PENDIDIKAN IBADAH MAHDHAH PADA ANAK KELUARGA BEDA AGAMA (STUDI KASUS PADA KELUARGA BEDA AGAMA DI DESA BANYUBIRU KECAMATAN BANYUBIRU
KABUPATEN SEMARANG) TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Agustin Kemala sari
NIM: 11113215
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
PENDIDIKAN IBADAH MAHDHAH PADA ANAK KELUARGA BEDA AGAMA (STUDI KASUS PADA KELUARGA BEDA AGAMA DI DESA BANYUBIRU KECAMATAN BANYUBIRU
KABUPATEN SEMARANG) TAHUN 2017
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Agustin Kemala sari
NIM: 11113215
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
MOTTO
اًر ْﺲُﯾِﺮْﺴُﻌْﻟا َﻊَﻣ ﱠن ِا اًﺮْﺴُﯾِﺮْﺴُﻌْﻟا َﻊَﻣ ﱠن ِﺎَﻓ
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan, Sesungguhnya
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat serta karuniaNya, skripsi ini penulis persembahkan untuk :
1. Ayahku dan ibundaku tersayang, Suyadi (Alm) dan Ninik Susiyati, Papah
saya Budi Utomo yang selalu membimbingku, memberikan doa, nasihat, kasih sayang, dan motivasi dalam kehidupanku.
2. Adiku tersayang Bayu Wicaksono Ady, atas motivasi yang tak ada
hentinya kepadaku sehingga proses penempuhan gelar sarjana ini bisa tercapai.
3. Sahabat-sahabatku rumpi yang selalu memberiku semangat (Yayah, Dina,
Mbak Ika, Reza, Sukitri, Mbak Dwik, Badiah, Sanah). Dan yang selalu mendukungku dan membantu saya Arif Hamdan, beserta teman-teman mahasiswa KKN 36 dan keluarga besar PAI angkatan 2013.
4. Sahabat-sahabatku guru-guru di SMA N 1 Karang Bahagia Bekasi yang
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim
Puji syukur alhamdulillahi robbil’alamin, penulis panjatkan kepada Allah
Swt yang selalu memberikan nikmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada penulis sehinggap penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul PENDIDIKAN IBADAH MAHDHAH PADA ANAK KELUARGA BEDA AGAMA (Studi Kasus di Keluarga Beda Agama di Desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang) tahun 2017.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi agung Muhammad Saw, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana beliaulah satu-satunya umat manusia yang dapat menerangi umat manusia dari zaman kegelapan menuju zaman terang benerang yakni dengan ajarannya agama Islam.
Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan (FTIK) IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua jurusan PAI IAIN Salatiga.
4. Bapak Rovi’in, M.Ag., selaku dosen pembimbing akademik saya selama
ABSTRAK
Sari, Agustin Kemala. 2017. Pendidikan Ibadah Mahdhah pada Anak Keluarga Beda Agama (Studi Kasus pada keluarga beda Agama DI Desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang) Tahun 2017. Skripsi, Salatiga: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, S.Pd.,M.Pd.
Kata Kunci: pendidikan ibadah mahdhah anak dan keluarga beda agama
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) bagaimana pelaksanaan pendidikan ibadah mahdhah pada anak keluarga beda agama, (2) problematika serta solusi apa dalam mendidik ibadah mahdhah pada anak keluarga beda agama di Desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang.
Jenis penelitian ini adalah termasuk jenis penelitian lapangan (field
research) dan bersifat deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber primer yakni hasil pengamatan dan wawancara pada keluarga beda agama yaitu terdiri atas orang tua dan anaknya, dan sumber sekunder yang dapat berupa foto-foto, dokumen-dokumen pribadi serta buku-buku yang dapat menunjang penelitian. Pengumpulan data ini dilakukan dengan mengadakan wawancara, observasi, dan dokumentasi.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... I HALAMAN BERLOGO ... II PERSETUJUAN PEMBIMBING ... III PENGESAHAN KELULUSAN ... IV PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI V MOTTO ... VI PERSEMBAHAN ... VII KATA PENGANTAR ... VIII ABSTRAKS ... X DAFTAR ISI ... XI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ... 1
B. Fokus Penelitian ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Kegunaan Penelitian ... 5
E. Penegasan Istilah ... 7
F. Metode Penelitian... 9
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 9
2. Kehadiran Penulis ... 10
3. Lokasi Penelitian ... 10
4. Sumber Data... 11
a. Data Primer ... 11
b. Data Sekunder ... 11
5. Prosedur Pengumpulan Data ... 12
a. Metode Wawancara ... 12
b. Metode Observasi ... 13
6. Analisis data ... 14
7. Pengecekan Keabsahan Data ... 15
8. Tahapan Penelitian ... 15
G. Sistematika Pembahasan ... 17
BAB II KAJIAN TEORI A. Pendidikan ... 19
1. Pengertian Pendidikan ... 19
2. Bentuk-Bentuk Pendidikan ... 20
a. Pendidikan Informal ... 20
b. Pendidikan Formal ... 23
c. Pendidikan Nonformal ... 26
3. Unsur-unsur Pendidikan... 26
B. Ibadah Mahdhah ... 28
1. Pengertian Ibadah Mahdhah ... 28
2. Hakikat Ibadah ... 30
3. Macam-macam Ibadah ... 31
4. Syarat Diterimanya Ibadah ... 32
C. Anak ... 34
1. Pengertian Anak ... 34
D. Keluarga Beda Agama ... 35
1. Pengertian Keluarga Beda agama ... 35
2. Pandangan Islam Terhadap Keluarga Beda Agama ... 35
E. Penelitian Yang Relevan ... 37
BAB III PROFIL DATA A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian ... 40
1. Letak Geografis ... 40
2. Keadaan Penduduk... 41
4. Keadaan Agama dan Sosial Ekonomi ... 46
B. Temuan Penelitian ... 48
1. Pelaksanaan Pendidikan Ibadah mahdhah pada Anak keluarga Beda Agama di Desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang ... 48
2. Problematika dan Solusi Pendidikan Ibadah mahdhah pada Anak keluarga Beda Agama di desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang ... 55
BAB IV TEMUAN DATA DAN ANALISIS A. Pelaksanaan Pendidikan Ibadah mahdhah pada Anak keluarga Beda Agama di desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang ... 61
B. Problematika dan Solusi Pendidikan Ibadah mahdhah pada Anak Keluarga Beda Agama di desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang ... 65
1. Problematika Pendidikan Ibadah mahdhah pada Anak keluarga Beda Agama di desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang ... 65
a. Kurangnya Pengetahuan Agama Orang Tua ... 65
b. Orang tua yang Mempertahankan Kepercayaannya Masing-Masing ... 67
2. Solusi Pendidikan Ibadah pada Anak keluarga Beda Agama di desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang ... 68
a. Menuntun Anak untuk Yakin Terhadap Kepercayaannya ... 68
b. Menanamkan Toleransi dalam Hal Beragama ... 70
c. Memberi Perhatian Kepada Anak yang Rajin Beribadah ... 70
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 72
B. Saran ... 73
DAFTAR TABEL
1. Tabel 3.1 Jumlah Dusun dan RT/RW se Desa Banyubiru ... 41
2. Tabel 3.2 Penduduk Desa Banyubiru Berdasarkan Jenis Kelamin
tahun 2017 ... 42
3. Tabel 3.3 Penduduk Desa Banyubiru berdasarkan kelompok Usia
tahun 2017 ... 42
4. Tabel 3.4 Penduduk desa Banyubiru Berdasarkan Agama ... 43
5. Tabel 3.5 Mata Pencaharian Penduduk Desa Banyubiru tahun 2017 .. 44
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keluarga pada hakikatnya suatu tempat untuk memulai pendidikan awal bagi anak. Anak-anak yang saleh merupakan hasil didikan yang bersumber dari kedua orang tuanya. Pendidikan agama terutama ibadah merupakan tanggung jawab orang tua kepada anaknya untuk bekal ketika ia dewasa. Sebagaimana dalam sebuah hadis nabi yang di riwayatkan Imam Muslim:
ُﮫﻨَﻋ ُﷲا َﻲِﺿَر َةَﺮﯾَﺮُھ ﻲِﺑ َا ﻦَﻋ
: َﻢﱠﻠَﺳ َو ِﮫﯿَﻠَﻋ ُﷲا ﻰﱠﻠَﺻ ِﷲا ُلﻮُﺳر َلﺎَﻗ : لﺎَﻗ
ﻢِﻠﺴُﻣَو ىرﺎَﺨُﺒﻟا هاور) ِﮫَﻨَﺴﱢﺠَﻤُﯾ وَا ِﮫَﻧَﺮﱢﺼَﻨُﯾ وَا ِﮫِﻧاَدﱢﻮَﮭُﯾ ُهاَﻮَﺑَﺎَﻓ ِةَﺮﻄِﻔﻟا ﻰَﻠَﻋ ُﺪﻟﻮُﯾ ٍدﻮُﻟﻮَﻣ ﱡﻞُﻛ
(
“
Dari Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah SAW bersabda setiap anakdilahirkan dalam keadaan fitrah, ayah dan ibunyalah yang menjadikan yahudi, nasrani, atau majusi”.
