Etnografi Penderita HIV Dan Lingkungan Sosial Budayanya
Di Simpang Selayang Medan
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Ilmu
Sosial dalam Bidang Antropologi
Oleh :
Annisa Sholihati Berutu
110905031
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL
MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan oleh :
Nama
: Annisa Sholihati Berutu
NIM
: 110905031
Departemen
: Antropologi Sosial
Judul
: Etnografi Penderita HIV dan Lingkungan Sosial
Budayanya di Simpang Selayang Medan
Medan, Desember 2015
Dosen Pembimbing
Ketua Departemen
(Nurman Achmad, S.Sos.M.Soc)
(Dr. Fikarwin Zuska)
NIP. 196711181995121002
NIP.196212200198903 1 005
Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PERNYATAAN ORIGINALITAS
Etnografi Penderita HIV Dan Lingkungan Sosial Budayanya
Di Simpang Selayang Medan
SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya
yang pernah disajikan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya
nyatakan di sini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan
gelar kesarjanaan saya.
Medan, Desember 2015
Penulis
ABSTRAK
Annisa Sholihati Berutu, 2015, Etnografi Penderita HIV dan Lingkungan
Sosial Budayanya Di Gang Kenanga Simpang Selayang Kec. Medan
Selayang II. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 117 halaman, 3 daftar tabel, dan
13 daftar gambar.
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang hanya dapat
menginfeksi manusia dengan cara menyerang sel-sel darah putih sehingga
menurunkan sistem kekebalan tubuh manusia. Penyakit HIV muncul tentu ada
faktor-faktor yang mendukung berdasarkan perilaku orangnya dan lingkungan
sosial budayanya.Orang yang terinfeksi HIV (penderita HIV) tidak lagi hanya
terdapat pada kelompok yang beresiko tinggi namun sudah menjalar ke anak-anak
dan ibu rumah tangga yang setia pada suaminya. Mereka tertular dari orangtuanya
atau pasangan suami/istri melalui cairan mani, cairan vagina, dan air susu Ibu.
Berdasarkan penelitian di lapangan,masalahyang dihadapi oleh penderita
HIV ada dua aspek yaitu
pertamabertahan melawan penyakit dan keduabertahanterhadap stigma dan diskriminasi masyarakat di beberapa lingkungan, yaitu
lingkungan kelompok, lingkungan tempat tinggal, lingkungan tempat kerja, dan
lingkungan tempat ibadah. Kemudian salah satu strategi yang dilakukan oleh
seorang penderita HIV untuk bertahan dalam hidup yaitu berinisiatif mendirikan
sebuah rumah singgah untuk kelompok Odha yang
disebut “Pita Merah”
tujuannya agar orang-orang yang nasibnya sama kemudian diberi pengetahuan
mengenai HIV dan layanan kesehatan. Kelompok tersebut tidak hanya untuk
kelompok Odha tetapi bisa juga untuk umum yang ingin menambah pengetahuan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Alhamdulillah puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan ridho-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penelitian di lapangan dan
tulisan skripsi yang berjudul “Etnografi Penderita HIV
dan Lingkungan Sosial Budayanya di Gang Kenanga Simpang Selayang”.
Shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
memberi suri teladan bagi seluruh umatnya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan karena adanya
bimbingan dan motivasi dari orang-orang yang peduli dan sayang terhadap
penulis. Tanpa bimbingan dan motivasi dari mereka, sangatlah sulit bagi penulis
untuk mencapai tahap penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis
menyampaikan ucapan terima kasih untuk yang pertama kepada orang tercinta
dan terhormat di hidup penulis yakni kedua orang tua penulis, Ayahanda
Drs.H.Masaluddin Berutu dan Ibunda Netty Asmawati yang telah banyak
mencurahkan kasih sayang dan cintanya kepada penulis serta memberikan
motivasi dan mengajarkan nilai-nilai yang baik dalam kehidupan penulis sejak
dari kecil hingga saat ini. Ucapan terima kasih yang kedua untuk saudara-saudari
kandung saya yakni Abangnda M.Syukran Ilaihi Berutu, Kakanda Ria Humaira
Berutu dan kedua adik laki-laki penulis yakni A.Raihansyah Berutu dan Ahnaf
Istiqlal Berutu yang telah memberi semangat dan mengingatkan penulis untuk
segera menyelesaikan skripsi serta mendoakan penulis agar menjadi orang yang
sukses. Ucapan terima kasih yang ketiga untuk seseorang yang selalu menemani
dan membantu penulis ke lapangan dengan penuh tantangan dan perjuangan yang
diberikannya serta selalu menasehati penulis agar skripsi ini segera diselesaikan
dengan baik, kepada yang tersayang yakni Muhammad Suhendra, ST.
dan saran kepada penulis mulai dari penyusunan proposal skripsi sampai dengan
akhirnya penyelesaian skripsi ini.
Ucapan terima kasih berikutnya kepada segenap pihak Departemen
Antropologi Sosial FISIP USU yang telah membantu penyelesaian skripsi ini,
yakni kepada Ketua Departemen Antropologi Sosial yakni Bapak Dr. Fikarwin
Zuska, yang telah banyak berbagi pengetahuan dan motivasi kepada penulis
mengenai ilmu Antropologi mulai dari semester awal hingga semester akhir yang
berujung skripsi. Kepada Bapak Agustrisno, M.S.P selaku Sekretaris Departemen
Antropologi yang telah memberi banyak perhatian dan nasehat kepada penulis.
Selanjutnya terima kasih untuk dosen-dosen Antropologi Sosial yang telah
memberikan ilmunya selama masa perkuliahan, motivasi, dan bantuan sumber
referensi untuk skripsi yakni kepada Ibu Sri Emiyanti dan Abangnda Farid Aulia
S.Sos, M.Si. Terima kasih kepada Abangnda Abdullah Akhyar Nasution, S.Sos,
M.Siyang telah memberi dukungan dan nasehatnya, serta tak lupa pula terima
kasih kepada staf administrasi Departemen Antropologi Sosial yakni Kak
Nurhayati dan Kak Sofiana yang telah banyak membantu dalam penyelesaian
administrasi.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan Antropologi
Sosial Fisip USU, rekan sekaligus sahabat penulis selama masa perkuliahan
stambuk 2011 yaitu Widya Indriani, Laila Ulfa, Fanny Larasati, Claudya Alice
L‟Bareint, dan Prasetyo Utomo, yang telah menjadi teman dalam suka dan duka
serta saling berbagi rasa untuk selamanya. Terima kasih kepada kawan-kawan
KeMANGTEER regional Medan yaitu Rini Rezeki Utami, Juliani Zalukhu, Suci
Wulan Sari, Septian Yudiansyah Nst, Doni Latuparisa, Rianda Purba, Wisnu Tri
Wibowo, Maulana Siddiq Gultom, Eddy S.H Ritonga, Indra Surya Sianipar, Sardo
Naibaho, yang telah menjadi teman komunitas dan berbagi informasi mengenai
mangrove. Terima kasih juga kepada abang dan kakak senior Antropologi Sosial
serta junior Antropologi Sosial.
dan teman-teman Odha yang telah bersedia membuka status penyakitnya, berbagi
pengalaman, dan memberikan informasi tentang HIV. Semoga kebaikan kalian
yang telah diberikan kepada penulis mendapat ganjaran dari Tuhan Yang Maha
Esa.
Penulis menyadari keterbatasan yang dimiliki dalam menulis, maka dari
itu penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca guna untuk penyempurnaan
tulisan ini. Semoga tulisan ini bermanfaat.
Medan, Desember 2015
Penulis
RIWAYAT SINGKAT PENULIS
Identitas Diri
NamaLengkap : Annisa SholihatiBerutu
T.T.L
: Medan, 31 Januari 1994
JenisKelamin : Perempuan
Anak ke-3 dari : Drs.H.Masaluddin Berutu
& Netty Asmawati
Agama
: Islam
Kewarganegaraan: Indonesia
Status : Mahasiswi
Alamat
:Jl.SutrisnoGg.
Aman
/
Bahagia No.14 Medan
:
ansho.berutu@gmail.com
Riwayat Pendidikan
1999
–
2005 : SD Muhammadiyah 01 Medan, Jln. Demak
2005
–
2008 : SMP Muhammadiyah 01 Medan, Jln. Demak
2008
–
2011 : SMA Al-Ulum Medan, Jln. Amaliun
2011
–
2015 : Universitas Sumatera Utara (USU) , FISIP
–
Antropologi Sosial
Pengalaman Organisasi
2011
:Anggota Muda HMI (Himpunan Mahasiswa Islam)
2014
: Ketua Bidang Pengembangan Organisasi KeMangteer
(Kelompok Study Mangrove Volunteer) Medan
2015
: 1. Bendahara KeMangteer Medan
Seminar/ Pelatihan/Kegiatan yang Pernah Diikuti Selama Masa Perkuliahan
2011 : Peserta “SEMINAR BEASISWA” Unit Kegiatan Mahasiswa
Islam
(UKMI) As-Siyasah FISIP USU.
