• Tidak ada hasil yang ditemukan

Letak Lokasi, Struktur Desa dan Keadaan Alam

Desa Bojonggenteng merupakan salah satu desa di Kecamatan Jampangkulon. Luas wilayahnya3 mencapai 438,734 ha. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Nagraksari, sebelah timur dengan Desa Bojongsari dan sebelah barat dengan Desa Ciparay, ketiganya masih berada dalam wilayah Kecamatan Jampangkulon. Sementara sebelah selatan berbatasan dengan Desa Banyumurni Kecamatan Cibitung. Jarak ke ibukota kecamatan sekitar 3 km (15 menit), 63 km ke ibukota kabupaten (2 jam), dan 201 km (7 jam) ke ibu kota provinsi.

Orang luar yang belum pernah ke Desa Bojonggenteng biasanya akan “mabuk” selama perjalanan karena semua jalannya berkelok sejak memasuki wilayah Kabupaten Sukabumi. Hampir tidak ditemukan jalanan yang lurus. Transportasi umum yang dapat digunakan adalah bus dan mobil elf yang lebih dikenal dengan sebutan mobil “setan”4. Waktu tempuh dari terminal Lembursitu di Kota Sukabumi adalah sekitar 3 jam. Selama perjalanan, pemandangan yang bisa dinikmati adalah pegunungan, hutan, kebun teh, sawah dan jurang-jurang pinggir jalan yang tidak dipagari.

Wilayah Desa Bojonggenteng terbagi menjadi 4 RW dan 14 RT dengan pembagian sebagai berikut:

RW 1 : Bojonggenteng 1 (RT 01), Selajati (RT 02), Bojonggenteng 3 (RT 03), Bojonggenteng 2 (RT 04)

RW 2 : Sindanglaya (RT 05), Palalangon 1 (RT 06), Palalangon 2 (RT 07), Cinagen (RT 08)

RW 3 : Simpangbungur (RT 09), Sukamanah (RT 10), Selapajang (RT 11) RW 4 : Bakanjati 3 (RT 12), Bakanjati 1 (RT 13) , Bakanjati 2 (RT 14)

Curah hujan di wilayah ini mencapai 3,444 mm dengan jumlah bulan hujan 6 bulan. Suhu rata-rata harian adalah 28oC. Seluruh wilayahnya terletak di dataran rendah dan tidak memiliki tanah yang berpotensi erosi. Warna tanah sebagian besar adalah hitam dan abu-abu dengan tekstur lampungan serta kemiringan tanah 30 derajat. Tidak ada jenis tanah basah seperti rawa, danau, dan sebagainya

3

Data isian profil desa tahun 2013 menunjukkan adanya ketidaksesuaian antara jumlah rincian luas lahan per sektor penggunaannya dan jumlah luas lahan yang disebutkan. Luas lahan yang disebutkan adalah 344,274 ha sedangkan luas lahan per sektor jika dijumlahkan menjadi 438,734 ha. Data Gapoktan menuliskan luas lahan pertanian adalah 544,27 ha. Sementara menurut data BPS Kabupaten Sukabumi (Kecamatan Jampangkulon Dalam Angka 2011) adalah 366 ha. Diduga terdapat tumpang tindih penggunaan lahan, ketidaktepatan pengukuran, kesalahan atau kekurangan pendataan.

4

Nama “setan” konon berasal dari cara sopir mengendarai mobil tersebut yang sangat mendebarkan bagi penumpang. Jumlah penumpang normal seharusnya 15 orang, namun sopir terkadang memasukkan 16-18 penumpang. Lajunya sangat kencang walaupun di belokan yang menanjak atau menurun. Orientasinya selalu menyalip mobil lain.

20

Tabel 2 Jenis penggunaan dan persentase luas lahan di Desa Bojonggenteng Tahun 2013a

Jenis penggunaan lahan Luas (ha) Persentase (%)

Pemukiman 33,2 7,57

Persawahan 244 55,61

Perkebunan 0,75 0,17

Pekarangan 6 1,37

Sarana prasarana (termasuk tanah bengkok) 60,324 13,75

Ladang/tegalan 66,474 15,15

Hutan 27,986 6,38

Total luas 438,734 100

a

Diolah dari data isian profil Desa Bojonggenteng tahun 2013.

Penggunaan lahannya terdiri atas persawahan, pemukiman, perkebunan, pekarangan, ladang, dan lain-lain. Tabel 2 menunjukkan bahwa lahan di desa tersebut paling banyak digunakan sebagai areal persawahan sebesar 55,61%. Tipe persawahan di desa ini adalah sawah irigasi setengah teknis dan sawah tadah hujan. Desa ini juga memiliki tanah dengan bahan galian berupa batu cadas yang dimiliki oleh perorangan.