Oleh sebab itu anak menjadi tanggung jawab orang tua yang telah di amanatkan Allah SWT.Untuk di didik dan di arahkan menjadi seorang yang berakhlaq karimah.Islam memandang anak merupakan amanat yang dibebankan oleh Allah Swt kepada orang tuanya. Mereka harus mengantarkan anak-anaknya untuk mengenal dan menghadapkan diri kepada Allah SWT.
merupakan sumber pendidikan yang utama. Sebab keluarga merupakan salah satu elemen terkecil di dalam masyarakat.(Chabib,1996:103).
Menurut Djamarah (2004:2), antara keluarga dan pendidikan adalah dua istilah yang tidak bisa dipisahkan, karena dimana ada keluarga di situ pula terdapat pendidikan. Di mana ada orang tua disitu pula anak merupakan suatu kemestian dalam keluarga. Ketika terdapat orang tua yang mendidik anaknya, maka pada waktu yang sama ada anak yang menhajatkan pendidikan dari orang tuanya. Dari hal tersebut muncullah istilah “pendidikan keluarga”, artinya pendidikan yang berlangsung dalam keluarga yang dilaksanakan oleh orang tua sebagai tugas dan tangggung jawabnya dalam mendidik anak pada keluarga.
Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak, dalam lingkungan ini anak mendapatkan pengaruh. Oleh sebab itu, keluarga merupakan pendidik tertua yang bersifat informal dan kodrati. Tugas keluarga adalah meletakkan dasar-dasar bagi perkembangan anak, sehingga anak dapat berkembang secara baik. Tugas mendidik anak pada hakikatnya tidak bias dilimpahkan kepada orang lain. Kecuali jika anaknya dimasukkan ke lembaga sekolah misalnya, tugas dan tanggung jawab mendidik berada di tangan orang tuanya tetap melekat padanya.
yang sehat dan mengamalkann ajaran-ajaran agama. Pendidikan agama yang paling mendasar dan paling utama yaitu dengan mendidik anak untuk mengetahui bagaimna cara ia beribdah dan berkomunikasi kepada Allah SWT. Dengan menanamkan pendidikan ibadah kepada anak maka akan menimbulkan rasa tanggung jawab baik tanggung jawab kepada dirinya sendiri, sesama manusia, dan kepada Allah SWT.
Djamarah (2004:25), pendidikan dalam keluarga memiliki nilai strategisdalam pembentukan kepribadian anak. Sejak kecil anak sudahmendapatkan pendidikan dari kedua orang tuanya melalui keteladanan dan kebiasaan hidup sehari-hari dalam keluarga.
Desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru merupakan salah satu wilayah yang ada di Kabupaten Semarang. Ada banyak keberagaman yang ada pada desa ini, terlebih banyaknya pendatang dari daerah-daerah lain yang sekarang menetap di desa Banyubiru. Hal ini yang menimbulkan adanya keberagaman dan perbedaan, baik tentang adat maupun agama. Dalam bermasyarakat ada banya agama yang ada di Indonesia, di Desa Banyubiru pula terdapat perbedaan agama antara lain Islam, Katholik, dan Kristen. Ketiga agama ini yang mendominasi kepercayaan masyarakat yang ada di Desa banyubiru.
permasalahan dalam batin si anak. Dalam hal pendidikan ibadah pula anak tersebut di bingungkan oleh cara beribadah kedua orang tuanya yang sangat berbeda, akibatnya anak menjadi bingung. Di sinilah peran orang tua sangan diperlukan untuk mendidik dan menanamkan masalah pendidikan ibadah kepada anaknya. Apabila anak tersebut memiliki kepercayaan dan berkeyakinan islam maka orang tua wajib mendidiknya dengan menanamkan nilai-nilai ajaran Islam terutama tentang pendidikan ibadahnya. Selain itu pula, anak juga harus ditanamkan rasa toleransi yang sangat besar untuk dapat menghormati dan menghargai perbedaan agama yang ada dalam keluarganya. Sebab dalam lingkup keluarga beda agama agama ada berbagai kepentingan yang berbeda sehingga tidak mustahil jika ada perbedaan perlakuan dalam keluarga dan kesempatan mengembangkan potensi diri dalam beragama, dalam hai ini adalah pendidikan ibadah agama Islam. Hal inilah yang melatar belakangi penulis melakukan penelitian dengan judul “PENDIDIKAN IBADAH MAHDHAH PADA ANAK KELUARGA BEDA AGAMA (STUDI KASUS DI KELUARGA BEDA AGAMA DI DESA BANYUBIRU KECAMATAN BANYUBIRU KABUPATEN SEMARANG) TAHUN 2017”.
B. Fokus Penelitian
anak keluarga beda agama di Desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru pada tahun 2017 secara singkat sebagai berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan pendidikan ibadah mahdhah pada anak
keluarga beda agama di Desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang tahun 2017?
2. Problematika serta solusi apa dalam pendidikan ibadah mahdhah pada
anak keluarga beda agama di Desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang tahun 2017?
C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada fokus penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan pendidikan ibadah mahdhah pada anak
keluarga beda agama di Desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang tahun 2017.
2. Untuk mengetahui problematika serta solusi terbaik dalam
memecahkan masalah tentang pendidikan ibadah mahdhah pada anak keluarga beda agama di Desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang tahun 2017.
D. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritis
a. Hasil penlitian ini diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan
khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya tentang pendidikan ibadah pada anak keluarga beda agama.
b. Memberikan sumbangan pemikiran sebagai solusi atas masalah
yang dihadapi dunia Islam.
c. Menjadi refrensi bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang tertarik
meneliti terutama tentang pendidikan ibadah anak keluarga beda agama.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Orang Tua
1) Sebagai bahan masukan bagi orang tua tentang pentingnya
pendidikan ibadah bagi anak.
2) Sebagai bahan masukan bagi orang tua tentang keutamaan
pendidikan ibadah bagi anak.
3) Orang tua hendaknya dapat menanamkan sikap aling
menghargai, menghormati, toleransi, dan mengasihi terhadap anggota keluarganya.
b. Bagi Anak
1) Agar dapat mengembangkan sikap toleransi dalam kehidupan
beragama.
2) Cobaan yang dialami dalam hidup jangan mematahkan
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalah pemahaman dalam menginterpretasikan judul tersebut, maka penulis akan memberikan penegasan atau penjelasan demi adanya ketegasan istilah judul dan permasalahan yang akan di bahas, dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Pendidikan
Menurut Ahmad D Marimba (1989:19), pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Sehingga yang dimaksud pendidikan oleh penulis adalah pendidikan yang diberikan orang tua kepada anaknya dengan memberikan latihan dan tuntunan sehingga dapat memiliki pengetahuan yang luas. Pemberian pelatiahan ibadah kepada anak seperti tata cara beribadah dan manfaaat yang didapat setelah melaksanakan ibadah.
2. Ibadah Mahdhah
Ibadah mahdhah adalah ibadah yang dari segi perkataan, perbatan telah didesain oleh Allah SWT kemdian diperintahkan kepada Raslullah SAW untuk mengerjakannya. Ibadah mahdhah atau ibadah khusus ialah ibadah yang apa saja yang telah ditetapkan Allah tingkat, tata cara dan perincian-perinciannya. Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah: wudhu, tayammum, mandi hadats, shalat, membaca Al-qur’an, puasa, i’tikaf, haji, tajhiz al-janazah, umrah, adzan, dan iqamat. (Ibadah Mahdahah dan Ghairu Mahdhah, diakses 18 September 2017, pukul 17.15 WIB).
Penulis hanya membatasi ibadah shalat dan mengaji, sebab sudah jelas bahwa shalat merupakan perintah Allah SWT yang terdapat dalam rukun islam ke-2 dan merupakan tiang agama bagi umat muslim. Sedangkan mengaji merupakan kewajiban yang harus dikerjakan bagi semua umat muslim sehingga dapat mengerti dan memahami kitab suci Al-Qur’an.
3. Keluarga Beda Agama
Menurut Saiful Bahri Djamaroh (2004:28), keluarga adalah suatu institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan antara sepasang suami istri untuk hidup bersama, seia sekata, seiring, dan setujuan, dalam membina mahligai rumah tangga untuk mencapai keluarga sakinah dalam lindungan dari ridha Allah.
permohonan, dan membentuk sikap hidup manusia menurut atau berdasarkan ajaran agama itu.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga beda agama adalah suatu institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan antara sepasang suami istri untuk hidup bersama, seia sekata, seiring, dan setujuan, dalam membina mahligai rumah tangga, dimana didalamnya ada perbedaan keyakinan agama antar anggota keluarga. Sedangkan pendidikan ibadah anak pada keluarga beda agama adalah pendidikan ibadah dengan memberikan ajaran-ajaran tata cara beribadah sesuai syariat Islam yang di lakukan pada keluarga yan memiliki keyakinan berbeda.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kualitatif. Penelitian ini dapat diartikan sebagai penelitian yang tidak menggunakan perhitungan. Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor mendefinisikan “Metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang perilaku yang dapat diamati.” (Lexy J. Moloeng,2002:3).
