• Tidak ada hasil yang ditemukan

Etnografi Penderita HIV dan Lingkungan Sosial Budayanya di Simpang Selayang Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Etnografi Penderita HIV dan Lingkungan Sosial Budayanya di Simpang Selayang Medan"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

Etnografi Penderita HIV Dan Lingkungan Sosial Budayanya

Di Simpang Selayang Medan

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Ilmu

Sosial dalam Bidang Antropologi

Oleh :

Annisa Sholihati Berutu

110905031

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL

MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama

: Annisa Sholihati Berutu

NIM

: 110905031

Departemen

: Antropologi Sosial

Judul

: Etnografi Penderita HIV dan Lingkungan Sosial

Budayanya di Simpang Selayang Medan

Medan, Desember 2015

Dosen Pembimbing

Ketua Departemen

(Nurman Achmad, S.Sos.M.Soc)

(Dr. Fikarwin Zuska)

NIP. 196711181995121002

NIP.196212200198903 1 005

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

Etnografi Penderita HIV Dan Lingkungan Sosial Budayanya

Di Simpang Selayang Medan

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya

yang pernah disajikan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat

yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis

diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya

nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan

gelar kesarjanaan saya.

Medan, Desember 2015

Penulis

(4)

ABSTRAK

Annisa Sholihati Berutu, 2015, Etnografi Penderita HIV dan Lingkungan

Sosial Budayanya Di Gang Kenanga Simpang Selayang Kec. Medan

Selayang II. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 117 halaman, 3 daftar tabel, dan

13 daftar gambar.

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang hanya dapat

menginfeksi manusia dengan cara menyerang sel-sel darah putih sehingga

menurunkan sistem kekebalan tubuh manusia. Penyakit HIV muncul tentu ada

faktor-faktor yang mendukung berdasarkan perilaku orangnya dan lingkungan

sosial budayanya.Orang yang terinfeksi HIV (penderita HIV) tidak lagi hanya

terdapat pada kelompok yang beresiko tinggi namun sudah menjalar ke anak-anak

dan ibu rumah tangga yang setia pada suaminya. Mereka tertular dari orangtuanya

atau pasangan suami/istri melalui cairan mani, cairan vagina, dan air susu Ibu.

Berdasarkan penelitian di lapangan,masalahyang dihadapi oleh penderita

HIV ada dua aspek yaitu

pertamabertahan melawan penyakit dan keduabertahan

terhadap stigma dan diskriminasi masyarakat di beberapa lingkungan, yaitu

lingkungan kelompok, lingkungan tempat tinggal, lingkungan tempat kerja, dan

lingkungan tempat ibadah. Kemudian salah satu strategi yang dilakukan oleh

seorang penderita HIV untuk bertahan dalam hidup yaitu berinisiatif mendirikan

sebuah rumah singgah untuk kelompok Odha yang

disebut “Pita Merah”

tujuannya agar orang-orang yang nasibnya sama kemudian diberi pengetahuan

mengenai HIV dan layanan kesehatan. Kelompok tersebut tidak hanya untuk

kelompok Odha tetapi bisa juga untuk umum yang ingin menambah pengetahuan.

(5)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan nikmat dan ridho-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan

penelitian di lapangan dan

tulisan skripsi yang berjudul “Etnografi Penderita HIV

dan Lingkungan Sosial Budayanya di Gang Kenanga Simpang Selayang”.

Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah

memberi suri teladan bagi seluruh umatnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan karena adanya

bimbingan dan motivasi dari orang-orang yang peduli dan sayang terhadap

penulis. Tanpa bimbingan dan motivasi dari mereka, sangatlah sulit bagi penulis

untuk mencapai tahap penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis

menyampaikan ucapan terima kasih untuk yang pertama kepada orang tercinta

dan terhormat di hidup penulis yakni kedua orang tua penulis, Ayahanda

Drs.H.Masaluddin Berutu dan Ibunda Netty Asmawati yang telah banyak

mencurahkan kasih sayang dan cintanya kepada penulis serta memberikan

motivasi dan mengajarkan nilai-nilai yang baik dalam kehidupan penulis sejak

dari kecil hingga saat ini. Ucapan terima kasih yang kedua untuk saudara-saudari

kandung saya yakni Abangnda M.Syukran Ilaihi Berutu, Kakanda Ria Humaira

Berutu dan kedua adik laki-laki penulis yakni A.Raihansyah Berutu dan Ahnaf

Istiqlal Berutu yang telah memberi semangat dan mengingatkan penulis untuk

segera menyelesaikan skripsi serta mendoakan penulis agar menjadi orang yang

sukses. Ucapan terima kasih yang ketiga untuk seseorang yang selalu menemani

dan membantu penulis ke lapangan dengan penuh tantangan dan perjuangan yang

diberikannya serta selalu menasehati penulis agar skripsi ini segera diselesaikan

dengan baik, kepada yang tersayang yakni Muhammad Suhendra, ST.

(6)

dan saran kepada penulis mulai dari penyusunan proposal skripsi sampai dengan

akhirnya penyelesaian skripsi ini.

Ucapan terima kasih berikutnya kepada segenap pihak Departemen

Antropologi Sosial FISIP USU yang telah membantu penyelesaian skripsi ini,

yakni kepada Ketua Departemen Antropologi Sosial yakni Bapak Dr. Fikarwin

Zuska, yang telah banyak berbagi pengetahuan dan motivasi kepada penulis

mengenai ilmu Antropologi mulai dari semester awal hingga semester akhir yang

berujung skripsi. Kepada Bapak Agustrisno, M.S.P selaku Sekretaris Departemen

Antropologi yang telah memberi banyak perhatian dan nasehat kepada penulis.

Selanjutnya terima kasih untuk dosen-dosen Antropologi Sosial yang telah

memberikan ilmunya selama masa perkuliahan, motivasi, dan bantuan sumber

referensi untuk skripsi yakni kepada Ibu Sri Emiyanti dan Abangnda Farid Aulia

S.Sos, M.Si. Terima kasih kepada Abangnda Abdullah Akhyar Nasution, S.Sos,

M.Siyang telah memberi dukungan dan nasehatnya, serta tak lupa pula terima

kasih kepada staf administrasi Departemen Antropologi Sosial yakni Kak

Nurhayati dan Kak Sofiana yang telah banyak membantu dalam penyelesaian

administrasi.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan Antropologi

Sosial Fisip USU, rekan sekaligus sahabat penulis selama masa perkuliahan

stambuk 2011 yaitu Widya Indriani, Laila Ulfa, Fanny Larasati, Claudya Alice

L‟Bareint, dan Prasetyo Utomo, yang telah menjadi teman dalam suka dan duka

serta saling berbagi rasa untuk selamanya. Terima kasih kepada kawan-kawan

KeMANGTEER regional Medan yaitu Rini Rezeki Utami, Juliani Zalukhu, Suci

Wulan Sari, Septian Yudiansyah Nst, Doni Latuparisa, Rianda Purba, Wisnu Tri

Wibowo, Maulana Siddiq Gultom, Eddy S.H Ritonga, Indra Surya Sianipar, Sardo

Naibaho, yang telah menjadi teman komunitas dan berbagi informasi mengenai

mangrove. Terima kasih juga kepada abang dan kakak senior Antropologi Sosial

serta junior Antropologi Sosial.

(7)

dan teman-teman Odha yang telah bersedia membuka status penyakitnya, berbagi

pengalaman, dan memberikan informasi tentang HIV. Semoga kebaikan kalian

yang telah diberikan kepada penulis mendapat ganjaran dari Tuhan Yang Maha

Esa.

Penulis menyadari keterbatasan yang dimiliki dalam menulis, maka dari

itu penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca guna untuk penyempurnaan

tulisan ini. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Medan, Desember 2015

Penulis

(8)

RIWAYAT SINGKAT PENULIS

Identitas Diri

NamaLengkap : Annisa SholihatiBerutu

T.T.L

: Medan, 31 Januari 1994

JenisKelamin : Perempuan

Anak ke-3 dari : Drs.H.Masaluddin Berutu

& Netty Asmawati

Agama

: Islam

Kewarganegaraan: Indonesia

Status : Mahasiswi

Alamat

:Jl.SutrisnoGg.

Aman

/

Bahagia No.14 Medan

Email

:

ansho.berutu@gmail.com

Riwayat Pendidikan

1999

2005 : SD Muhammadiyah 01 Medan, Jln. Demak

2005

2008 : SMP Muhammadiyah 01 Medan, Jln. Demak

2008

2011 : SMA Al-Ulum Medan, Jln. Amaliun

2011

2015 : Universitas Sumatera Utara (USU) , FISIP

Antropologi Sosial

Pengalaman Organisasi

2011

:Anggota Muda HMI (Himpunan Mahasiswa Islam)

2014

: Ketua Bidang Pengembangan Organisasi KeMangteer

(Kelompok Study Mangrove Volunteer) Medan

2015

: 1. Bendahara KeMangteer Medan

(9)

Seminar/ Pelatihan/Kegiatan yang Pernah Diikuti Selama Masa Perkuliahan

2011 : Peserta “SEMINAR BEASISWA” Unit Kegiatan Mahasiswa

Islam

(UKMI) As-Siyasah FISIP USU.

