• Tidak ada hasil yang ditemukan

III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

3.2 Hutan Wisata Kaliurang

Hutan Wisata Kaliurang berada di bawah pengelolaan Balai Taman Nasional Gunung Merapi yang terletak diantara 10715’ 03” dan 100 29’ 30” Bujur

Timur, 7 34’ 51” dan 747’ 03” Lintang Selatan, dengan ketinggian antara 775

– 2000 meter dari permukaan laut. Wilayah di bagian selatan merupakan dataran rendah yang subur, sedangkan bagian utara sebagian besar merupakan tanah kering yang berupa ladang dan pekarangan, serta memiliki permukaan yang agak miring ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi. Di Lereng selatan terdapat dua buah bukit, yaitu Bukit Turgo dan Bukit Plawangan (BKSDA Yogyakarta 2006).

Secara klimatologis, Kaliurang mempunyai curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara 3.000-3.500 mm/tahun. Berdasarkan hasil analisis peta kemiringan lereng dapat diketahui bahwa kawasan wisata alam Kaliurang mempunyai kemiringan lereng berkisar antara 8-150

Jenis tanah di kawasan wisata alam Kaliurang termasuk jenis tanah regosol dan andisol (Andic Eutropepts). Solum tanahnya dangkal sampai dalam dengan kesuburannya rendah sampai sedang. Tekstur tanahnya pasiran, berbatu dan berkerikil. Struktur tanahnya lepas, remah dan gumpal membulat yang lemah (BKSDA Yogyakarta 2006).

. Kawasan ini dikembangkan sebagai wisata alam karena mempunyai kondisi biogeofisik berupa panoramik ekosistem bentangalam yang unik dan keanekaragaman hayati (ribuan aneka tumbuhan dan hewan) yang menghiasi kondisi alamnya (BKSDA Yogyakarta 2006).

Curah hujan yang tinggi (3.000 mm/tahun) menambah tingginya tingkat kesuburan kawasan wisata alam Kaliurang dan menunjang pertumbuhan tanaman hutan yang selalu hijau. Kondisi ini lebih lanjut mampu sebagai daerah imbuh air tanah (recharge area) sehingga dapat meningkatkan debit mata air dan debit air sungai di wilayah Daerah Aliran Sungai (DAS) dibawahnya. Struktur batuan breksi volkanik yang mempunyai permeabilitas sekunder oleh adanya retakan dan pecahan batuan memberikan kesempatan air hujan untuk dapat meresap ke dalam lapisan batuan di daerah yang langka air tanah ini (BKSDA Yogyakarta 2006).

21

Hidrologi

Kawasan wisata alam Kaliurang dilewati oleh dua aliran sungai, yaitu Sungai Boyong dan Sungai Kuning. Sungai Boyong termasuk dalam wilayah DAS Code bagian hulu di daerah Kaliurang bagian barat hingga puncak Gunung Merapi dan Bukit Turgo berfungsi sebagai daerah resapan air di bagian hulu. Sungai Kuning termasuk dalam wilayah DAS Kuning bagian hulu di daerah aliran sungai bagian timur hingga puncak Gunung Merapi dan Bukit Plawangan berfungsi sebagai daerah resapan air di bagian hulu. Fungsi daerah resapan air wilayah DAS Code dan wilayah DAS Kuning masih sangat efektif terbukti Sungai Boyong dan Sungai Kuning termasuk sungai permanen. Sungai Boyong hulu di sebelah timur Bukit Turgo pada musim kemarau masih dijumpai pemunculan air (mata air dan rembesan) (BKSDA Yogyakarta 2006).