2012 : Panitia Temu Ramah HMI Komisariat FISIP USU 2012, di bidang Sie
Kesehatan.
2013:
1.
Peserta SEMILOKA “Implementasi kebijakan penanggulangan
kemiskinan di propinsi Sumatera Utara dalam rangka mengurangi
kemiskinan dan
disparitas antar daerah di Sumatera Utara” . Diadakan
oleh: Sekretariat Jenderal Dewan Ketahanan Nasional dan Universitas
Sumatera Utara.
2.
Panitia sekaligus peserta
Training of Fasilitator (TOF) Antropologi Sosialstambuk 2011 angkatan ke IV dalam rangka melengkapi mata kuliah
Pengembangan Masyarakat Departemen Antropologi Sosial FISIP USU di
hotel Cherry Green.
3.
Peserta Orientasi Budaya Lokal di Pakpak Bharat mengenai kekayaan
Kearifan Tradisional dalam ragam budaya masyarakat Pakpak Bharat.
2014:
1.
Panitia Kegiatan Malam Keakraban KeManteer Regional Medan
Angkatan I, perkenalan anggota baru dan kegiatan menanam Mangrove di
Kampoeng Nipah, Sei nagalawan, Sedang Bedagai.
2.
Interview di i-Radio dan Kiss FM terkait tentang Mangrove, bersama
KeMangteer Medan.
3.
Peserta Hari HAM International. Diselenggarakan oleh IKOHI Sumatera
Utara dan Univertas Sumatera Utara.
4.
Peserta dalam pelatihan Peer Education tentang HIV/AIDS dan IMS di
hotel Antares Medan. Diselenggarakan oleh Gerakan Sehat Masyarakat.
2015:
1.
Panitia
Training of Fasilitator (TOF) Antropologi Sosial stambuk2012angkatan ke V di hotel Candhi.
Penelitian Yang Pernah Dilakukan
1.
Penelitian mengenai penderita kusta di Sicanang Belawan bersama
rekan-rekan Antropologi Sosial 011 pada tahun 2012.
2.
Penelitian tentang petani kopi di Sumbul, Kabupaten Sidikalang. Dalam
rangka melengkapi mata kuliah Praktek Kerja Lapangan I yang
diselenggarakan oleh Departemen Antropologi Sosial USU pada tahun
2013.
3.
Penelitian penderita HIV di Serdang Bedagai bersama petugas Gerakan
Sehat Masyarakat pada tahun 2014.
4.
Penelitian sosial
–
ekonomi masyarakat sekitar PT.Aquafarm Nusantara
bersama Creative Crew/Lateral pada tahun 2015.
Prestasi
1.
Penerimaan Beasiswa Bank Nasional Indonesia (BNI) tahun ajaran
2011/2012.
2.
Penerimaan Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) tahun ajaran
2012/2013.
KATA PENGANTAR
Fenomena HIV/AIDS mulai menjadi berita luar biasa di media cetak
nasional sejak tahun 1981 saat kasus pertama ditemukan di Amerika Serikat.
Banyak persepsi orang-orang mengenai asal usul munculnya penyakit ini di dunia.
Tetapi secara umum penemuan kasus HIV pertama kali ditemukan pada kalangan
lelaki homoseksual yang selanjutnya diikuti pada kalangan pekerja seks.
Berdasarkan berita-berita seputar HIV/AIDS di media cetak nasional pada kurun
waktu 1981-1997 dapat dilihat bias yang melekat pada fakta dan realitas yang
objektif seputar HIV/AIDS. Sebenarnya bias tentang HIV/AIDS mencerminkan
tingkat pengetahuan yang minim mengenai penyakit tersebut dan sikap cepat takut
serta mudah menghukum yang terdapat di masyarakat. Kita melihat pemberitaan
tidak mengoreksi anggapan yang kurang tepat, tetapi justru cenderung
memperkuat serangkaian mitos dan salah paham tentang HIV/AIDS itu sendiri
dan sikap mengucilkan dan menghukum ODHA.
Jumlah penderita HIV di dunia mengikuti fenomena gunung es, karena
jumlah penderita yang sesungguhnya lebih besar daripada data yang tersedia.
Psikologis yang dialami penderita HIV yaitu stress, frustasi, kecemasan,
kemarahan, penyangkalan, rasa malu, dan berduka mengalami perubahan yang
terjadi pada dirinya dan lingkungan sekitar. Penyebaran HIV dapat ditekan
dengan kesadaran penderita untuk berobat demi memperpanjang usia dan
melakukan pola hidup sehat serta tidak berniat menyebarkan penyakit tersebut ke
orang lain.
Belum ditemukan cara dan jenis obat untuk menyembuhkan penyakit HIV,
tetapi untuk memperlambat laju perkembangan virus tersebut ada yaitu dengan
cara mengonsumsi Anti Retroviral (ARV) sesuai aturan yang dianjurkan dokter.
Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan skripsi ini masih
banyak terdapat kekurangan dan keterbatasan kemampuan menulis. Maka untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan tugas Sarjana ini.
Akhirnya penulis meengharapkan semoga skripsi ini akan dapat
bermanfaat bagi penulis sendiri dan memberikan konstribusi yang positif dalam
pembahasan ilmu pengetahuan yang lebih baik lagi.
Medan, Desember 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN
PERNYATAAN ORIGINALITAS ... i
ABSTRAK ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
RIWAYAT HIDUP ... vi
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ...xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1
Latar Belakang ...
1
1.2
Tinjauan Pustaka ... 6
1.2.1
Sejarah Munculnya HIV Dari Dunia Barat ... 5
1.2.2
Sejarah HIV di Indonesia ... 11
1.2.3
Definisi HIV ... 12
1.2.4
Perjalanan infeksi HIV ... 15
1.2.5
Uji HIV ... 22
1.2.6
Perilaku ... 24
1.2.7
Lingkungan sosial budaya ... 26
1.3
Rumusan Masalah ... 26
1.4
Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 27
1.4.1
Tujuan... 27
1.4.2
Manfaat... 27
1.5
Sistematika Penulisan... 27
1.6
Metode Penelitian ... 29
1.6.1
Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 29
1.6.2
Teknik Pengumpulan Data ... 33
Data primer : a. Observasi ... 32
b. Wawancara Mendalam ... 32
c. Pengembangan Raport ... 35
d. Life History ... 35
Data sekunder ... 35
1.6.3
Teknik Analisa Data ... 36
BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN: RUMAH SINGGAH ODHA
DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG ...
37
2.1 Sekilas tentang Kecamatan Medan Selayang ... 37
2.2 Lokasi Penelitian ... 41
BAB III LIFE HISTORY PENDERITA HIV ... 47
3.1 Kisah Seorang Aktivis HIV ... 48
3.2 Kisah Sekeluarga Terinfeksi ... 57
3.3 Kisah Mantan Perawat...
60
3.4 Kisah Pria Depresi ... 62
3.5 Kisah Pasangan Odha ... 64
3.6 Pengetahuan Penderita Tentang HIV ... 66
3.7 Strategi Penderita HIV Dalam Melanjutkan Hidupnya ... 68
3.7.1 Strategi Informan Kunci ... 68
3.7.2Pola Hidup Sehat ...
72
a. Pola Pemikiran ...
73
b. Pola Makanan ...
75
3.7.3 Membentuk Kelompok ... 78
a. Bekerja Sama ...
80
b. Merencanakan Tindakan ... 81
c. Pendanaan ...
83
d. Keterampilan Berkomunikasi ...
84
e. Membuat Perubahan ...
84
BAB IV LINGKUNGAN SOSIAL DAN BUDAYANYA ... 88
4.1 Defenisi Lingkungan Sosial Budaya ... 88
4.2 Lingkungan Sebagai Tempat Aktifitas Manusia ... 90
4.3Hubungan Penderita DenganLingkungan Sosial...
91
4.3.1 Hubungan Penderita HIV Dengan
Lingkungan Kelompok ...
95
4.3.2 Hubungan Penderita HIV Dengan
Lingkungan Tempat Tinggal ...
97
4.3.3 Hubungan Penderita HIV Dengan
Lingkungan Tempat Kerja ...
99
4.3.4 Hubungan Penderita HIV Dengan
Lingkungan Tempat Ibadah ...