2012 : Panitia Temu Ramah HMI Komisariat FISIP USU 2012, di bidang Sie

Kesehatan.

2013:

1.

Peserta SEMILOKA “Implementasi kebijakan penanggulangan

kemiskinan di propinsi Sumatera Utara dalam rangka mengurangi

kemiskinan dan

disparitas antar daerah di Sumatera Utara” . Diadakan

oleh: Sekretariat Jenderal Dewan Ketahanan Nasional dan Universitas

Sumatera Utara.

2.

Panitia sekaligus peserta

Training of Fasilitator (TOF) Antropologi Sosial

stambuk 2011 angkatan ke IV dalam rangka melengkapi mata kuliah

Pengembangan Masyarakat Departemen Antropologi Sosial FISIP USU di

hotel Cherry Green.

3.

Peserta Orientasi Budaya Lokal di Pakpak Bharat mengenai kekayaan

Kearifan Tradisional dalam ragam budaya masyarakat Pakpak Bharat.

2014:

1.

Panitia Kegiatan Malam Keakraban KeManteer Regional Medan

Angkatan I, perkenalan anggota baru dan kegiatan menanam Mangrove di

Kampoeng Nipah, Sei nagalawan, Sedang Bedagai.

2.

Interview di i-Radio dan Kiss FM terkait tentang Mangrove, bersama

KeMangteer Medan.

3.

Peserta Hari HAM International. Diselenggarakan oleh IKOHI Sumatera

Utara dan Univertas Sumatera Utara.

4.

Peserta dalam pelatihan Peer Education tentang HIV/AIDS dan IMS di

hotel Antares Medan. Diselenggarakan oleh Gerakan Sehat Masyarakat.

2015:

1.

Panitia

Training of Fasilitator (TOF) Antropologi Sosial stambuk2012

angkatan ke V di hotel Candhi.

(10)

Penelitian Yang Pernah Dilakukan

1.

Penelitian mengenai penderita kusta di Sicanang Belawan bersama

rekan-rekan Antropologi Sosial 011 pada tahun 2012.

2.

Penelitian tentang petani kopi di Sumbul, Kabupaten Sidikalang. Dalam

rangka melengkapi mata kuliah Praktek Kerja Lapangan I yang

diselenggarakan oleh Departemen Antropologi Sosial USU pada tahun

2013.

3.

Penelitian penderita HIV di Serdang Bedagai bersama petugas Gerakan

Sehat Masyarakat pada tahun 2014.

4.

Penelitian sosial

ekonomi masyarakat sekitar PT.Aquafarm Nusantara

bersama Creative Crew/Lateral pada tahun 2015.

Prestasi

1.

Penerimaan Beasiswa Bank Nasional Indonesia (BNI) tahun ajaran

2011/2012.

2.

Penerimaan Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) tahun ajaran

2012/2013.

(11)

KATA PENGANTAR

Fenomena HIV/AIDS mulai menjadi berita luar biasa di media cetak

nasional sejak tahun 1981 saat kasus pertama ditemukan di Amerika Serikat.

Banyak persepsi orang-orang mengenai asal usul munculnya penyakit ini di dunia.

Tetapi secara umum penemuan kasus HIV pertama kali ditemukan pada kalangan

lelaki homoseksual yang selanjutnya diikuti pada kalangan pekerja seks.

Berdasarkan berita-berita seputar HIV/AIDS di media cetak nasional pada kurun

waktu 1981-1997 dapat dilihat bias yang melekat pada fakta dan realitas yang

objektif seputar HIV/AIDS. Sebenarnya bias tentang HIV/AIDS mencerminkan

tingkat pengetahuan yang minim mengenai penyakit tersebut dan sikap cepat takut

serta mudah menghukum yang terdapat di masyarakat. Kita melihat pemberitaan

tidak mengoreksi anggapan yang kurang tepat, tetapi justru cenderung

memperkuat serangkaian mitos dan salah paham tentang HIV/AIDS itu sendiri

dan sikap mengucilkan dan menghukum ODHA.

(12)

Jumlah penderita HIV di dunia mengikuti fenomena gunung es, karena

jumlah penderita yang sesungguhnya lebih besar daripada data yang tersedia.

Psikologis yang dialami penderita HIV yaitu stress, frustasi, kecemasan,

kemarahan, penyangkalan, rasa malu, dan berduka mengalami perubahan yang

terjadi pada dirinya dan lingkungan sekitar. Penyebaran HIV dapat ditekan

dengan kesadaran penderita untuk berobat demi memperpanjang usia dan

melakukan pola hidup sehat serta tidak berniat menyebarkan penyakit tersebut ke

orang lain.

Belum ditemukan cara dan jenis obat untuk menyembuhkan penyakit HIV,

tetapi untuk memperlambat laju perkembangan virus tersebut ada yaitu dengan

cara mengonsumsi Anti Retroviral (ARV) sesuai aturan yang dianjurkan dokter.

Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan skripsi ini masih

banyak terdapat kekurangan dan keterbatasan kemampuan menulis. Maka untuk

itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan tugas Sarjana ini.

Akhirnya penulis meengharapkan semoga skripsi ini akan dapat

bermanfaat bagi penulis sendiri dan memberikan konstribusi yang positif dalam

pembahasan ilmu pengetahuan yang lebih baik lagi.

Medan, Desember 2015

Penulis

(13)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ...xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1

Latar Belakang ...

1

1.2

Tinjauan Pustaka ... 6

1.2.1

Sejarah Munculnya HIV Dari Dunia Barat ... 5

1.2.2

Sejarah HIV di Indonesia ... 11

1.2.3

Definisi HIV ... 12

1.2.4

Perjalanan infeksi HIV ... 15

1.2.5

Uji HIV ... 22

1.2.6

Perilaku ... 24

1.2.7

Lingkungan sosial budaya ... 26

1.3

Rumusan Masalah ... 26

1.4

Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 27

1.4.1

Tujuan... 27

1.4.2

Manfaat... 27

1.5

Sistematika Penulisan... 27

1.6

Metode Penelitian ... 29

1.6.1

Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 29

1.6.2

Teknik Pengumpulan Data ... 33

Data primer : a. Observasi ... 32

b. Wawancara Mendalam ... 32

c. Pengembangan Raport ... 35

d. Life History ... 35

Data sekunder ... 35

1.6.3

Teknik Analisa Data ... 36

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN: RUMAH SINGGAH ODHA

DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG ...

37

2.1 Sekilas tentang Kecamatan Medan Selayang ... 37

2.2 Lokasi Penelitian ... 41

(14)

BAB III LIFE HISTORY PENDERITA HIV ... 47

3.1 Kisah Seorang Aktivis HIV ... 48

3.2 Kisah Sekeluarga Terinfeksi ... 57

3.3 Kisah Mantan Perawat...

60

3.4 Kisah Pria Depresi ... 62

3.5 Kisah Pasangan Odha ... 64

3.6 Pengetahuan Penderita Tentang HIV ... 66

3.7 Strategi Penderita HIV Dalam Melanjutkan Hidupnya ... 68

3.7.1 Strategi Informan Kunci ... 68

3.7.2Pola Hidup Sehat ...

72

a. Pola Pemikiran ...

73

b. Pola Makanan ...

75

3.7.3 Membentuk Kelompok ... 78

a. Bekerja Sama ...

80

b. Merencanakan Tindakan ... 81

c. Pendanaan ...

83

d. Keterampilan Berkomunikasi ...

84

e. Membuat Perubahan ...

84

BAB IV LINGKUNGAN SOSIAL DAN BUDAYANYA ... 88

4.1 Defenisi Lingkungan Sosial Budaya ... 88

4.2 Lingkungan Sebagai Tempat Aktifitas Manusia ... 90

4.3Hubungan Penderita DenganLingkungan Sosial...

91

4.3.1 Hubungan Penderita HIV Dengan

Lingkungan Kelompok ...

95

4.3.2 Hubungan Penderita HIV Dengan

Lingkungan Tempat Tinggal ...

97

4.3.3 Hubungan Penderita HIV Dengan

Lingkungan Tempat Kerja ...

99

4.3.4 Hubungan Penderita HIV Dengan

Lingkungan Tempat Ibadah ...

99

4.4

Manusia Sebagai Makhluk Budaya ... 100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 111

5.1 Kesimpulan ... 111

5.2 Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA ...

