka menolak menyerahkan kepadaku seekor unta yang mereka dulu serahkan kepada
45 Diriwayatkan oleh at-Thabrani dalam al-ausath (4557), al-hakim (II/136), al-baihaqi (III/346), dan dihasankan oleh syaikh al-albani.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, Niscaya aku akan memerangi mereka karena menahannya. . .”46
b. Adapun apabila orang yang menolak membayar zakat ini diluar genggaman penguasa, maka penguasa boleh memeranginya, karena para sahabat memerangi orang-orang yang menolak membayar zakat.
Adapun hukuman bagi orang yang menolak membayar zakat diakhirat, maka nash telah mensinyalir hal itu. Di antaranya:
Firman Allah Suabhanahu wata’ala:
46 Shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (1399) dan muslim (20)
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,
pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu."47
B. Uang
1. Sejarah Uang
Pada awalnya, dahulu manusia sama sekali belum mengenal pertukaran barang (barter) apalagi uang, Sistem barter digunakan cukup lama, berabad-abad.
Hingga akhirnya kehidupan manusia makin kompleks sehingga adakalanya sistem barter menghadapi kendala seperti sulitnya ketemu dua orang yang mempunyai barang yang mau ditukarkan satu sama lain. Misal: Si A punya buah dan butuh ikan, ketemunya si B yang punya ikan tapi butuhnya bukan buah, tapi pakaian.
Menghadapi masalah seperti diatas, maka manusia memikirkan lagi hingga menemukan solusi yaitu menggunakan benda-benda tertentu sebagai alat tukar.
47 Q.S at-Taubah 34-35
Benda yang ditetapkan sebagai alat tukar biasanya benda yang bisa diterima dengan secara umum, seperti misalnya pada orang Romawi dulu menggunakan garam.
Kalau diilustrasikan pada si A dan si B diatas, maka akan terjadi seperti ini: Si A menemui penghasil garam yang butuh buah, kemudian buah ditukar dengan garam.
Setelah garam dia dapat, barulah menukar garamnya dengan ikannya si B. Meskipun yang dibutuhkan si B adalah pakaian, tapi si B mau menerima karena garam sudah ditetapkan sebagai alat pertukaran sehingga nantinya akan mempermudah si B untuk menukarnya lagi dengan yang ia butuhkan, yaitu pakaian.
Meskipun alat tukar sudah ditentukan, seiring waktu menemui kendala juga.
Seperti: Tidak mempunyai pecahan nilai sehingga kesulitan menentukan nilainya, penyimpanan dan pengangkutan (transportation) yang susah, dan mudah hancur atau tidak bertahan lamanya benda tersebut.
Hingga akhirnya dicarilah benda yang mempunyai syarat-syarat:
Diterima secara umum
lebih mudah dibawa, dan tahan lama
Benda tersebut ialah uang logam yang bahan pembuatannya dari emas dan perak. Pada waktu itu setiap orang yang mempunyai uang logam tersebut berhak penuh atas uang tersebut. Setiap orang boleh menimbun sebanyak-banyaknya bahkan boleh untuk menempa atau melebur untuk digunakan perhiasan, sehingga timbul
anggapan bahwa suatu saat jika tukar menukar mengalami perkembangan yang membutuhkan uang logam dalam jumlah banyak, maka tidak bisa dilayani karena mengingat emas dan perak jumlahnya terbatas. Lagi pula untuk transaksi tukar-menukar dalam skala besar, uang logam jumlah banyak juga mempunyai kekurangan yaitu sulitnya untuk dipindah-pindahkan dari tangan satu ke tangan lainnya. Sampai akhirnya terciptalah uang kertas.
Tapi jangan salah, uang kertas yang beredar saat itu merupakan bukti kepimilikan atas emas atau perak. Dengan kata lain, uang kertas yang beredar pada saat itu merupakan uang yang dijamin 100% dengan emas atau perak yang disimpan di pandai emas atau perak dan sewaktu-waktu dapat ditukarkan penuh dengan jaminannya. Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat tidak lagi menggunakan emas (secara langsung) sebagai alat pertukaran. Sebagai gantinya, mereka menjadikan ‘kertas-bukti’ tersebut sebagai alat tukar.