Flora

Berdasarkan hasil inventarisasi sampai saat ini Kaliurang memiliki lebih dari 1.000 jenis tumbuhan, termasuk 75 jenis anggrek langka. Flora di lereng selatan didominasi oleh hutan campuran yang relatif stabil dan berstatus hutan lindung. Namun karena dekatnya lokasi kawasan ini dengan pemukiman penduduk menyebabkan terhambatnya proses ekologis secara alamiah yang seharusnya terjadi di kawasan hutan lindung. Pemanfaatan lahan bawah tegakan hutan untuk budidaya rumput, khususnya di lereng yang berbatasan dengan pemukiman penduduk dan pengambilan rumput yang intensif oleh masyarakat untuk pakan ternak sangat intensif dilakukan. Jenis rumput Imperata cylindrica, Panicum

replans, Arthraxon typicus dan Pogonatherum paniceum merupakan jenis yang

banyak dijumpai (BKSDA Yogyakarta 2006).

Tumbuhan di hutan wisata Kaliurang yang sering dimanfaatkan masyarakat di sekitar kawasan berupa tumbuhan penghasil kayu: Pinus merkusii, Acacia

decurens, Bambusa spp., Albisia spp., Euphatorium inufolium, Lithocarpus elegans, Leucaena glauca, Cinchona succiruhra, Acalypha calurus, Ficus alba, Erytrina variegata, Hibiscus filiacius, Melia azedarach, Leucaena leucocephala, Arthocarpus integra, Casuarina sp., Syzygium aromaticum; tumbuhan penghasil

22

Schefflera efliplica, Cestrum nocturium, pakis, Piplurus repandus, Yevesia sundaica, Glochidion spp., Euphatorium riparium, Alfanihol esculenta, Fomengia congesta, Melia azedarach, Macaranga spp., Marsilia cremala, dan Melastbura stomoides. Selain itu, masih dijumpai beberapa jenis tumbuhan semak dan

tumbuhan hutan dengan tajuk terbuka dan tertutup dan jenis flora epifit yang khas tumbuh di wilayah tropis basah. Jenis-jenis eksotik yang ada di kawasan ini antara lain: rasamala Altingia exelsea, bambu cendani Bambusa vulgaris, bunga sepatu Hibiscus rosa sinensis, nogosari Palaqium rostratum dan lain-lain. Jenis-jenis anggrek antara lain anggrek ekor bajing/ tupai Rinchostylist retusa, anggrek kalajengking Arachinis flosseris, vanda tricolor dan lain-lain. Paku-pakuan antara lain pakis haji Chycas rumpii, pakis layang-layang Drynaria sparsisora, dan beberapa jenis rotan Calamus sp dan salam Sysyqium polyanthum (BKSDA Yogyakarta 2006).

Fauna

Hutan wisata Kaliurang memiliki jenis mamalia kecil dan besar. Dari hasil inventarisasi tahun 2000 diketahui terdapat 147 jenis burung, 90 jenis diantaranya merupakan burung-burung yang menetap. Beberapa dari jenis tersebut, 12 jenis merupakan jenis-jenis burung endemik di Jawa dan 2 jenis dikhawatirkan punah seperti burung matahari Crocias albonotatus dan burung kuda Garrulac rufifron, sedangkan jenis lainnya yang endemik di Jawa, yaitu berencet Psaltria axilis (Balai KSDA Yogyakarta 2006). Hutan Kaliurang juga dikenal sebagai habitat elang hitam.

Sedangkan jenis fauna jenis lain meliputi macan tutul, kijang, kucing hutan, ayam hutan, alap-alap, kedasih, macan kumbang, lutung dan elang jawa (Balai KSDA Yogyakarta 2006). Kaliurang sebagai tujuan wisata juga terkenal akan monyet ekor panjangnya. Seiring semakin banyaknya jumlah pengunjung yang mendatangi kawasan ini dengan perilaku yang sering memberi makan satwa ini, mengakibatkan kebutuhan pakan monyet ekor panjang sangat tergantung pada pengunjung, bahkan tak segan-segan mereka mencuri makanan baik dari pengunjung maupun penjual yang ada di sekitar kawasan.

Dokumen terkait