116

LAMPIRAN

(15)

DAFTAR TABEL

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gang kenanga... 39

Gambar 2. Jalan menuju rumah singgah... 40

Gambar 3. Rumah Singgah untuk kelompok ODHA... 42

Gambar 4. Denah lokasi penelitian, dari kampus USU

ke simpang selayang... 44

Gambar 5. Kak Myur ...46

Gambar 6. Saya bersama Penderita dan kedua anaknya yang terinfeksi ... 57

Gambar 7. Bang Enn ... 60

Gambar 8. Saya bersama pasangan Odha ... 62

Gambar 9. Kak Myur dan Yoan (anak dari pasangan Odha) ...

63

Gambar 10. Kak Myur dan anak pertamanya ... 66

Gambar 11. Kak Myur membawa pasiennya ke Rumah Sakit ... 68

Gambar 12. Mereka saling bekerja sama dan berbagi ... 79

(17)

ABSTRAK

Annisa Sholihati Berutu, 2015, Etnografi Penderita HIV dan Lingkungan

Sosial Budayanya Di Gang Kenanga Simpang Selayang Kec. Medan

Selayang II. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 117 halaman, 3 daftar tabel, dan

13 daftar gambar.

Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang hanya dapat

menginfeksi manusia dengan cara menyerang sel-sel darah putih sehingga

menurunkan sistem kekebalan tubuh manusia. Penyakit HIV muncul tentu ada

faktor-faktor yang mendukung berdasarkan perilaku orangnya dan lingkungan

sosial budayanya.Orang yang terinfeksi HIV (penderita HIV) tidak lagi hanya

terdapat pada kelompok yang beresiko tinggi namun sudah menjalar ke anak-anak

dan ibu rumah tangga yang setia pada suaminya. Mereka tertular dari orangtuanya

atau pasangan suami/istri melalui cairan mani, cairan vagina, dan air susu Ibu.

Berdasarkan penelitian di lapangan,masalahyang dihadapi oleh penderita

HIV ada dua aspek yaitu

pertamabertahan melawan penyakit dan keduabertahan

terhadap stigma dan diskriminasi masyarakat di beberapa lingkungan, yaitu

lingkungan kelompok, lingkungan tempat tinggal, lingkungan tempat kerja, dan

lingkungan tempat ibadah. Kemudian salah satu strategi yang dilakukan oleh

seorang penderita HIV untuk bertahan dalam hidup yaitu berinisiatif mendirikan

sebuah rumah singgah untuk kelompok Odha yang

disebut “Pita Merah”

tujuannya agar orang-orang yang nasibnya sama kemudian diberi pengetahuan

mengenai HIV dan layanan kesehatan. Kelompok tersebut tidak hanya untuk

kelompok Odha tetapi bisa juga untuk umum yang ingin menambah pengetahuan.

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Timbulnya suatu penyakit dalam masyarakat bukan karena penyakit

tersebut muncul begitu saja.

Seperti kata pepatah “Tidak ada asap tanpa adanya

api”, t

entu tidak mungkin akan muncul penyakit HIV tanpa ada faktor yang

mempengaruhinya. Adapun Perilaku-perilaku yang bisa memudahkan penularan

HIV, yaitu berhubungan seks yang tidak aman, ganti-ganti pasangan seks,

bergantian jarum suntik dengan orang lain, memperoleh transfusi darah yang tidak

dites HIV, serta melalui ibu yang terinfeksi HIV kepada janin di kandungannya

dan air susu ibu. HIV dapat menularkan kepada siapapun tanpa memandang

kebangsaan, ras, jenis kelamin, agama, tingkat pendidikan, kelas ekonomi,

maupun orientasi seksualnya.

(19)

rendahnya daya tahan tubuh. Pada keadaan ini orang tersebut dikatakan sebagai

AIDS.

1

Seseorang yang terinfeksi HIV kelihatan biasa, seperti halnya orang biasa

yang melakukan aktivitas sehari-hari. Ini berarti orang tersebut tidak

menunjukkan

sesuatu gejala klinis, kondisi ini dikatakan “asim

p

tomatik”

2

. Di

sinilah letak bahaya terselubung bagi penyebaran dan penularan HIV, karena

seseorang tidak dapat membedakan jika orang lain telah terinfeksi HIV atau tidak.

Sekalipun orang yang terinfeksi HIV belum memperlihatkan gejala, ia memiliki

potensi untuk menularkan HIV kepada orang lain dengan jalur tertentu. HIV

ditemukan dalam cairan darah, cairan mani, dan cairan vagina dari orang yang

telah terinfeksi HIV. Penularan itu terjadi bila HIV di dalam darah atau cairan itu

memasuki aliran darah orang lain.

3

Apabila sudah banyak sel darah putih yang hancur, terjadi gangguan

imunitas selular, daya kekebalan penderita menjadi terganggu atau cacat sehingga

kuman yang tadinya tidak berbahaya atau dapat dihancurkan oleh tubuh sendiri

(infeksi oportunistik) akan berkembang lebih leluasa dan menimbulkan penyakit

yang serius yang pada akhirnya penyakit ini dapat menyebabkan kematian.

Apabila sudah masuk ke dalam darah, HIV dapat merangsang pembentukan

antibody dalam sekitar 3-8 minggu setelah terinfeksi pada periode sejak seseorang

kemasukan HIV sampai terbentuk antibody disebut periode jendela (Window

Period). Periode jendela ini sangat perlu diketahui oleh karena sebelum antibody

1 Dadang H. Global effect HIV/AIDS dimensi psikoreligi. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia, 2009.

2

Asimptomatik berarti bahwa di dalam organ tubuh terdapat HIV tetapi tubuh tidak menunjukkan gejala-gejala.

3

(20)

terbentuk di dalam tubuh, HIV sudah ada di dalam darah penderita dan keadaan

ini juga sudah dapat menularkan kepada orang lain. (Yayasan Pelita Ilmu, 2012)

Penderita HIV hidup ditengah-tengah lingkungan masyarakat, terdiri dari

keluarga, kerabat, tetangga, dan orang sekitarnya. Dalam hidup bermasyarakat,

pastinya ada nilai-nilai yang mengatur baik itu nilai agama, nilai adat istiadat,

maupun nilai sosial yang berlaku di dalam lingkungan masyarakat. Jadi penyakit

HIV tersebut masih banyak yang belum paham, sehingga perilaku beberapa

masyarakat yang masih kurang paham maka ia mendiskriminasi atau menjudge si

penderita HIV .

Hal inilah yang membuat penderita HIV merasa tidak nyaman di

lingkungan sekitarnya, mereka tidak bisa bergerak bebas melakukan aktifitas

karena banyak yang berprilaku tidak sopan terhadapnya, penilaian orang lain

terhadap dirinya buruk, seperti mencaci hingga menjauhi si penderita. Mereka (si

penderita) dianggap seperti sampah masyarakat yang harus disingkirkan dari

lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kerja yang merupakan kehidupan

bermasyarakat. Sebagaian masyarakat masih ada yang merendahkan hak dan

martabat si penderita karena penyakit yang ada dalam tubuh mereka. Mereka

(penderita) tidak hanya menderita berdasarkan medis, tetapi juga menderita psikis

karena perilaku masyarakat sekitar.

(21)

agar ia bisa merasa sehat walaupun virus yang ada di dalam tubuhnya tidak bisa

dihilangkan hanya bisa dihambat virusnya dengan AntiRetroViral (ARV).

Unit masyarakat terkecil ialah keluarga. Jadi ada baiknya jika sebuah

dukungan atau motivasi tersebut berasal dari keluarga sendiri. Dukungan keluarga

merupakan salah satu bentuk terapi keluarga, melalui keluarga berbagai masalah

kesehatan bisa muncul sekaligus dapat diatasi. Menurut Friedman (2000)

disebutkan ada empat jenis dukungan keluarga yaitu : dukungan instrumental,

dukungan informasi, dukungan penilaian, dan dukungan emosional.

Dukungan instrumental adalah bantuan yang diberikan secara langsung,

bersifat fasilitas atau materi. Dukungan informasi yaitu memberikan penjelasan

tentang situasi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang

dihadapi individu, yang dapat berupa nasehat, petunjuk, masukan atau penjelasan

bagaimana seseorang bersikap. Dukungan appraisal atau penilaian, bisa berbentuk

penilaian positif, penguatan (pembenaran) untuk melakukan sesuatu, umpan balik

atau menunjukkan perbandingan sosial yang membuka wawasan seseorang yang

sedang dalam keadaan stress. Dukungan emosional meliputi ekspresi empati

misalnya mendengarkan, bersikap terbuka, menunjukkan sikap percaya terhadap

apa yang dikeluhkan, mau memahami, ekspresi kasih sayang dan perhatian yang

menyebabkan individu merasa berharga, nyaman, aman, terjamin dan disayangi.

(22)

informasi yang benar dan jelas tentang HIV. Hal ini dilakukan untuk perubahan

manusia dan lingkungan sosial yang lebih baik di masa yang akan datang.