Karena kehidupan saat itu belum sekompleks seperti sekarang ini. Dengan sangat sederhana sekali, manusia saat itu memenuhi kebutuhan hidup sendiri-sendiri.
Misalnya: Berburu kalau lapar, kalau butuh pakaian mereka membuatnya sendiri dengan bahan sederhana seperti kulit dan dedaunan pohon, kalau ingin makan lainnya tinggal pergi ke hutan untuk memetik buah yang bisa dimakan.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, lama-kelamaan manusia menghadapi kenyataan bahwa apa yang mereka peroleh tidak bisa memenuhi
kebutuhannya sendiri secara menyeluruh. Sehingga dicarilah cara buat tukar-menukar barang antara individu satu sama yang lain. Cara seperti ini dikenal sebagai sistem barter.
Munculnya Uang Seiring dengan berkembangnya zaman sistem barter mulai ditinggalkan karena banyak merugikan serta kurang praktis. Akhirnya manusia mulai menggunakan benda-benda tertentu sebagai alat tukar seperti garam, kulit kerang, manik-manik, tembaga, dan benda-benda lainya.
Pada abad ke-17 M sejarah uang pun berubah dan semakin berkembang. Alat tukar yang digunakan pun mulai menggunakan logam. Adapun logam-logam yang digunakan adalah emas dan perak. Semenjak saat itu pertukaran semakin mudah dengan menggunakan uang. Seiring berjalanya waktu penggunaan uang logam dari emas dan perak mulai digantikan dengan uang kertas.
2. Pengertian Uang
Pengertian uang dibagi menjadi dua, yaitu: Pengertian uang dalam ilmu ekonomi tradisional dan modern.
Pengertian uang dalam ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang dapat diterima secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda apapun yang dapat diterima oleh setiap orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. Uang seperti ini disebut Uang Barang.
Sedangkan dalam ilmu ekonomi modern, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya bahkan untuk pembayaran hutang. Beberapa ahli juga menyebutkan fungsi uang sebagai alat penunda pembayaran.
Menurut Ahli Ilmuan tentag pengertian Uang
A.C Piguo dalam bukunya “The Veil Of Money” yang dimaksud uanga adalah alat tukar.
D.H Robertson dalam bukunya Money yang dimaksud dengan uang adalah sesuatu yang bisa diterima dalam pembayaran untuk mendapatkan barang.
R.G Thomas dalam bukunya Our Modern Banking menjelaskan bahwa uang adalah seseuatu yang tersedia dan diterima umum sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barabg dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya.
3. Syarat- syarat Uang
Uang diterima dan disepakati oleh masyarakat sebagai alat perantara dalam kegiatan ekonomi. Agar dapat disetujui dan diterima masyarakat, uang harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.
Ada Jaminan
Setiap uang yang diterbitkan harus dijamin oleh pemerintah. Dengan adanya jaminan dari pemerintah, penggunaan uang untuk berbagai keperluan mendapat kepercayaan dari masyarakat luas.
Diterima Secara Umum (Acceptability)
Artinya uang harus dapat diterima secara umum penggunaannya, baik sebagai alat tukar, penimbun kekayaan, atau sebagai standar pencicilan utang.
Nilainya Stabil (Stability of Value)
Nilai uang harus stabil. Apabila nilai uang naik-turun tidak menentu, orang pun tidak mau menggunakannya sebagai alat tukar karena ia tidak memercayainya.
Mudah Disimpan (Storable)
Uang harus memiliki fleksibilitas, seperti bentuk fisiknya yang tidak terlalu besar, mudah dilipat, dan memiliki nilai nominal mulai dari yang kecil sampai yang besar. Hal tersebut ditujukan agar uang mudah disimpan.