Kondisi lingkungan Desa Bojonggenteng tergolong cukup baik karena tidak ada pencemaran udara, air, maupun kebisingan serta tidak berpotensi erosi. Hanya saja banyak sumber mata air yang mulai hilang, lahan pertanian yang dikonversi, serta kemusnahan flora dan fauna langka. Desa ini mengalami kekeringan atau kesulitan air hampir di semua wilayahnya. Kesulitan air diduga akibat perubahan iklim dan perilaku manusia yang kurang menjaga lingkungan, salah satunya hutan. Menurut Wak Muh5, dulu sungai biasa digunakan untuk mencuci, tapi sekarang tidak lagi karena sungai Cibereum sudah rusak sampai ke bagian hulunya. Tanah- tanah menjadi keras dan berlumpur sehingga tidak gembur lagi. Sawah-sawah menjadi kering dan tidak bisa dibayot6. Jalan masuk kampung yang dulunya rimbun dengan pepohonan hutan kini sudah sangat jauh berkurang dan berubah menjadi pemukiman warga.

Keadaan Penduduk

Total penduduk Desa Bojonggenteng adalah 2770 orang yang terdiri atas 1361 (49,1%) laki-laki dan 1409 (50,9 %) perempuan. Mereka tersebar dalam 857 rumah tangga dengan kepadatan penduduk 7 per km. Sejumlah 2148 orang berusia produktif (15-64 tahun), terdiri atas 919 (42,8%) laki-laki dan 1229 (57,2%) perempuan. Penduduk berusia produktif menanggung 622 usia non produktif. Beberapa orang yang usianya tidak lagi produktif masih bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

5

Wak Muh adalah tokoh masyarakat sekaligus ketua RW 10 Kampung Sukamanah. Usianya yang sudah tua membuat beliau prihatin dengan kondisi desanya yang jauh berubah dari saat beliau kecil. Wak Muh mengatakan “Tolong sampaikan pada pemerintah, ciptakan pengairan di Sukabumi selatan!”. Wawancara dilakukan pada tanggal 11 Oktober 2013.

6

21

Tabel 3 Tingkat pendidikan perempuan dan laki-laki Desa Bojonggentenga Tingkat Pendidikan Perempuan % Laki-laki %

Belum sekolah (3-6 tahun) 112 4,4 82 3,2

Tidak sekolah (7-56 tahun) 0 0 4 0,2

Sedang atau tamat SD/ sederajat 516 20,3 494 19,4 Sedang atau tamat SLTP/ sederajat 434 17,1 311 12,2 Sedang atau tamat SLTA/ sederajat 299 11,8 235 9,2 Sedang atau tamat perguruan tinggi 50 2,0 86 3,4

Total 1329 52,3 1212 47,7

a

Diolah dari data isian profil Desa Bojonggenteng tahun 2013.

Sebagian besar penduduk merupakan tamatan Sekolah Dasar dengan persentase 39,7 %. Tabel 3 menunjukkan bahwa perempuan lebih akses terhadap pendidikan dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan yang sudah lulus SD, SLTP, dan SLTA memiliki persentase yang lebih banyak dibandingkan laki-laki. Jumlah perempuan yang tidak sekolah pada usia 7-56 tahun juga tidak ada, sementara laki-laki masih ada 4 orang yang tidak sekolah. Hanya saja pada tingkat perguruan tinggi jumlah laki-laki lebih besar 1,4% dari perempuan yang sedang atau tamat perguruan tinggi.

Tabel 4 Jenis pekerjaan perempuan dan laki-laki usia 18-56 tahun Desa Bojonggentenga

Jenis pekerjaan Perempuan % Laki-laki %

Petani 42 3,46 240 19,77

Buruh Tani 115 9,47 79 6,51

PNS/ TNI/ POLRI/ Pensiunan 92 7,58 96 7,91 Buruh Non Tani / Karyawan 161 13,26 101 8,32 Pengusaha Kecil dan

Menengah 142 11,70 53 4,37 Lainnya 23 1,89 59 4,86 Jumlah 585 48,19 629 51,81 a

Diolah dari data isian profil Desa Bojonggenteng tahun 2013.

