• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

B. Ibadah Mahdhah

1. Pengertian Ibadah Mahdhah

Hakikat ibadah adalah penghambaan dan perbudakan, sedangkan secara terminologi adalah usaha mengikuti

hukum-hukum dan aturan-aturan Allah dalam menjalankan kehidupan yang sesuai dengan perintahnya, mulai akil baligh sampai meninggal dunia.Indikasi ibadah adalah kesetiaan, kepatuhan, dan penghormatan serta penghargaan kepada Allah SWT serta dilakukan tanpa adanya batasan serta bentuk khas tertentu (Muhaimin, 2005:279).

Hasbi-Al Shiddieqy (Saleh,2008:3-5) mengungkapkan dalam kuliah ibadahnya:

Menurut ulama’ Tauhid ibadah adalah: “Pengesaan Allah dan pengagungan-Nya dengan segala kepatuhan dan kerendahan diri kepada-Nya”.

Menurut ulama’ Akhlak, Ibadah adalah: “Pengalaman segala kepatuhan kepada Allah secara badaniah, dengan menegakkan syariah-Nya”.

Menurut ulama’ Tasawuf, Ibadah adalah: “Perbuatan mukallaf yang berlawanan dengan hawa nafsunya untuk mengagungkan Tuhan-Nya”.

Sedangkan menurut ulama’ Fiqh, ibadah adalah: “Segala kepatuhan yang dilakukan untuk mencapai ridha Allah, dengan mengharapkan pahala-Nya di akhirat”.

Menurut jumhur ulama’: “Ibadah adalah nama yang mencangkup perbuatan , baik terang-terangan maupun diam-diam.”

Ibadah mahdah (ibadah yang ketentuannya pasti) yakni, ibadah yang ketentuan dan pelaksanaannya telah ditetapkan oleh nash dan merupakan sari ibadah kepada Allah SWT. Seperti shalat, puasa, zakat, dan haji (Ahmad Thib Raya dan Siti Musdiah, 2003:142).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ibadah mahdhah adalah usaha yang dilakukan setiap umat untuk

menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya yang dilakukan pada mulanya berasal dari hati namun diwujudkan dengan perbuatan serta ucapan, sekaligus cerminan ketaatan kepada Allah SWT yamg berupa ibadah khusus seperti sholat, mengaji, dan puasa.

2. Hakikat Ibadah

Ketika seseorang diciptakan Allah maka tidak hanya semata-mata ada di dunia tanpa adanya tujuan di balik diciptakannya manusia. Allah menciptakan setiap insan untuk beribadah kepada-Nya. Seperti firman Allah SWT dalam QS.Adzariyat ayat 56:

ِنْوُﺪُﺒْﻌَﯿِﻟ ﺎﱠﻟِا َﺲْﻧِﺎْﻟاَو ﱠﻦِﺠْﻟا ُﺖْﻘَﻠَﺧﺎَﻣَو

Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia

melainkan supaya mereka beribadah kepadaku.” (Departemen

Agama,2007:523)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa manusia diciptakan bukan sekedar hidup dan mendiami dunia ini dan mengalami kematian tanpa adanya pertanggung jawaban kepada pencipta-Nya. Melainkan manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk beribadah kepada-Nya.

Ibadah tidak hanya terbatas pada sholat, puasa ataupun membaca Al-Qur’an tetapi ibadah berarti segala sesuatu yang disukai Allah serta mendapatkan ridha-Nya baik berupa perkataan, perbuatan, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi.

Pada dasarnya, tujuan akal dan pikiran adalah baik dan benar. Akan tetapi sebelum jalan akal dan fikiran itu diarahkan dengan baik, kebenaran dan kehendaknya itu belum tentu baik dan benar menurut Allah. Oleh sebab itulah manusia diberi beban atau taklif, yaitu perintah-perintah dan larangan-larangan menurut agama Allah SWT, yaitu agama islam. Gunanya adalah memperbaiki jalan akal pikiranya.(Mas’ud,2007:19)

3. Macam-Macam Ibadah

Menurut Ahmad Thib Raya dan Siti Musdiah (2003:142), secara garis besar ibadah dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:

a) Ibadah Khassah (khusus) atau ibadah mahdah (ibadah yang

ketentuannya pasti) yakni, ibadah yang ketentuan dan pelaksanaannya telah ditetapkan oleh nash dan merupakan sari ibadah kepada Allah SWT. Seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.

b) Ibadah ‘ammah (umum), yakni semua perbuatan yang

mendatangkan kebaikan dan dilaksanakan dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT. Seperti minum, makan, dan bekerja mencari nafkah.

Pengaturan hubungan ibadah antara manusia dan Allah SWT merupakan hubungan ibadah yang dilakukan secara langsung. Manusia beribadah kepada Allah merupakan kewajiban dan kebutuhan guna mendekatkan diri kepada penciptanya. Walaupun

ibadah dibagi menjadi beberapa tetap saja bahwa ibadah yang dilakukan adalah semata-mata karena Allah SWT.

4. Syarat Diterimanya Ibadah

Ibadah dalam kehidupan sehari-hari adalah perkara yang tidak bisa dilepaskan. Setiap manusia beragama akan terus beribadah kepada Tuhan-Nya. Dalam islam, segala bentuk ibadah telah disyariatkan berdasarkan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sebab jika ibadah tidak memiliki dasar dalam melaksanakannya berarti

dinamakan bid’ah.

Syaikh Dr.Shalih bin Fauzan bin Abdullah (2013:81) menyatakan, “amalannya ditolak dan tidak diterima, bahkan ia berdosa karenanya, sebab amal tersebut adalah maksiat, bukan taat.”

Berdasarkan pernyataan diatas telah jelas bahwa setiap ibadah yang dilakukan tidak ada dasarnya maka ibdahnya atau amalannya ditolak bahkan mendapatkan dosa. Dalam beribadah terdapat beberapa syarat yang harus terpenuhi agar ibadah tersebut tidak mengakibatkan dosa yaitu:

a) Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan

kecil.

Selain syarat-syarat tersebut dijelaskan pula agar ibadah kita diterima oleh Allah SWT maka harus memiliki sifat berikut:

a) Ikhlas, artinya hendaklah ibadah yang kita kerjakan itu

bukan mengharap pemberian dari Allah, tetapi semata-mata karena perintah-Nya dan ridha-Nya. Juga bukan karena mengharap serga bukan pula tajut kepada neraka. Karena surge dan neraka itu tidak dapat menyenangkan atau menyiksa tanpa seizin Allah SWT.

b) Meninggalkan riya’, artinya beribadah bukan karena malu

kepada manusia atausupaya dilihat orang lain.

c) Bermurabaqah, artinya yakin bahwa Tuhan itu selalu

melihat dan ada disamping kita sehingga kita bersikap sopan kepada-Nya.

d) Jangan keluar dari waktu-Nya, artinya mengejar ibadah

dalam waktu tertentu, sedapat mungkin dikerjakan dari awal waktu. (Ibnu Mas’ud, 2007:20).

Pada intinya manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk senantiasa beribadah kepada-Nya. Dalam beribadah tidak hanya untuk mendapatkan pahala melainkan ibadah yang dilakukan berdasarkan pada perintah-Nya. Seseorang yang memiliki akhlaq yang baik niscaya setiap langkahnya selalu ingat kepada Allah. Sehingga perilakunya dapat terkontrol dan selalu merasa diawasi oleh Allah SWT.

Dokumen terkait