Untuk itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap penderita

HIV dan lingkungan sosial budayanya karena mereka punya cara sendiri untuk

bertahan hidup dalam melawan penyakitnya dan tekanan batin di tengah

lingkungan masyarakat yang penuh stigma dan diskriminasi ini. Mereka

berkumpul dan membentuk kelompok ODHA untuk menguatkan diri satu sama

lain, berbagi rasa suka dan duka, diskusi, dan saling mensupport.

1.2

Tinjauan Pustaka

1.2.1 Sejarah Munculnya HIV Dari Dunia Barat

Ada beberapa pemikiran dari barat yang menjelaskan tentang sejarah

munculnya penyakit HIV, yaitu sebagai berikut :

Seks Bebas di Kinshasa 1920-an

(23)

virus tersebut. Menciptakan kondisi 'badai yang sempurna'. Sementara itu, rel

kereta yang dibangun dengan dukungan Belgia di mana 1 juta orang melintasi

kota tiap tahunnya membawa virus HIV ke wilayah sekitarnya. Lalu ke dunia.

Tim ilmuwan dari University of Oxford dan University of Leuven, Belgia

mencoba merekonstruksi 'pohon keluarga' HIV dan menemukan asal muasal

nenek moyang virus itu. "Anda bisa melihat jejak sejarahnya dalam genom saat

ini data yang terekam, tanda mutasi dalam genom HIV tidak bisa dihapus," kata

Profesor Oliver Pybus dari University of Oxford.

Dengan membaca tanda mutasi tersebut, tim bisa menyusun kembali

pohon keluarga dan melacak akarnya. HIV adalah versi mutasi dari virus

simpanse, yang dikenal sebagai simian immunodeficiency virus (SIVcpz) yang

mungkin melakukan lompatan spesies, ke manusia, melalui kontak dengan darah

yang terinfeksi. Virus ini menyebar pertama kali pada para pemburu simpanse

mungkin ketika menangani daging hewan itu. Kasus pertama dilaporkan di

Kinshasa, Republik Demokratik Kongo, pada 1930. Virus membuat lompatan

pada beberapa kesempatan. Salah satunya mengarah pada HIV-1 subtipe O yang

menyebar di Kamerun. Kemudian, HIV-1 subtipe M yang menginfeksi jutaan

orang di seluruh dunia. Pada tahun 1920-an, Kinshasa yang dulu disebut

Leopoldville hingga 1966 adalah bagian dari Kongo yang dikuasai Belgia. "Kota

itu sangat besar dan sangat cepat pertumbuhannya. Catatan medis era kolonial

menunjukkan tingginya insiden sejumlah penyakit seksual," kata Profesor Oliver

Pybus.

(24)

perdagangan seksual. Plus faktor praktik pengobatan penyakit dengan suntikan tak

steril yang efektif menyebarkan virus. "Aspek menarik lainnya adalah jaringan

transportasi yang membuat orang-orang berpindah dengan mudah." Sekitar 1 juta

orang menggunakan jaringan rel Kinshasa pada akhir tahun 1940-an." Dan virus

pun menyebar luas, awalnya ke kota tetangga Brazzaville, lalu meluas ke area

provinsi yang perekonomiannya ditopang penambangan, Katanga. Kondisi 'badai

sempurna', hanya berlangsung selama beberapa dekade di Kinshasa. Namun saat

itu berakhir, HIV terlanjur menyebar ke seluruh dunia.

Teori Green Monkey

Tidak sedikit orang yang sudah mendengar teori bahwa AIDS adalah ciptaan

manusia. Menurut The New York Times yang terbit 29 Oktober 1990, tiga puluh

persen penduduk kulit hitam di New York City benar-benar percaya bahwa AIDS

adalah “senjata etnis” yang didesain di dalam laboratorium untuk menginfeksi dan

(25)

Teori Konspirasi

Pada dasarnya teori konspirasi memberikan narasi tentang sejarah bangsa

barat mengenai asal usul kemunculan HIV/AIDS. Teori ini menyebutkan bahwa

HIV/AIDS merupakan senjata biologis yang sengaja dibuat oleh Amerika Serikat

untuk mengendalikan jumlah penduduk dunia. „Pengurangan populasi merupakan

prioritas tertinggi dari kebijakan luar negeri AS terhadap negara-negara dunia

ketiga. Pengurangan dari penduduk negara-negara ini merupakan masalah vital

bagi keamanan nasional AS‟ –

Henry Kissinger, 1974 (Gray, 2009 : 106). Asal

usul HIV/AIDS diawali dari bocornya catatan rahasia yang mengandung dua poin

penting milik salah satu tim khusus di Laboratorium Fort Detrick AS, Willace L.

Pannier ke dunia maya (Ridaysmara, 2010 : 381-384).

Pertama, HIV merupakan istilah baru bagi virus lama bernama SV40 yang

digunakan oleh Dokter Hilary Koprowski untuk menginfeksi sistem imun 300.000

orang negro Afrika pada tahun 1957 hingga 1960 (Gray, 2009 : .96-102).

Koprowski melakukan „percobaan‟ infeksi vaksin polio melalui mulut (live oral

polio vaccine) kepada ras kulit hitam di Afrika atas dasar rasisme. Namun

demikian, Koprowski menolak tuduhan bahwa ia terlibat dalam menciptakan

AIDS dan mengatakan bahwa demografi dari persebaran penyakit di Afrika dapat

dijelaskan dengan faktor-faktor lain yang tidak berhubungan dengan prosedur

vaksinasi (Gray, 2009 : 97).

(26)

Foundation dan National Institute of Health (In Lies We Trust 2007). Mereka

sepakat untuk menjalankan agenda „Eugenic Movement‟ sekitar tahun 1900

-an.

„Eugenic Movement‟ merupakan gerakan rasialis untuk menghancurkan ras

manusia yang dianggap inferior dan meningkatkan ras manusia superior. Selain

itu, HIV/AIDS dibuat oleh CIA untuk menginfeksi bangsa African-American

yang berada di Amerika (TIME, 2013). Pada dasarnya, „Eugenic Movement‟

dilakukan oleh Amerika untuk menekan jumlah populasi dunia dengan sasaran

utama orang-orang berkulit hitam.

Selain informasi yang didapatkan dari catatan rahasia milik Pannier,

munculnya berbagai persepsi masyarakat dunia tentang vaksin HIV/AIDS

menjadikan teori konspirasi semakin kompleks. Hingga saat ini belum ditemukan

obat yang dapat menyembuhkan penyakit HIV/AIDS. Obat-obat yang kini

diberikan hanya bersifat memperpanjang usia penderita dan memperbesar

kemungkinan untuk menularkan penyakit tersebut kepada individu lain, seperti

Terapi Antiretroviral (ARV). Persepsi tersebut mendorong pemikiran kritis

tentang strategi kelompok elit dalam menciptakan penyakit beserta obatnya. Fakta

yang mengejutkan muncul dari ketiga penjahat kemanusiaan, yaitu keluarga Bush,

Rockefeller dan Harriman yang ternyata bergabung dalam satu komunitas dan

berkuliah di Yale University. Kemudian faktanya, Yale University adalah

pemegang hak paten dari salah satu obat utama HIV yang dikenal dengan „Zenit‟

(27)

Eksperimen Hepatitis B Pra-AIDS kepada Pria Gay (1978-1981)

Ribuan pria gay mendaftar sebagai manusia percobaan untuk eksperimen

vaksin hepatitis B yang “disponsori pemerintah AS” di New York, Los Angeles,

dan San Fransisco. Setelah beberapa tahun, kota-kota tersebut menjadi pusat

sindrom defisiensi kekebalan terkait gay, yang belakangan dikenal dengan AIDS.

Di awal 1970-an, vaksin hepatitis B dikembangkan di dalam tubuh simpanse.

Sekarang hewan ini dipercaya sebagai asal-usul berevolusinya HIV. Banyak orang

masih merasa takut mendapat vaksin hepatitis B lantaran asalnya yang terkait

dengan pria gay dan AIDS. Para dokter senior masih bisa ingat bahwa eksperimen

vaksin hepatitis awalnya dibuat dari kumpulan serum darah para homoseksual

yang terinfeksi hepatitis.

Kemungkinan besar HIV “masuk” ke dalam tubuh pria gay selama uji

(28)

Fakta lain yang juga menghebohkan adalah bahwa kasus AIDS di Afrika yang

dapat dibuktikan baru muncul setelah tahun 1982. Sejumlah peneliti yakin bahwa

eksperimen vaksin inilah yang berfungsi sebagai saluran tempat “berjangkitnya”

HIV ke populasi gay di Amerika. Namun hingga sekarang para ilmuwan AIDS

mengecilkan koneksi apapun antara AIDS dengan vaksin tersebut.

Umum diketahui bahwa di Afrika, AIDS berjangkit pada orang

heteroseksual, sementara di Amerika Serikat AIDS hanya berjangkit pada

kalangan pria gay. Meskipun pada awalnya diberitahukan kepada publik bahwa

“tak seorang pun kebal AIDS”, faktanya hingga sekarang ini (20 tahun setelah

kasus pertama AIDS), 80% kasus AIDS baru di Amerika Serikat berjangkit pada

pria gay, pecandu narkotika, dan pasangan seksual mereka.