Data penduduk usia 18-56 tahun7 terdiri atas 776 laki-laki dan 732 perempuan. Tabel 4 menunjukkan 18,9 % laki-laki pada usia tersebut belum atau tidak bekerja, sementara perempuan mencapai angka 20,1 %. Mereka yang dinyatakan belum atau tidak bekerja merupakan anak sekolah yang tidak bekerja,

7

Data isian profil Desa Bojonggenteng tahun 2013 hanya memiliki data pekerjaan penduduk usia 18-56 tahun, bukan pada semua golongan umur, sehingga peneliti tidak bisa melihat kondisi pekerjaan semua penduduk usia produktif.

22

ibu rumah tangga, penyandang disabilitas dan penduduk yang bekerja tidak tetap. Data profil desa tahun 2013 juga menyebutkan bahwa sejumlah 55,7 % laki-laki pada usia tersebut sudah tamat SLTP, sementara perempuan sudah mencapai angka 58,9 %. Kualitas pendidikan perempuan yang lebih baik dari laki-laki juga dapat dilihat dari tidak adanya lagi perempuan yang buta aksara dan masih ada 3 laki-laki buta aksara. Tabel 4 menunjukkan penduduk Desa Bojonggenteng sebagian besar bermatapencaharian sebagai petani sesuai dengan mayoritas penggunaan lahan [lihat tabel 2] yaitu persawahan. Luas lahan yang digunakan untuk bercocok tanam relatif sempit.

Tabel 5 Tingkat penguasaan lahan penduduk Desa Bojonggentenga Kategori kepemilikan Jumlah rumah tangga Persentase (%)

< 0,2 ha 360 39,87

0,2-0,5 ha 275 30,45

0,5-1 ha 240 26,58

> 1 ha 27 3

Jumlah total penduduk 903 100

a

Diolah dari data isian profil Desa Bojonggenteng tahun 2013.

Tabel 5 menunjukkan sebagian besar masyarakat memiliki lahan <0,2 ha sampai dengan 1 ha. Lahan yang sempit menyebabkan komoditas pertanian yang bisa ditanam tidak banyak. Selain komoditas padi sawah, tanaman lain yang sering ditanam adalah singkong. Tanaman hortikultura yaitu sayuran dan buah- buahan jarang ditanam karena sulit untuk pengairannya. Komoditas tersebut harus didatangkan dari wilayah lain.

Kelembagaan

Desa Bojonggenteng memiliki beberapa lembaga yang aktif seperti Badan Pemusyawaratan Desa (BPD), Lembaga Kemasyarakatan Desa (LKD), Lembaga Pertimbangan Pembangunan Masyarakat Daerah (LP2MD), PKK, RT, RW, Badan Usaha Milik Desa (BUMDES), MUI, PNPM Mandiri, karang taruna, Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan Unit Pengumpul Zakat (UPZ) serta partai-partai politik. Anggotanya didominasi laki-laki terkecuali PKK.

Beberapa lembaga yang berpengaruh langsung terhadap pemenuhan kebutuhan pangan adalah Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) yang berperan menggantikan Koperasi Unit Desa (KUD) di Desa Bojonggenteng dengan jenis usaha berupa simpan pinjam. Dana yang diperoleh dari simpan pinjam, selain digunakan untuk usaha juga digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, termasuk pangan.

Selanjutnya, PNPM Mandiri sebagai salah satu program dari pemerintah pusat memiliki dua peranan yaitu: pembangunan infrastruktur dan mewujudkan generasi yang sehat dan cerdas. Salah satu programnya adalah kelompok perempuan yang diwadahi oleh Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Pihak desa juga menggalang sebuah forum untuk mewujudkan generasi sehat bertajuk Forum

23 Silaturahmi Desa Sehat (FSDS) yang programnya dilaksanakan dengan kerja sama antara pemerintah desa dan Puskesmas. Salah satu programnya adalah perbaikan pangan dan gizi.

Berbeda dengan PNPM Mandiri yang dikenal baik oleh masyarakat, peran Gapoktan hampir tidak terdengar. Masyarakat menyebut ketua Gapoktan dengan sebutan tengkulak karena istilah ini lebih populer. Fungsi Gapoktan sebagai penunjang produksi pangan kurang dirasakan oleh para petani karena fasilitasnya dimonopoli oleh orang-orang tertentu. Sementara itu UPZ hanya berperan pada waktu-waktu tertentu ketika zakat berupa beras dan uang dibagikan.

Latar Belakang Sosial dan Budaya

Penduduk Desa Bojonggenteng 100% beragama Islam dan hampir seluruhnya bersuku Sunda. Hanya ada 1 orang laki-laki Suku Batak, 3 laki-laki Suku Jawa, 1 perempuan Suku Jawa. Masyarakat masih memiliki rasa tolong- menolong dan gotong-royong yang tinggi, termasuk saling memberi makanan. Tidak ada perayaan adat kecuali perkawinan, kematian dan agama. Pada perayaan agama misalnya Idul Adha mereka akan membawa makanan terbaik yang ada di rumah ke masjid untuk kemudian dimakan bersama-sama dengan warga lainnya. Jamuan makan ini dikenal dengan nama botram atau ngariung makan.