Penelitian kualitatif bersifat generating theory bukan hipotesis
Sugiyono (2012:191) mendefinisikan grounded theory (teori dasar) adalah suatu teori yang secara induktif diperoleh dari pengkajian fenomena yang mewakilinya. Menurut Strauss dan Corbin, penelitian ini mempunyai tujuan untuk membangun teori yang dapat dipercaya dan menjelaskan wilayah dibawah studi. Pada penelitian ini hanya mencari gambaran dan data yang bersifat deskriptif tentang Pendidikan Ibadah Mahdhah Pada Anak Keluarga Beda Agama di Desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru Pada Tahun 2017.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data-data deskriptif yaitu berupa kata-kata tertulis atau orang-orang dari pelaku yang dapat diamati dengan tujuan untuk menggambarkan keadaan atau status fenomena dari data-datayang diperoleh dari obyek penelitian, yang kemudian dilakuakan analisis data.
2. Kehadiran Peneliti
yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan dan atau narasumber lainnya sangat mutlak diperlukan.
3. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang tahun 2017. Adapun alasan tempat penelitian dilaksanakan di lokasi tersebut sebab fenomena tempat ini belum ada yang pernah meneliti sebelumnya sehingga peneliti tertarik dan ingin meneliti lebih jauh lagi.
4. Sumber Data
Ada sumber data yang digunakan oleh peneliti yaitu:
a. Data Primer
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan dari sumber bacaan dan berbagai macam sumber lainnya yang terdiri atas surat-surat pribadi, sampai dokumen-dokumen resmi dari instansi pemerintahan. Peneliti menggunakan data sekunder ini untuk memperkuat hasil penelitian dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan keluarga beda agama.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Dalam bagian ini untuk mendapatkan berbagai data dan infomasi, peneliti menggunakan beberapa metode yaitu:
a. Metode Wawancara
Menurut Umar (2011:51) wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang lain. Pelaksanaanya dapat dilakukan secara langsung berhadapan dengan yang diwawancarai, tetapi dapat juga secara tidak langsung seperti memberi daftar pertanyaan untuk dijawab pada kesmpatan lain. Instrumen berupa pedoman wawancara maupun checklist. Sedangkan menurut Bungin (2011:100) wawancara bertujuan mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat.
Pedoman wawancara yang digunakan adalah pedoman
wawancara terbuka atau open interview.Sebelum melakukan
tentang pendidikan ibadah pada anak keluarga beda agama di Desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru. Untuk memperoleh data maupun informasi mengenai pendidikan ibadah anak keluarga beda agama, maka pewawancara melakukan wawancara dengan orang tua anak pada keluarga beda agama di Desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru sebagai responden.
b. Metode Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Dalam observasi partisipatif pengamat ikut serta dalam kegiatan yang sedang berlangsung, pengamat ikut sebagai peserta rapat atau peserta pelatihan. Dalam observasi nonpartisipatif pengamat tidak ikut serta dalam kegiatan, dia hanya berperan mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan. (Sukmadinata, 2011:220).
Metode ini dapat dipergunakan sebagai alat untuk mencari berbagai data dan informasi tentang praktik pendidikan ibadah pada anak keluarga beda agama di Desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru pada tahun 2017.
c. Metode Dokumentasi
dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. (Sukmadinata, 2011:221).
Penelitian ini menggunakan metode dokumentasi, yaitu dengan mencari sejumlah besar fakta dan data yang tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi yang berkaitan dengan pendidikan ibadah mahdhah pada anak keluarga beda agama di Desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru pada tahun 2017. Data-data tersebut dapat berupa surat-surat pribadi.
6. Analisis Data
Penelitian ini bersifat kualitatif, artinya menggunakan data yang dinyatakan secara verbal dan kualifikasinya secara teoritis.Sedangkan pengolahan datanya dilakukan secara rasional dengan menggunakan pola induktif.
Menurut Matthew dan Huberman (1992:16-19) analisis data terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
mencari arti benda-benda mencatat keberaturan, pola-pola, penjelasan, konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proposisi.
Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik garis bawah bahwa analisis data bermaksud untuk mengorganisir berbagai data yang telah terkumpul. Yaitu data yang telah terkumpul dari catatan lapangan peneliti.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam hal pengecekan keabsahan data yang telah terkumpul, dalam penelitian memiliki tingkatan kebenaran atau tidak, maka dilakukan pengecekan data yang disebut dengan validitas data. Untuk menjamin kevaliditasan data maka dilakukan triangulasi, yaitu teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding trhadap data ini. (Moleong, 2006:330).
Penelitian ini menggunakan cara membandingkan hasil wawancara dengan isi beberapa dokumen yang berkaitan, dengan demikian akan menghasilkan sebuah data yang valid.
8. Tahap-tahap Penelitian
a. Tahap sebelum ke lapangan
Tahapan ini meliputi keiatan penentuan fokus, penyesuaian paradigma dengan teori, penjajakan alat penelitian, mencangkup observasi lapangan dan permohonan ijin kepada subjek yang diteliti, konsultasi fokus penelitian, serta penyusunan usulan penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan
Tahap ini meliputi pengumpulan berbagai data-data dan informasi terkait tentang pendidikan ibadah mahdhah pada anak keluara beda agama di Desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru. Data tersebut dapat diperoleh melalui metode wawancara, observasi, dan dokumentasi.
c. Tahap analisis Data
Tahapan analisis data yaitu melimuti analisis data yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan dokumentasi mendalam tentang pendidikan ibadah mahdhah pada anak keluarga beda agama di Desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru. Setelah itu dilakukan penafsiran data sesuia dengan konteks permasalahan yang diteliti. Selanjutnya dilakukan pengecekan keabsahan data dengan cara mengecek berbagai sumber data benar-benar valid sebagai dasar dan bahan untuk memberikan makna data yang merupakan proses penentuan dalam memahami konteks penelitian yang sedang diteliti.
d. Tahap Penulisan Laporan
data. Setelah melakukan konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbing untuk mendapatkan perbaikan saran-saran demi kesempurnaan skripsi yang kemudian di tindak lanjuti hasil bimbingan tersebut. Langkah terakhir melakukan penyusunan kelengkapan persyaratan untuk ujian skripsi.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini penulis mengajukan pembahasan beberapa bab yang berisi keterkaitan tentang studi kasus yang penulis teliti. Penulis memberikan gambaran sebagai berikut:
BAB I berisi pendahuluan yang memuat latar belakang, fokus penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian yang meliputi: pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II berisi tentang kajian teori yang meliputi: pengertian pendidikan, pengertian ibadah mahdhah, pengertian anak, pengertian keluarga, pengertian agama, pengertian beda agama.
BAB IV berisi gambaran pembahasan memuat tentang: bentuk pendidikan ibadah mahdhah, Masalah pendidikan ibadah mahdhah pada anak keluarga beda agama, Cara mengatasi problematika pendidikan ibadah mahdhah pada keluarga beda agama.
BAB II KAJIAN TEORI A. Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereaka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. (Soekidjo Notoatmodjo. 2003:16)
Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. (Ahmad D Marimba, 1989:19)
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu: menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. (Suwarno,1988:2)
langsung untuk membentuk kepribadian, sehingga dapat berguna bagi kehidupannya di dunia dan diakhirat.
2. Bentuk-bentuk pendidikan
UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab I, pasal 1 ayat 10 adalah sebagai berikut: “Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan jalur formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.” (UU RI no 23 tahun 2003, diakses Selasa pukul 09.14).
Berdasarkan pernyataan di atas maka, bentuk-bentuk pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu: pendidikan informal, pendidikan formal, dan pendidikan nonformal.
a. Pendidikan Informal
Pendidikan informal adalah pendidikan yang tidak mempunyai bentuk program yang jelas dan resmi. (Suwarno,1988:66)
dalam kandungan. Sebagaimana firman Allah dalam Surat An-Nahl ayat 78:
َرﺎَﺼْﺑَﺎْﻟاَو َﻊْﻤﱠﺴﻟا ُﻢُﻜَﻟ َﻞَﻌَﺟﱠو ﺎًﺌْﯿَﺷ َنﻮُﻤَﻠﻌَﺗ ﺎَﻟ ﻢُﻜِﺘﮭﱠﻣُا ِنﻮُﻄُﺑ ﻦِﻣ ﻢُﻜَﺟَﺮﺧ َا ُﷲ اَو
ْﺸَﺗ ْﻢُﻜَﻠَﻌَﻟ َةَﺪِﺌْﻓَﻻاَو
َنْوُﺮُﻜ
Artinya :
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam
keadaan tidak mengerti suatu apapun, dan Dia memberi kamu pendengaran, pemglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur.”(Departemen Agama RI,2007:275)
Oleh sebab itu, sebagai orang dewasa hendaknya memberikan teladan yang baik bagi anak dalam tiap ucapan, tingkah laku, sehingga dapat tercermin pula dalam diri anak kepribadian yang baik.