1.2.2 Sejarah HIV di Indonesia

(29)

Di Indonesia faktor penyebab dan penyebaran virus HIV/AIDS terbagi

menjadi dua kelompok utama, yaitu melalui hubungan seks yang tidak aman dan

bergantian jarum suntik saat menggunakan narkotika.

1.2.3 Definisi

Menurut Green. CW (2007). HIV merupakan singkatan dari Human

Immunnedeficiency Virus. Disebut human (manusia) karena virus ini hanya dapat

menginfeksi manusia, immuno-deficiency karena efek virus ini adalah

melemahkan kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk melawan segala penyakit

yang menyerang tubuh, termasuk golongan virus karena salah satu

karakteristiknya adalah tidak mampu memproduksi diri sendiri, melainkan

memanfaatkan sel-sel tubuh. Hingga kini mekanisme kerja HIV di dalam tubuh

manusia masih terus diteliti. Namun secara umum, telah diketahui bahwa HIV

tersebut menyerang sel-sel darah putih sistem kekebalan tubuh, yang bertugas

menangkal infeksi kemudian diserang oleh HIV yang menyebabkan turunnya

kekebalan tubuh sehingga mudah terserang penyakit.

(30)

cenderung memperkuat serangkaian mitos dan salah kaprah tentang HIV/AIDS itu

sendiri dan sikap mengucilkan dan menghukum ODHA.

5

Epidemi

6 human immunodeficiency syndrome (HIV) membawa serta

kekuatan perusakan dan penyembuhan yang kemenangannya merupakan ukuran

diri kita sendiri dan masyarakat kita. HIV mempunyai kekuatan untuk

menghancurkan suami dan istri, orang tua dan anak-anak, mengakibatkan orang

saling menyerang, menjadi penyebab orang saling menghindar, mengekalkan

penghinaan serta kekejaman, kepedihan yang ditimbulkannya membungkam

manusia. Dengan berkembangnya epidemi ini kekuatan merusaknya sudah mulai

terasa dalam keluarga-keluarga yang terkena serta komunitas-komunitas.

Kekuatan-kekuatan perusak ini, serta kemungkinan suatu kesalahan manusiawi,

menyebabkan timbulnya konspirasi kebisuan yang disebut oleh Marvellous M.

Mhloyi, yakni rasa takut serta perasaan ketidakpastian, orang-orang yang dicintai

ikut terinfeksi, anak-anak dilahirkan tanpa masa depan.

4
(31)

AIDS pertama kali ditemukan di Asia Tenggara pada tahun 1980. Pada

pertengahan sampai dengan akhir tahun 1980, penyebaran virus HIV meningkat

diantara kelompok perilaku berisiko di Asia. Pravelensi tinggi HIV (lebih dari

50%) di temukan pada kelompok pekerja seks wanita di Thailand dan sebagian

India, khususnya Bombay (WHO, 2001, HIV/AIDS in Asia and The Pasific

Region, New Delhi: Regional Offices for The Western Pasific and for South-East Asia).

Sampai tahun 1997, dilaporkan lebih dari 65.000 kasus AIDS dan 3,75 juta

orang terinfeksi HIV. (WHO, 1997, Report of The Third Evaluation of the

Implementation of HFA Strategies-South East Asia Region. New Delhi: WHO/SEARO, p.64). sampai akhir tahun 2000, WHO dan UNAIDS

memperkirakan bahwa lebih dari 5 juta orang hidup dengan HIV/AIDS dan

dilaporkan terdapat lebih dari 135.000 kasus AIDS.

Di Indonesia, pada tahun 2000, diperkirakan 80.000

12.000 orang

terinfeksi HIV. Saat ini Indonesia termasuk negara epidemi HIV terutama diantara

populasi pengguna jarum suntik. (WHO, 2001, HIV/AIDS in Asia and The Pasific

Region, New Delhi: Regional Offices for The Western Pasific and for South-East Asia).
(32)

semangatnya

sehingga

mereka

mulai

berbicara

dengan

orang

lain,

menceritakannya, membentuk kelompok dan organisasi, memimpikan hidup lain

sebuah masa depan yang berbeda.

4

1.2.4 Perjalanan infeksi HIV

Perjalanan infeksi HIV memiliki pola yang unik dibandingkan dengan

infeksi lain. Perbedaannya dilihat dari masa inkubasi yang hanya beberapa

minggu atau beberapa hari saja, infeksi HIV memiliki masa inkubasi yang sangat

panjang yaitu sekitar 5

10 tahun. Masa inkubasi adalah masa antara masuknya

suatu bibit penyakit ke dalam tubuh (infeksi) sampai orang tersebut menunjukkan

tanda-tanda dan gejala sakit. Masa inkubasi disebut juga masa laten karena pada

masa itu tidak tampak gejala-gejala penyakit. Selama periode tanpa gejala virus

berkembang biak dan penghancuran sel-sel limfosit terus berlangsung. Pada masa

tersebut sistem kekebalan tubuh masih cukup mampu mempertahankan tubuh dari

berbagai macam penyakit.

7

Ketika penghancuran limfosit melebihi jumlah

produksi yang dihasilkan tubuh manusia, maka mulai timbul kelemahan sistem

kekebalan tubuh dan munculah HIV/AIDS sebagai akibat adanya infeksi

oportunistik

8

.

7

(33)
[image:33.595.111.515.114.726.2]

Tabel. 1 Perjalanan infeksi HIV/AIDS dalam 4 (empat) stadium

6

:

Stadium

Keterangan

Gejala

I

Awal HIV

Infeksi dimulai dengan masuknya HIV

dan

diikuti

terjadinya

perubahan

serologi

9

ketika antibodi terhadap virus

tersebut berubah dari negatif menjadi

positif. Pada infeksi HIV, adanya zat

anti di dalam tubuh bukan berarti bahwa

tubuh dapat melawan infeksi HIV,

tetapi justru menunjukkan bahwa di

dalam tubuh tersebut terdapat HIV.

II

Asimptomatik

(tanpa

gejala)

Terjadi selama 3

7 tahun atau lebih.

Pada

stadium

ini,

terjadi

pengembakbiakan virus secara aktif di

dalam tubuh yang diikuti dengan

menurunnya T4 limfosit. ODHA tidak

menunjukkan gejala yang spesifik dan

tetap terlihat sehat, namun sudah dapat

menularkan HIV kepada orang lain.

III

Pembesaran

Kelenjar

Limfe

Ditandai dengan pembesaran kelenjar

limfe secara menetap dan merata selama

lebih dari 3 bulan tanpa sebab yang

9

(34)

jelas.

IV

Adanya gejala utama dan

gejala minor

Gejala utama :

- turunnya berat badan (>10% dalam 3

bulan) tanpa sebab yang jelas

- diare yang terus menerus atau

berulang selama lebih dari satu bulan

- demam yang terus menerus selama

lebih dari tiga bulan.

- penyakit pernapasan yang tidak biasa

- penyakit syaraf, khususnya dementia

Gejala minor:

- batuk kronis lebih dari 1 bulan

- infeksi mulut dan tenggorokan karena

Candida Albicans

- pembengkakan menetap kelenjar getah

bening

- munculnya herpes zooster berulang

- bercak-bercak gatal diseluruh tubuh

(35)

a. Fase infeksi akut (Acute Retroviral Syndrome)

Setelah HIV menginfeksi sel darah, terjadi proses replikasi yang

menghasilkan virus-virus baru (virion) jumlah berjuta-juta virion. Begitu

banyaknya virion tersebut memicu munculnya sindrom infeksi akut dengan gejala

yang mirip sindrom semacam flu. Diperkirakan bahwa sekitar 50 sampai 70%

orang yang terinfeksi HIV mengalami sindrom infeksi akut (ARS) selama 3

sampai 8 minggu setelah terinfeksi virus dengan gejala umum yaitu demam,

faringitis, limfadenopati, mialgia, malaise, nyeri kepala diare dengan penurunan

berat badan. HIV juga sering menimbulkan kelainan pada sistem saraf. Pada fase

akut terjadi penurunan limfosit T (CD4) yang dramatis yang kemudian terjadi

kenaikan limfosit T karena mulai terjadi respon imun. Jumlah limfosit T-CD4

pada fase ini di atas 500 sel/mm

3

dan kemudian akan mengalami penurunan

setelah 8 minggu terinfeksi HIV.

b. Fase infeksi laten

(36)

sero positif individu umumnya belum menunjukan gejala klinis (asintomatis) fase

ini berlangsung sekitar rata-rata 8-10 tahun (dapat juga 5-10 tahun)

c. Fase infeksi kronis

Selama berlangsungnya fase ini, didalam kelenjar limfe terus terjadi

replikasi virus yang diikuti kerusakan dan kematian SDF karena banyaknya virus.

