SKPRIPSI PENELITIAN
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (S.H.I) Program Studi
Al Ahwal Al Syakhshiyyah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
FADLULLAH 105 260 0044 12
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1437 H / 2016 M
ميحرلا نمحرلا الله مسب
BERITA ACARA MUNAQASYAH
Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar, setelah mengadakan sidang munaqasyah pada :
Hari/Tanggal : Kamis, 25 Rabiul Akhir 1437 H/04 Februari 2016 M Tempat :Gedung Prodi Ahwal Syakhsiyah, Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah MakassarJl.St.Alauddin
No.259.Makassar.
MEMUTUSKAN
Bahwa Saudara,
Nama : Fadlullah Khairuddin NIM : 105260004412
Judul skripsi : Hukum Zakat Fitrah dengan Uang Dinyatakan : LULUS
Ketua
Drs.H.MawardiPewangi,M.Pd.I NBM : 554 612
Sekretaris
Dr.Abd.Rahim Razaq,M.Pd NIDN : 0999005374 Pembimbing I
Dr.Abbas Baco Miro, M.A NBM : 1114043
Pembimbing II
M.Ali bakri M.P.d Makassar, 14 Jumadil Ula 1436 H
05 Maret 2015 M Dekan
Drs.H.Mawardi Pewangi,M.Pd.I NBM : 554 612
viii
Penelitian yang ingin dicapai dari penulisan skripsi ini adalah: Untuk mengetahui konsep pemahaman masyarakat tentang Hukum zakat fitrah dengan Uang.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pustakaan (Library Researce) dengan pendekatan Kualitatif. Dalam hal ini peneliti berusaha memfokuskan pada penelusuran dan penelaan literature serta bahan pustaka yang dianggap ada kaitannya dengan fenomena sistem demokrasi. Variabel dalam penelitian ini adalah telaah sistem demokrasi Indonesia sebagai variabel bebas dan dalam persfektif Islam sebagai variabel terikat. Teknik pengumpulan data yang ditempuh penulis adalah melakukan riset kepustakaan (library research) yaitu suatu analisis yang penulis pergunakan dengan membaca dan menelaah beberapa literatur.
Teknik analisis data, diolah melalui deskriptif kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan Bahwa pelaksanaan konsep Sistem demokrasi Indonesia periode tahun (1945-1959) disebut dengan demokrasi parlementer, kemudian pada tahun (1959-1965) disebut demokrasi terpimpin, dan pada tahun (1965-1998) disebut Orde baru namun ketiga formulasi sistem ini dianggap belum mampu membawa Indonesi menuju cita-citanya sehingga lahirlah gerakan reformasi untuk melalakukan perubahan dengan harapan bisa membawa Indonesia menuju cita-citanya. Hingga sampai pada saat ini sistem demokrasi Indonesia masih sebatas demokrasi prosedural belum mencapai demokrasi secara substansial. Adapun pendidikan demokrasi di Indonesia sangat penting, karena dalam pendidikanlah warga Negara dapat mengerti, memahami, menghargai kesempatan dan tanggungjawab sebagai warga negara yang demokratis. yakni pendidikan bukan hanya sekedar memberikan pengetahun dan praktek demokrasi, tetapi juga menghasilkan warga negaranya yang berpendirian teguh, madiri memiliki sikap selalu ingin tahu, dan berpandangan jauh ke depan. Pendidikan demokrasi di Indonesia telah berjalan dengan baik dan lancar karena dalam kurikulum pendidikan nasional telah ditetapkan pengajaran tentang pendidikan demokrasi, seperti pendidikan kewarganegaraan, pendidikan demokrasi dan pancasila. Kemudian Prinsip demokrasi sejalan dengan Islam meliputi Keadilan, Musyawarah, Persamaan, Kebebasan untuk berpendapat, kedaulatan, dan demokrasi juga berarti upaya mengembalikan sistem politik yang di pratikkan Nabi dan Khalifahnya yang sempat hilang.
هبو نيملاعلا بر الله دمحلا
ادمحم نا دهشأو الله لاإ هلإلا نا دهشأو نيدلاو ايندلا رومأ ىلع نيعتسن نيعمجأ باحصأو هلا ىلعو دمحم ىلع ىلص مهللا الله لوسر
Puji dan Puja Syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya, sehingga penyusun skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Rasulullah SAW, yang harus dijadikan tauladan dalam menjalankan segala aktifitas oleh semua orang.
Skripsi yang berjudul “Hukum zakat Fitrah dengan Uang” Merupakan upaya penulis guna memahami Hukum zakat fitrah yang ditetapkan dinegara kita, sehingga tidak ada lagi kesalah pahaman kita tentang beberapa golongan pendapat orang mengenai hokum zakat fitrah dengan uang yang dianggap Ikhtilaf ulama. Skripsi ini juga merupakan tugas akhir masa menuntut ilmu di Universitas Muhammadiyah Makassar dan untuk memenuhi syarat guna mendapatkan gelar serjana strata satu syariah, tetapi bukan sebagai akhir proses menuntut ilmu.
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dari barbagai pihak, baik moril maupun materil, maka dari itu penulis perlu sampaikan ucapan terima kasih kepada :
yang diberikan menjadi amal shaleh serta diterimah oleh Allah SWT, dan semoga Allah selalu memberikan Hidayah dan taufiq, serta inayah-Nya kepada mereka.
2. Syaikh Muhammad Thoyyib Thoyyib Khoory, keluarga, para masyaikh beserta jajaran karyawan AMCF (Asia Muslim Charity Foundation) sebagai donator tetap, Jazaakumullahu khaeran.
3. Dr. Irwan Akib, M.Pd.I, Selaku rektor Universitas Muhammadiyah (UNISMUH) Makassar Sulawesi Selatan.
4. Drs. Mawardi Pewangi, M.Pd.I, Selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah (UNISMUH) Makassar Sulawesi Selatan
5. Dr. Muh. Ilham Mukhtar, Lc.MA, Selaku ketua Prodi Ahwal Syakhsiyyah Universitas Muhammadiyah (UNISMUH) Makassar Sulawesi Selatan.
6. Dr. Abbas Baco Miro, Lc.MA, dan m. Ali Bakri, M.Pd., selaku pembimbing skripsi penulis, yang dengan kesabaran membimbing dan meluangkan waktunya untuk penulis.