99
4.4
Manusia Sebagai Makhluk Budaya ... 100
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 111
5.1 Kesimpulan ... 111
5.2 Saran ... 113
DAFTAR PUSTAKA ...
116
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Gang kenanga... 39
Gambar 2. Jalan menuju rumah singgah... 40
Gambar 3. Rumah Singgah untuk kelompok ODHA... 42
Gambar 4. Denah lokasi penelitian, dari kampus USU
ke simpang selayang... 44
Gambar 5. Kak Myur ...46
Gambar 6. Saya bersama Penderita dan kedua anaknya yang terinfeksi ... 57
Gambar 7. Bang Enn ... 60
Gambar 8. Saya bersama pasangan Odha ... 62
Gambar 9. Kak Myur dan Yoan (anak dari pasangan Odha) ...
63
Gambar 10. Kak Myur dan anak pertamanya ... 66
Gambar 11. Kak Myur membawa pasiennya ke Rumah Sakit ... 68
Gambar 12. Mereka saling bekerja sama dan berbagi ... 79
ABSTRAK
Annisa Sholihati Berutu, 2015, Etnografi Penderita HIV dan Lingkungan
Sosial Budayanya Di Gang Kenanga Simpang Selayang Kec. Medan
Selayang II. Skripsi ini terdiri dari 5 bab, 117 halaman, 3 daftar tabel, dan
13 daftar gambar.
Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang hanya dapat
menginfeksi manusia dengan cara menyerang sel-sel darah putih sehingga
menurunkan sistem kekebalan tubuh manusia. Penyakit HIV muncul tentu ada
faktor-faktor yang mendukung berdasarkan perilaku orangnya dan lingkungan
sosial budayanya.Orang yang terinfeksi HIV (penderita HIV) tidak lagi hanya
terdapat pada kelompok yang beresiko tinggi namun sudah menjalar ke anak-anak
dan ibu rumah tangga yang setia pada suaminya. Mereka tertular dari orangtuanya
atau pasangan suami/istri melalui cairan mani, cairan vagina, dan air susu Ibu.
Berdasarkan penelitian di lapangan,masalahyang dihadapi oleh penderita
HIV ada dua aspek yaitu
pertamabertahan melawan penyakit dan keduabertahanterhadap stigma dan diskriminasi masyarakat di beberapa lingkungan, yaitu
lingkungan kelompok, lingkungan tempat tinggal, lingkungan tempat kerja, dan
lingkungan tempat ibadah. Kemudian salah satu strategi yang dilakukan oleh
seorang penderita HIV untuk bertahan dalam hidup yaitu berinisiatif mendirikan
sebuah rumah singgah untuk kelompok Odha yang
disebut “Pita Merah”
tujuannya agar orang-orang yang nasibnya sama kemudian diberi pengetahuan
mengenai HIV dan layanan kesehatan. Kelompok tersebut tidak hanya untuk
kelompok Odha tetapi bisa juga untuk umum yang ingin menambah pengetahuan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Timbulnya suatu penyakit dalam masyarakat bukan karena penyakit
tersebut muncul begitu saja.
Seperti kata pepatah “Tidak ada asap tanpa adanya
api”, t
entu tidak mungkin akan muncul penyakit HIV tanpa ada faktor yang
mempengaruhinya. Adapun Perilaku-perilaku yang bisa memudahkan penularan
HIV, yaitu berhubungan seks yang tidak aman, ganti-ganti pasangan seks,
bergantian jarum suntik dengan orang lain, memperoleh transfusi darah yang tidak
dites HIV, serta melalui ibu yang terinfeksi HIV kepada janin di kandungannya
dan air susu ibu. HIV dapat menularkan kepada siapapun tanpa memandang
kebangsaan, ras, jenis kelamin, agama, tingkat pendidikan, kelas ekonomi,
maupun orientasi seksualnya.
rendahnya daya tahan tubuh. Pada keadaan ini orang tersebut dikatakan sebagai
AIDS.
1Seseorang yang terinfeksi HIV kelihatan biasa, seperti halnya orang biasa
yang melakukan aktivitas sehari-hari. Ini berarti orang tersebut tidak
menunjukkan
sesuatu gejala klinis, kondisi ini dikatakan “asim
p
tomatik”
2. Di
sinilah letak bahaya terselubung bagi penyebaran dan penularan HIV, karena
seseorang tidak dapat membedakan jika orang lain telah terinfeksi HIV atau tidak.
Sekalipun orang yang terinfeksi HIV belum memperlihatkan gejala, ia memiliki
potensi untuk menularkan HIV kepada orang lain dengan jalur tertentu. HIV
ditemukan dalam cairan darah, cairan mani, dan cairan vagina dari orang yang
telah terinfeksi HIV. Penularan itu terjadi bila HIV di dalam darah atau cairan itu
memasuki aliran darah orang lain.
3Apabila sudah banyak sel darah putih yang hancur, terjadi gangguan
imunitas selular, daya kekebalan penderita menjadi terganggu atau cacat sehingga
kuman yang tadinya tidak berbahaya atau dapat dihancurkan oleh tubuh sendiri
(infeksi oportunistik) akan berkembang lebih leluasa dan menimbulkan penyakit
yang serius yang pada akhirnya penyakit ini dapat menyebabkan kematian.
Apabila sudah masuk ke dalam darah, HIV dapat merangsang pembentukan
antibody dalam sekitar 3-8 minggu setelah terinfeksi pada periode sejak seseorang
kemasukan HIV sampai terbentuk antibody disebut periode jendela (Window
Period). Periode jendela ini sangat perlu diketahui oleh karena sebelum antibody1 Dadang H. Global effect HIV/AIDS dimensi psikoreligi. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2009.
2
Asimptomatik berarti bahwa di dalam organ tubuh terdapat HIV tetapi tubuh tidak menunjukkan gejala-gejala.
3
terbentuk di dalam tubuh, HIV sudah ada di dalam darah penderita dan keadaan
ini juga sudah dapat menularkan kepada orang lain. (Yayasan Pelita Ilmu, 2012)
Penderita HIV hidup ditengah-tengah lingkungan masyarakat, terdiri dari
keluarga, kerabat, tetangga, dan orang sekitarnya. Dalam hidup bermasyarakat,
pastinya ada nilai-nilai yang mengatur baik itu nilai agama, nilai adat istiadat,
maupun nilai sosial yang berlaku di dalam lingkungan masyarakat. Jadi penyakit
HIV tersebut masih banyak yang belum paham, sehingga perilaku beberapa
masyarakat yang masih kurang paham maka ia mendiskriminasi atau menjudge si
penderita HIV .
Hal inilah yang membuat penderita HIV merasa tidak nyaman di
lingkungan sekitarnya, mereka tidak bisa bergerak bebas melakukan aktifitas
karena banyak yang berprilaku tidak sopan terhadapnya, penilaian orang lain
terhadap dirinya buruk, seperti mencaci hingga menjauhi si penderita. Mereka (si
penderita) dianggap seperti sampah masyarakat yang harus disingkirkan dari
lingkungan tempat tinggal dan lingkungan kerja yang merupakan kehidupan
bermasyarakat. Sebagaian masyarakat masih ada yang merendahkan hak dan
martabat si penderita karena penyakit yang ada dalam tubuh mereka. Mereka
(penderita) tidak hanya menderita berdasarkan medis, tetapi juga menderita psikis
karena perilaku masyarakat sekitar.
agar ia bisa merasa sehat walaupun virus yang ada di dalam tubuhnya tidak bisa
dihilangkan hanya bisa dihambat virusnya dengan AntiRetroViral (ARV).
Unit masyarakat terkecil ialah keluarga. Jadi ada baiknya jika sebuah
dukungan atau motivasi tersebut berasal dari keluarga sendiri. Dukungan keluarga
merupakan salah satu bentuk terapi keluarga, melalui keluarga berbagai masalah
kesehatan bisa muncul sekaligus dapat diatasi. Menurut Friedman (2000)
disebutkan ada empat jenis dukungan keluarga yaitu : dukungan instrumental,
dukungan informasi, dukungan penilaian, dan dukungan emosional.
