• Tidak ada hasil yang ditemukan

KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI HUTAN RAKYAT

HUTAN RAKYAT

Karakteristik sosial ekonomi rumah tangga yang dianalisis adalah tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat penguasaan lahan, dan ukuran rumah tangga. Responden penelitian ini berjumlah 30 rumah tangga dengan total anggota rumah tangga 121 orang.

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan dilihat dari pendidikan terakhir seluruh anggota rumah tangga responden. Jumlah anggota rumah tangga responden yang berpendidikan terakhir SD atau SMP adalah 57 orang, pendidikan terakhir SMA atau perguruan tinggi hanya berjumlah 39 orang, dan 25 orang tidak atau belum sekolah. Rata- rata pendidikan rumah tangga responden tergolong “sedang”. Sebelas rumah tangga tergolong “tinggi”, 16 tergolong “sedang” dan 3 masih “rendah”.

Tabel 12 Hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat ketahanan pangan rumah tanggaa

Tingkat ketahanan pangan rumah tangga

Tingkat pendidikan

Rendah Sedang Tinggi n % n % n % Rendah 0 0 2 12,5 0 0 Sedang 3 100 12 75 5 45,5 Tinggi 0 0 2 12,5 6 54,5 Total 3 100 16 100 11 100 a

Diolah dari hasil kuesioner penelitian lapangan

Tabel 12 menunjukkan kecenderungan adanya hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat ketahanan pangan rumah tangga. Hal tersebut didukung dengan hasil uji statistik. Hasil pengukuran Rank Spearman [lihat Lampiran 6] menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan tingkat ketahanan pangan rumah tangga. Hubungan tersebut ditunjukkan dengan adanya hubungan positif sebesar 0,465 dan berhubungan nyata sebesar 0,010, artinya hipotesis diterima karena 0,01 < 0,05. Angka 0,05 merupakan standar kesalahan yang ditetapkan oleh peneliti.

Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka semakin tinggi pula pengetahuan rumah tangga mengenai pangan dan hal-hal yang berhubungan dengannya seperti cara meningkatkan produksi pangan, cara mengelola pangan, asupan gizi, cara menjaga kesehatan, dan lain-lain. Tingkat pendidikan juga berhubungan dengan pekerjaan yang akan berdampak pada pendapatan. Ibu ASD misalnya, seorang lulusan S2 dan bekerja di kantor departemen agama dengan gaji Rp4.500.000 tiap bulan. Keluarga ibu ASD rutin mengonsumsi susu.

34

“... Susu rutin neng tiap hari. Kalau airnya ya beli aqua galon, soalnya air disini kan susah, paling buat mandi sama nyuci aja ...”

Selain rajin mengonsumsi susu, ibu ASD juga selalu memilih bahan pangan yang bergizi. Menurutnya banyak informasi mengenai gizi yang ia dapatkan dari teman-teman di lingkungan kerjanya seperti cara memasak sayuran yang benar, dan sebagainya. Berbeda dengan ibu ASD, ibu NNG kurang memiliki pengetahuan tentang pentingnya asupan gizi. Bagi dia yang penting adalah makan, apapun makanannya. Bahkan walaupun sedang memiliki uang cukup dia lebih memilih untuk makan hanya dengan nasi berlauk opak saja.

Tingkat Pendapatan Rumah Tangga

Petani hutan rakyat bukan merupakan profesi tunggal. Mereka memiliki pekerjaan lain seperti menjadi petani padi sawah, guru, pedagang, karyawan, dan sebagainya Jumlah pendapatan tiap rumah tangga responden juga beragam bergantung pada jenis pekerjaan lainnya karena hutan rakyat tidak menjadi pekerjaan utama mereka. Rata-rata pendapatan rumah tangga dari 30 responden adalah Rp2.626.200 atau sudah lebih tinggi dibandingkan dengan UMR Kabupaten Sukabumi yang hanya sebesar Rp1.201.000. Petani hutan rakyat hampir semuanya berasal dari kalangan menengah ke atas. Rata-rata pendapatan rumah tangga memiliki skor adalah “sedang” dengan rincian 5 “tinggi”, 3 “rendah” dan 22 sisanya “sedang”. Pendapatan yang semakin tinggi menunjukkan adanya akses ekonomi yang semakin besar terhadap pangan atau adanya tingkat produksi pangan yang tinggi.