Upacara-upacara adat pun sudah tidak ditemukan di Desa Bojonggenteng, meskipun masih banyak yang memegang tradisi seperti penggunaan rumah panggung. Hanya tradisi ini yang masih dipegang oleh sebagian masyarakat. Rumah panggung terbuat dari kayu, bambu, dan anyaman bambu. Bentuknya sederhana karena mereka berkeyakinan tidak boleh memiliki rumah yang lebih megah dari masjid. Jika ingin memperbaiki kondisi rumah, kondisi masjid juga harus diperbaiki dan diutamakan.

Tradisi tersebut ada di kampung-kampung tertentu seperti Sukamanah, Simpangbungur, Selapajang, Sindanglaya, Palalangon dan hanya sebagian kecil di kampung-kampung lainnya. Kampung yang dekat dengan pusat desa atau jalan provinsi sudah mengikuti gaya rumah modern. Tradisi ini menyebabkan kondisi masjid di tiap kampung selalu bersih, nyaman, dan terkesan megah dibandingkan dengan rumah-rumah di sekitarnya.

Ajaran agama yang dipegang masyarakat pun cukup unik. Masih banyak yang mengikuti ajaran Islam versi Sarekat Islam (SI). Organisasi masyarakat yang sudah tidak eksis lagi di kancah nasional ini masih memiliki banyak pengikut setia di beberapa kampung di Desa Bojonggenteng. Perkumpulan mereka yang tergabung dalam Persatuan Sarekat Islam Indonesia (PSII) aktif mengadakan pengajian termasuk pengkaderan pada generasi-generasi muda mereka.

Sementara itu budaya yang berhubungan dengan pangan seperti lumbung padi khusus (leuit) pada tiap rumah sudah tidak ada lagi. Sekarang masyarakat menyimpan padi atau berasnya di sudut-sudut dapur. Bangunan khusus untuk padi (leuit) hanya bisa ditemukan di beberapa rumah yang ditinggali oleh orang-orang yang sangat tua di kampung-kampung yang jauh dari pusat desa seperti Kampung Sindanglaya.

Sarana dan Prasarana

Fasilitas yang bisa diakses oleh masyarakat adalah pasar Cinagen, kantor desa, Puskesmas, Posyandu, masjid, mushola, lapangan olahraga, MCK umum,

24

dan lain-lain. Puskesmas dan kantor desa terletak berdampingan di pusat desa, yaitu Kampung Bojonggenteng I.

Kegiatan Posyandu dan Posbindu merupakan kegiatan rutin yang dilakukan setiap bulan dengan tujuan meningkatkan kesehatan ibu, anak dan lansia. Kegiatan tersebut dilaksanakan sebanyak lima kali dalam satu bulan, yaitu tanggal 9 di Posyandu Mawar I Selapajang (RT 11), tanggal 10 di Posyandu Cempaka Bakanjati 1 (RT 13), tanggal 14 di Posyandu Plamboyan Bojonggenteng 1 (RT 01), tanggal 18 di Posyandu Dahlia Palalangon 1 (RT 06), dan tanggal 20 di Posyandu Mawar II Sukamanah (RT 10). Kegiatan Posbindu dilaksanakan setelah kegiatan Posyandu selesai.

Jalan desa sudah beraspal walaupun ada beberapa bagian yang rusak, terutama pada kampung-kampung yang jauh dari pusat desa. Kendaraan umum yang bisa digunakan adalah angkot di sepanjang jalan provinsi yang melewati Kampung Simpangbungur, Kampung Bojonggenteng I, dan Kampung Cinagen. Sementara kampung lainnya menggunakan kendaraan ojek yang sudah memiliki pangkalan tertentu. Untuk keamanan dan lingkungan, Desa Bojonggenteng memiliki lembaga keamanan Siskamling dengan hansip dan Linmasnya yang bekerjasama dengan Babinkamtibmas dan mitra Koramil.

Selanjutnya untuk sarana dan prasarana pendidikan di Desa Bojonggenteng tergolong lengkap dan sudah terakreditasi, dimulai dari tingkat dasar hingga menengah atas. Salah satu lembaga pendidikan ternama di desa ini adalah Pondok Pesantren Darul Amal yang berbasis agama Islam. Pondok pesantren ini bahkan memiliki santri yang berasal dari luar daerah.

KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA

Dokumen terkait