Hasbullah (1999:39-43) menjelasakan bahwa pendidikan informal memiliki beberapa fungsi yaitu:
1) Pengalaman pertama masa kanak-kanak
Lembaga pendidikan yang ada dalam keluarga member pengalaman pertama yang merupakan factor penting dalam perkembangan pribadi anak. Suasana dari sinilah keseimbangan jiwa di dalam perkembangan individu selanjutnya ditentukan.
2) Menjamin kehidupan emosional anak
berkembang secara baik, hal ini disebabkan karenan adanya hubungan darah antara pendidik dan anak didik, karena orang tua hanya menghadapi sedikit anak didik dan karena hubungan itu tadi didasarkan rasa cinta kasih sayang murni.
3) Menanamkan dasar pendidikan moral
Di dalam keluarga, merupakan penanaman pendidikan pertama dasar-dasar moral bagi anak, yang biasanya tercermin dalam sikap dan perilaku orang tua sebagai teladan yang dapat dijadikan contoh bagi anak-anaknya guna membentuk manusia susila.
4) Memberikan dasar pendidikan sosial
Keluarga merupakan lembaga sosial resmi, yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Perkembangan benih-benih social pada anak dapat dipupuk sedini mungkin, terutama lewat kehidupan keluarga yang perlu menciptakan rasa tolong menolong dan gotong royong kekeluargaan.
5) Peletakan dasar-dasar keagamaan
Dari fungsi pendidikan diatas menunjukan bahwa pendidikan informal tidak dapat diabaikan begitu saja. Justru dalam pendidikan informal inilah yang dapat mempengaruhi perkembangan anak. Oleh sebab itu setiap orang tua harus mampu mendidik anaknya dengan baik karena pendidikan keluarga merupakan sarana dalam membentuk karakteristik serta kepribadian anak.
b. Pendidikan Formal
Pendidikan formal adalah usaha pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja, berencana, terarah dan sistematis melalui suatu lembaga pendidikan yang disebut sekolah. (Ihsan,2001:77)
Dari pengertian tersebut maka, sekolah adalah tempat berlangsungnya pendidikan formal yang mempunyai program jelas dan resmi yang bertujuan untuk mengembangkan ketrampilan, sikap, pengetahuan serta nilai-nilai berdasarkan jenjang pendidikan dan umur anak.
Hasbullah (1999:52-53), lembaga pendidikan formal memiliki banya ragamnya serta tergantung dari sebagaimana melihatnya.
1) Ditinjau dari segi mengusahakan
a) Sekolah Negeri
Yaitu sekolah yang diusahakan pemerintah, baik dari segi pendanaan fasilitas, keuangan maupun pendanaan tenaga pengajar. Instansi penyelengara pada umumnya adalah departemen pendidikan dan kebudayaan (Depdikbud) untuk sekolah-sekolah umum, dan departemen agama untuk sekolah-sekolah yang berciri khas agama Islam.
b) Sekolah Swasta
Yaitu sekolah yang diusahakan oleh selain pemerintah, yaitu badan-badan swasta. Dilihat dari statusnya, sekolah swasta terdiri dari disamakan, diakui, terdaftar, damn tercatat.
2) Ditinjau dari sudut tingkatan
a) Pendidikan Pra Sekolah
Yaitu suatu penyelenggaraan pendidikan yang
b) Pendidikan Dasar
(1) Sekolah Dasar (SD) atau Madarasah Ibtidaiyah
(MI).
(2) Sekolah Menengah Pertama (SMP) atau
Madarasah Tsanawiyah (MTs).
c) Pendidikan Menengah
(1) Sekolah Menengah Umum (SMU) dan kejuruan.
(2) Madrasah Aliyah (MA).
d) Pendidikan Tinggi
(1) Akademi
(2) Institut
(3) Sekolah Tinggi
(4) Universitas
3) Ditinjau dari sifatnya
a) Sekolah umum, yaitu sekolah yang belum
mempersiapkan anak dalam kondisi spesialisasi pada bidang pekerjaan tertentu. Sekolah ini penekanannya adalah sebagai persiapan mengikuti pendidikan yang lebih tinggi tingkatannya.
b) Sekolah kejuruan, yaitu lembaga pendidikan yang
c. Pendidikan Nonformal
Pendidikan nonformal adalah pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja dan berencana tapi tidak sistematis di luar lingkungan keluarga dan sekolah. (Ihsan,2001:77)
Pada pendidikan nonformal tenaga pengajar, fasilitas, waktu, cara pengajaran, dan komponen-komponen lainnya disesuaikan dengan keadaan peserta didik. Sehingga pendidikan ini dapat diperoleh oleh setiap lapisan masyarakat. Materi yang disampaikan dalam pendidikan ini tidak hanya mencangkup materi pelajaran saja, sehingga pelajarannya lebih
luas dan out put yang dihasilkan akan lebih baik sesuai dengan
bidangnya masing-masing.
3. Unsur-unsur Pendidikan
Unsur-unsur pendidikan terdiri atas:
a. Peserta Didik
1) Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas.
2) Individu yang sedang berkembang.
3) Individu yang membutuhkan bimbingan individu dan
perlakuan manusiawi.
4) Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri.
b. Pendidik
Pendidik ialah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik. Pendidik harus memiliki kewibawaan dan menghindari penggunaan kekuasaan lahir.
c. Interaksi edukatif antar peserta didik dan pendidik
Interaksi edukatif pada dasarnya adalah komunikasi timbal balik antar peserta didik dengan pendidikmyang terarah kepada tujuan pendidikan, dimana ketika proses pembelajaran yang sedang berlangsung mendapatkan suasanan belajar yang efektif.
d. Materi atau isi pendidikan (kurikulum)
Dalam system pendidikan persekolah,materi telah diramu dalam kurikulum yang disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan.
e. Konteks yang mempengaruhi pendidikan
yang dilakukan ataupun diadakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan.
f. Perbuatan pendidik
Kegiatan yang dilakukan oleh pendidikketika menghadapi peserta didik. Tata cara dan sikap seorang pendidik dalam penyampaian pelajaran juga menunjang perkembangan peserta didik, pendidik harus menghindari sikap menekan mental peserta didik.
g. Evaluasi dan tujuan pendidikan
Sikap mengulas kembali pelajaran-pelajaran yang sudah dipelajari dalam bentuk latihan dan tugas-tugas. Tujuannya adalah membangkitkan, memicu, dan menyegarkan kembali materi-materi yang telah dibahas sebelumnya, agar peserta didik semakin mantap dalam menguasai pelajaran tersebut.
Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan, pendidikan dapat berlangsung jika terpenuhi seluruh unsur-unsurnya. Setiap unsur dalam pendidikan memiliki keterkaitan satu sama lain. Jika terdapat satu unsur dalam pendidikan tidak terpenuhi maka terjadi ketidak seimbangan dalam proses pendidikan.
B. Ibadah Mahdhah
1. Pengertian Ibadah Mahdhah
hukum-hukum dan aturan-aturan Allah dalam menjalankan kehidupan yang sesuai dengan perintahnya, mulai akil baligh sampai meninggal dunia.Indikasi ibadah adalah kesetiaan, kepatuhan, dan penghormatan serta penghargaan kepada Allah SWT serta dilakukan tanpa adanya batasan serta bentuk khas tertentu (Muhaimin, 2005:279).
Hasbi-Al Shiddieqy (Saleh,2008:3-5) mengungkapkan dalam kuliah ibadahnya:
Menurut ulama’ Tauhid ibadah adalah: “Pengesaan Allah dan pengagungan-Nya dengan segala kepatuhan dan kerendahan diri kepada-Nya”.
Menurut ulama’ Akhlak, Ibadah adalah: “Pengalaman segala kepatuhan kepada Allah secara badaniah, dengan menegakkan syariah-Nya”.
Menurut ulama’ Tasawuf, Ibadah adalah: “Perbuatan mukallaf yang berlawanan dengan hawa nafsunya untuk mengagungkan Tuhan-Nya”.
Sedangkan menurut ulama’ Fiqh, ibadah adalah: “Segala kepatuhan yang dilakukan untuk mencapai ridha Allah, dengan mengharapkan pahala-Nya di akhirat”.
Menurut jumhur ulama’: “Ibadah adalah nama yang mencangkup perbuatan , baik terang-terangan maupun diam-diam.”