Tabel 13 Hubungan antara tingkat pendapatan dan tingkat ketahanan pangan rumah tanggaa

Tingkat ketahanan pangan rumah tangga

Tingkat pendapatan

Rendah Sedang Tinggi n % n % n % Rendah 1 25 1 4,5 0 0 Sedang 2 75 16 72,7 2 40 Tinggi 0 0 5 22,7 3 60 Total 3 100 22 100 5 100 a

Diolah dari hasil kuesioner penelitian lapangan

Tabel 13 menunjukkan kecenderungan adanya hubungan antara tingkat pendapatan dan tingkat ketahanan pangan rumah tangga. Hal tersebut didukung dengan hasil uji statistik. Hasil pengukuran Rank Spearman [lihat Lampiran 6] menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dan tingkat ketahanan pangan rumah tangga. Hubungan tersebut ditunjukkan dengan adanya hubungan positif sebesar 0,426 dan berhubungan nyata sebesar 0,019, artinya hipotesis diterima karena 0,019 < 0,05. Angka 0,05 merupakan standar kesalahan yang ditetapkan oleh peneliti.

35 Pendapatan yang semakin tinggi mengindikasikan anggaran yang semakin tinggi pula untuk pangan sehingga dapat membeli pangan dengan kualitas yang baik dan beragam. Bapak STR mengatakan tidak pernah absen membeli buah dan sayur walaupun rumahnya cukup jauh dari pasar Cinagen. Tidak sedikit uang yang ia habiskan untuk berbelanja keperluan dapur selama satu minggu, apalagi dengan lokasi rumahnya yang jauh dari pasar. Namun dengan pendapatannya yang cukup tinggi dari gaji pensiunan dan hasil pertaniannya senilai Rp7.000.000 per bulan dia tidak menganggap jarak dan biaya transportasi sebagai masalah semua kebutuhan pangannya bisa tercukupi dengan baik.

Tingkat Penguasaan Lahan

Ada dua jenis lahan yang dikuasai oleh petani hutan rakyat yang menjadi responden yaitu hutan rakyat dan sawah. Hanya empat responden yang tidak memiliki sawah. Sebelas responden memiliki hutan rakyat yang lebih luas dibandingkan dengan sawahnya, rata-rata luas hutan rakyat adalah 0,34 ha. Lima belas sisanya memiliki sawah yang lebih luas dibandingkan dengan hutan rakyatnya, rata-rata luas sawah adalah 0,35 ha. Semakin luas lahan yang dikuasai, maka jumlah produksi pangannya akan semakin besar dan rumah tangga akan tersebut akan semakin tahan pangan. Nilai rata-rata tingkat penguasaan lahan responden adalah “sedang” dengan rincian 7 “tinggi” dan 23 sisanya “sedang”. Tidak adanya kategori rendah karena untuk pengusahaan hutan rakyat memang dibutuhkan lahan yang luas sehingga setiap petani hutan rakyat pasti menguasai lahan yang tidak sedikit.

Tabel 14 Hubungan antara tingkat penguasaan lahan dan tingkat ketahanan pangan rumah tanggaa

Tingkat ketahanan pangan rumah tangga

Tingkat penguasaan lahan

Sedang Tinggi n % n % Rendah 2 8,7 0 0 Sedang 17 73,9 3 42,9 Tinggi 4 17,4 4 57,1 Total 23 100 7 100 a

Diolah dari hasil kuesioner penelitian lapangan

Tabel 14 menunjukkan kecenderungan adanya hubungan antara tingkat penguasaan lahan dan tingkat ketahanan pangan rumah tangga. Hal tersebut didukung dengan hasil uji statistik. Hasil pengukuran Rank Spearman [lihat Lampiran 6] menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat penguasaan lahan dan tingkat ketahanan pangan rumah tangga. Hubungan tersebut ditunjukkan dengan adanya hubungan positif sebesar 0,385 dan berhubungan nyata sebesar 0,036, artinya hipotesis diterima karena 0,036 < 0,05. Angka 0,05 merupakan standar kesalahan yang ditetapkan oleh peneliti.