Fungsi kelenjar limfe sebagai perangkap virus menurun atau bahkan hilang dan

virus dicurahkan kedalam darah. Pada fase ini terjadi peningkatan jumlah virion

secara berlebihan didalam sirkulasi sitemik respon imun tidak mampu meredam

jumlah virion yang berkebihan tersebut. Limfosit semakin tertekan karena

intervensi HIV yang semakin banyak. Terjadi penurunan limfosit T ini

mengakibatkan sistem imun menurun dan pasien semakin rentan terhadap

berbagai macam penyakit infeksi sekunder. Perjalanan penyakit semakin progesif

yang mendorong ke arah AIDS, infeksi sekunder yang sering menyertai adalah

penomonia, TBC, sepsi, diare, infeksi virus herpes, infeksi jamur kadang-kadang

juga ditemukan beberapa jenis kanker yaitu kanker kelenjar getah bening.

(Nasruddin, 2007)

(37)

window periods), jika pemeriksaan kedua negatif lagi berarti orang itu bebs

HIV.

10

Transmisi virus HIV pada penderita melalui cara-cara sebagai berikut:

a)

Transmisi melalui kontak seksual

Kontak seksual merupaakn salah satu cara utama transmisi HIV di

berbagai belahan dunia. Virus ini dapat ditemukan dalam semua cairan

tubuh tapi yang berpotensi kuat, misalnya: cairan mani, cairan vagina, dan

cairan ASI. Transmisi infeksi HIV melalui hubungan seksual lewat anus

lebih mudah karena hanya terdapat membran mukosa rektum yang tipis

dan mudah robek, anus sering terjadi lesi.

b)

Transmisi melalui darah

Diperkirakan 90 sampai 100% orang yang mendapat transfusi darah yang

tercemar HIV akan menagalami infeksi. Suatu penelitian di Amerika

Serikat melaporkan resiko infeksi HIV-1 melalui transfusi darah dari

donor yang terinfeksi HIV berkisar antara 1 per 750.000 hingga 1 per

835.000. Pemeriksaan antibodi HIV pada darah sangat mengurangi

transmisi melalui transfusi darah.

c)

Transmisi secara vertikal

Transmisi secara vertikal dapat terjadi dari ibu yang terinfeksi HIV kepada

janinnya sewaktu hamil, persalinan, dan setelah melahirkan melaluui

pemberian Air Susu Ibu (ASI). Angka penularan selama kehamilan sekitar

(38)

5-10%, sewaktu persalinan 10-20%. Alternatif yang layak tersedia, ibu-ibu

positif HIV-1 boleh menyusui bayinya tetapi dengan perantara. Selama

beberapa tahun terakhir, ditemukan bahwa penularan HIV dapat dikaitkan

lebih akurat dengan pengukuran jumlah RNA virus di dalam plasma.

Penularan vertikal lebih sering terjadi pada kelahiran, terutama yang

berkaitan dengan ketuban pecah dini.

d)

Transmisi melalui cairan tubuh lain

Walaupun air liur pernah ditemukan pada sebagian kecil orang yang

terinfeksi, tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa air liur dapat

menularkan infeksi HIV. Air liur dibuktikan mengandung inhibitor

terhadap aktivitas HIV. Demikian juga belum ada bukti bahwa cairan

tubuh lain misalnya air mata, keringat dan urin dapat merupakan media

transmisi HIV.

e)

Transmisi pada petugas kesehatan dan petugas laboratorium

(39)

1.2.5 Uji HIV

Uji HIV adalah suatu uji terhadap darah untuk mengetahui keberadaan

antibodi HIV dalam tubuh. Antibodi adalah zat yang dihasilkan oleh sistem

kekebalan tubuh sebagai perlawanan terhadap zat asing (antigen, seperti kuman

atau alergen). Antigen adalah materi yang dianggap oleh tubuh sebagai zat asing

(seperti virus, kuman, bakteri) sehingga tubuh memproduksi antibodi. Tes

antibodi adalah metode yang palig umum, efisien, dan luas pemakaiannya untuk

mengetahui apakah seseorang terinfeksi HIV. Suatu tes dapat memberi hasil

negatif bila orang yang dites baru saja terinfeksi. Hal ini terjadi karena tubuh

memerlukan waktu sekitar 3 bulan untuk mulai menghasilkan antibodi yang

cukup untuk dideteksi oleh suatu tes yang disebut masa jendela.

Uji HIV dapat dilakukan dengan :

1.

Diagnostik Individu, tujuannya untuk memastikan apakah seseorang

terinfeksi HIV, biasanya untuk mereka yang asymptomatis (tidak

menunjukkan gejala) maka uji ini dilakukan atas dasar permintaan (voluntary

testing). Tes dengan spesifisitas dan sensitivitas yang tinggi sangat diperlukan

untuk tujuan diagnostik individu ini. Sensitivitas digunakan untuk mendeteksi

HIV positif pada mereka yang benar-benar HIV (+), sedangkan spesifisitas

digunakan untuk mendeteksi HIV negatif pada mereka yang benar-benar

tidak HIV (-).

(40)

Konseling pre-test

diberikan sebelum tes HIV dilakukan, tujuannya

untuk membantu masyarakat membuat pilihan terbaik apakah akan

menjalani tes atau tidak.

Konseling post-test

diberikan setelah hasil tes diketahui, baik hasilnya

positif maupun negatif. Konseling post-test sangat penting untuk

membantu mereka yang HIV positif agar mereka dapat melanjutkan hidup

secara positif dan memberikan pengetahuan kepada mereka yang HIV

negatif tentang cara mencegah dan menanggulangi infeksi HIV.

Informed consent

keputusan untuk menjalani tes harus dibuat oleh

orang itu sendiri tanpa tekanan atau paksaan orang lain.

Pengambilan darah seperti pemeriksaan darah pada umumnya

Kerahasiaan

informasi tentang seseorang tidak diberitahukan kepada

orang lain tanpa ijin dari orang itu. Konseling, testing, dan hasil harus

dirahasiakan.

2.

Skrining (Penapisan), yaitu uji yang dilakukan pada darah dan organ donor

sebelum ditransfusikan atau ditransplantasikan kepada penerima donor.

Tujuannya ialah memeriksa semua darah/organ donor untuk memberikan

perlindungan kepada masyarakat dengan memastikan bahwa darah tersebut

tidak tercemar HIV. Apabila dari hasil skrining ditemukan darah dengan HIV

positif, maka darah tersebut dibuang.

(41)

1.2.6 Perilaku

Perilaku adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat

menderita penyakit. Perilaku juga merupakan bentuk respons atau reaksi terhadap

stimulus atau rangsangan dari luar, namun dalam memberikan respon sangat

tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.

Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut

determinan perilaku. Faktor determinan itu ditentukan atau dipengaruhi oleh

perilaku individu, keluarga, maupun kelompok atau masyarakat itu sendiri.

11

Masalah kesehatan masyarakat termasuk penyakit ditentukan oleh 2

faktor, yaitu faktor perilaku dan non perilaku (fisik, sosial, ekonomi, politik).

Adapun upaya intervensi terhadap faktor perilaku dilakukan melalui: Pendidikan

(Education). Pendidikan adalah upaya pembelajaran kepada masyarakat agar

masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara dan

meningkatkan kesehatannya. Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan

didasarkan kepada pengetahuan dan kesadarannya terhadap proses pembelajaran.

Sehingga perilaku tersebut diharapkan berlangsung lama dan menetap karena

didasari oleh kesadaran.

Jadi, maksudnya ialah diberikan pendidikan kepada penderita HIV

mengenai penyakit yang dialaminya, cara mengatasinya, serta cara tidak

menularkan kepada orang lain. Selain itu diberi pendidikan juga kepada

masyarakat yang tidak terinfeksi HIV agar memiliki pengetahuan mengenai

penyakit HIV. Pendidikan tersebut bisa dilakukan dalam diskusi kelompok

peer

11 Notoatmodjo S. Ilmu kesehatan masyarakat, prinsip-prinsip dasar. Cetakan Pertama, Jakarta:

(42)

education, diskusi antar lingkungan, atau bisa mengadakan seminar. Biasanya

penderita HIV hanya mau terbuka tentang identitas dirinya hanya kepada konselor

ataupun dampingannya.

Konsep umum yang digunakan untuk menganalisis perilaku dipengaruhi 3

(tiga) faktor utama, yaitu:

a. Faktor predisposisi : yaitu faktor yang mencakup sikap individu terhadap

kesehatan, tradisi dan kepercayaan individu/ masyarakat terhadap hal-hal yang

berkaitan dengan masalah kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh individu/

masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.

b. Faktor pendukung : yaitu faktor yang mencakup ketersediaan sarana dan

prasarana yang tersedia untuk kepentingan masyarakat yang mendukung atau

memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan yang positif pada masyarakat.

c. Faktor penguat/pendorong : yaitu faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,

tokoh agama, sikap dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan.