7. Seluruh dosen Universitas Muhammadiyah (UNISMUH) Makassar Sulawesi Selatan, Khususnya dosen-dosen di program studi Ahwal Syakhsiyyah, Jazaakumullah Khaeran jazaa atas bimbingan ilmu yang telah diberikan selama penulis menimba Ilmu di Prodi Ahwal Syakhsiyyah.
besarnya.
9. Kepada semua keluarga di Makassar yang telah membantu saya selama saya masih kuliah dan sampai saya bisa menyelesaikan kuliahku dengan baik.
10. Kepada seluruh teman-teman Angkatan ke-II prodi Ahwal Syakhsiyyah, Yaitu Muhammad Ridwan, Muhammad Nasrullah, Muhammad Riza, Muhammad Sibawai, Abdul Aziz Ramli, Muhammad Said Magun, Muhammad Arif, Fachturrahman, Ardiansyah, Ahmad Sabil, Musleh, Akbar Syam. Yang telah melangkah bersama penulis dalam petualangan asah kecerdasan dan kearifan.
Mudah-mudahan jalinan persahabatan kita tak akan pernah luntur dilekang waktu dan semoga persahabatan ini bisa terjalin sampai kapanpun dan dimanapun kita berada.
11. Kepada Seluruh teman-teman Pimpinan Komisariat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar (PIKOM IMM FAI UMM) Periode 2015-2016. Yaitu : Iyang Ebi Novita (Ketua umum), Jainal Karaing (Sekretaris umum), Riska Azizah Mukhtar (Bendahara umum), Yan Safitri (Bendahara I), Dyah Astri Eka Putri Hasyim (Bendahara II), Satri Fitra Smith (Bendahara III), Adistian (Ketua bidang Organisasi), Ridwan Malik (Ketua bidang kader), Burhanuddin (Ketua bidang Tabligh kajian dan Ke-Islaman), Mursalim (Ketua bidang Hikmah),
Siti Nurhayati (Ketua bidang Sosial Pemberdayaan Masyarakat), Said Taher (Ketua bidang Seni budaya & Olahraga), Muhammad Nawir (Sekretaris bidang Organisasi), Mursyid Fikri (Sekretaris bidang kader), Syamsumarlin B (Sekretaris bidang Tabligh kajian dan Ke-Islaman), Al-Munawwarah (Sekretaris bidang Hikmah), Muhammad Said (Sekretaris bidang Riset pengembangan & Ke-Ilmuan), Mirnawati Agus (Sekretaris bidang IMMawati), Muhammad Syaiful Haq (Sekretaris Ketua bidang Media &
Komunikasi), Kasmawati (Sekretaris bidang Eokonomi dan kewirausahaan), Nurliana (Sekretaris bidang Sosial Pemberdayaan Masyarakat), Ardiansyah (Sekretaris bidang Seni budaya & Olahraga) yang telah mewarnai hari-hari penulis dalam suka dan duka, Saudara yang tak sedarah tapi melebihi saudara.
Semoga hari-hari yang kita lewati bersama dalam aktifitas dakwah Amal ma’ruf Nahi Mungkar di nilai oleh Allah SWT sebagai amal Jariah kita, bekal di Akhirat Kelak .. Amien
Semoga amal baik mereka dibalas oleh Allah SWT dengan sebaik-baik balasan. Sungguh, hanya Allah SWT yang dapat membalas kebaikan mereka dengan sebaik-baik kebaikan. Aamiin…
Makassar, 11 Rabiul Akhir 1437 H 21 Januari 2016 M
Penulis
FADLULLAH KHAIRUDDIN
ii
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang ...1
B. Rumusan Masalah ...4
C. Tujuan dan manfaat Penelitian ...4
D. Pengertian Dan Defenisi Operasional ...4
E. Garis-garis Besar Isi ...6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...7
A. Kerangka Teoritik ...7
1. Defenisi Zakat ...9
2. Hukum zakat dan kedudukanya ...10
3. Fadhilah dan faidah zakat serta hikmah yang dikandungnya 16 4. Biografi Mazhab Fiqh...25
5. Perbedaan antar Mazhab ...42
B. Kerangka Pikir ...47
BAB III METODE PENELITIAN ...50
A. Jenis Penelitian ...50
B. Sifat Penelitian ...50
C. Pendekatan masalah ...50
D. Teknik Pengumpulan Data ...50
E. TeknikAnalisis Data ...51
DAFTAR PUSTAKA………52
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Zakat merupakan rukun Islam ketiga sebagaimana sabda Nabi Shallalahu
‘alaihi wasallam:
لاق امهنع الله يضر رمع نبا نع ملس و هيلع الله ىلص الله لوسر لاق :
ماقإو الله لوسر ادمحم نأو الله لاإ هلإ لا نأ ةداهش سمخ ىلع ملاسلإا ينب ناضمر موصو جحلاو ةاكزلا ءاتيإو ةلاصلا
Artinya:
“Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallah ‘anhuma ia berkata: Nabi Shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda ; Islam dibangun atas lima, Syahadat (persaksian) bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Syahadat (persaksian) bahwa Muhammad adalah rasul Allah Subhanahu wa Ta’ala, mendirikan Shalat, menunaikan Zakat, Haji, dan shaum Ramadhan.1[1]
Zakat menjadi perwujudan ibadah seseorang kepada Allah sekaligus sebagai perwujudan dari rasa pepedulian sosial. Dapat dikatakan, sesorang yang melaksanakan zakat dapat mempererat hubungannya kepada Allah dan sesama manusia. Dengan demikian pengabdian sosial dan pengabdian kepada Allah SWT adalah inti dari ibadah zakat. Menunaikan zakat adalah urusan individu, sebagai pemenuhan kewajiban seorang muslim.
1[1]Muhammad bin Isma’il Abu ‘Abdillah al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, (Yamamah: Dar Ibnu Katsir, 1407 H), jilid 1, hlm. 12.
Penunaian kewajiban zakat adalah urusan kepada Allah. Apabila seorang mukmin telah melaksanakan zakat, berarti ia telah beribadah dan melaksanakan kewajibannya di sisi Allah dan akan mendapat ganjaran sebagaimana yang Allah telah janjikan. Namun dalam melaksanakan kewajiban tersebut, dalam hal ini muzakki tidak dapat terlepas dari urusan bersama, karena masalah zakat berhubungan dengan masalah harta dan kepada siapa harta itu diberikan.
Allah swt. berfirman dalam Q.S. at-Taubah/9: 34.
Terjemahannya:
Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun.
Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.2
Masalah ini termasuk kajian yang banyak menjadi tema pembahasan di beberapa kalangan dan kelompok yang memiliki semangat dalam dunia Islam. Tak heran, jika kemudian pembahasan ini meninggalkan perbedaan pendapat.
Sebagian melarang pembayaran zakat fitrah dengan uang secara mutlak, sebagian memperbolehkan zakat fitrah dengan uang tetapi dengan bersyarat, dan sebagian lain memperbolehkan zakat fitrah dengan uang tanpa syarat. Yang menjadi
2 Lihat Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya (Jakarta: Yayasan Muslim Asia, 2012),h . 192
masalah adalah sikap yang dilakukan orang awam. Umumnya, pemilihan pendapat yang paling kuat menurut mereka, lebih banyak didasari logika sederhana dan jauh dari ketundukan terhadap dalil. Jauhnya seseorang dari ilmu agama menyebabkan dirinya begitu mudah mengambil keputusan dalam peribadahan yang mereka lakukan. Seringnya, orang terjerumus ke dalam qiyas (analogi), padahal sudah ada dalil yang tegas. Uraian ini bukanlah dalam rangka menghakimi dan memberi kata putus untuk perselisihan pendapat tersebut. Namun, ulasan ini tidak lebih dari sebatas bentuk upaya untuk mewujudkan penjagaan terhadap sunah Nabi dan dalam rangka menerapkan firman Allah swt. dalam Q.S. an-Nisa/4: 59.
Terjemahanya:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.3
3 Lihat Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya (Jakarta: Yayasan Muslim Asia, 2012),h . 87
Zakat hukumnya wajib sebagaimana sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam:
هيلع الله ىلص ِ َّاللَّ ُلوُس َر اَنيِف َناَك ْذِإ ُج ِرْخُن اَّنُك َلاَق ِِّى ِرْدُخْلا ٍديِعَس ىِبَأ ْنَع ملسو ْنِم اًعاَص ٍكوُلْمَم ْوَأ ٍِّرُح ٍريِبَك َو ٍريِغَص ِِّلُك ْنَع ِرْطِفْلا َةاَك َز ْوَأ ٍماَعَط
اًعاَص ْوَأ ٍريِعَش ْنِم اًعاَص ْوَأ ٍطِقَأ ْنِم اًعاَص ٍبيِب َز ْنِم اًعاَص ْوَأ ٍرْمَت ْنِم
َمَّلَكَف ا ًرِمَتْعُم ْوَأ اًّجاَح َناَيْفُس ىِبَأ ُنْب ُةَيِواَعُم اَنْيَلَع َمِدَق ىَّتَح ُهُج ِرْخُن ْل َزَن ْمَلَف َناَكَف ِرَبْنِمْلا ىَلَع َساَّنلا ْن ِم ِنْيَّدُم َّنَأ ى َرُأ ىِِّنِإ َلاَق ْنَأ َساَّنلا ِهِب َمَّلَك اَميِف
اَنَأ اَّمَأَف ٍديِعَس وُبَأ َلاَق . َكِلَذِب ُساَّنلا َذَخَأَف ٍرْمَت ْنِم اًعاَص ُلِدْعَت ِماَّشلا ِءا َرْمَس ُتْشِع اَم اًدَبَأ ُهُج ِرْخُأ ُتْنُك اَمَك ُهُج ِرْخُأ ُلا َزَأ َلاَف
Artinya:
“Dari Abu Sa’id Al-Khudriy, ia berkata : Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam masih berada di tengah-tengah kami, biasa kami mengeluarkan zakat fithrah dari setiap anak kecil dan orang dewasa, merdeka atau budak, satu sha’ makanan atau satu sha’ keju, atau satu sha’ gandum, atau satu sha’ kurma, atau satu sha’ anggur kering. Kami selalu mengeluarkannya seperti itu, hingga Mu’awiyah bin Abu Sufyan datang ke kota kami (Makkah) untuk berhajji atau ‘umrah. Dia berbicara di atas mimbar kepada kaum muslimin. Diantara pidatonya, dia mengatakan, “Aku berpendapat, bahwa dua mud gandum Syam nilainya sebanding dengan satu sha’ kurma. Maka orang-orang pun berpegang pada pendapat itu. Abu Sa’id berkata, “Sedangkan aku tetap mengeluarkan seperti dulu, selamanya sepanjang hidupku4[2]”.
Dari hadits diatas terjadi perbedaan antara Muawiyah dan Abu Sa’id al- Khudri, Mu’awiyah mengatakan bahwa “2 mud gandum sama dengan 1 sha’ kurma,
4[2]Abu al-Husain Muslim bin Muslim al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim, (Beirut: Dar al-Jail, t.t), Jilid 3, hlm. 69.
1 sha’ sama dengan 4 mud”. Sedangkan Abu Sa’id tidak membedakan baik itu gandum, kurma, keju, kismis sesuai dengan apa yang di tetapkan Nabi Shallallahu
‘alaihi wasallam.
Itulah perbedaan para sahabat sepeninggal Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, mengenai takaran zakat, mereka tidak bisa disalahkan karena tidak mengurangi takaran itu sendiri, selain itu Mu’awiyyah dan Abu Sa’id adalah seorang Sahabat.
Di zaman modern sekarang ini permasalahan zakat semakin berkembang, bukan hanya mengenai takaran tetapi mengenai bahan makanan, yang di ganti dengan uang. Meskipun hal ini pernah terjadi di kalangan tabi’u tabi’in bahkan tabi’in.
Hasan al-Bashri adalah seorang tabi’in, beliau salah satu yang membolehkan dengan uang seperti ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz:
ِدْبَع ِنْب َرَمُع ُباَتِك اَنَءاَج : َلاَق ، َة َّرُق ْنَع ، ٌعيِك َو اَنَثَّدَح ِةَقَدَص يِف ِزي ِزَعْلا
ٍمَه ْرِد ُفْصِن ُهُتَميِق ْوَأ ، ٍناَسْنإ ِِّلُك ْنَع ٍعاَص ُفْصِن : ِرْطِفْلا
Artinya:
Telah menceritakan kepada kami Waki’ dari Qurah dia berkata: telah datang kepada kami kitab ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz tentang Zakat Fitrah setengah sha’ dari setiap manusia sama dengan menetapkannya setengah Dirham5[3].
Kemudian Hasan al-Bashri mengatakan :
َيِطْعُت ْنَأ َسْأَب َلا : َلاَق ، ِنَسَحْلا ِنَع ، ٍماَشِه ْنَع ، َناَيْفُس ْنَع ، ٌعيِك َو اَنَثَّدَح ِرْطِفْلا ِةَقَدَص يِف َمِها َرَّدلا
5[3]Abu Bakar ‘Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah, Mushannaf Ibnu Abi Syaibah, jilid 3, hlm. 174.