Mudah Dibawa (Portability)
Coba bayangkan seandainya berat sekeping uang logam mencapai 1 kg dan sebesar piring. Orang pasti tidak bisa leluasa membawa uang tersebut ke mana pun. Oleh karena itu, sebuah uang harus memenuhi syarat mudah dipindahkan dan mudah dibawa ke mana pun. Artinya, uang harus mudah dipindahkan dari satu tangan ke tangan yang lain.
Tidak Mudah Rusak (Durability)
Orang tentu tidak mau menggunakan uang jika uang tersebut mudah sekali rusak. Uang harus tahan lama, tidak mudah robek, pecah, atau luntur. Oleh karena itu, kualitas fisik uang harus betul-betul dapat dipastikan bertahan untuk jangka waktu yang relatif lama.
Mudah Dibagi (Divisibility)
Uang juga harus mudah dibagi ke dalam berbagai nilai nominal, misalnya Rp100.000,00; Rp50.000,00; Rp1.000,00, dan Rp500,00. Seandainya nilai uang hanya Rp50.000,00 sedangkan untuk membeli satu kilogram jeruk hanya dibutuhkan uang Rp5.000,00, bagaimana dengan kembaliannya? Tentu saja hal tersebut akan menghambat transaksi. berjalanya waktu penggunaan uang logam dari emas dan perak mulai digantikan dengan uang kertas.
4. Fungsi Asli dan Fungsi Turunan uang, secara umum terbagi atas 3, yaitu : 1. Sebagai Alat Tukar
Fungsi uang sebagai alat tukar merupakan fungsi utama dari uang, karena pada dasarnya penggunaan uang untuk memudahkan pertukaran, khususnya bagi pembeli. Sebagai alat tukar bentuk uang haruslah mudah dibawa, ringan dan relatif aman. Dengan uang menjadikan pertukaran antar barang lebih fleksibel atau praktis, karena antara pembeli dan penjual tidak perlu memiliki keinginan timbal balik sebagaimana layaknya dalam pola barter (tukar). Dengan adanya uang pembeli dapat memperoleh barang yang dia inginkan dan penjual pun dapat menggunakan uang tersebut untuk dibelanjakan guna mendapatkan barang yang berbeda atau sama.
2. Sebagai Penyimpan Nilai
Fungsi uang sebagai penyimpan nilai yaitu nilai nominal yang tertera pada kertas atau logamnya merupakan nilai yang memiliki daya beli yang sama pada jangka waktu tertentu, pada saat harga-harga barang dan jasa belum naik. Artinya nilai uang tidak kadaluarsa sebagaimana layaknya barang yang diperdagangkan.
Karena fungsi uang sebagai penyimpan nilai, maka uang bermanfaat bila disimpan dalam arti akan memberikan kemampuan daya beli yang lebih tinggi dari sebelumnya (untuk waktu tertentu) bila jumlahnya bertambah banyak dan bahkan akan bertambah melebihi dari yang semestinya bila disimpan di bank.
3. Sebagai Satuan Hitung
Fungsi uang sebagai satuan hitung pada zaman ini hampir-hampir sudah merupakan keharusan. Dalam segala pekerjaan apapun dan hasil penilaiannya ditentukan dalam bentuk satuan uang, meskipun secara fisik atau bentuk benda yang dinilai tidak tampak, seperti jasa. Dengan adanya uang, maka setiap orang akan merasa bahagia jika mengetahui harga dari jasa yang diberikannya sesuai dengan keinginan atau yang berlaku umum. Karena dengan uang, segala sesuatu hasil pekerjaan dapat dinilai dan dihargai serta memudahkan pencatatan.
Fungsi Turunan Dibagi:
1. Uang sebagai alat pembayaran yang sah.
2. Uang sebagai alat pembayaran utang.
3. Uang sebagai alat penimbun kekayaan.
4. Uang sebagai alat pemindah kekayaan.
5. Uang sebagai alat pendorong kegiatan ekonomi