Termasuk juga undang-undang dan peraturan-peraturan yang terkait dengan

kesehatan.

Dengan demikian disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat

tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan

sebagainya dari seseorang atau masyarakat yang bersangkutan.

(43)

gizi. Sedangkan ekosistem yang dimaksud meliputi tanah, air, udara, iklim,

tumbuhan, hewan dan populasi manusia. Interaksi kedua sistem tersebut melalui

proses seleksi dan adaptasi serta pertukaran aliran energi, materi, dan informasi.

1.2.7 Lingkungan Sosial Budaya

Definisi lingkungan sosial budaya yaitu lingkungan antar manusia yang

meliputi pola-pola hubungan sosial serta kaidah pendukungnya yang berlaku

dalam suatu lingkungan, yang ruang lingkupnya ditentukan oleh keberlakuan

pola-pola hubungan sosial tersebut (termasuk perilaku manusia di dalamnya), dan

tingkat rasa integrasi mereka yang berada di dalamnya. Oleh karena itu,

lingkungan sosial budaya terdiri dari pola interaksi antara budaya, teknologi dan

organisasi sosial, termasuk di dalamnya jumlah penduduk dan perilakunya yang

terdapat dalam lingkungan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1.

Bagaimana kisah hidup (Life of History) Penderita HIV semenjak terinfeksi

HIV ?

(44)

1.4

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

-

Untuk menggali kisah hidup (life of history) penderita HIV dan

mengungkap berbagai aspek yang terkait dan relevan dengan persoalan

yang dialami subyek.

-

Untuk memberikan informasi yang benar, dengan sudut pandang subyek

dan empati.

1.4.2 Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

-

Untuk pengembangan kajian ilmu kesehatan (HIV) dalam bidang ilmu

sosial, seperti antropologi sosial

-

Untuk mengetahui sejarah hidup (life of history) penderita HIV+

-

Untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian publik serta seluruh

stakeholder terhadap permasalahan HIV/AIDS.

1.5

Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam skripsi ini terdari dari 5 (lima) bab, yaitu:

Bab I : Pembahasan mengenai

(45)

1.2

Tinjauan pustaka yang berisi teori dan konsep yang mendukung

penelitian ini.

1.3

Rumusan masalah tentang Life of History Penderita HIV dan

lingkungan sosial budayanya

1.4

Tujuan dan manfaat dari penelitian tersebut

1.5

Sistematika penulisan

1.6

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian

Bab II : Mengenai gambaran umum lokasi penelitian, Rumah singgah yang

didirikan oleh kak Maniur (sebagai Penderita HIV) untuk

kelompok ODHA di Medan Selayang.

Bab III : Pembahasan mengenai kisah penderita HIV yang menjadi informan

kunci. Dalam bab tersebut akan menceritakan kisah hidup dari

penderita HIV, mulai dari ia terkena virus hingga ia bangkit dan

bertahan hidup sampai saat ini, salah satu strateginya dengan cara

mendirikan rumah singgah ODHA

Bab IV : Mengenai hubungan antara Penderita HIV dengan lingkungan sosial

budayanya

(46)

1.6

Metode Penelitian

1.6.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif

melalui etnografi. Menurut Spradley (1997:12) tujuan utama etnografi ialah

memahami sudut pandang penduduk asli dan hubungan dengan kehidupannya,

untuk mendapatkan pandangan dengan dunianya. Dalam hal ini, peneliti akan

berusaha membangun raport yang baik dengan penderita HIV.

Secara harfiah, etnografi berarti tulisan atau laporan tentang suatu suku

bangsa yang ditulis oleh seorang antropolog atas penelitian lapangan (field work)

selama sekian bulan atau sekian tahun. Etnografi, baik sebagai laporan penelitian

maupun sebagai metode penelitian, dianggap sebagai asal-usul ilmu antropologi.

Dalam buku “Metode Etnografi”

Spradley mengungkap perjalanan etnografi dari

mula-mula sampai pada bentuk etnografi baru. Kemudian ia juga memberikan

langkah-langkah praktis untuk mengadakan penelitian etnografi yang disebutnya

sebagai etnografi baru ini (Spradley, 1997).

(47)

bekerjasama melalui fenomena teramati kehidupan sehari-hari. Menurut

pemikiran yang dirangkum oleh Mulyana ini, etnografi bertujuan menguraikan

suatu budaya secara menyeluruh, yakni semua aspek budaya baik yang bersifat

material, seperti artefak budaya dan yang bersifat abstrak, seperti pengalaman,

kepercayaan norma, dan sistem nilai kelompok yang diteliti. Sedang Frey et al.,

(dalam Mulyana, 2001:161) mengatakan bahwa etnografi berguna untuk meneliti

perilaku manusia dalam lingkungan spesifik alamiah. Uraian tebal (thick

description) berdasarkan pengamatan yang terlibat (observatory participant)

merupakan ciri utama etnografi.

Pengamatan yang terlibat menekankan logika penemuan (logic of

discovery), suatu proses yang bertujuan menyarankan konsep-konsep atau

membangun teori berdasarkan realitas nyata manusia. Metode ini mematahkan

keagungan metode eksperimen dan survei dengan asumsi bahwa mengamati

manusia tidak dapat dalam sebuah laboratorium karena akan membiaskan perilaku

mereka. Pengamatan hendaknya dilakukan secara langsung dalam habitat hidup

mereka yang alami.

(48)

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan

pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan

untuk menyusun pengetahuan yang menggunakan metode riset dengan

menekankan subjektifitas dan arti pengalaman bagi individu (Brockopp, 2000).

Tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk menggali atau mengeksplorasi,

menggambarkan pengetahuan bagaimana kenyataan yang dialami.

(49)

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Data Primer

Data primer adalah salah satu data yang di peroleh secara langsung berkaitan

dengan permasalahan yang dihadapi. Pengumpulan data yang digunakan adalah :

a.

Observasi

Pengamatan yang dilakukan dengan cara melihat dan mengamati secara

langsung untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi penderita HIV terhadap

lingkungan sosialnya yang dipengaruhi oleh budaya (nilai-nilai yang ada dalam

lingkungan sekitar).

b.

Wawancara Mendalam

Peneliti akan menggunakan teknik wawancara mendalam (indepth interview)

untuk mendapatkan data dari informan. Interview guide digunakan penulis untuk

menjadi alat bantu di dalam melakukan wawancara dengan penderita HIV dan

orang yang memiliki pengetahuan tentang HIV.

Dalam penelitian kualitatif, dikenal istilah informan awal, informan key dan

informan biasa, yakni:

Informan Awal adalah orang yang pertama memberi informasi yang memadai

ketika peneliti mengawali penelitian. Informan awalnya adalah : dr.T.Yenni

Informan Key (Kunci) adalah orang yang bisa dikategorikan paling banyak

(50)

Informan Biasa adalah informan bebas yang dapat diwawancarai dan bisa

memberikan informasi yang mendukung penelitian. Informan biasanya

adalah: (Bang Enn, Bu Fent, Bu Len : nama disamarkan), dan lain-lain.

Pengalaman Penelitian

Berikut sedikit pengalaman saya pra lapangan, awalnya peneliti belum

memiliki judul dan tujuan untuk pembuatan skripsi. Ide-ide muncul ketika

magang di Lembaga Swadaya Masyarakat Gerakan Sehat Masyarakat

(LSM-GSM) disana peneliti banyak berkonsultasi dengan ketua GSM yakni dr.T.Yenni

dan juga karyawan-karyawan disana, Kak Myur juga karyawan di GSM yang

tugasnya sebagai koordinator lapangan. Di GSM saya sering bertemu dan

berbincang-bincang dengan Kak Myur saat magang. Singkat cerita, masa magang

telah berakhir selama 2 bulan, saat itu saya berkonsultasi lagi kepada dr.Yenni

dimana tempat yang cocok untuk penelitian skripsi, yang pada saat itu temanya

sudah saya temukan yaitu Odha dan Lingkungan Sosialnya. Lalu dr.Yenni

memberi saran tempat penelitian di rumah singgah Odha milik Kak Myur dan

memberi nomor telepon beliau.

(51)

menggong-gong, kak Myur dan suaminya keluar melihat saya , lalu kami

bersalaman dan mereka menyuruh saya dan teman saya untuk masuk ke dalam

rumah, disana ternyata ada seorang pasien HIV ibu rumah tangga bersama

anaknya. Saya bertanya-tanya kondisi kesehatan mereka dan juga kondisi

lingkungan di daerah tersebut sekaligus minta bantuan kepada kak Myur dan bang

Enn dalam mengerjakan tugas akhir kuliah yaitu skripsi. Setelah itu peneliti izin

pulang dan beberapa hari kemudian mulai meneliti di daerah tersebut. Di

lapangan, peneliti ditemani Bang Enn (suami baru kak Myur) untuk menjumpai

beberapa penderita HIV sebagai informan saya ke rumah mereka masing-masing.

Sebab mereka bersifat tertutup dengan orang yang bukan HIV, apalagi baru

pertama kali berjumpa. Pada saat itu peneliti dikenalkan oleh bang Enn sebagai

sepupunya yang ingin bertanya-tanya kepada Odha untuk tugas kuliah. Dengan

demikian mereka bersedia untuk ditanya-tanyai mengenai kondisi sebagai

penderita HIV dan keadaan lingkungan sosial terhadap dirinya. Beberapa orang

ada yang dengan senang hati dan terbuka menceritakan sejak awal dirinya

terinfeksi, dan ada juga yang masih tertutup karena mereka takut diliput beritanya

di media kemudian ketauan banyak orang termasuk orang-orang yang berada

disekitarnya dan mereka akan kehilangan pekerjaan, pendidikan, serta tempat

tinggal. Oleh sebab itu, sebagian dari mereka yang saya wawancarai hanya

menjawab sekedarnya saja dan secara singkat seperti “ya”, “tidak”, “begitulah”,

(52)

c. Pengembangan Raport

Dalam melakukan observasi maupun wawancara, sangat diperlukan adanya

rapport (hubungan baik) dengan para informan. Peneliti akan berusaha

menyesuaikan diri dengan kebiasaan-kebiasaan dan aturan yang berlaku di tempat

penelitian dan bersosialisasi dengan orang-orang yang berkaitan dengan

penelitian.

d.

Life History

Agar penulisan ini dapat dipahami lebih mendalam, penulis akan membuat

lampiran tentang kisah hidup Kak Myur dan penderita HIV lainnya dalam

lingkungan sosial budayanya.

Data Sekunder

Merupakan data yang berhubungan dengan aspek yang di teliti bersumber

dari buku, majalah, jurnal, artikel (baik media massa maupun elektronik) yang

dianggap sinkron dan relevan dengan pembahasan dalam penelitian tersebut.

Selama proses pengumpulan data, peneliti akan menggunakan alat bantu untuk

merekam dan memotret serta catatan lapangan (fieldnote), untuk membantu

mendokumentasikan hal-hal yang diteliti untuk memperkecil kemungkinan ada

bagian dari pengumpulan data yang terlewat.

1.6.3 Teknik Analisa Data

(53)

menentukan bagian-bagiannya, serta hubungan bagian-bagian itu dengan

keseluruhannya. Data yang diperoleh dalam proses penggalian data dianalisis

secara kualitatif, artinya setiap perkembangan data diperoleh dan ditampilkan

dalam laporan penelitian menurut kronologis waktu secara naratif. Dengan model

ini, maka kegiatan analisis data sudah mulai dilakukan pada saat-saat awal

pengumpulan data lapangan.

(54)

BAB II

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN:

RUMAH SINGGAH ODHA DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG

2.1 Sekilas Tentang Kecamatan Medan Selayang

Kecamatan Medan Selayang adalah salah satu dari 21 kecamatan yang

berada di bagian Barat Daya Wilayah Kota Medan yang memiliki luas tanah

±23,89 km² dari seluruh luas wilayah kota Medan dan berada pada ketinggian

26-50 meter diatas permukaan laut. Kondisi fisik Kecamatan Medan Selayang secara

geografis berada di wilayah Barat Daya Kota Medan yang merupakan daratan

kemiringan antara 0-5%. Kecamatan Medan Selayang berbatasan dengan Medan

Sunggal di sebelah barat, Medan Johor dan Medan Polonia di sebelah timur,

Medan Tuntungan di selatan, dan Medan Baru dan Medan Sunggal di sebelah

utara. Penduduk di kecamatan ini adalah suku-suku pendatang seperti: Batak,

Tionghoa, Minang, Aceh, Jawa, serta Ambon. Sedangkan suku asli adalah Melayu

Deli dan Batak Karo.

Sebelum menjadi kecamatan definitif terlebih dahulu melalui proses

Kecamatan Perwakilan. Sesuai dengan Keputusan Kepala Daerah Tingkat I

Sumatera Utara Nomor: 138/402/K/1991 tentang Penetapan dan Perubahan 10

(Sepuluh) Perwakilan Kecamatan yang merupakan pemekaran wilayah

Kecamatan Medan Baru, Medan Sunggal dan Medan Tuntungan dengan nama

“Perwakilan Kecamatan Medan Selayang” dengan 5 kelurahan. Kemudian

(55)

Kecamatan Pemekaran di Kota Medan secara resmi Perwakilan Kecamatan

Medan Selayang menjadi Kecamatan Definitif yaitu “Kecamatan Medan

Selayang”.

Kecamatan Medan Selayang terbagi menjadi 6 (enam) kelurahan dan 63

lingkungan dengan status Kelurahan Swasembada. Adapun luas wilayah

Kecamatan Medan Selayang adalah ± 2.379 Ha. Kelurahan yang terluas adalah

Kelurahan Padang Bulan Selayang II dengan luas 700 Ha disusul kelurahan

Tanjung Sari dengan luas 510 Ha, Sempaka dengan luas 400 Ha, Kelurahan Asam

Kumbang dengan luas 400 Ha, Kelurahan PB. Selayang I dengan luas 180 Ha,

dan yang terkecil adalah Kelurahan Beringin dengan hanya luas 79 Ha.

Menurut informan yang saya wawancarai, dahulunya sekitar tahun

1980-an kondisi Kecamat1980-an Med1980-an Selay1980-ang ini wilayah agraria, masih b1980-anyak

penduduk suku melayu dan situasi masih sunyi dari kebisingan. Namun kini

situasi telah berbeda, sekitar tahun 1990-an wilayah agraria berubah menjadi

wilayah industri, banyak perumahan penduduk, pusat perbelanjaan, sekolah,

rumah sakit, transportasi dan polusi penuh memadai. Proses urbanisasi

12

berjalan

dan terus mengalami peningkatan. Salah satu faktor pendorong terjadinya

urbanisasi ialah kemiskinan di daerah pedesaan yang disebabkan oleh cepatnya

pertambahan penduduk di desa sehingga menimbulkan ketimpangan dalam

perimbangan antara jumlah penduduk dan luasnya lahan pertanian.

Kota Medan merupakan salah satu kota terpadat dan terbanyak

penduduknya di Indonesia, setelah Jakarta dan Surabaya. Sebagai kota

Metropolitan Medan sudah memasuki tahapan kehidupan yang serba ada mulai

12

(56)

dari mall, hotel, plaza, hiburan malam serta restoran-restoran sudah berdiri

dimana-mana. Masyarakat menjadi lebih muda untuk mendapatkan segala

kebutuhan yang sudah bisa didapatkan dengan serba instan.

Menurut G.Balandier (Sosiologie des brazzavilles noires, 1955)

berdasarkan penelitiannya menemukan bahwa motif-motif urbanisasi ke kota

yaitu sebagai berikut: 1). Karena alasan ekonomi, 2). Menengok keluarga,

3).Perbaikan posisi sosial, 4). Melepaskan diri dari lingkungan tradisi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis bahwa beberapa

informan

Gambar

Tabel. 1 Perjalanan infeksi HIV/AIDS dalam 4 (empat) stadium6:
Gambar 1. Gang Kenanga Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2015
Gambar 2. Jalan menuju rumah singgah Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2015
Gambar 3. Rumah Singgah untuk kelompok ODHA Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil ini sesuai pendapatan Siagian, (2010:353) menyatakan bahwa setiap karyawan dalam melaksanakan suatu kegiatan pada dasarnya didorong oleh motivasi, adanya

1) Faktor psikologis, merupakan faktor yang berhubungan dengan kejiwaan pegawai yang meliputi minat, ketentraman dalam kerja, sikap terhadap kerja, bakat dan

Changing coordinates to yield a sphere of arbitrary radius, we find that the expressions for the Jacobian, the Hessian, and the metric matrix remain the same, because x , y, and z

Oleh sebab itu, komik wayang anak Pandawa diperlukan sebagai media untuk memahami filosofi kehidupan dalam cerita wayang dan karakter tokoh pewayangan sehingga mampu diserap

Kejadian ini pernah ane alami, ketika mau print laporan dengan format Exel eh malah gak bisa di print malahan print preview juga tidak bisa sedangkan format yang lain seperti

Evaluasi Penawaran dilaksanakan berdasarkan Dokumen Pengadaan Nomor : 006/RR_BPBD/V/2017 tanggal 19 Mei 2017 , Berita Acara Penjelasan Dokumen Pengadaan, dan Dokumen

En primer lugar , los donantes deben dar prioridad a ayudar a los gobiernos y ciudadanos a resolver los cinco problemas básicos de la integridad electoral descritos

Sebagai salah satu Lembaga Negara, Kejaksaan mempunyai fungsi utama yang berkaitan dengan peradilan, yaitu melakukan penuntutan terhadap suatu tidak