Artinya:
Telah bercerita kepada kami Waki’ dari Sufyan dari Hisyam dari Hasan al-Bashri ia berkata : Tidak mengapa menggunakan Dirham untuk Zakat Fitrah6[4].
Itulah alasan/hujjah bagi orang yang membolehkan zakat fitrah dengan uang atas dasar penetapan Khalifah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz. Tetapi ulama yang lainnya tidak sepakat dengan pernyataan Khalifah tersebut. Banyak ulama yang tidak sependapat dengan beliau (‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz, diantaranya:
1. Imam Maliki 2. Imam Al-Syafi’
3. Imam Ahmad bin Hanbal 4. Imam al-Syaukani
5. Syaikh Bin Baz 6. Syaikh Jabir al-Jaziri.
Abu Daud mengatakan tentang gurunya yaitu Imam Ahmad:
َليِق ُفاَخَأ : َلاَق ِرْطِفْلا ِةَقَدَص يِف يِنْعَي َمِها َرَد يِطْعُأ : ُعَمْسَأ اَنَأ َو َدَمْحَ ِلِ
. َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُ َّاللَّ ىَّلَص ِ َّاللَّ ِلوُس َر ِةَّنُس ُف َلا ِخ ُهَئ ِزْجُي َلا ْنَأ
Artinya:
“Imam Ahmad ditanya dan aku pun menyimaknya. Beliau ditanya oleh seseorang, “Bolehkah aku menyerahkan beberapa uang dirham untuk zakat fithri?” Jawaban Imam Ahmad, “Aku khawatir seperti itu tidak sah.
6[4]Ibid
Mengeluarkan zakat fithri dengan uang berarti menyelisihi perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam”7[5].
Perbedaan-perbedaan di atas menunjukan bahwa masalah fiqhiyyah ini sangat luas dan tidak terbatas selama pendapat tersebut kuat dan bisa diterima. Terlepas dari perbedaan para ulama mengenai Shalat Zakat fitrah, maka disini penulis bermaksud mengadakan penelitian terhadap hadis-hadis tentang Zakat fitrah itu sendiri, karena pentingnya masalah tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hukum Zakat fitrah dengan Uang?
2. Bagaimana sikap yang seharusnya diambil masyarakat tentang pemahaman Ulama tentang Zakat fitrah dengan Uang?
3. Adakah Mashlahat al-Murshalah?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan yang ingin di capai oleh penulis dalam penulisan paper ini berdasarkan rumusan masalah diatas adalah :
1. Untuk mengetahui hukum zakat fitrah dengan uang.
7[5]Abu al-Hasan ‘Ubaidillah bin Muhammad ‘Abdussalam bin Khani Muhammad bin Amanallah bin Hisamuddin al-Rahmani al-Mubarakfuri, Mar’atu al- mafatih Syarah Misykatu al-Mashabih, (Banaris al-Hindi: Jami’ah al-Salafiyyah, 1404 H), jilid 6, hlm. 202.
2. Untuk mengetahui kondisi Mashlahat dan madharatnya zakat fitrah dengan uang.
Adapun Kegunaan penelitiaan ini Adalah :
1. Untuk menjawab syubhat-syubhat atau keraguan mengenai hukum zakat fitrah dengan uang.
2. Untuk Memberikan sebuah pengetahuan, pemahaman, serta kesimpulan umat islam mengenai permasalahan tersebut.
1. Kegunaan Teoritis
Untuk memberikan konstribusi positif terhadap masyarakat bagaimana seharusnya kita mengambil sikap tentang pengamalan ikhtilaf ini
2. Kegunaan Praktis a. Bagi lembaga
Sebagai bahan pemahaman untuk ketercapaian program-program yang dijalankan (khususnya di dalam mata pelajaran Fiqh zakat)
b. Bagi Mahasiswa
Sebagai tambahan ilmu tetang zakat yang belum dipahami secara menyeluruh terutama zakat fitrah dengan Uang
c. Bagi peneliti
Sebagai tambahan wawasan bagi peneliti dan harapan pastinya hasil penelitian bisa dijadikan sebagai referensi bagi peneliti berikutnya
D. Pengertian dan Defenisi Operasional
Untuk menghindari terjadinya kesalah fahaman tentang Hukum zakat fitrah dengan Uang yang terkandung dalam judul penelitian ini, maka perlu peneliti memberikan pengertian terhadap beberapa istilah yang berkaitan dengan judul. Yaitu Hukum, zakat fitrah dan Uang yang berkaitan dengannya.
1. Hukum adalah peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat.8 2. Zakat fitrah ialah Jumlah harta tertentu berupa bahan makanan pokok (beras,
gandum, dsb) yang harus di berikan pada akhir bulan yang wajib di keluarkan oleh orang yang beragama islam dan di berikan kepada golongan yang berhak menerimannya.9
3. Uang ialah Harga uang, standar pengukuran nilai atau kesatuan nilai yang sah.10
Berdasarkan pengertian judul yang telah dikemukakan di atas maka secara operasional bahwa Hukum zakat fitrah adalah kewajiban yang telah ditetapkan serta jumlah, dan waktu yang di tetapkan pula. Sedanglan Nilai uang yang menjadi permasalahan dalam pelaksanaan zakatnya itu yang sebahagian orang belum paham.
Jadi dari pemaparan diatas peneliti mencoba mengkaji permasalahan yang belum dipahami kebanyakan masyarakat tentang Hukum zakat fitrah dengan Nilai uang
8Kamus besar bahasa Indonesia hu-kum.
9Kamus besar bahasa Indonesia za-kat fit-rah.
10Kamus besar bahasa Indonesia ni-lai uang.
yang sesuai dengan Al-quran dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam serta pendapat para ulama.
E. Garis-garis Besar Isi
Untuk memudahkan dalam mengkaji dan memahami masalah yang dibahas dalam skripsi ini, maka susunan sistematikannya sebagai berikut;
BAB I: Pendahuluan; Latar belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan manfaat penelitian, , Pengertian dan Defenisi operasional dan Garis- garis besar isi.
BAB II : Tinjauan Pustaka; Kerangka Teoritis, Defenisi Zakat, pengertian zakat BAB III: Gambaran Umum Penelitian; Metode penelitian, Jenis Penelitian, sifat
penelitian, Pendekatan masalah, Pengumpulan Data dan Analisis Data.