Ibadah mahdah (ibadah yang ketentuannya pasti) yakni, ibadah yang ketentuan dan pelaksanaannya telah ditetapkan oleh nash dan merupakan sari ibadah kepada Allah SWT. Seperti shalat, puasa, zakat, dan haji (Ahmad Thib Raya dan Siti Musdiah, 2003:142).
menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya yang dilakukan pada mulanya berasal dari hati namun diwujudkan dengan perbuatan serta ucapan, sekaligus cerminan ketaatan kepada Allah SWT yamg berupa ibadah khusus seperti sholat, mengaji, dan puasa.
2. Hakikat Ibadah
Ketika seseorang diciptakan Allah maka tidak hanya semata-mata ada di dunia tanpa adanya tujuan di balik diciptakannya manusia. Allah menciptakan setiap insan untuk beribadah kepada-Nya. Seperti firman Allah SWT dalam QS.Adzariyat ayat 56:
ِنْوُﺪُﺒْﻌَﯿِﻟ ﺎﱠﻟِا َﺲْﻧِﺎْﻟاَو ﱠﻦِﺠْﻟا ُﺖْﻘَﻠَﺧﺎَﻣَو
Artinya: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka beribadah kepadaku.” (Departemen
Agama,2007:523)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa manusia diciptakan bukan sekedar hidup dan mendiami dunia ini dan mengalami kematian tanpa adanya pertanggung jawaban kepada pencipta-Nya. Melainkan manusia diciptakan oleh Allah SWT untuk beribadah kepada-Nya.
Pada dasarnya, tujuan akal dan pikiran adalah baik dan benar. Akan tetapi sebelum jalan akal dan fikiran itu diarahkan dengan baik, kebenaran dan kehendaknya itu belum tentu baik dan benar menurut Allah. Oleh sebab itulah manusia diberi beban atau taklif, yaitu perintah-perintah dan larangan-larangan menurut agama Allah SWT, yaitu agama islam. Gunanya adalah memperbaiki jalan akal pikiranya.(Mas’ud,2007:19)
3. Macam-Macam Ibadah
Menurut Ahmad Thib Raya dan Siti Musdiah (2003:142), secara garis besar ibadah dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:
a) Ibadah Khassah (khusus) atau ibadah mahdah (ibadah yang
ketentuannya pasti) yakni, ibadah yang ketentuan dan pelaksanaannya telah ditetapkan oleh nash dan merupakan sari ibadah kepada Allah SWT. Seperti shalat, puasa, zakat, dan haji.
b) Ibadah ‘ammah (umum), yakni semua perbuatan yang
mendatangkan kebaikan dan dilaksanakan dengan niat yang ikhlas karena Allah SWT. Seperti minum, makan, dan bekerja mencari nafkah.
ibadah dibagi menjadi beberapa tetap saja bahwa ibadah yang dilakukan adalah semata-mata karena Allah SWT.
4. Syarat Diterimanya Ibadah
Ibadah dalam kehidupan sehari-hari adalah perkara yang tidak bisa dilepaskan. Setiap manusia beragama akan terus beribadah kepada Tuhan-Nya. Dalam islam, segala bentuk ibadah telah disyariatkan berdasarkan pada Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sebab jika ibadah tidak memiliki dasar dalam melaksanakannya berarti
dinamakan bid’ah.
Syaikh Dr.Shalih bin Fauzan bin Abdullah (2013:81) menyatakan, “amalannya ditolak dan tidak diterima, bahkan ia berdosa karenanya, sebab amal tersebut adalah maksiat, bukan taat.”
Berdasarkan pernyataan diatas telah jelas bahwa setiap ibadah yang dilakukan tidak ada dasarnya maka ibdahnya atau amalannya ditolak bahkan mendapatkan dosa. Dalam beribadah terdapat beberapa syarat yang harus terpenuhi agar ibadah tersebut tidak mengakibatkan dosa yaitu:
a) Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan
kecil.
Selain syarat-syarat tersebut dijelaskan pula agar ibadah kita diterima oleh Allah SWT maka harus memiliki sifat berikut:
a) Ikhlas, artinya hendaklah ibadah yang kita kerjakan itu
bukan mengharap pemberian dari Allah, tetapi semata-mata karena perintah-Nya dan ridha-Nya. Juga bukan karena mengharap serga bukan pula tajut kepada neraka. Karena surge dan neraka itu tidak dapat menyenangkan atau menyiksa tanpa seizin Allah SWT.
b) Meninggalkan riya’, artinya beribadah bukan karena malu
kepada manusia atausupaya dilihat orang lain.
c) Bermurabaqah, artinya yakin bahwa Tuhan itu selalu
melihat dan ada disamping kita sehingga kita bersikap sopan kepada-Nya.
d) Jangan keluar dari waktu-Nya, artinya mengejar ibadah
dalam waktu tertentu, sedapat mungkin dikerjakan dari awal waktu. (Ibnu Mas’ud, 2007:20).
C. Anak
1. Pengertian Anak
Secara umum dalam sebuah rumah tangga mendambakan datangnya buah hati. Anak merupakan sebuah kebanggan bagi kedua orang tuanya. Anak merupakan keturunan atau generasi sebagai suatu hasil hubungan kelamin atau persetubuhan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan dalam ikatan perkawinan.
Menurut Soerojo Wignjodipoero anak adalah kecuali dilihat oleh orang tuanya sebagai penerus generasi juga anak itu dipandang pula sebagai wadah dimana semua harapan orang tuanya kelak kemudian hari wajib ditumpahkan, pula dipandang sebagi pelindung orang tuanya kelak bila orang tua itu sudah tidak mampu lagi secara fisik untuk mencari nafkah.(Tholib Setiady, 2010:173).
Dikemukakan oleh Ter Haar bahwa saat seseorang menjadi dewasa ialah saat ia (laki-laki atau perempuan) sebagai orang yang sudah berkawin, sebagai laki bini muda merupakan keluarga yang berdiri sendiri. (Sastrawijaya, 1977:18)
D. Keluarga Beda Agama
1. Pengertian Keluarga Beda Agama
Sebelum menjelaskan tentang pengertian keluarga beda agama, terlebih dahulu akan dijelaskan tentang keluarga dan agama.
Menurut Saiful Bahri Djamaroh (2004:28), keluarga adalah suatu institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan antara sepasang suami istri untuk hidup bersama, seia sekata, siring, dan setujuan, dalam membina mahligai rumah tangga untuk mencapai keluarga sakinah dalam lindungan dari ridha Allah.
Dari pengertian diatas maka, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga ayah dan anggota keluarga ibu dan anak sehingga dapat membina rumah tangga yang sakinah dan dalam lindungan dari ridha Allah SWT.
Setelah mengetahui pengertian keluarga selanjutnya dijelaskan pengertian Agama dalam kehidupan bermasyarakat dan beragama.
Agama ialah kepercayaan kepada Tuhan yang dinyatakan dengan mengadakan hubungan dengan Dia melalui upacara, penyembahan dan permohonan, dan membentuk sikap hidup manusia menurut atau berdasarkan ajaran agama itu.
Murtadha Mutahhari (1984:45), menjelaskan agama memiliki peranan antara lain:
a. Agama adalah produk rasa takut.
c. Pendambaan akan keadilan dan keberaturan.
d. Dari kalangan Marxis: agar kelas penindas dan
mempertahankan privilese, kedudukan dan kekuasaanya di antara bangsa-bangsa.
Dari devinisi antara keluarga dan agama maka dapat disimpukan bahwa keluarga beda agama adalah suatu institusi yang terbentuk karena ikatan perkawinan antara sepasang suami istri untuk hidup bersama, seia sekata, siring, dan setujuan, dalam membina mahligai rumah tangga, dimana didalamnya ada perbedaan keyakinan agama antar anggota keluarga.