Dukungan instrumental adalah bantuan yang diberikan secara langsung,
bersifat fasilitas atau materi. Dukungan informasi yaitu memberikan penjelasan
tentang situasi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah yang sedang
dihadapi individu, yang dapat berupa nasehat, petunjuk, masukan atau penjelasan
bagaimana seseorang bersikap. Dukungan appraisal atau penilaian, bisa berbentuk
penilaian positif, penguatan (pembenaran) untuk melakukan sesuatu, umpan balik
atau menunjukkan perbandingan sosial yang membuka wawasan seseorang yang
sedang dalam keadaan stress. Dukungan emosional meliputi ekspresi empati
misalnya mendengarkan, bersikap terbuka, menunjukkan sikap percaya terhadap
apa yang dikeluhkan, mau memahami, ekspresi kasih sayang dan perhatian yang
menyebabkan individu merasa berharga, nyaman, aman, terjamin dan disayangi.
informasi yang benar dan jelas tentang HIV. Hal ini dilakukan untuk perubahan
manusia dan lingkungan sosial yang lebih baik di masa yang akan datang.
Untuk itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap penderita
HIV dan lingkungan sosial budayanya karena mereka punya cara sendiri untuk
bertahan hidup dalam melawan penyakitnya dan tekanan batin di tengah
lingkungan masyarakat yang penuh stigma dan diskriminasi ini. Mereka
berkumpul dan membentuk kelompok ODHA untuk menguatkan diri satu sama
lain, berbagi rasa suka dan duka, diskusi, dan saling mensupport.
1.2
Tinjauan Pustaka
1.2.1 Sejarah Munculnya HIV Dari Dunia Barat
Ada beberapa pemikiran dari barat yang menjelaskan tentang sejarah
munculnya penyakit HIV, yaitu sebagai berikut :
Seks Bebas di Kinshasa 1920-an
virus tersebut. Menciptakan kondisi 'badai yang sempurna'. Sementara itu, rel
kereta yang dibangun dengan dukungan Belgia di mana 1 juta orang melintasi
kota tiap tahunnya membawa virus HIV ke wilayah sekitarnya. Lalu ke dunia.
Tim ilmuwan dari University of Oxford dan University of Leuven, Belgia
mencoba merekonstruksi 'pohon keluarga' HIV dan menemukan asal muasal
nenek moyang virus itu. "Anda bisa melihat jejak sejarahnya dalam genom saat
ini data yang terekam, tanda mutasi dalam genom HIV tidak bisa dihapus," kata
Profesor Oliver Pybus dari University of Oxford.
Dengan membaca tanda mutasi tersebut, tim bisa menyusun kembali
pohon keluarga dan melacak akarnya. HIV adalah versi mutasi dari virus
simpanse, yang dikenal sebagai simian immunodeficiency virus (SIVcpz) yang
mungkin melakukan lompatan spesies, ke manusia, melalui kontak dengan darah
yang terinfeksi. Virus ini menyebar pertama kali pada para pemburu simpanse
mungkin ketika menangani daging hewan itu. Kasus pertama dilaporkan di
Kinshasa, Republik Demokratik Kongo, pada 1930. Virus membuat lompatan
pada beberapa kesempatan. Salah satunya mengarah pada HIV-1 subtipe O yang
menyebar di Kamerun. Kemudian, HIV-1 subtipe M yang menginfeksi jutaan
orang di seluruh dunia. Pada tahun 1920-an, Kinshasa yang dulu disebut
Leopoldville hingga 1966 adalah bagian dari Kongo yang dikuasai Belgia. "Kota
itu sangat besar dan sangat cepat pertumbuhannya. Catatan medis era kolonial
menunjukkan tingginya insiden sejumlah penyakit seksual," kata Profesor Oliver
Pybus.
perdagangan seksual. Plus faktor praktik pengobatan penyakit dengan suntikan tak
steril yang efektif menyebarkan virus. "Aspek menarik lainnya adalah jaringan
transportasi yang membuat orang-orang berpindah dengan mudah." Sekitar 1 juta
orang menggunakan jaringan rel Kinshasa pada akhir tahun 1940-an." Dan virus
pun menyebar luas, awalnya ke kota tetangga Brazzaville, lalu meluas ke area
provinsi yang perekonomiannya ditopang penambangan, Katanga. Kondisi 'badai
sempurna', hanya berlangsung selama beberapa dekade di Kinshasa. Namun saat
itu berakhir, HIV terlanjur menyebar ke seluruh dunia.
Teori Green Monkey
Tidak sedikit orang yang sudah mendengar teori bahwa AIDS adalah ciptaan
manusia. Menurut The New York Times yang terbit 29 Oktober 1990, tiga puluh
persen penduduk kulit hitam di New York City benar-benar percaya bahwa AIDS
adalah “senjata etnis” yang didesain di dalam laboratorium untuk menginfeksi dan
Teori Konspirasi
Pada dasarnya teori konspirasi memberikan narasi tentang sejarah bangsa
barat mengenai asal usul kemunculan HIV/AIDS. Teori ini menyebutkan bahwa
HIV/AIDS merupakan senjata biologis yang sengaja dibuat oleh Amerika Serikat
untuk mengendalikan jumlah penduduk dunia. „Pengurangan populasi merupakan
prioritas tertinggi dari kebijakan luar negeri AS terhadap negara-negara dunia
ketiga. Pengurangan dari penduduk negara-negara ini merupakan masalah vital
bagi keamanan nasional AS‟ –
Henry Kissinger, 1974 (Gray, 2009 : 106). Asal
usul HIV/AIDS diawali dari bocornya catatan rahasia yang mengandung dua poin
penting milik salah satu tim khusus di Laboratorium Fort Detrick AS, Willace L.
Pannier ke dunia maya (Ridaysmara, 2010 : 381-384).
Pertama, HIV merupakan istilah baru bagi virus lama bernama SV40 yang
digunakan oleh Dokter Hilary Koprowski untuk menginfeksi sistem imun 300.000
orang negro Afrika pada tahun 1957 hingga 1960 (Gray, 2009 : .96-102).
Koprowski melakukan „percobaan‟ infeksi vaksin polio melalui mulut (live oral
polio vaccine) kepada ras kulit hitam di Afrika atas dasar rasisme. Namun
demikian, Koprowski menolak tuduhan bahwa ia terlibat dalam menciptakan
AIDS dan mengatakan bahwa demografi dari persebaran penyakit di Afrika dapat
dijelaskan dengan faktor-faktor lain yang tidak berhubungan dengan prosedur
vaksinasi (Gray, 2009 : 97).
Foundation dan National Institute of Health (In Lies We Trust 2007). Mereka
sepakat untuk menjalankan agenda „Eugenic Movement‟ sekitar tahun 1900
-an.
„Eugenic Movement‟ merupakan gerakan rasialis untuk menghancurkan ras
manusia yang dianggap inferior dan meningkatkan ras manusia superior. Selain
itu, HIV/AIDS dibuat oleh CIA untuk menginfeksi bangsa African-American
yang berada di Amerika (TIME, 2013). Pada dasarnya, „Eugenic Movement‟
dilakukan oleh Amerika untuk menekan jumlah populasi dunia dengan sasaran
utama orang-orang berkulit hitam.
Selain informasi yang didapatkan dari catatan rahasia milik Pannier,
munculnya berbagai persepsi masyarakat dunia tentang vaksin HIV/AIDS
menjadikan teori konspirasi semakin kompleks. Hingga saat ini belum ditemukan
obat yang dapat menyembuhkan penyakit HIV/AIDS. Obat-obat yang kini
diberikan hanya bersifat memperpanjang usia penderita dan memperbesar
kemungkinan untuk menularkan penyakit tersebut kepada individu lain, seperti
Terapi Antiretroviral (ARV). Persepsi tersebut mendorong pemikiran kritis
tentang strategi kelompok elit dalam menciptakan penyakit beserta obatnya. Fakta
yang mengejutkan muncul dari ketiga penjahat kemanusiaan, yaitu keluarga Bush,
Rockefeller dan Harriman yang ternyata bergabung dalam satu komunitas dan
berkuliah di Yale University. Kemudian faktanya, Yale University adalah
pemegang hak paten dari salah satu obat utama HIV yang dikenal dengan „Zenit‟
Eksperimen Hepatitis B Pra-AIDS kepada Pria Gay (1978-1981)
Ribuan pria gay mendaftar sebagai manusia percobaan untuk eksperimen
vaksin hepatitis B yang “disponsori pemerintah AS” di New York, Los Angeles,
dan San Fransisco. Setelah beberapa tahun, kota-kota tersebut menjadi pusat
sindrom defisiensi kekebalan terkait gay, yang belakangan dikenal dengan AIDS.
Di awal 1970-an, vaksin hepatitis B dikembangkan di dalam tubuh simpanse.
Sekarang hewan ini dipercaya sebagai asal-usul berevolusinya HIV. Banyak orang
masih merasa takut mendapat vaksin hepatitis B lantaran asalnya yang terkait
dengan pria gay dan AIDS. Para dokter senior masih bisa ingat bahwa eksperimen
vaksin hepatitis awalnya dibuat dari kumpulan serum darah para homoseksual
yang terinfeksi hepatitis.
Kemungkinan besar HIV “masuk” ke dalam tubuh pria gay selama uji
Fakta lain yang juga menghebohkan adalah bahwa kasus AIDS di Afrika yang
dapat dibuktikan baru muncul setelah tahun 1982. Sejumlah peneliti yakin bahwa
eksperimen vaksin inilah yang berfungsi sebagai saluran tempat “berjangkitnya”
HIV ke populasi gay di Amerika. Namun hingga sekarang para ilmuwan AIDS
mengecilkan koneksi apapun antara AIDS dengan vaksin tersebut.
Umum diketahui bahwa di Afrika, AIDS berjangkit pada orang
heteroseksual, sementara di Amerika Serikat AIDS hanya berjangkit pada
kalangan pria gay. Meskipun pada awalnya diberitahukan kepada publik bahwa
“tak seorang pun kebal AIDS”, faktanya hingga sekarang ini (20 tahun setelah
kasus pertama AIDS), 80% kasus AIDS baru di Amerika Serikat berjangkit pada
pria gay, pecandu narkotika, dan pasangan seksual mereka.
1.2.2 Sejarah HIV di Indonesia
Di Indonesia faktor penyebab dan penyebaran virus HIV/AIDS terbagi
menjadi dua kelompok utama, yaitu melalui hubungan seks yang tidak aman dan
bergantian jarum suntik saat menggunakan narkotika.
1.2.3 Definisi
Menurut Green. CW (2007). HIV merupakan singkatan dari Human
Immunnedeficiency Virus. Disebut human (manusia) karena virus ini hanya dapatmenginfeksi manusia, immuno-deficiency karena efek virus ini adalah
melemahkan kemampuan sistem kekebalan tubuh untuk melawan segala penyakit
yang menyerang tubuh, termasuk golongan virus karena salah satu
karakteristiknya adalah tidak mampu memproduksi diri sendiri, melainkan
memanfaatkan sel-sel tubuh. Hingga kini mekanisme kerja HIV di dalam tubuh
manusia masih terus diteliti. Namun secara umum, telah diketahui bahwa HIV
tersebut menyerang sel-sel darah putih sistem kekebalan tubuh, yang bertugas
menangkal infeksi kemudian diserang oleh HIV yang menyebabkan turunnya
kekebalan tubuh sehingga mudah terserang penyakit.
cenderung memperkuat serangkaian mitos dan salah kaprah tentang HIV/AIDS itu
sendiri dan sikap mengucilkan dan menghukum ODHA.
5Epidemi
6 human immunodeficiency syndrome (HIV) membawa sertakekuatan perusakan dan penyembuhan yang kemenangannya merupakan ukuran
diri kita sendiri dan masyarakat kita. HIV mempunyai kekuatan untuk
menghancurkan suami dan istri, orang tua dan anak-anak, mengakibatkan orang
saling menyerang, menjadi penyebab orang saling menghindar, mengekalkan
penghinaan serta kekejaman, kepedihan yang ditimbulkannya membungkam
manusia. Dengan berkembangnya epidemi ini kekuatan merusaknya sudah mulai
terasa dalam keluarga-keluarga yang terkena serta komunitas-komunitas.
Kekuatan-kekuatan perusak ini, serta kemungkinan suatu kesalahan manusiawi,
menyebabkan timbulnya konspirasi kebisuan yang disebut oleh Marvellous M.
Mhloyi, yakni rasa takut serta perasaan ketidakpastian, orang-orang yang dicintai
ikut terinfeksi, anak-anak dilahirkan tanpa masa depan.
4AIDS pertama kali ditemukan di Asia Tenggara pada tahun 1980. Pada
pertengahan sampai dengan akhir tahun 1980, penyebaran virus HIV meningkat
diantara kelompok perilaku berisiko di Asia. Pravelensi tinggi HIV (lebih dari
50%) di temukan pada kelompok pekerja seks wanita di Thailand dan sebagian
India, khususnya Bombay (WHO, 2001, HIV/AIDS in Asia and The Pasific
Region, New Delhi: Regional Offices for The Western Pasific and for South-East Asia).Sampai tahun 1997, dilaporkan lebih dari 65.000 kasus AIDS dan 3,75 juta
orang terinfeksi HIV. (WHO, 1997, Report of The Third Evaluation of the
Implementation of HFA Strategies-South East Asia Region. New Delhi: WHO/SEARO, p.64). sampai akhir tahun 2000, WHO dan UNAIDSmemperkirakan bahwa lebih dari 5 juta orang hidup dengan HIV/AIDS dan
dilaporkan terdapat lebih dari 135.000 kasus AIDS.
Di Indonesia, pada tahun 2000, diperkirakan 80.000
–
12.000 orang
terinfeksi HIV. Saat ini Indonesia termasuk negara epidemi HIV terutama diantara
populasi pengguna jarum suntik. (WHO, 2001, HIV/AIDS in Asia and The Pasific
Region, New Delhi: Regional Offices for The Western Pasific and for South-East Asia).semangatnya
sehingga
mereka
mulai
berbicara
dengan
orang
lain,
menceritakannya, membentuk kelompok dan organisasi, memimpikan hidup lain
sebuah masa depan yang berbeda.
41.2.4 Perjalanan infeksi HIV
Perjalanan infeksi HIV memiliki pola yang unik dibandingkan dengan
infeksi lain. Perbedaannya dilihat dari masa inkubasi yang hanya beberapa
minggu atau beberapa hari saja, infeksi HIV memiliki masa inkubasi yang sangat
panjang yaitu sekitar 5
–
10 tahun. Masa inkubasi adalah masa antara masuknya
suatu bibit penyakit ke dalam tubuh (infeksi) sampai orang tersebut menunjukkan
tanda-tanda dan gejala sakit. Masa inkubasi disebut juga masa laten karena pada
masa itu tidak tampak gejala-gejala penyakit. Selama periode tanpa gejala virus
berkembang biak dan penghancuran sel-sel limfosit terus berlangsung. Pada masa
tersebut sistem kekebalan tubuh masih cukup mampu mempertahankan tubuh dari
berbagai macam penyakit.
7Ketika penghancuran limfosit melebihi jumlah
produksi yang dihasilkan tubuh manusia, maka mulai timbul kelemahan sistem
kekebalan tubuh dan munculah HIV/AIDS sebagai akibat adanya infeksi
oportunistik
8.
7
Tabel. 1 Perjalanan infeksi HIV/AIDS dalam 4 (empat) stadium
6:
Stadium
Keterangan
Gejala
I
Awal HIV
Infeksi dimulai dengan masuknya HIV
dan
diikuti
terjadinya
perubahan
serologi
9ketika antibodi terhadap virus
tersebut berubah dari negatif menjadi
positif. Pada infeksi HIV, adanya zat
anti di dalam tubuh bukan berarti bahwa
tubuh dapat melawan infeksi HIV,
tetapi justru menunjukkan bahwa di
dalam tubuh tersebut terdapat HIV.
II
Asimptomatik
(tanpa
gejala)
Terjadi selama 3
–
7 tahun atau lebih.
Pada
stadium
ini,
terjadi
pengembakbiakan virus secara aktif di
dalam tubuh yang diikuti dengan
menurunnya T4 limfosit. ODHA tidak
menunjukkan gejala yang spesifik dan
tetap terlihat sehat, namun sudah dapat
menularkan HIV kepada orang lain.
III
Pembesaran
Kelenjar
Limfe
Ditandai dengan pembesaran kelenjar
limfe secara menetap dan merata selama
lebih dari 3 bulan tanpa sebab yang
9
jelas.
IV
Adanya gejala utama dan
gejala minor
Gejala utama :
- turunnya berat badan (>10% dalam 3
bulan) tanpa sebab yang jelas
- diare yang terus menerus atau
berulang selama lebih dari satu bulan
- demam yang terus menerus selama
lebih dari tiga bulan.
- penyakit pernapasan yang tidak biasa
- penyakit syaraf, khususnya dementia
Gejala minor:
- batuk kronis lebih dari 1 bulan
- infeksi mulut dan tenggorokan karena
Candida Albicans
- pembengkakan menetap kelenjar getah
bening
- munculnya herpes zooster berulang
- bercak-bercak gatal diseluruh tubuh
a. Fase infeksi akut (Acute Retroviral Syndrome)
Setelah HIV menginfeksi sel darah, terjadi proses replikasi yang
menghasilkan virus-virus baru (virion) jumlah berjuta-juta virion. Begitu
banyaknya virion tersebut memicu munculnya sindrom infeksi akut dengan gejala
yang mirip sindrom semacam flu. Diperkirakan bahwa sekitar 50 sampai 70%
orang yang terinfeksi HIV mengalami sindrom infeksi akut (ARS) selama 3
sampai 8 minggu setelah terinfeksi virus dengan gejala umum yaitu demam,
faringitis, limfadenopati, mialgia, malaise, nyeri kepala diare dengan penurunan
berat badan. HIV juga sering menimbulkan kelainan pada sistem saraf. Pada fase
akut terjadi penurunan limfosit T (CD4) yang dramatis yang kemudian terjadi
kenaikan limfosit T karena mulai terjadi respon imun. Jumlah limfosit T-CD4
pada fase ini di atas 500 sel/mm
3dan kemudian akan mengalami penurunan
setelah 8 minggu terinfeksi HIV.
b. Fase infeksi laten
sero positif individu umumnya belum menunjukan gejala klinis (asintomatis) fase
ini berlangsung sekitar rata-rata 8-10 tahun (dapat juga 5-10 tahun)
c. Fase infeksi kronis
Selama berlangsungnya fase ini, didalam kelenjar limfe terus terjadi
replikasi virus yang diikuti kerusakan dan kematian SDF karena banyaknya virus.
Fungsi kelenjar limfe sebagai perangkap virus menurun atau bahkan hilang dan
virus dicurahkan kedalam darah. Pada fase ini terjadi peningkatan jumlah virion
secara berlebihan didalam sirkulasi sitemik respon imun tidak mampu meredam
jumlah virion yang berkebihan tersebut. Limfosit semakin tertekan karena
intervensi HIV yang semakin banyak. Terjadi penurunan limfosit T ini
mengakibatkan sistem imun menurun dan pasien semakin rentan terhadap
berbagai macam penyakit infeksi sekunder. Perjalanan penyakit semakin progesif
yang mendorong ke arah AIDS, infeksi sekunder yang sering menyertai adalah
penomonia, TBC, sepsi, diare, infeksi virus herpes, infeksi jamur kadang-kadang
juga ditemukan beberapa jenis kanker yaitu kanker kelenjar getah bening.
(Nasruddin, 2007)
window periods), jika pemeriksaan kedua negatif lagi berarti orang itu bebs
HIV.
10Transmisi virus HIV pada penderita melalui cara-cara sebagai berikut:
a)
Transmisi melalui kontak seksual
Kontak seksual merupaakn salah satu cara utama transmisi HIV di
berbagai belahan dunia. Virus ini dapat ditemukan dalam semua cairan
tubuh tapi yang berpotensi kuat, misalnya: cairan mani, cairan vagina, dan
cairan ASI. Transmisi infeksi HIV melalui hubungan seksual lewat anus
lebih mudah karena hanya terdapat membran mukosa rektum yang tipis
dan mudah robek, anus sering terjadi lesi.
b)
Transmisi melalui darah
Diperkirakan 90 sampai 100% orang yang mendapat transfusi darah yang
tercemar HIV akan menagalami infeksi. Suatu penelitian di Amerika
Serikat melaporkan resiko infeksi HIV-1 melalui transfusi darah dari
donor yang terinfeksi HIV berkisar antara 1 per 750.000 hingga 1 per
835.000. Pemeriksaan antibodi HIV pada darah sangat mengurangi
transmisi melalui transfusi darah.
c)
Transmisi secara vertikal
Transmisi secara vertikal dapat terjadi dari ibu yang terinfeksi HIV kepada
janinnya sewaktu hamil, persalinan, dan setelah melahirkan melaluui
pemberian Air Susu Ibu (ASI). Angka penularan selama kehamilan sekitar
5-10%, sewaktu persalinan 10-20%. Alternatif yang layak tersedia, ibu-ibu
positif HIV-1 boleh menyusui bayinya tetapi dengan perantara. Selama
beberapa tahun terakhir, ditemukan bahwa penularan HIV dapat dikaitkan
lebih akurat dengan pengukuran jumlah RNA virus di dalam plasma.
Penularan vertikal lebih sering terjadi pada kelahiran, terutama yang
berkaitan dengan ketuban pecah dini.
d)
Transmisi melalui cairan tubuh lain
Walaupun air liur pernah ditemukan pada sebagian kecil orang yang
terinfeksi, tidak ada bukti yang meyakinkan bahwa air liur dapat
menularkan infeksi HIV. Air liur dibuktikan mengandung inhibitor
terhadap aktivitas HIV. Demikian juga belum ada bukti bahwa cairan
tubuh lain misalnya air mata, keringat dan urin dapat merupakan media
transmisi HIV.
e)
Transmisi pada petugas kesehatan dan petugas laboratorium
1.2.5 Uji HIV
Uji HIV adalah suatu uji terhadap darah untuk mengetahui keberadaan
antibodi HIV dalam tubuh. Antibodi adalah zat yang dihasilkan oleh sistem
kekebalan tubuh sebagai perlawanan terhadap zat asing (antigen, seperti kuman
atau alergen). Antigen adalah materi yang dianggap oleh tubuh sebagai zat asing
(seperti virus, kuman, bakteri) sehingga tubuh memproduksi antibodi. Tes
antibodi adalah metode yang palig umum, efisien, dan luas pemakaiannya untuk
mengetahui apakah seseorang terinfeksi HIV. Suatu tes dapat memberi hasil
negatif bila orang yang dites baru saja terinfeksi. Hal ini terjadi karena tubuh
memerlukan waktu sekitar 3 bulan untuk mulai menghasilkan antibodi yang
cukup untuk dideteksi oleh suatu tes yang disebut masa jendela.
Uji HIV dapat dilakukan dengan :
1.
Diagnostik Individu, tujuannya untuk memastikan apakah seseorang
terinfeksi HIV, biasanya untuk mereka yang asymptomatis (tidak
menunjukkan gejala) maka uji ini dilakukan atas dasar permintaan (voluntary
testing). Tes dengan spesifisitas dan sensitivitas yang tinggi sangat diperlukan
untuk tujuan diagnostik individu ini. Sensitivitas digunakan untuk mendeteksi
HIV positif pada mereka yang benar-benar HIV (+), sedangkan spesifisitas
digunakan untuk mendeteksi HIV negatif pada mereka yang benar-benar
tidak HIV (-).
Konseling pre-test
diberikan sebelum tes HIV dilakukan, tujuannya
untuk membantu masyarakat membuat pilihan terbaik apakah akan
menjalani tes atau tidak.
Konseling post-test
diberikan setelah hasil tes diketahui, baik hasilnya
positif maupun negatif. Konseling post-test sangat penting untuk
membantu mereka yang HIV positif agar mereka dapat melanjutkan hidup
secara positif dan memberikan pengetahuan kepada mereka yang HIV
negatif tentang cara mencegah dan menanggulangi infeksi HIV.
Informed consent
keputusan untuk menjalani tes harus dibuat oleh
orang itu sendiri tanpa tekanan atau paksaan orang lain.
Pengambilan darah seperti pemeriksaan darah pada umumnya
Kerahasiaan
informasi tentang seseorang tidak diberitahukan kepada
orang lain tanpa ijin dari orang itu. Konseling, testing, dan hasil harus
dirahasiakan.
2.
Skrining (Penapisan), yaitu uji yang dilakukan pada darah dan organ donor
sebelum ditransfusikan atau ditransplantasikan kepada penerima donor.
Tujuannya ialah memeriksa semua darah/organ donor untuk memberikan
perlindungan kepada masyarakat dengan memastikan bahwa darah tersebut
tidak tercemar HIV. Apabila dari hasil skrining ditemukan darah dengan HIV
positif, maka darah tersebut dibuang.
1.2.6 Perilaku
Perilaku adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
menderita penyakit. Perilaku juga merupakan bentuk respons atau reaksi terhadap
stimulus atau rangsangan dari luar, namun dalam memberikan respon sangat
tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.
Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda disebut
determinan perilaku. Faktor determinan itu ditentukan atau dipengaruhi oleh
perilaku individu, keluarga, maupun kelompok atau masyarakat itu sendiri.
11Masalah kesehatan masyarakat termasuk penyakit ditentukan oleh 2
faktor, yaitu faktor perilaku dan non perilaku (fisik, sosial, ekonomi, politik).
Adapun upaya intervensi terhadap faktor perilaku dilakukan melalui: Pendidikan
(Education). Pendidikan adalah upaya pembelajaran kepada masyarakat agar
masyarakat mau melakukan tindakan-tindakan untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatannya. Tindakan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
didasarkan kepada pengetahuan dan kesadarannya terhadap proses pembelajaran.
Sehingga perilaku tersebut diharapkan berlangsung lama dan menetap karena
didasari oleh kesadaran.
Jadi, maksudnya ialah diberikan pendidikan kepada penderita HIV
mengenai penyakit yang dialaminya, cara mengatasinya, serta cara tidak
menularkan kepada orang lain. Selain itu diberi pendidikan juga kepada
masyarakat yang tidak terinfeksi HIV agar memiliki pengetahuan mengenai
penyakit HIV. Pendidikan tersebut bisa dilakukan dalam diskusi kelompok
peer11 Notoatmodjo S. Ilmu kesehatan masyarakat, prinsip-prinsip dasar. Cetakan Pertama, Jakarta:
education, diskusi antar lingkungan, atau bisa mengadakan seminar. Biasanya
penderita HIV hanya mau terbuka tentang identitas dirinya hanya kepada konselor
ataupun dampingannya.
Konsep umum yang digunakan untuk menganalisis perilaku dipengaruhi 3
(tiga) faktor utama, yaitu:
a. Faktor predisposisi : yaitu faktor yang mencakup sikap individu terhadap
kesehatan, tradisi dan kepercayaan individu/ masyarakat terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan masalah kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh individu/
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.
b. Faktor pendukung : yaitu faktor yang mencakup ketersediaan sarana dan
prasarana yang tersedia untuk kepentingan masyarakat yang mendukung atau
memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan yang positif pada masyarakat.
c. Faktor penguat/pendorong : yaitu faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat,
tokoh agama, sikap dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan.
Termasuk juga undang-undang dan peraturan-peraturan yang terkait dengan
kesehatan.
Dengan demikian disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat
tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi dan
sebagainya dari seseorang atau masyarakat yang bersangkutan.
gizi. Sedangkan ekosistem yang dimaksud meliputi tanah, air, udara, iklim,
tumbuhan, hewan dan populasi manusia. Interaksi kedua sistem tersebut melalui
proses seleksi dan adaptasi serta pertukaran aliran energi, materi, dan informasi.
1.2.7 Lingkungan Sosial Budaya
Definisi lingkungan sosial budaya yaitu lingkungan antar manusia yang
meliputi pola-pola hubungan sosial serta kaidah pendukungnya yang berlaku
dalam suatu lingkungan, yang ruang lingkupnya ditentukan oleh keberlakuan
pola-pola hubungan sosial tersebut (termasuk perilaku manusia di dalamnya), dan
tingkat rasa integrasi mereka yang berada di dalamnya. Oleh karena itu,
lingkungan sosial budaya terdiri dari pola interaksi antara budaya, teknologi dan
organisasi sosial, termasuk di dalamnya jumlah penduduk dan perilakunya yang
terdapat dalam lingkungan.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1.
Bagaimana kisah hidup (Life of History) Penderita HIV semenjak terinfeksi
HIV ?
1.4
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
-
Untuk menggali kisah hidup (life of history) penderita HIV dan
mengungkap berbagai aspek yang terkait dan relevan dengan persoalan
yang dialami subyek.
-
Untuk memberikan informasi yang benar, dengan sudut pandang subyek
dan empati.
1.4.2 Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
-
Untuk pengembangan kajian ilmu kesehatan (HIV) dalam bidang ilmu
sosial, seperti antropologi sosial
-
Untuk mengetahui sejarah hidup (life of history) penderita HIV+
-
Untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian publik serta seluruh
stakeholder terhadap permasalahan HIV/AIDS.
1.5
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam skripsi ini terdari dari 5 (lima) bab, yaitu:
Bab I : Pembahasan mengenai
1.2
Tinjauan pustaka yang berisi teori dan konsep yang mendukung
penelitian ini.
1.3
Rumusan masalah tentang Life of History Penderita HIV dan
lingkungan sosial budayanya
1.4
Tujuan dan manfaat dari penelitian tersebut
1.5
Sistematika penulisan
1.6
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
Bab II : Mengenai gambaran umum lokasi penelitian, Rumah singgah yang
didirikan oleh kak Maniur (sebagai Penderita HIV) untuk
kelompok ODHA di Medan Selayang.
Bab III : Pembahasan mengenai kisah penderita HIV yang menjadi informan
kunci. Dalam bab tersebut akan menceritakan kisah hidup dari
penderita HIV, mulai dari ia terkena virus hingga ia bangkit dan
bertahan hidup sampai saat ini, salah satu strateginya dengan cara
mendirikan rumah singgah ODHA
Bab IV : Mengenai hubungan antara Penderita HIV dengan lingkungan sosial
budayanya
1.6
Metode Penelitian
1.6.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
melalui etnografi. Menurut Spradley (1997:12) tujuan utama etnografi ialah
memahami sudut pandang penduduk asli dan hubungan dengan kehidupannya,
untuk mendapatkan pandangan dengan dunianya. Dalam hal ini, peneliti akan
berusaha membangun raport yang baik dengan penderita HIV.
Secara harfiah, etnografi berarti tulisan atau laporan tentang suatu suku
bangsa yang ditulis oleh seorang antropolog atas penelitian lapangan (field work)
selama sekian bulan atau sekian tahun. Etnografi, baik sebagai laporan penelitian
maupun sebagai metode penelitian, dianggap sebagai asal-usul ilmu antropologi.
Dalam buku “Metode Etnografi”
Spradley mengungkap perjalanan etnografi dari
mula-mula sampai pada bentuk etnografi baru. Kemudian ia juga memberikan
langkah-langkah praktis untuk mengadakan penelitian etnografi yang disebutnya
sebagai etnografi baru ini (Spradley, 1997).
bekerjasama melalui fenomena teramati kehidupan sehari-hari. Menurut
pemikiran yang dirangkum oleh Mulyana ini, etnografi bertujuan menguraikan
suatu budaya secara menyeluruh, yakni semua aspek budaya baik yang bersifat
material, seperti artefak budaya dan yang bersifat abstrak, seperti pengalaman,
kepercayaan norma, dan sistem nilai kelompok yang diteliti. Sedang Frey et al.,
(dalam Mulyana, 2001:161) mengatakan bahwa etnografi berguna untuk meneliti
perilaku manusia dalam lingkungan spesifik alamiah. Uraian tebal (thick
description) berdasarkan pengamatan yang terlibat (observatory participant)merupakan ciri utama etnografi.
Pengamatan yang terlibat menekankan logika penemuan (logic of
discovery), suatu proses yang bertujuan menyarankan konsep-konsep ataumembangun teori berdasarkan realitas nyata manusia. Metode ini mematahkan
keagungan metode eksperimen dan survei dengan asumsi bahwa mengamati
manusia tidak dapat dalam sebuah laboratorium karena akan membiaskan perilaku
mereka. Pengamatan hendaknya dilakukan secara langsung dalam habitat hidup
mereka yang alami.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu pendekatan
untuk menyusun pengetahuan yang menggunakan metode riset dengan
menekankan subjektifitas dan arti pengalaman bagi individu (Brockopp, 2000).
Tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk menggali atau mengeksplorasi,
menggambarkan pengetahuan bagaimana kenyataan yang dialami.
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data
Data Primer
Data primer adalah salah satu data yang di peroleh secara langsung berkaitan
dengan permasalahan yang dihadapi. Pengumpulan data yang digunakan adalah :
a.
Observasi
Pengamatan yang dilakukan dengan cara melihat dan mengamati secara
langsung untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi penderita HIV terhadap
lingkungan sosialnya yang dipengaruhi oleh budaya (nilai-nilai yang ada dalam
lingkungan sekitar).
b.
Wawancara Mendalam
Peneliti akan menggunakan teknik wawancara mendalam (indepth interview)
untuk mendapatkan data dari informan. Interview guide digunakan penulis untuk
menjadi alat bantu di dalam melakukan wawancara dengan penderita HIV dan
orang yang memiliki pengetahuan tentang HIV.
Dalam penelitian kualitatif, dikenal istilah informan awal, informan key dan
informan biasa, yakni:
Informan Awal adalah orang yang pertama memberi informasi yang memadai
ketika peneliti mengawali penelitian. Informan awalnya adalah : dr.T.Yenni
Informan Key (Kunci) adalah orang yang bisa dikategorikan paling banyak
Informan Biasa adalah informan bebas yang dapat diwawancarai dan bisa
memberikan informasi yang mendukung penelitian. Informan biasanya
adalah: (Bang Enn, Bu Fent, Bu Len : nama disamarkan), dan lain-lain.