BAB IV: Hasil Penelitian; Hukum zakat fitrah dengan Uang Menurut Al-quran, Hadits-hadits dan pendapat para Jumhur Ulama.
BAB V: Penutup; Kesimpulan dan Saran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teoritik
Dalam rangka teoritik ini peneliti memberikan gambaran tentang makna judul diatas yaitu Hukum zakat fitrah dengan Uang. Apakah boleh mengeluarkan zakat fitrah dengan Uang atau harus dengan makanan pokok yang sesuai dengan syari’at atau tidak karena tidak dipungkiri, masalah ini masih banyak diperselisihkan terutama masyarakat awwam yang belum paham banyak tentang zakat fitrah dengan Nilai, bahkan diberbagai daerah ada beberapa kubu daerah yang membolehkan zakat fitrah dengn uang dan ada yang membolekan zakat fitrah dengan bahan pokok dan tidak memperbolehkan zakat fitrah dengan Uang
Pertama peneliti akan memaparkan secara ringkas tentang zakat, Zakat artinya sebagaimana yang dijelaskan dalam lisanul arab adalah : Zakat berasal dari kata mashdar dari zaka sya’iun ءيش اكز yang berarti tumbuh, apabila sesuatu itu tumbuh dan berkembang. Zakat adalah keberkahan, pertumbuhan, kesucian dan perbaikan6
6 Al-Mu’jam al-Wasith (1/398)
Zakat menurut syar’I, adalah bagian yang telah ditetapkan pada harta tertentu, waktu tertentu, yang diserahkan kepada pihak-pihak tertentu pula. Bagian yang dikeluarkan dari harta ini dinamakan zakat, karena zakat tersebut akan menambah keberkahan dari harta yang dikeluarkan zakatnya dan melindunginya dari mala petaka.7 Demikian pula zakat akan mensucikan jiwa orang yang mengeluarkannya,8 yang semakna dengannya
1. Defenisi Zakat
Zakat, menurut bahasa, adalah mashdar dari zaka sya’iun ءيش اكز
apabila
sesuatu itu tumbuh dan berkembang. Zakat adalah keberkahan, pertumbuhan, kesucian dan perbaikan.9
Zakat menurut syar’I, adalah bagian yang telah ditetapkan pada harta tertentu, waktu tertentu, yang diserahkan kepada pihak-pihak tertentu pula. Bagian yang dikeluarkan dari harta ini dinamakan zakat, karena zakat tersebut akan menambah keberkahan dari harta yang dikeluarkan zakatnya dan melindunginya dari mala petaka.10 Demikian pula zakat akan mensucikan jiwa orang yang mengeluarkannya,11 yang semakna dengannya
Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala : QS. At-Taubah 103
7Al-Majmu’, imam an-Nawawi (V/324) 8 Majmu’ al-Fatawa (XXV/8)
9Al-Mu’jam al-Wasith (I/398)
10 Al-Majmu’, imam an-Nawawi (V/324)
11 Majmu’ al-Fatawa (XXV/8)
Terjemahanya:
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan12 dan mensucikan13 mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
2. Hukum Zakat dan kedudukannya
Hukum Zakat adalah Fardhu ‘ain bagi setiap orang yang telah memenuhi syarat-syarat wajib zakat. zakat merupakan kewajiban yang diperintahkan Allah kepada aetiap Muslim yang memiliki harta yang telah mencapai Nishab dengan syarat-syarat tertentu, Kewajibannya di tetapkan berdasarkan al-Quran, as-Sunnah dan Ijma’ para ulama.
Adapun dalam al-Quran, sungguh banyak ayat yang mewajibkan zakat dan yang membicarakanya. Bahkan zakat ini selalu disandingkan dengan shalat di delapan puluh ayat. Di antaranya adalah firman Allah swt berfirman:
Q.S.al-Baqarah 2/110
12Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda
13 Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan harta benda mereka.
Terjemahanya:
Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.
Allah swt. berfirman: Q.S at-Taubah 9/103
Terjemahanya:
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan14 dan mensucikan15 mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.
Allah swt berfirman memberikan ancaman keras terhadap orang yang kikir untuk mengeluarkannya. Allah swt berirman: Q.S. at-Taubah 9/34-35
14 Maksudnya: zakat itu membersihkan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebih-lebihan kepada harta benda
15 Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan memperkembangkan harta benda mereka.
Terjemahanya:
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu."16
Fiman-Nya : QS. Al-Baqarah 2/267
16 Lihat Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya (Jakarta: Yayasan Muslim Asia, 2012),h . 192
Terjemahanya:
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.17
Shahih dari ibnu Umar dan Jabir bin Abdullah Radiyallahu ‘anhum, keduanya berkata “Harta yang dikeluarkan zakatnya tidak termasuk harta simpanan.” 18 dengan dua sanad yang shahih. Sedangkan dalam as-Sunnah telah mnegaskan kewajiban zakat ini. Diriwayatkan dari ibnu Abbas Radhiallahu anhumaa, ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu anhu ke Yaman, beliau berkata:
داف باتكلا لهأ نم اموق يتأت كنإ ةداهش ىلإ مهع
ينأو الله لاإ هلإ لا نأ
سمخ مهيلع ضرتفا الله نأ مهملعأف كلذل اوعاطأ مه نإف الله لوسر ضرتفا الله نأ مهملعأف كلذل اوعاطأ مه نإف ةليلو موي لك يف تاولص ف مهئارقف يف درتف مهئاينغأ نمذخؤت ةقذص مهيلع كايإف كلذل اوعاطأ مه نإ
مئاركو ا ةوعد قتاو مهلاومأ
باجح الله نيبو اهنيب سيل هنإف مولظمل
Artinya:
“Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum dari ahli kitab, maka ajaklah mereka untuk mengucapkan kalimat syahadat bahwa sanya tidak ada Ilah yang berhak di Ibadahi kecuali Allah dan bahwasanya aku adalah utusan Allah. Jika mereka menaatimu, maka ajarkan pada mereka bahwa Allah Subhanahu Wata’ala mewajibkan pada mereka shalat lima waktu sehari semalam. Jika mereka menaatimu, maka ajarkan pada mereka bahwa Allah Subhanahu Wata’ala mewajibkan pada meraka zakat pada harta mereka
17 Lihat Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya (Jakarta: Yayasan Muslim Asia, 2012),h . 45
18 Mushannaf Abdurrazzaq (IV/107)
yang di ambil dari orang-orang kaya dan diserahkan kepada kaum kafir. Jika mereka menaatimu, maka hindarilah dari mengambil harta-harta kesayangaan meraka, dan hindarilah doa orang yang terzhalimi, karena tidak ada hijab antara doanya dengan Allah .” 19
Kewajiban zakat ini menjadi ijma’ dan tidak ada seorang pun yang menyelisihinya, sejak zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam hingga sekarang ini.