2. Pandangan Islam Terhadap keluarga Beda Agama
Dalam islam mengajarkan bahwa dibentuknya keluarga merupakan anjuran dan merupakan sunah Rasulullah Saw. dalam agama islam sudah dianjurkan bahwa setiap laki-laki muslim itu menikahi perempuan muslim begiru pula sebaliknya. Tetapi seiring dengan perkembangan zaman banyak laki-laki muslim maupun perempuan muslim yang menikah dengan laki-laki atau perempuan non muslim. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah Ayat 221:
ﺎَﻟَو ْﻢُﻜْﺘَﺒَﺠْﻋَا ْﻮَﻟ ﱠو ٍﺔَﻛ ِﺮْﺸﱡﻣ ْﻦﱢﻣٌﺮْﯿَﺧ ٌﺔِﻨِﻣ ْﺆﱡﻣ ٌﺔَﻣ ﺎَﻟَو ﱠﻦِﻣْﺆُﯾ ﻰَﺘَﺣ ِﺖَﻛِﺮْﺸُﻤْﻟا اْﻮُﺤِﻜْﻨَﺗﺎَﻟَو
اْﻮُﺤِﻜْﻨُﺗ
َﻌَﻟ َو اْﻮُﻨِﻣ ْﺆُﯾ ﻰﱠﺘَﺣ َﻦْﯿِﻛ ِﺮْﺸُﻤْﻟا
ﻰَﻟِا َنْﻮُﻋ ْﺪَﯾ َﻚِﺌَﻟ وُا ْﻢُﻜْﺘَﺒَﺠْﻋَا ْﻮَﻟ ﱠو ٍكِﺮْﺸﱡﻣ ْﻦﱢﻣ ٌﺮْﯿًﺟ ٌﻦِﻣ ْﺆﱡﻣ ٌﺪْﺒ
Artinya: “Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik, sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya perempuan yang beriman lebih baik dari pada perempuan musyrik meskipun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu nikahkan orang (laki-laki) musyrik (dengan perempuan yang beriman) sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik daripada laki-laki musyrik meskipun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surge dan ampunan dengan izin-Nya. (Allah) menerangkam ayat-ayat-Nya kepada manusia agar mereka
mengambil pelajaran”. (Departemen Agama, 2007:35).
Dari ayat tersebut telah jelas bahwa setiap keluarga yang di bina harus memiliki satu agama yang sama. Islam memandang bahwa keluarga yang dibina memiliki beberapa agama yang berbeda maka akan menimbulkan dosa. Walupun dalam kehidupan bermasyarakat terdiri atas beberapa agama yang berbeda maka wajiblah bersikap toleransi. Sehingga akan menimbulkan kerukunan dalam umat beragama. Seperti fiman allah dalam Al-Qur’an surat Al-Kafirun ayat 6:
ِﻦْﯾِد َﻲِﻟَو ْﻢُﻜُﻨْﯾِد ْﻢُﻜَﻟ
Artinya: “Untukmu agamamu, dan untukku
agamaku”.(Departemen Agama RI, 2007:603)
E. Penelitian Yang Relevan
1. Penelitian oleh Adi Pitoyo, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri
ibadah. Yaitu apakah memiliki pengaruh yang cukup signifikan atau tidak terhadap pengalaman ibadah anak setelah mendapatkan bimbingan ibadah dalam keluarga. Penelitian dalam skripsi ini menitik beratkan pada pengaruh bimbingan ibadah dalam keluarga sebelum dan sesudah anak mendapatkan bimbingan pengalaman ibadah.
2. Penelitian oleh Yaquta Mustofiah, Sekolah Tinggi Agama Islam
Negeri (STAIN) Salatiga tahun 2012 yang berjudul “Pendidikan Agama Islam Pada Anak Dalam Keluarga Beda Agama di Kelurahan Sidorejo Lor Kota Salatiga”. Skripsi ini menjelaskan tentang pendidikan agama Islam yang berlangsung pada suatu keluarga yang berbeda agama. Yang mencangkup berbagai macam metode yang diberikan orang tua dalam membimbing anaknya untuk mempelajari agama islam. Berbagai macam problematika orang tua beda agama dalam mendidik anaknya dalam memberikan pembelajaran agama islam. Penelitian dalam skripsi ini menitikberatkan bagaimana cara orang tua yang memiliki perbedaan agama dalam mendidik anaknya dalam hal pendidikan agama islam.
BAB III PROFIL DATA
A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian 1. Letak Geografis
Desa Banyubiru terletak di Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. Terletak diantara Kota Salatiga dan Ambarawa. Desa Banyubiru merupakan daerah yang memiliki potensi Sumber Daya Manusia (SDM) yang cukup besar mencapai 8.459 jiwa dan memiliki potensi wilayah yang luas mencapai 677,087 ha. Memiliki iklim tropis dan memiliki hawa yang cukup sejuk. Suhu udara rata-rata berkisar antara 23-25 derajat celcius pada pagi hari dan 29 deraajat celcius pada siang hari.
Adapun batas Wilayah Desa Banyubiru adalah sebagai berikut:
a. Sebelah Utara : Kelurahan Pojok Sari.
b. Sebelah Barat : Desa Rapah / Desa Brongkol.
c. Sebelah Selatan : Desa Wirogomo
d. Sebelah Timur : Desa Kebondowo
Mengenai pertanahan adalah sebagai berikut:
a. Tanah Sawah : 192.087 Ha
b. Irigasi teknis : 41.00 Ha
d. Sederhana : -
e. Tanah AD (Angk. Darat) : 18.000 Ha
f. Tanah kering : 264.963 Ha
g. Pekarangan/bangunan : 72.123 Ha
h. Tegalan/kebunan : 178.860 Ha
i. Padang gembala : -
j. Tambak/kolam : -
k. Rawa : 220.000 Ha
2. Keadaan Penduduk
Desa Banyubiru terletak diantara Kota Salatiga dan Ambarawa. memiliki 9 dusun dan memiliki jumlah penduduk mencapai 8.459 jiwa. Untuk lebih rinci diklasifikasikan menurut dusun dan jumlah RT dan RW pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Jumlah Dusun dan RT/RW se Desa Banyubiru
NO DUSUN JUMLAH
RW JUMLAH RT KETERANGAN
1 Krajan 2 11
2 Kampung
Rapet
1 4
3 Randusari 2 4
4 Tegalwuni 2 6
5 Cerbonan 3 9
Penduduk Desa Banyubiru terdiri atas jiwa. Adapaun klasifikasi penduduk berdasarkan jenis kelamin pada tabel berikut:
Tabel 3.2
Penduduk Desa Banyubiru berdasarkan jenis kelamin tahun 2017
NO Jenis Kelamin Jumlah
1. Laki-laki 4.482
2. Perempuan 4.377
Jumlah 8.859
Desa Banyubiru mempunyai jumlah penduduk 8.859 Jiwa, yang tersebar 9 dusun yang terdiri atas berbagi jenjang usia. Berikut klasifikasi penduduk Desa Banyubiru berdasarkan usia:
Tabel 3.3
Penduduk Desa Banyubiru berdasarkan kelompok usia tahun 2017
2 1 < 5 412 416 828
3 6 < 10 378 435 813
4 11 < 15 405 432 837
5 16 < 20 399 488 887
6 21 < 25 456 438 894
7 26 < 30 438 395 833
8 31 < 40 382 449 831
9 41 < 50 397 338 735
10 51 < 60 343 371 714
11 60 keatas 251 294 545
Jumlah 4307 4552 8859
Penduduk Desa Banyubiru berjumlah 8.859 jiwa, yang memiliki
kepercayaan beragam. Untuk lebuh jelasnya sesuai dengan tabel di bawah ini:
Tabel 3.4
Penduduk Desa Banyubiru berdasarkan Agama tahun 2017 No Kelompok Laki-laki Perempuan Jumlah
Agama
1. Islam 4.177 4.083 8.260
2. Kristen 93 102 195
3. Katholik 203 186 389
4. Hindu 5 9 14
6. Kepercayaan 0 0 0
Jumlah 8.859
Desa Banyubiru adalah desa dengan latarbelakang penduduk yang
memiliki pekerjaan yang beragam. Adapun lebih jelasnya pada tabel berikut:
Tabel 3.5
Mata pencaharian penduduk Desa Banyubiru tahun 2017
NO Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan Jumlah
1 PNS 46 14 60
2 TNI 22 0 22
3 Polri 23 3 26
4 Pegawai Swasta 166 51 217
5 Pensiunan 148 116 264
6 Pengusaha 22 0 22
7 Buruh Bangunan 42 0 42
8 Buruh Industri 92 194 286
9 Buruh Tani 36 11 47
10 Petani 56 0 56
11 Peternak 5 0 5
12 Nelayan 15 0 15
13 Lain-lain 66 10 76
3. Penyelenggara Organisasi Pemerintah Desa Banyubiru dan Lembaga Desa
Tabel 3.6
Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Banyubiru
No. Jabatan Nama
1. Kepala Desa Sri Anggoro Siswaji
2. Sekertaris Desa Tri Joko Siswantoro
3. Kaur Keuangan Sudarmanto Setiadi, SP
4. Kasi Umum Suwadi
5. Kaur Pemerintahan Anik Sri Rahayu, SH
6. Kaur Pembangunan H. Joko Sungkono
7. Kaur Kesra Suhodo
8. Pembantu Perangkat Didik Kiswantoro
9. Kadus Krajan Djoko Feriyanto
10. Kadus Dangkel Sugiyanto
11. Kadus Kampung Rapet PD. Supri Daryono
12. Kadus Randusari Ismail
13. Kadus Tegalwuni Sukaryanto
14. Kadus Cerbonan Achmad Mujadil
15. Kadus Demakan Mudiono
16. Kadus Pancuran Purwadi
4. Keadaan Agama dan Sosial Ekonomi a. Keadaan Sosial Ekonomi
Dalam kehidupan bermasyarakat khususnya dalam bidang
ekonomi juga nampak adanya peningkatan taraf hidup dan inkam perkapita waluapun tidak signifikan. Harga barang kebutuhan sehari-hari khususnya 9 bahan pokok tetap terkendali dan dapat dijangkau oleh masyarakat.