Pengalaman Penelitian
Berikut sedikit pengalaman saya pra lapangan, awalnya peneliti belum
memiliki judul dan tujuan untuk pembuatan skripsi. Ide-ide muncul ketika
magang di Lembaga Swadaya Masyarakat Gerakan Sehat Masyarakat
(LSM-GSM) disana peneliti banyak berkonsultasi dengan ketua GSM yakni dr.T.Yenni
dan juga karyawan-karyawan disana, Kak Myur juga karyawan di GSM yang
tugasnya sebagai koordinator lapangan. Di GSM saya sering bertemu dan
berbincang-bincang dengan Kak Myur saat magang. Singkat cerita, masa magang
telah berakhir selama 2 bulan, saat itu saya berkonsultasi lagi kepada dr.Yenni
dimana tempat yang cocok untuk penelitian skripsi, yang pada saat itu temanya
sudah saya temukan yaitu Odha dan Lingkungan Sosialnya. Lalu dr.Yenni
memberi saran tempat penelitian di rumah singgah Odha milik Kak Myur dan
memberi nomor telepon beliau.
menggong-gong, kak Myur dan suaminya keluar melihat saya , lalu kami
bersalaman dan mereka menyuruh saya dan teman saya untuk masuk ke dalam
rumah, disana ternyata ada seorang pasien HIV ibu rumah tangga bersama
anaknya. Saya bertanya-tanya kondisi kesehatan mereka dan juga kondisi
lingkungan di daerah tersebut sekaligus minta bantuan kepada kak Myur dan bang
Enn dalam mengerjakan tugas akhir kuliah yaitu skripsi. Setelah itu peneliti izin
pulang dan beberapa hari kemudian mulai meneliti di daerah tersebut. Di
lapangan, peneliti ditemani Bang Enn (suami baru kak Myur) untuk menjumpai
beberapa penderita HIV sebagai informan saya ke rumah mereka masing-masing.
Sebab mereka bersifat tertutup dengan orang yang bukan HIV, apalagi baru
pertama kali berjumpa. Pada saat itu peneliti dikenalkan oleh bang Enn sebagai
sepupunya yang ingin bertanya-tanya kepada Odha untuk tugas kuliah. Dengan
demikian mereka bersedia untuk ditanya-tanyai mengenai kondisi sebagai
penderita HIV dan keadaan lingkungan sosial terhadap dirinya. Beberapa orang
ada yang dengan senang hati dan terbuka menceritakan sejak awal dirinya
terinfeksi, dan ada juga yang masih tertutup karena mereka takut diliput beritanya
di media kemudian ketauan banyak orang termasuk orang-orang yang berada
disekitarnya dan mereka akan kehilangan pekerjaan, pendidikan, serta tempat
tinggal. Oleh sebab itu, sebagian dari mereka yang saya wawancarai hanya
menjawab sekedarnya saja dan secara singkat seperti “ya”, “tidak”, “begitulah”,
c. Pengembangan Raport
Dalam melakukan observasi maupun wawancara, sangat diperlukan adanya
rapport (hubungan baik) dengan para informan. Peneliti akan berusahamenyesuaikan diri dengan kebiasaan-kebiasaan dan aturan yang berlaku di tempat
penelitian dan bersosialisasi dengan orang-orang yang berkaitan dengan
penelitian.
d.
Life History
Agar penulisan ini dapat dipahami lebih mendalam, penulis akan membuat
lampiran tentang kisah hidup Kak Myur dan penderita HIV lainnya dalam
lingkungan sosial budayanya.
Data Sekunder
Merupakan data yang berhubungan dengan aspek yang di teliti bersumber
dari buku, majalah, jurnal, artikel (baik media massa maupun elektronik) yang
dianggap sinkron dan relevan dengan pembahasan dalam penelitian tersebut.
Selama proses pengumpulan data, peneliti akan menggunakan alat bantu untuk
merekam dan memotret serta catatan lapangan (fieldnote), untuk membantu
mendokumentasikan hal-hal yang diteliti untuk memperkecil kemungkinan ada
bagian dari pengumpulan data yang terlewat.
1.6.3 Teknik Analisa Data
menentukan bagian-bagiannya, serta hubungan bagian-bagian itu dengan
keseluruhannya. Data yang diperoleh dalam proses penggalian data dianalisis
secara kualitatif, artinya setiap perkembangan data diperoleh dan ditampilkan
dalam laporan penelitian menurut kronologis waktu secara naratif. Dengan model
ini, maka kegiatan analisis data sudah mulai dilakukan pada saat-saat awal
pengumpulan data lapangan.
BAB II
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN:
RUMAH SINGGAH ODHA DI KECAMATAN MEDAN SELAYANG
2.1 Sekilas Tentang Kecamatan Medan Selayang
Kecamatan Medan Selayang adalah salah satu dari 21 kecamatan yang
berada di bagian Barat Daya Wilayah Kota Medan yang memiliki luas tanah
±23,89 km² dari seluruh luas wilayah kota Medan dan berada pada ketinggian
26-50 meter diatas permukaan laut. Kondisi fisik Kecamatan Medan Selayang secara
geografis berada di wilayah Barat Daya Kota Medan yang merupakan daratan
kemiringan antara 0-5%. Kecamatan Medan Selayang berbatasan dengan Medan
Sunggal di sebelah barat, Medan Johor dan Medan Polonia di sebelah timur,
Medan Tuntungan di selatan, dan Medan Baru dan Medan Sunggal di sebelah
utara. Penduduk di kecamatan ini adalah suku-suku pendatang seperti: Batak,
Tionghoa, Minang, Aceh, Jawa, serta Ambon. Sedangkan suku asli adalah Melayu
Deli dan Batak Karo.
Sebelum menjadi kecamatan definitif terlebih dahulu melalui proses
Kecamatan Perwakilan. Sesuai dengan Keputusan Kepala Daerah Tingkat I
Sumatera Utara Nomor: 138/402/K/1991 tentang Penetapan dan Perubahan 10
(Sepuluh) Perwakilan Kecamatan yang merupakan pemekaran wilayah
Kecamatan Medan Baru, Medan Sunggal dan Medan Tuntungan dengan nama
“Perwakilan Kecamatan Medan Selayang” dengan 5 kelurahan. Kemudian
Kecamatan Pemekaran di Kota Medan secara resmi Perwakilan Kecamatan
Medan Selayang menjadi Kecamatan Definitif yaitu “Kecamatan Medan
Selayang”.
Kecamatan Medan Selayang terbagi menjadi 6 (enam) kelurahan dan 63
lingkungan dengan status Kelurahan Swasembada. Adapun luas wilayah
Kecamatan Medan Selayang adalah ± 2.379 Ha. Kelurahan yang terluas adalah
Kelurahan Padang Bulan Selayang II dengan luas 700 Ha disusul kelurahan
Tanjung Sari dengan luas 510 Ha, Sempaka dengan luas 400 Ha, Kelurahan Asam
Kumbang dengan luas 400 Ha, Kelurahan PB. Selayang I dengan luas 180 Ha,
dan yang terkecil adalah Kelurahan Beringin dengan hanya luas 79 Ha.
Menurut informan yang saya wawancarai, dahulunya sekitar tahun
1980-an kondisi Kecamat1980-an Med1980-an Selay1980-ang ini wilayah agraria, masih b1980-anyak
penduduk suku melayu dan situasi masih sunyi dari kebisingan. Namun kini
situasi telah berbeda, sekitar tahun 1990-an wilayah agraria berubah menjadi
wilayah industri, banyak perumahan penduduk, pusat perbelanjaan, sekolah,
rumah sakit, transportasi dan polusi penuh memadai. Proses urbanisasi
12berjalan
dan terus mengalami peningkatan. Salah satu faktor pendorong terjadinya
urbanisasi ialah kemiskinan di daerah pedesaan yang disebabkan oleh cepatnya
pertambahan penduduk di desa sehingga menimbulkan ketimpangan dalam
perimbangan antara jumlah penduduk dan luasnya lahan pertanian.
Kota Medan merupakan salah satu kota terpadat dan terbanyak
penduduknya di Indonesia, setelah Jakarta dan Surabaya. Sebagai kota
Metropolitan Medan sudah memasuki tahapan kehidupan yang serba ada mulai
12
dari mall, hotel, plaza, hiburan malam serta restoran-restoran sudah berdiri
dimana-mana. Masyarakat menjadi lebih muda untuk mendapatkan segala
kebutuhan yang sudah bisa didapatkan dengan serba instan.
Menurut G.Balandier (Sosiologie des brazzavilles noires, 1955)
berdasarkan penelitiannya menemukan bahwa motif-motif urbanisasi ke kota
yaitu sebagai berikut: 1). Karena alasan ekonomi, 2). Menengok keluarga,
3).Perbaikan posisi sosial, 4). Melepaskan diri dari lingkungan tradisi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis bahwa beberapa
informan