Adapun kedudukan zakat dalam agama: Zakat adalah salah satu dari lima rukun Islam. Zakat adalah pilar ketiga dari agama islam setelah syahadatain dan shalat, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
نأو الله لاإ هلإ لا نأ ةداهش :سمخ يلع ملاسلا ينب , الله لوسر ادمحم
ناضمر موصو تيبلا جحو ,ةاكزلا ءاتيإو ,ةلاصلا ماقإو نمل تيبلا جحو
لايبس هيلإ عاطتسا
Artinya:
“Islam dibangun di atas lima perkara: Bersaksi Bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah dan Bahwa Muhammad adalah Utusan Allah (syahadatain), Mendirikan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan haji ke Baitullah dan menjalankan berpuasa Ramadhan, dan pergi haji ke Baitullah bagi yang mampu melakukannya.”20
Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil baiat atas para sahabatnya untuk mengeluarkan zakat.
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku membaiat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menegakkan shalat, mengeluarkan zakat dan memberikan nasihat kepada setiap muslim.”21
19 Shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari (1496) dan Muslim (19)
20Shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari (8) dan Muslim (16)
21 Shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari (8) dan Muslim (56)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam juga memerintahkan untuk memerangi orang yang menolak membayar zakat.
Diriwayatkan dari ibnu Umar Radhiyallahu anhumaa, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda;
لاإ هلإ لا نأ اودهشي ىتح سانلا لتاقأ نأ ترمأ الله لوسر ادمحم نأو الله
ةاكزلا اوتؤيو ةلاصلا اوميقيو .
Artinya:
“ Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwasanya tidak ada Ilah yang berhak diibadahi melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan shalat, mengeluarkan zakat. . .”22
3. Fadhilah dan faidah zakat serta hikmah yang terkandung di dalamnya 1. Mengeluarkan zakat merupakan salah satu sifat orang-orang yang
berbakti (al-Abrar) dan penghuni syurga. Allah swt, berfirman: Q.S.
Adz-Dzariyat 51/15-19
22 Shahih , diriwayatkan oleh al-Bukhari (25) dan Muslim (22)
Terjemahanya:
Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa itu berada dalam taman- taman (syurga) dan mata air-mata air, sambil menerima segala pemberian Rabb mereka. Sesungguhnya mereka sebelum itu di dunia adalah orang-orang yang berbuat kebaikan. di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam.
dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.dan pada harta- harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian23.24
2. Mengeluarkan zakat adalah salah satu sifat kaum mukminin yang berhk mendapatkan rahmat Allah. Allah Subhanahu wata’ala berfirman: QS. At-Taubah 71
Terjemahanya:
Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul- Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.25
23 Orang miskin yang tidak mendapat bagian Maksudnya ialah orang miskin yang tidak meminta-minta
24 Lihat Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya (Jakarta: Yayasan Muslim Asia, 2012),h .521
25 Lihat Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya (Jakarta: Yayasan Muslim Asia, 2012),h .198
3. Allah Subhanahu wata’ala akan mengembangkan dan menyuburkan harta zakat bagi orang yang mengeluarkannya. Allah swt. berfirman Q.S. al-Baqarah 2/276
Tejemahanya:
Allah memusnahkan Riba dan menyuburkan sedekah26. dan Allah tidak menyukai Setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa27.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
قدصت نم اهلبقتي الله نإو بيطلا لاإ الله لبقي لاو بيط بسك نم ةرمت لدعب
لبجلا لثم نوكت ىتح هولف مكدحأ يبري امك هبحاصل اهيبري مث هنيميب
Artinya:
“Barangsiapa bersedekah dengan setangkai kurma dari usaha yang baik, dan Allah Subhanahu wata’ala tidak akan menerima kecuali dari harta yang baik, niscaya Allah akan menerimannya dengan tangan kanan-Nya kemudian mengembangkannya untuk pemiliknya, sebagaimana salah seorang dari kalian membesarkan anak untanya hingga seperti bukit.”28 Allah akan menaungi (melindungi) orang yang mengeluarkan zakat dari panasnya Hari kiamat kelak.
Dalam sebuah hadits riwayat Abu Huraira Radhiyyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
26 Yang dimaksud dengan memusnahkan Riba ialah memusnahkan harta itu atau meniadakan berkahnya. dan yang dimaksud dengan menyuburkan sedekah ialah memperkembangkan harta yang telah dikeluarkan sedekahnya atau melipat gandakan berkahnya
27 Maksudnya ialah orang-orang yang menghalalkan Riba dan tetap melakukannya
28Shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari (1410) dan Muslim (1014)
ةعبس :ملسو هيلع الله ىلص الله لوسر لاق لظ لا موي ,هلظ يف الله مهلظي
علا ماملإا ,هلظ لاإ يف قلعم هبلق لجرو هبر ةدابع يف أشن باشو ,لدا
هتبلط لجرو ,هيلع اقرفتو هيلع اعمتجا ,الله يف باحت نلاجرو ,دجاسملا قفنتام هلامش ملعت لا ىتح ,ىفخأ قدصت لاقف ,لامجو ,بصنم تاذ ةأرما .هانيع تضافف ,ايلاخ الله ركذ لجرو ,هنيمي
Artinya:
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya .(Naungan Allah Subhanahu wata’ala ini dapat diartikan secara sebenarnya yaitu naungan dari
‘arsyi Tuhannya, tetapi dapat juga ditafsirkan sebagai kinayah yaitu dalam lindungan Allah Subhanahu wata’ala dan ditempatkan ditempat yang mulia) pada hari yang tiada naungan kecuali naungan (dari)-Nya: Imam yang adil, pemuda yang taat beribadah hanya kepada Allah Subhanahu wata’ala sebagai Tuhannya, Pemuda yang hatinya selalu terpaut untuk ke Masjid, Pemuda yang saling mencintai karena Allah dan berpisah karena Allah Subhanahu wata’ala, Pemuda yang di ajak oleh seorang wanita yang perpangkat, nasab dan lagi kaya/cantik untuk berbuat maksiat lalu menolaknya karena takut kepada Allah, kemudian seseorang yang besedekah sehingga tangan kirinya tidak mengetahui jika tangan kanannya bersedekah, seorang yang berzikir kepada Allah dikala sendiri hingga meleleh air matanya (Meleleh air matanya, meksudnya ialah karena ingatnya memusat betul-betul kepada Allah Subhanahu wata’ala,, berasa banyak dosa yang dilakukan, juga karena ia amat rindu untuk segera bertemu denganNya dalam keadaan diredhai olehNya) Basah karena menangis.”29
Zakat membersihkan harta dan mengembangkannya, serta membuka pintu- pintu rizki bagi pelakunya.