Adanya bantuan-bantuan dari pemerintah baik dalam program Raskin, Jamkesmas yang sudah tertata sistem penyalurannya pada keluarga tidak mampu (miskin). Namun demikian hal ini mempunyai dua dampak di satu sisi berdampak positif sehingga masyarakat bisa mengembangkan dana bantuan menjadi modal usaha tetapi di sisi lain juga berdampak negatif karena masyarakat menjadi lebih malas untuk berusaha (dalam istilah jawa njagakke) dan juga menimbulkan sedikit keirian warga yang tidak dapat bantuan namun dari semua itu kami selaku pemerintah Desa sudah mencoba mengatasinya sehingga masyarakat bisa memahami.
Dengan adanya pra koperasi ini juga sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Desa Banyubiru. Apalagi ditunjang dengan program PNPN-Mandiri khususnya di bidang Simpan Pinjam dan UEP yang bisa dinikmati masyarakat pencari modal usaha kecil menengah tanpa jaminan dan bunga sangat lunak sehingga mempercepat putaran bisnis / ekonomi di desa.
b. Keadaan Agama
Melihat pada tabel 3.4 kehidupan beragama di wilayah Desa Banyubiru terasa penuh dengan rasa kekeluargaan, toleransi antar umat beragama juga nampak hidup dengan harmonis. Dengan adanya pengajian-pengajian, jemaah Yasin/Berjanji, Jemaah Misa/Kebaktian yang berkembang kondusif sehingga bisa meningkatkan kualitas ketaqwaan masing-masing pemeluk agama.
Bahkan toleransi dalam beragama juga terdapat dalam satu
lingkungan keluarga. Yaitu keluarga yang memiliki perbedaan agama antar anggota keluarga. Yang biasanya dalam keluarga hanya ada 1 agama yang dianut tetapi ini terdapat 2 agama yang di anut. Sehingga dalam kasus ini toleransi dalam beragama sangat dibutuhkan.
agama yang diajarkan dalam keluarga akan mempengaruhi anak dalam beribadah dan dalam kehidupannya.
B. Temuan Penelitian
1. Pelaksanaan Pendidikan Mahdhah Ibadah Pada Anak Keluarga Beda Agama di Desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang.
Berdasarkan hasil wawancara di lapangan yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan ibadah anak pada keluarga beda agama yang terdiri atas 6 keluarga yang berjumlah 20 Informan sebagai berikut:
Pendidikan ibadah anak pada responden ke-1, yaitu bapak YLT dan ibu T orang tua dari SWS. Penulis mendapakan data pada tanggal 11 Mei 2017 di Dusun Tegalwuni dan hasilnya sebagai berikut:
Pada keluarga SWS (15th) awalnya memiliki keluarga yang beragama Islam. Ibunya T dan ayahnya YLT adalah seorang menikah sesuai dengan syariat islam. Tetapi keadaan berubah ketika adik bapak YLT menikah dengan seorang pendeta sehingga secara tiba-tiba bapak YLT memutuskan untuk berpindah agama menjadi seorang Khatolik.
Sebagaimana yang dituturkan oleh bapak YLT adalah sebagai berikut:
pendeta ada sing beda dengan saya. Yaa akhirnya saya pindah agama mbak. Tapi saya tidak memaksa anak dan istri saya ikut dengan agama saya sekarang. Walaupun saya, istri dan anakku punya agama yang berbeda tapi dalam mendidik agama anak saya tetap memberikan pelajaran yang terbaik untuk anakku mbak.” ( 11 mei 2017).
Pada saat itu SWS sudah berusia 5 tahun ia memeluk agama Islam. Seperti pada umumnya SWS dididik oleh ibunya T untuk mengaji dan sholat seperti membelikan Iqro’ untuk belajar mengaji bersama ibunya. Dalam hal sholat SWS kecil juga diajarkan ibunya serta mendapatkan ilmu agama di sekolah hingga saat ini. Dalam hal ini bapak YLT tidak mempermasalahkan memiliki perbedaan keyakinan dengan anaknya. Bahkan bapak YLT sering menyuruh anaknya untuk sholat dan mengaji.
Sebagaimana yang di tuturkan ibu T adalah sebagi berikut:
“Nak SWS sudah tak ajari sholat sama ngaji dari dia kecil mbak. Tak tumbaske iqra’ sama sarung. Nak ngaji tak masukke TPQ tempat e Mbah Bakrim trus sholat tak ajari alon-alon mbk. Bapak ne nak ngerti SWS durung sholat kui mesti di elingke mbak kon sholat walau pun bedo agamane. Tapi biyen pas iseh cilik SWS kui mesti melu neng gereja karo bapakne nganti kira-kira SD kelas 5nan lagi mudeng ora melu meneh neng greja. Aku ya tetep ngajari anakku sing apik nak kabeh agama kui ngajarke ibadah sing apik”.(11 Mei 2017)
Hal yang hampir serupa juga terjadi pada informan ke-2 yaitu keluarga bapak H dan ibu D orang tua dari V (13 tahun) dan S (9 tahun) penulis mendapatkan datanya pada tanggal 13 Mei 2017 di Dusun Tegalwuni, dan hasilnya sebagai berikut:
Pada awalnya bapak H menikah dengan ibu D yang memiliki
menjadi seorang mualaf sebab mengikuti keyakinan bapak H. Setelah lahir anak ke-2 yaitu S, ibu D memutuskan untuk berpindah keyakinan kembali menjadi seorang Khatolik. Sebagaimana yang dituturkan oleh ibu D kepada penulis adalah sebagai berikut:
“Dulunya saya pindah agama itu ikut suami mbak, setelah itu saya merasa tidak nyaman yaa saya putuskan balik lagi ke agama saya yang dulu. Anak saya yang besar V mengikuti agama bapaknya trus yang S ikut agama saya. Tapi saya memberikan ajaran ibadah sesuai dengan agama mereka mbak dan tidak pernah saya paksa-paksa”. (13 Mei 2017).
Bapak H mengajari putrinya V untuk sholat dan mengaji seperti mengibaratkan orang yang hidup itu membutuhkan makanan. Sedangkan Ibu D mengajari anaknya S dengan selalu membawanya ke gereja setiap kali peribadatan. Dalam keluarga ini tidak terjadi pemaksaan dalam hal beribadah dan memeluk agama. Sebagaimana yang di tuturkan bapak H:
“Agama kui koyo wong sing urip trus butuh panganan mbak, dadi V kui tak ajari ibadah sholat, ngaji ora tau tak peksa. Malahan ibune kui sing jengkel nak V lali ora sholat. Tak kon mangkat TPQ nang Mbah Bakrim ben iso ngaji gawe erip e dewe. Beda karo S mbak, S kui mesti angel yen di kandani kon melu ibune neng greja malah seneng dolan wae, aku ya jengkel mbak nak S kui ora melu sembahyangan. Makane kui saben minggu melu neng greja karo sekolah minggu neng greja”. (13 Mei 2017).
Pelaksanaan pendidikan ibadah anak pada informan yang
Bapak C dan ibu D menikah secara agama Katholik. Bapak C memiliki latar belakang keluaraga Khatolik dan ibu D memiliki latar belakang agama Islam. Tetapi ibu D tetap teguh dengan keyakinannya yaitu Islam walaupun menikah secara Khatolik.seperti yang di tuturkan ibu D kepada penulis yaitu:
“Saya dulu menikah di gereja mbak, tapi saya tidak mau
pindah keyakinan. Saya percaya Allah maha tau mbak. Suami saya juga tidak memaksa untuk saya pindah agama, dia (suami)juga mempertahankan agamanya. Kalau menikah di gereja gak harus jadi katholik mbak, sehingga diputuskan menikah di gereja. Untuk anak saya sekarang ikut dengan saya menjadi seorang muslimah”(17 Mei 2017).
Ibu D mengajarkan agama Islam pada anaknya M sejak
usia dini dan suaminya tidak mempermasalahkan. Bahkan sejak masuk sekulah M di masukkan di sekolah Islam di tambah lagi dengan pembelajaran yang dilakukan di rumah pada saat ibu D sholat maka mengajak anaknya M untuk ikut sholat. Seperti yang dituturkan ibu D sebagai berikut:
“Anak saya M harus pintar agamanya mbak. Dari kecil
saya sekolahkan di RA sekarang saya sekolahkan di MI. Setiap sore saya suruh dia (M) ikut TPQ dan selalu saya ingatkan ketika masuk waktu sholat. Suami (C) tidak pernah mempermasalahkan apa yang saya ajarkan pada M, malahan dia (suami) sangat mendukung yang saya lakukan”.(17 Mei 2017).