36

Lahan adalah faktor produksi paling penting bagi petani, semakin luas lahan yang dikuasainya, maka produktivitasnya akan semakin tinggi. Produktivitas yang dimaksud disini adalah produktivitas pertanian, terutama bahan pangan. Selain untuk mencukupi ketersediaan pangan, hasil pertanian yang melimpah berdampak pada peningkatan pendapatan. Bapak TYB misalnya, seorang responden dengan lahan hutan rakyat terluas yaitu 3 ha yang berada di perbatasan dua kampung, Bakanjati dan Selapajang.

“... Saya nggak punya sawah neng, dari hutan ini udah lebih dari cukup buat makan, biaya sekolah, bikin rumah, macem-macem. Ya cuma dari sini aja...”

Penghasilan yang ia dapatkan lebih dari Rp5 juta rupiah per bulannya, bahkan bisa mencapai puluhan juta rupiah saat ada panen kayu dari jenis-jenis tertentu seperti jati dan mahoni.

Ukuran Rumah Tangga

Rata-rata jumlah anggota rumah tangga responden adalah empat orang dengan satu orang yang masih dibiayai tapi tidak tinggal dalam satu atap. Terdapat 9 rumah tangga yang anggotanya lebih dari 4 orang. Pemilik hutan rakyat rata-rata sudah berusia lanjut dan anak-anaknya sudah tidak tinggal dalam satu rumah lagi. Pemilik yang tergolong muda biasanya berprofesi sebagai ketua RT, ketua RW atau pedagang yang sukses. Selebihnya adalah orang-orang tua yang mengusahakan hutan rakyat sebagai upaya saving untuk masa depan mereka dan anaknya kelak. Berdasarkan pengelompokkan ukuran rumah tangga menurut BKKBN (1998), 2 rumah tangga tergolong kelurga besar, 7 rumah tangga tergolong keluarga sedang, dan 21 rumah tangga tergolong keluarga kecil.

Tabel 15 Hubungan antara ukuran rumah tangga dan tingkat ketahanan pangan rumah tanggaa

Tingkat ketahanan pangan rumah tangga

Ukuran rumah tangga

Rendah Sedang Tinggi n % n % n % Rendah 1 4,8 0 0 1 50 Sedang 12 57,1 7 100 1 50 Tinggi 8 38,1 0 0 0 0 Total 21 100 7 100 2 100 a

Diolah dari hasil kuesioner penelitian lapangan

Tabel 15 menunjukkan kecenderungan adanya hubungan antara ukuran rumah tangga dan tingkat ketahanan pangan rumah tangga. Hal tersebut didukung dengan hasil uji statistik. Hasil pengukuran Rank Spearman [lihat Lampiran 6] menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara ukuran rumah tangga dan tingkat ketahanan pangan rumah tangga. Hubungan tersebut ditunjukkan dengan adanya hubungan negatif sebesar -0,407 dan berhubungan nyata sebesar 0,025, artinya hipotesis diterima karena 0,025 < 0,05. Angka 0,05 merupakan standar kesalahan

37 yang ditetapkan oleh peneliti. Artinya semakin besar ukuran rumah tangga semakin rendah tingkat ketahanan pangannya. Hal ini berkaitan dengan porsi makan dan biaya yang harus dikeluarkan rumah tangga. Ibu ASM yang memiliki enam anak mengatakan harus mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk membeli bahan pangan. Pendapatan rumah tangganya tidak cukup untuk mencukupi semua kebutuhan rumah tangganya terutama pangan dan pendidikan. Untuk itu ibu ASM berusaha melakukan penghematan dengan makan secukupnya saja. Keluarganya jarang mengonsumsi daging-dagingan, hanya pada saat perayaan hari besar Islam saja mereka bisa menikmatinya.

PENGARUH KONTRIBUSI HUTAN RAKYAT TERHADAP

Dokumen terkait