Allah swt. berfirman :Q.S. Saba 34/39
29Shahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari (660) Hadits no 620 dan Muslim (1031)
Terjemahanya:
Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, Maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezki yang sebaik- baiknya.30
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
Dari Abu Huraira Radhiyallahu anhu, Allah Ta’ala berfirman: Berinfaklah wahai anak Adam, niscaya ada yang berinfak kepadamu.31
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu. Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
Harta tidak akan berkurang karena shadaqah. Allah pasti akan menambah kemuliaan seseorang yang suka memaafkan. Juga tidaklah seorang itu merendahkan diri karena Allah, melainkan ia akan diangkat pula derajatnya oleh Allah ‘Azza wajalla.32
Dari Abu Kabsyah, yaitu Umar Ibn Sa’ad al-anmari Radhiyallahu anhum.
Bahwasanya ia mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alai wasallam bersabda :
30 Lihat Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahanya (Jakarta: Yayasan Muslim Asia, 2012),h .428
31 (Muttafaqun ‘alaih) Hadits sahih, diriwayatkan oleh al-Bukhari, hadits no. 4316, 4933, 6862 dan 6942: Muslim, hadits no. 1658 dan 1659; al-Tirmizi, hadits no. 2971; Ibnu Majah, hadits no.
193; Ahmad, hadits no. 6993, 7793, 7806, 9606 dan 10096.
32(HR Muslim)
Hadits sahih, diriwayatkan oleh Muslim, hadits no. 4689 al-Tirmizi, hadits no. 1952; Ibnu Majah, hadits no. 193; Ahmad, hadits no. 6908, 8647 dan 9258; Malik, hadits no. 1590; al-Darimi, hadits no.
1614.
Ada tiga perkara yang aku bersumpah atasnya dan aku memberitahukan kalian suatu hadits, maka peliharalah: Tidaklah berkurang harta seorang karena shadaqah, tidaklah seorang hamba didzalimi dengan suatu kedzaliman dan ia bersabar, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya, juga tidaklah seorang hamba membuka pintu permintaan, melainkan Allah akan membuka untuknya pintu kemiskinan,
Atau abda beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam. Merupakan kalimat lain yang senada dengan uraian di atas.
Sesungguhnya dunia ini untuk empat macam golongan, yaitu: seorang hamba yang dikaruniai rezki oleh Allah berupa harta dan ilmu pengetahuan, kemudian ia bertaqwa kepada Tuhannya dan mempererat tali kekeluargaan serta mengetahui haknya Allah dalam apa yang dimilikinya itu, maka ini adalah kedudukan terbaik, juga seorang hamba yang di karuniai ilmu pengetahuan tetapi tidak di karuniai harta, dan ia jujur dengan niatnya ketika berkata: seandainya aku mempunyai harta, niscaya aku akan melakukan sebagaimana yang dilakukan di Fulan itu, maka orang tadi karena keniatannya, pahalanya sama dengan orang yang akan dicontohnya.
Ada pula seorang hamba yang dikaruniai harta tetapi tidak dikaruniai ilmu pengetahuan, ia tersesat dengan hartanya itu tanpa ilmu, ia tidak bertaqwa kepada Tuhannya, dan tidak menyambung sanak Familinya, bahkan tidak pula mengetahui hak Allahh dalam hartanya itu. Inilah seburuk-buruknya kedudukan, juga seorang hamba yang tidak dikaruniai harta dan tidak pula ilmu pengetahuan, lalu ia berkata:
Seandainya aku mempunyai harta, pastilah aku akan berbuat sebagaimana perbuatan si Fulan. Itulah niatnya, maka dosa keduanya sama.33
4. Zakat adalah sebab turunya berbagai kebaikan, dan menolak membayar zakat adalah sebab terhalangnya berbagai kebaikan. Dalam hadits disebutkan :
Artinya:
“Tidaklah suatu kaum menahan zakat harta mereka melainkan mereka dihalangi mendapatkan hujan dari langit. Seandainya bukan karena hewan ternak, niscaya mereka tidak akan mendapat hujan.”34
5. Zakat menghapuskan dosa dan kesalahan.
Dalam hadits Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda :
“Sedekah dapat memadamkan kesalahan sebagaimana air dapat memadamkan api.”35 Zakat adalah bukti kebenaran iman pelakunya. Sebab harta itu dicintai oleh jiwa, dan suatu yang dicintai tidaklah dikeluarkan kecuali karena menharapkan sesuatu yang dicintai yang semisalnya atau lebih, bahkan yang lebih banyak daripada itu. Oleh karena itu, zakat disebut “shadaqah”, karena ia menunjukkan kejujuran pelakunya dalam mencari ridha Allah Subhanahu wata’ala.36
33 Diriwayatkan oleh al-Tirmizi dan beliau berkata bahwa ini adalah Hadits hasan sahih. Hadits sahih, diriwayatkan oleh al-Tirmizi, hadits no. 2247. Beliau berkata : Hadits ini Hadits hasan sahih. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ibn Majah, hadits no. 4218 dan Ahmad, hadits no. 17339
34 Ibnu Majah (4019) dan selainya. Syaikh al-Albani menshahihkanya dalam ash-Shahihah (105) dengan syawahid
35At-Thirmizi (609), an-Nasa’I dalam al-Kubra (11394), Ibn Majah (3973) dan Ahmad (V/531)
36 Syarh al-Mumti’ (VI/12)
Zakat membersihkan akhlak orang yang mengeluarkannya dan melapangkan dadanya.
Zakat menegeluarkan pelakunya dari golongan orang-orang bakhil dan memasukkannya kedalam golongan orang-orang yang dermawan. Zakat akan melapangkan dadanya; karena jika seseorang mengeluarkan zakat hartanya, dengan kerelaan dan kemurahan hatinya, maka ia akan meresakan kelapangan dalam jiwanya.37
Zakat akan menjaga harta dan melindunginya dari perhatian orang-orang fakir dan jamahan tangan orang-orang yang jahat.
6. Zakat dapat membantu orang-orang fakir dan orang-orang yang membutuhkan. Yaitu menggandeng tangan mereka untuk memulai usaha baru dan semangat baru, jika mereka orang-orang yang mampu, dan membantu mereka menjalani hidup yang mulia, jika mereka orang-orang yang lemah. Zakat melindungi masyarakat dari penyakit kemiskinan, dan melindungi Negara dari kemerosotan dan kelemahan. 38
7. Zakat adalah partisipasi seorang Muslim dalam menunaikan kewajiban sosialnya guna menopang Negara islam, dengan memberikanya ketika dibutuhkan, mempersiapkan pasukan, menolak serangan musuh, dan membantu kaum kafir hingga berkecukupan.39
37 Zadul Ma’ad, Ibnu al-Qayyim (II/25)
38 Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu (II/732)
39 Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu (II/732)
8. Zakat adalah bentuk ucapan syukur akan nikmat harta.40
4. Hukum menolak membayar zakat dan hukuman bagi pelakunya
Para ulama bersepakat, barangsiapa yang meningkari kewajiban zakat, maka ia kafir berdasarkan ijma’, karena ia mendustakan al-Quran dan as-Sunnah, serta mengingkari suatu perkara yang sedah diketahui secara mendasar dalam agama.41
Adapun barangsiapa yang mengakui kewajibanya tetapi menolak untuk membayarnya: Diriwayatkan dari Imam Ahmad behwa ia berkata,
“orang yang tidak membayar zakat karena bakhil adalah kafir, seperti orang yang meninggalkan shalatkarena malas.” Sebahagian hanabila menguatkan riwayat ini.42 Mereka berdalil dengan firman Allah Subhanahu wata’ala
Terjemahanya:
“Jika mereka bertaubat, mendirikan shalat dan menunaikan zakat, maka (mereka itu) adalah saudara-saudaramu seagama.” (at-Taubah 11)
40 Adz-Dzakhirah, al-Qurafi (III/7)
41 Al-Mughni (II/572) dan al-majmu (V/334)
42 Syarh al-kabir ma’a al-Inshaf (III/43), al-Mabda’ (I/308) dan Syarh al-Mumti’ (VI/7)
Mereka mengatakan, persaudaraan dalam agama tidak dinafikkan kecuali dengan keluarnya seseorang dari agama. Allah Subhanahu wata’ala menetapkan persaudaraan atas tiga kriteria ini: taubat dari syirik, menegakkan shalat, dan menunaikan zakat
Sementara jumhur ulama berpendapat, orang yang menolak zakat karena bakhil, tanpa mengingkari kewajibanya, maka ia telah melakukan salah satu dosa besar, dam mendapatkan ancaman yang sangat keras berupa adzab yang sangat pedih di hari kiamat. Tetapi, dengan hal ini, ia tidak keluar dari agama selama masih mengakui akan kewajibanya.
Inilah pendapat yang benar dan didukung oleh hadits abu hurairah Radhiyallahu ‘anhu menyebutkan hukuman bagi orang yang menolak zakat emas dan perak, setelah itu beliau bersabda:
“Kemudian diperlihatkan jalanya: apakah ke surga atau ke neraka.”43
Seandainya ia kafir, sudah pasti tidak ada jalan baginya menuju ke surge.
Wallahu ‘alam.
Adapun hukuman bagi rang yang menolak membayar zakat di dunia ada dua:
Qadariyah dan Syar’iyyah.
Hukuman yang bersifat qadariah44 ialah Allah menimpakan bencana kepada setiap orang yang bakhil untuk mengeluarkan hak Allah dan hak kaum kafir pada
43 Shahih, diriwayatkan oleh muslim
44 Fiqh Az-Zakah (1/92)
hartanya dengan kelaparan dan keringanan. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu
‘alaihi wasallam:
لاإ ةاكزلا موق عنم امو تينسل اب الله مه لاتبا
Artinya:
”Tidaklah suatu kaum menolak memebayar zakat, melainkan Allah akan menimpakan bencana pada mereka dengan musibah paceklik.”45
Dalam riwayat lain:
رتقلا مهنع سبح لاإ
Artinya:
Melainkan hujan ditahun dari mereka (sehingga tidak turun)
a. Apabila orang yang menolak membayar zakat itu dalam genggaman penguasa, maka zakat ditarik darinya secara paksa, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka menyatakan: Tiada Ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah. Jika mereka telah mengatakannya, maka terpeliharahlah dara dan harta mereka, kecuali dengan haknya, dan hisab mereka diserahkan kepada Allah.”
Diantara hak islam adalah zakat. Abu bakar radhiyallahu ‘anhu berkata dihadapan para sahabat, “Zakat adalah hak harta. Demi Allah, jikalau mereka menolak menyerahkan kepadaku seekor unta yang mereka dulu serahkan kepada
45 Diriwayatkan oleh at-Thabrani dalam al-ausath (4557), al-hakim (II/136), al-baihaqi (III/346), dan dihasankan oleh syaikh al-albani.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, Niscaya aku akan memerangi mereka karena menahannya. . .”46
b. Adapun apabila orang yang menolak membayar zakat ini diluar genggaman penguasa, maka penguasa boleh memeranginya, karena para sahabat memerangi orang-orang yang menolak membayar zakat.
Adapun hukuman bagi orang yang menolak membayar zakat diakhirat, maka nash telah mensinyalir hal itu. Di antaranya:
Firman Allah Suabhanahu wata’ala:
46 Shahih, diriwayatkan oleh Bukhari (1399) dan muslim (20)
Terjemahannya:
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar- benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,
pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu."47
B. Uang
1. Sejarah Uang
Pada awalnya, dahulu manusia sama sekali belum mengenal pertukaran barang (barter) apalagi uang, Sistem barter digunakan cukup lama, berabad-abad.
Hingga akhirnya kehidupan manusia makin kompleks sehingga adakalanya sistem barter menghadapi kendala seperti sulitnya ketemu dua orang yang mempunyai barang yang mau ditukarkan satu sama lain. Misal: Si A punya buah dan butuh ikan, ketemunya si B yang punya ikan tapi butuhnya bukan buah, tapi pakaian.
Menghadapi masalah seperti diatas, maka manusia memikirkan lagi hingga menemukan solusi yaitu menggunakan benda-benda tertentu sebagai alat tukar.
47 Q.S at-Taubah 34-35