Pelaksanaan pendidikan ibadah anak pada informan ke-4
Pada awalnya latar belakang keluarga bapak Y dan Ibu N adalah keluarga beragama Islam. keluarga ini termasuk dalam keluarga yang sederhana. Pada saat P kelas 2 SD terdapat tetangga yang mengajak untuk ikut PPA gereja. Alasannya yaitu untuk pelatihan sekolah seperti les mata pelajaran. Karena sering dibantu ekonomi dari gereja seperti bantuan uang dan sarana prasarana sekolah, ibu N memutuskan berpindah agama Khatolik serta P diajak untuk berpindah agama. Seperti yang dituturkan ibu N sebagai berikut:
“Dulunya saya beragama Islam mbak tapi setelah anaka
saya P ikut PPA dan saya mengetahui bagaimana ajaran yang
diberikan di sana, saya merasa ingin berpindah keyakinan, dan
akhirnya saya berpindah keyakinan. Suami (bapak Y) pada
awalnya tidak mensetujui, tapi ini jalan hidup saya mbak. Agama
kan pilihan mbak kemantapan seseorang, akhinya dia (suami)
mengikhlaskan saya dan P pindah keyakinan”.(20 mei 2017).
P dididik oleh Ibu N dengan pendidikan ibadah khatolik
“DD tak didik mbak tak masukke sekolah Islam ben ora kepengaruh karo godaan-godaan podo ibune. Biyen cilik e tak kon ngaji sholat saben aku sholat tak kon melu, setiap Jum’atan tak ajak ben iso ngerti kewajiban e ibadah marang gusti Allah. Aku mung iso doa mugo anakku P iso mlebu neng Islam meneh mbak”.
(20 Mei 2017).
Penulis mewawancarai pada informan yang ke-5 dan
ternyata memiliki kesamaan pada informan ke-3. Pendidikan ibadah anak pada keluarga bapak M dan ibu T orang tua dari D (15 tahun). Penulis mendapatkan datanya pada tanggal 21 Mei 2017 di Dusun Randusari dan hasilnya sebagai berikut:
Bapak M dan ibu T menikah secara agama Katholik. Bapak
M memiliki latar belakang keluarga Khatolik dan ibu T memiliki latar belakang agama Islam. Tetapi ibu T tetap teguh dengan keyakinannya yaitu Islam walaupun menikah secara Khatolik.seperti yang di tuturkan ibu T kepada penulis yaitu:
“Awalnya saya tidak direstui orang tua mbk, setelah orang
tua tau saya tidak berpindah keyakinan maka saya diperbolehkan menikah walaupun menikah di gereja”.(21 Mei 2017).
Pendidikan ibadah anak pada keluarga ini berlangsung
“Saya mengajari D untuk mengaji dan sholat mbak ketika saya juga akan melaksanakannya. Membelikan mukena kecil dan Iqra’ supaya dapat diajari sedikit-sedikit cara beribadahkepada Allah. Dia (Suami) tidak pernah melarang bahkan ia selalu mengingatkan jika lupa”. (21 Mei 2017).
Pendidikan ibadah anak pada informan ke-6, yaitu bapak N
dan ibu S orang tua dari T (11 tahun), yang penulis peroleh data pada tanggal 27 Mei 2017 di Dusun Tegalwuni dan hasilnya sebagi berikut:
Bapak N dan Ibu S menikah secara syariat Islam. Setelah 1
tahun pernikahan bapak N kembali ke agamanya semula yaitu Khatolik. Ibu S memiliki latar belakang keluarga Islam dan bapak N memiliki latar belakang keluarga katholik. Seperti yang dituturkan bapak N sebagai berikut:
“Dulunya saya menikah secara Islam mbak, tapi kira-kira
sudah satu tahun menikah saya berpindah agama lagi karena saya
merasa nyaman dengan agama saya yang dulu”. (27 Mei 2017).
Dalam pendidikan ibadah ibu S mendidik anaknya T
secara Islam. Seperti dari kecil diajarkan mengaji dan sholat serta memasukkannya TPQ. Tetapi tidak jarang juga bapak N mengajak anaknya T untuk ikut ke gereja walaupun di dalam gereja tidak ikut bersembahyang. Seperti yang dituturkan ibu S sebagai berikut:
“Saya didik T mbak dari kecil tak ajari sholat, ngaji tak
Dari Ke enam informan penulis dapat menarik kesimpulan bahwa ke enam keluarga yang berbeda agama tersebut memiliki penyebab perbedaan agama yang hampir sama. Ada yang pada awalnya sama sama menikah dalam keadaan seagama lalu salah satu berpindah keyakinan pada saat sudah menikah, dan ada pula yang menikah tanpa ada yang berpindah agama.
Dalam pendidikan ibadah mahdhah pada anak, sudah
diajarkan dari anak tersebut berusia dini. Pada anak yang mengkuti bapak atau ibunya yang beragama Islam orang tua memberikan pendidikan dengan cara mengajarinya secara langsung pada saat melaksanakan ibadah baik sholat maupun mengaji. Dan pada anak yang beragama non Islam juga hampir sama dengan yang dilakukan pada anak yang beragam Islam.
Bahkan toleransi beragama pada setiap keluarga sangat
besar. Yaitu saling mengingatkan dalam hal beribadah baik antara bapak, ibu, dan anak.
2. Problematika dan Solusi Pendidikan Ibadah Mahdhah pada Anak Keluarga Beda Agama di Desa Banyubiru Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang.
Dari observasi yang dilakukan penulis pada keluarga beda
yang diperoleh dalam mendidik ibadah anak di keluarga beda agama adalah sebagai berikut:
Problematika serta solusi Pendidikan ibadah anak pada
informan ke-1 yaitu keluarga bapak YLT dan ibu T orang tua dari SWS, yang penulis peroleh data pada 11 Mei 2017 sebagi berikut:
Problematika yang sering terjadi yaitu SWS terkadang
merasa malas dalam mengerjakan sholat dan lebih senang bermain handphone. Ayahnya bapak YLT sesekali menegur, solusinya yaitu memberikan suatu hadiah apabila SWS rajin dalam melaksanakan ibadah yaitu sholat dan mengaji. Tentunya dengan bimbingan dari ibunya juga. Seperti yang di tuturkan bapak YLT,ibu T, dan SWS:
“Sering mbak saya suruh SWS untuk sholat trus berangkat
TPA, eh malah anaknya itu seneng main HP. Yaa akhirnya saya bujuk-bujuk kalau rajin tak kasih hadiah”.(Bapak YLT)
“Saya senang mbak, bapaknya juga memperhatikan SWS
dalam hal ibadah. Saya juga sering awasi SWS kalua belum sholat tak bilangkan ke bapanya, dan iya dia langsung nurut mbak”. (Ibu T)
“Males mbak, kadang lupa kalau sudah main game tapi
bapak sering marah-marah. Trus kalau rajin nanti saya di kasih hadiah mainan mbak makanya sekarang saya rajin”.(SWS)
Problematika serta solusi Pendidikan ibadah anak pada
informan ke-2 yaitu keluarga bapak H dan ibu D orang tua dari V dan S, yang penulis peroleh data pada 13 Mei 2017 sebagi berikut:
Pada keluarga ini memiliki 2 anak yang berbeda keyakinan.
bermain game apabila hendak diajak ke gereja. Solusi yang dilalukan bapak H terhadap anaknya V adalah menceritakan bahwa anak yang rajin beribadah akan mendapatkan kesuksesan dan terkadang memberikan suatu hadiah. Begitu pula yang dilakukan ibu D terhadap anaknya S jika tidak mau diajak ke gereja maka
akan menceritakan tentang Santaclause yang tidak mau
memberkian hadiah kepada anak yang malas. Seperti yang dituturkan bapak H dan ibu D:
“V kalau sudah ketemu handphone lupa sholat mbak,
kadang sing suruh sampai kesel. Ya nak mau sholat apa ngaji kalau sudah tak ceritani anak sing sukses karena rajin ibadah kadang ya tak belike hadiah ben semangat”. (Bapak H)
“Kalau adiknya tak critani Santaclause langsung berakat
mbak, takut nak gak dapat hadiah. Langsung mau ikut ibadah ke gereja”. (Ibu D)
Problematika serta solusi Pendidikan ibadah anak pada
informan ke-3 yaitu keluarga bapak C dan ibu D orang tua dari M, yang penulis peroleh data pada 17 Mei 2017 sebagai berikut:
Tidak jauh berbeda dengan keluarga yang sebelumnya, pada keluarga ini anak M lebih suka bermain dengan bonekanya hingga lupa melaksanakan sholat dan berangkat mengaji. Solusinya biasanya ibu D memberikan bintang setiapkali M melaksanakan sholat atau mengaji. Hal itu juga di dukung bapak C, jika bintangnya berjumlah 10 maka akan di tukar dengan boneka Barbie baru. Seperti yang dituturkan bapak C, ibu D, dan M: