SARANA-SARANA PENDIDIKAN IMAN
8. Ibadah rahasia antara hamba dan Tuhannya. Apabila ia menyembunyikan ibadah dari pandangan manusia dan menghadapkan segenap hatinya kepada
"
Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutrp hati mereka" (QS Al-Muthaffifiin 83:14) (HR. Ahmad dan Tirmidzi 2/78).
Ibnul Qayyim berkata, "Sesungguhnya ketaatan itu adalah benteng Allah yang terbesar. Siapa yang memasukinya maka ia aman dari siksa dunia dan Akhirat. Dan siapa yang keluar daripadanya maka dia dikepung oleh ketakutan dari segala penjuru. Barangsiapa taat kepada Allah, maka ketakutan-ketakutan itu baginya akan menjadi aman. Barangsiapa bermaksiat kepada Allah maka keamanannya berubah menjadi ketakutan. Maka engkau tidak menjumpai orang yang maksiat, kecuali hatinya seolah-olah berada di antara dua sayap burung. Bila angin menggerakkan pintu dia berkata, "Telah datang tuntutan." Jika mendengar langkah kaki, dia takut kalau itu adalah pemberi kabar kematian. Barangsiapa takut kepada Allah maka Allah mengamankannya dari segala sesuatu. Barangsiapa tidak takut kepada Allah maka Allah membuatnya takut dari segala sesuatu."
8. Ibadah rahasia antara hamba dan Tuhannya. Apabila ia menyembunyikan ibadah dari pandangan manusia dan menghadapkan segenap hatinya kepada Tuhannya, maka bertambahlah imannya dan tercapailah kelezatan dan kenikmatan ibadah. Apabila ia melestarikannya dan mempertahankannya, berusaha untuk memantapkannya di hatinya, karena pada mulanya terasa sangat berat, akan tetapi dengan tekad, kesabaran dan kesadaran tentang pahala dan kesungguhan maka ia akan merasakan nikmat, tenang dan tentram dengan ibadah tersebut. Allah Azza wa
Jalla berfirman:
َنيِنِسْحُمْلا َعَمَل َوَّللا َّفِإَو اَنَلُػبُس ْمُهَّػنَػيِدْهَػنَل اَنيِف اوُدَىاَج َنيِذَّلاَو
Ibnul Qayyim, Al-Jawabul Kafi, h1m. 115. Dalam lembaran-lembaran kitab ini anda dapat membaca dampak-dampak dosa dan maksiat yang sangat menakjubkan.
`Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. "(QS Al-Ankabuut 29:69).
ْعاَف
ِوِتَداَبِعِل ْرِبَطْصاَو ُهْدُب
`Maka sembalah Dia dan berteguh hatilah dalam beribadah kepada-Nya. "(QS Maryam 19:65).
Ibadah yang dimaksud bukanlah hanya shalat, akan tetapi maksudnya adalah setiap ketaatan yang digunakan hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah Azza wa
Jalla.
Para Salaf terdahulu menganjurkan agar setiap orang memiliki simpanan khusus antara dia dan Tuhannya, yang tidak diketahui oleh siapapun. Mereka berkata, "Di antara tanda orang yang ikhlas adalah usahanya yang keras agar orang lain tidak mengetahui butiran-butiran debu dari amalnya." Dikecualikan dari hal itu adalah apa yang wajib ditampakkan dan dilakukan bersama-sama dengan saudaranya yang lain. Seperti haji, shalat berjama'ah, dan segala amalan yang ditampakkan oleh orang yang ikhlas agar menjadi contoh bagi yang lain dengan tujuan menghidupkan sunnah. Allah
Azza wa Jalla berfirman:
ًِ َيِنَلاَعَو اِّرِس ِراَهَّػنلاَو ِلْيَّللاِب مُهَلاَوْمَأ َفوُقِفنُي َنيِذَّلا
"Orang-orang yang menafkahkan hartanya di malam dan di siang hari secara tersembunyi dan terang-terangan. "(QS Al-Baqarah 2:274).
Kabar berita tentang orang-orang mukhlis yang menyembunyikan amalnya sangat banyak. Mereka adalah orang-orang yang merasa cukup dilihat Allah, sehingga mereka menyembunyikan amal mereka dari pandangan manusia.
Ibnul Jauzi berkata, "Alangkah sedikitnya orang yang beramal secara murni hanya karena Allah. Karena kebanyakan manusia menyukai tampaknya ibadah-ibadah mereka."
Imam Ahmad berwasiat kepada putranya dengan mengatakan, "Hai putraku niatkanlah kebaikan, karena kamu selalu dalam kebaikan selama kamu berniat baik."
Hamdun Al-Qashshar ditanya, "Mengapa ucapan Salaf lebih berrnanfaat dari ucapan kita? Dia menjawab, `Karena mereka berbicara untuk kemuliaan Islam, keselamatan jiwa dan ridha Allah Yang Maha Rahman. Sedangkan kita berbicara untuk kemuliaan diri sendiri, mencari dunia dan ridha manusia."
Hasan Basri berkata, "Sungguh ada orang yang duduk di majlis, lalu keluarlah air matanya, maka iapun menahannya dan apabila ia khawatir air matanya tetap keluar, maka ia berdiri (pergi dari majlis itu)."
Sekelompok orang dari penduduk Madinah tidak mengetahui dari mana makanan mereka selama ini. Tatkala Ali bin Husen (Zainal Abidin) meninggal, mereka tidak mendapatkan makanan yang biasa mereka temukan di malam hari. Mereka mendapati bekas memanggul di punggung Ali Zainal Abidin, karena setiap malam ia memanggul makanan ke rumah-rumah orang-orang janda.
Abdullah bin Al-Mubarak dalam pertempuran di jalan Allah selalu memakai kain penutup wajah, sehingga Imam Ahmad berkata tentang Imam bin Al-Mubarak, "Allah tidak mengangkat derajat Ibnul Mubarak kecuali karena simpanan amal yang dia sembunyikan."
Muhammad bin Wasi' berkata, "Ada orang yang menangis (karena Allah) selama 20 tahun, sementara istrinya yang bersamanya tidak mengetahuinya."
Imam Syafi'i berkata, "Aku ingin manusia belajar dariku dan tidak menyandarkan apapun daripadanya kepadaku."
Ayub As-Sakhtiyani berkata, "Demi Allah, seorang hamba tidak bersikap jujur, kecuali dia senang bila tidak diketahui tempatnya."
Allahlah tempat kita memohon. Bagaimana bila kita bandingkan dengan orang-orang yang tidak merasa senang kecuali bila manusia mengetahui ilmu, amal dan sedekahnya dan mereka memujinya?!
Umar bin Khathab berkata, "Barangsiapa ikhlas niatnya dalam kebenaran, meskipun atas dirinya sendiri maka Allah mencukupinya apa yang ada di antara dia dan manusia. Barangsiapa berhias dengan apa yang tidak ada padanya maka Allah akan memburukkannya.
Demikianlah, orang-orang yang mukhlis itu menyembunyikan amal mereka karena Allah, dan Allahpun menghiasi mereka dengannya. Pengaruh amal-amal itu tampak pada wajah-wajah mereka yang jujur. Allah memperlihatkan amal mereka kepada manusia, sehingga manusia mengetahuinya dan Allah memperbaiki keadaan mereka. Allah Azza wa Jalla berfirman:
ُوْنّْم ٍحوُرِب مُىَدَّيَأَو َفاَميِْلا ُمِهِبوُلُػق يِف َبَتَك َكِئَلْوُأ
`Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya (QS Al-Mujaadilah 58:22).
Allah mencukupi mereka dari manusia karena Allah bersama para wali-wali-Nya menjaga, menolong dan menyucikan hati mereka. Apabila mereka kembali kepada-Nya, maka Dia meridhai, menyayangi dan mendekatkan mereka dalam negeri kemuliaan-Nya.
Ibnul Qayyim berkata, "Tidak mungkin bersatu ikhlas di dalam hati dengan cinta pujian dan keinginan pada harta yang ada di tangan manusia. kecuali seperti bertemunya air dengan api, dhab (binatang melata di padang pasir) dengan ikan (yang ada di laut)."
9. Memperkuat sisi ketakutannya kepada Allah. Sesungguhnya takut kepada Allah bisa menghidupkan hati, menundukkan nafsu dan mengarahkannya, mematahkan dominasi nafsu yang senang ujub (bangga diri) dan menjadikan hamba
zuhud (enggan dunia) dalam amalnya. Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Sesungguhnya aku adalah orang yang paling mengetahui tentang Allah dan paling takut kepada Nya. "
Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
`Seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian sedikit tertawa dan banyak menangis, niscaya kalian tidak akan menikmati istri-istri kalian di atas ranjang, dan pasti kalian keluar ke tanah lapang beristighatsah (meminta pertolongan dengan merendahkan diri) kepada Allah. "(HR. Ahmad dan Tirmidzi, hadits hasan) .
Abu Hafsh berkata, "Khauf adalah cambuk Allah yang digunakan untuk meluruskan orang-orang yang lari dari pintu-Nya. Segala sesuatu apabila kamu takuti, maka kamu lari daripadanya, kecuali Allah. Bila kamu takut pada-Nya maka kamu lari mendekat kepada-Nya."
Al-Fawaid, hlm. 149
Dari Anas r.a. dia berkata, `Rasulullah berkhutbah kepada kami dengan satu khutbah yang belum kami dengar sama sekali sebelumnya, beliau berkata, Seandainya kamu mengetahui apa yang aku ketahui niscaya kamu akan sedikit tertawa dan hanyak menangis. ' Maka para sahabat Rasulullah menutupi wajah mereka dan (terdengar) suara tangis mereka." (HR. Bukhari - Musliun).
Dalam satu riwayat, "Telah sampai kepada Rasulullah satu berita tentang sahabatnya, maka beliau berkhutbah, `Telah
ditampakkan Surga dan Neraka di hadapanku, maka aku tidak pernah melihat tentang kebaikan dan keburukan seperti hari ini. Dan seandainya kalian mangetahui apa yang aku ketahui tentu kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis. 'Maka tidak ada satu hari yang dilalui para sahabat Rasulullah yang lehih berat danpada hari itu, mereka menutupi wajah-wajah mereka dan mereka menangis. " -Pent
Ibrahim bin Sufyan berkata, "Apabila rasa takut telah menetap di hati, maka ia membakar tempat-tempat syahwat yang ada di hati dan mengusir dunia dari hati.
Khauf (takut) tidak dimaksudkan untuk takut itu sendiri, akan tetapi dimaksudkan
untuk yang lainnya. Ahli Surga akan dijauhkan dari rasa takut." Allah Azza wa Jalla berfirman:
َفوُنَزْحَي ْمُى َلاَو ْمِهْيَلَع ٌؼْوَخ َلا
`Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati."
(QS Yunus 10:62).
Khauf (takut) yang terpuji adalah rasa takut yang dapat menghalangi manusia
dari yang diharamkan Allah. Khauf kepada Allah adalah tanda sehatnya iman. Ia akan hilang bila digeser oleh tanda lemahnya iman. Hati dalam perjalanannya menuju Allah bagaikan seekor burung. Mahabi (cinta) adalah kepalanya, khauf dan raja' (harap) adalah kedua sayapnya manakala kepala dan kedua sayap utuh maka burung itu dapat terbang dengan sangat bagus .
Kewajibannya adalah menyeimbangkan antara khauf dan raja' agar yang satu tidak mengalahkan yang lain. Apabila khauf yang menang maka berputus asa dari rahmat Allah. Apabila raja 'yang menang, maka ia merasa aman dari adzab Allah. Dikatakan, "Pada waktu sehat, rasa khauf dimenangkan dan pada waktu sakit rasa raja' diutamakan."
Syaikh Muhammad bin Utsaimin mengunggulkan, "Apabila melihat kepada amalnya, ia harus memenangkan rasa khauf dan apabila melihat kepada rahmat Allah ia memenangkan rasa raja'." kemudian Thawus bin Kisan berkata, "Sungguh, ingat Jahannam telah menerbangkan tidurnya para abid (orang yang tekun beribadah)."
Allah tempat memohon. Apakah ingat Jahannam membuat kita takut dan mengusir rasa kantuk dari diri kita?! Sesungguhnya orang yang memperhatikan keadaan mayoritas kita akan melihat bahwa kita ini hidup seperti orang yang aman, tenang, tentram dan santai. Merasa cukup dengan berhias di hadapan manusia dan cukup dengan penilaian mereka bahwa dia termasuk orang yang istiqamah. Dia tidak lagi merasa perlu melihat kepada hatinya, cintanya pada Allah, khaufdan raja '-nya.
10. Menundukkan pandangan. Ini adalah termasuk sebab terbesar untuk menjaga hati - dengan ijin Allah - dari ketergantungan kepada rupa wanita yang cantik dan anak remaja yang tampan. Dengan demikian, ia akan selamat dari
Tahdzib Madarijus Salikin, tentang Manz ilatul Khauf (kedudukan takut kepada Allah).
penyakit syahwat, hatinya senantiasa sehat, imannya dapat-merasakan manisnya ketaatan, karena hatinya tertambat kepada Tuhannya. Inilah Yusuf tatkala menahan diri dari perbuatan keji dan maksiat, Allah melindunginya, menyingkirkan keburukan dan perbuatan keji dari dirinya. Allah Azza wa Jalla berfirman:
َنيِصَلْخُمْلا اَنِداَبِع ْنِم ُوَّنِإ ءاَشْحَفْلاَو َءوُّسلا ُوْنَع َؼِرْصَنِل
Agar Kami memalingkan daripadanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih. "(QS Yusuf 12:24).
Adapun kasus orang yang membiarkan pandangan dan mentaati nafsunya dengan melepaskan pandangan mata ke sana kemari; satu kali pandangan diikuti dengan pandangan yang lain, maka sesungguhnya nafsu menginginkan syahwat pandangan mata untuk merasakan nikmat dan hati sangat menyukai pemandangan-pemandangan yang indah. Akan tetapi ia adalah kejahatan yang panjang dan penyakit yang sangat berbahaya. Karena ia menawan hati, bergantung dan merasa pedih, ada cinta, asmara dan tergila-gila. Kemudian jangan anda tanyakan tentang hubungannya dengan ibadah, Al-Qur'an, ke-khusyu'-an, bersinarnya wajah dan bersihnya hati.
Manakala suatu hari kamu melepas pandanganmu sebagai pemimpin bagi hatimu, maka pemandangan-pemandangan itu akan melelahkanmu.
Kamu melihat sesuatu, yang tidak seluruhnya kamu mampu terhadapnya dan yang tidak dari sebagiannya kamu bisa menahan diri.
Penyakit ini tidak hanya untuk orang-orang fasiq dan ahli maksiat tetapi dapat menjadi penyakit bagi orang-orang yang bermuamalah di pasar, wanita atau yang bergaul dengan pemuda-pemuda tampan di sekolah-sekolah. Maka waspadalah dan berhati-hatilah. Terkadang pemilik penyakit ini tidak merasa dengan cobaannya sehingga ia terus melakukan memuaskan pandangan mata untuk mendapat kenikmatan nafsu, lalu dia berdalih bahwa ini adalah kondisi pekerjaannya, atau sekedar melihat tidaklah mempengaruhinya, atau sudah menjadi biasa.
Jawaban dari semua ini adalah ucapan Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam kepada Ali r.a.
“Hai Ali, janganlah satu pandangan kamu ikuti dengan pandangan yang lain, sebab bagimu adalah pandangan pertama dan bukan milikmu pandangan berikutnya.
HR. Tirrnidzi dari hadits Syuraik, dia berkata, "Gharib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari hadits ini. (Tafsir Ibnu Katsir, 5/86)
Orang yang keadaannya demikian dapat dikatakan, "Sesungguhnya hatimu rusak, imanmu berkurang, ibadahmu kehilangan nyawanya, tapi kamu tidak merasa. Kamu harus menutup keburukan ini dengan berbuat banyak kebajikan. Pengaruh dan dampak buruknya yang pertama adalah kamu tidak merasakan dosa. Ini adalah musibah tersendiri selain musibah dosa pandangan yang haram."
Syaikh Muhammad Utsaimin berkata, "Yang benar adalah menyentuh pemuda tampan sama dengan menyentuh seorang wanita maka sebagian ulama mengatakan, `Sesungguhnya memandang kepada pemuda tampan adalah haram seperti memandang kepada wanita secara mutlak. Karena itu, wajib bagi kamu untuk menahan pandanganmu'."
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, "Tidak boleh berdua-duaan dengan pemuda tampan, meskipun dengan alasan mengajar, karena setan itu berjalan pada aliran darah manusia."
Syaikh Abdurrahman bin Qasim berkata, "Mencari nikmat dengan menyentuhnya (pemuda tampan) adalah haram berdasarkan ijma' kaum muslimin, begitu pula memandangnya dengan syahwat."
11. Doa. Ia adalah senjata orang mukmin yang tajam, benteng yang kokoh dan tempat berlindungnya orang-orang yang bingung dan terkena musibah. Kepada-Nya mereka berhambur dan dengan-Nya mereka berlindung. Doa adalah ibadah yang paling agung, bahkan termasuk yang paling agung. Sebab dengannya seorang hamba menghadap kepada Tuhannya. Allah Azza wa Jalla berfirman:
ْمُكَل ْبِجَتْسَأ يِنوُعْدا ُمُكُّبَر َؿاَقَو
`Dan Tuhanmu berfirman, 'Berdoalah kepada-Ku, niscqya akan Kuperkenankan bagimu. "(QS Ghafir 40:60).
Orang yang berdoa dengan. jujur dia berkomunikasi dengan Tuhannya dan memutuskan hubungan dengan makhluk-Nya. Hatinya tidak melirik kepada makhluk karena mereka tidak memiliki manfaat dan madharat, tidak dapat mematikan, menghidupkan dan membangkitkan. Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
`Doa itu adalah ibadah." (HR. Abu Daud dan Tirmidzi, dan dia berkata, hadits hasan shahih).
Umar berkata, "Sesungguhnya aku tidak memikul kerisauan terkabulnya doa. Akan tetapi, aku memikul beban kerisauan doa. Karena kalau aku telah diilhami doa, maka pengabulan doa ada bersamanya."
Asy-Syarhu1 Mumti', 1/243
Apabila seorang hamba telah terfokus pada doa secara jujur, tunduk kepada-Nya, berlindung kepada-Nya, maka ini adalah tanda sehatnya iman dan hidupnya hati. Seorang hamba tidak akan dikecewakan dan tidak akan merugi setelah doanya, apabila ia telah merealisasikan syarat-syarat doa dan menghindari pantangan-pantangannya. Karena ijabah (terkabulnya) adalah dijamin. Allah Azza wa Jalla berfirman:
ُنِمْؤُػيْلَو يِل ْاوُبيِجَتْسَيْلَػف ِفاَعَد اَذِإ ِعاَّدلا َةَوْعَد ُبيِجُأ ٌبيِرَق يّْنِإَف يّْنَع يِداَبِع َكَلَأَس اَذِإَو
يِب ْاو
َفوُدُشْرَػي ْمُهَّلَعَل
`Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (QS Al-Baqarah 2:186).
Ibnul Qayyim berkata, "Bila tergabung ke dalam doa hadirnya hati, dan segenap kesadarannya tertuju pada yang diminta, bertepatan dengan salah satu dari enam waktu ijabah dan sepertiga malam terakhir; ketika adzan, antara adzan dan iqamah, setelah shalat-shalat fardhu, ketika naiknya imam di mimbar pada hari Jum'at hingga selesainya shalat dan saat terakhir dari waktu Ashar pada hari itu; dan bertepatan dengan adanya kekhusyu'an di dalam hati, kerendahan diri dan hati di hadapan Tuhannya, menghadap kiblat, dalam keadaan suci, mengangkat kedua tangannya, dimulai dengan tahmid dan memuji-muji Allah kemudian bershalawat dan salam kepada Nabi Muhammad Shallalahu ’Alaihi wa Sallam, sebelum berdoa dia bertaubat dan beristighfar, baru kemudian masuk menemui Allah dan memaksa dalam permohonannya, manja kepada-Nya, meminta-Nya dengan penuh rasa cinta, takut dan harap, ber-tawassul dengan nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya dan tauhid-Nya, dan sebelum berdoa dia bersedekah. Maka doa seperti ini hampir tidak ditolak selamanya. Apalagi bila bertepatan dengan doa-doa yang dikabarkan oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi
wa Sallam sebagai doa-doa yang mustajab dan mengandung nama Allah yang
terbesar.”
Akhirnya setiap ketaatan adalah menambah iman, bila disertai dengan ikhlas dan benar.
Di antara sarana tarbiyah imaniyah lainnya adalah teman yang baik, ziarah kubur, menulis hal yang manfaat, membaca kitab (buku-buku) yang berguna yang berbicara tentang amal-amal hati; yang paling tinggi dan paling mulia adalah Al-Qur'anul Karim,
As-Sunnah Al-Muhammadiyyah, kitab para imam Salaf, seperti kitab Madarijus Salikin, Ighatsatul Lahfan dan Al-Fawaid karya Ibnul Qayyim, At-Tuhfatul Iraqiyyah, karya
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Mukhtashar Minhajul Qashidin, karya Ibnu Qudamah Al-Maqdisi, Al-Jawahul Kafi' Liman Saala ’Anid Dawa’isy Syafi karya Ibnul Qayyim, dll.
Begitu pula mempelajari dan merenungkan sejarah para sahabat, tabiin dan para pengikut setia mereka hingga hari Kiamat nanti. Mempelajari sikap dan akhlak mereka mengenai shidq, ikhlas, infaq, pengorbanan mereka dalam ilmu dakwah dan jihad mereka dan dalam bagusnya ibadah mereka.
PENUTUP
Segala puji bagi Allah, Maha Pemberi petunjuk ke jalan yang lurus dan penuntun siapa yang Dia kehendaki ke jalan-Nya yang lurus.
Setelah lama berjalan-jalan di taman iman, mengelilingi bunga dan buah iman yang indah dan mempesona, maka sesungguhnya hidup di taman tersebut dapat menghidupkan hati dan mengangkat semangat untuk hidup dengan kehidupan lain. Tidak sama dengan manusia kebanyakan yang akrab dengan alam materi dan sarana-sarana fisik belaka, dan perhiasan dunia yang murah dan fana dan yang diminati nafsu dan dikejar-kejarnya.
Kebahagiaan orang beriman adalah dengan imannya dan munajatnya kepada Tuhannya, mencari kelezatan dengan menyebut nama-Nya dengan beramal sesuai dengan keridhaan-Nya dan berjihad di jalan-Nya. Mereka telah berpaling dari benda-benda dunia yang akan sirna, dibuang di belakang punggung mereka. Mereka tidak mengangkat kepala, karenanya dan tidak melirik kepadanya, karena mereka sangat mengetahui hakikat dunia ini sebagai negeri godaan, cobaan, kotoran, kehinaan, penyakit dan kehancuran. Dengan demikian mereka memandangnya kecil dan urusannya adalah ringan, harta dan kekayaannya adalah tidak berharga dan mereka tidak susah karena melesetnya rizki duniawi.
Sebab, mereka telah menjadikan harapannya kepada Tuhannya sebagai ganti dari semua dunia yang luput darinya. Akhirat sangat besar dalam jiwa mereka dan menguasai seluruh perhatian mereka, sehingga mereka menjadikan semua usaha dan upaya semata-mata untuk mencapai Akhirat. Mereka bergegas ke sana dengan menyingsingkan lengan, serius, tegas, disiplin, mengerahkan segala yang mereka miliki dan yang mereka mampu. Mereka ingin mencapai keuntungan besar dan ridha Ar-Rahman di dalam negeri abadi. Mereka memanfaatkan usia yang pendek untuk meraup gudang yang kenikmatannya tidak berakhir selama-lamanya.
Dari sini, berbedalah dua kehidupan antara orang yang menghadap kepada dunia, menginginkan dan mengharapkannya dan antara orang yang membelakanginya karena menginginkan wajah Allah dan Akhirat. Maka berubahlah sarana-sarana dan perhatian seiring dengan berubahnya tujuan dan sasaran.
Sesungguhnya orang yang benar imannya merasa ridha dan bahagia dengan taat kepada Allah dan melihat orang-orang yang taat berjuang keras dalam ridha-Nya. Dia merasa sedih dan gelisah tatkala melihat tersebarnya kerusakan dan giatnya orang-orang fasiq dalam kemungkaran mereka. Karenanya dia berjuang keras untuk mengingkari kejahatan yang merusak dan membinasakan, yang semuanya tidak akan tersebar kecuali karena kelalaian ahli haq dan kesembronoan mereka.
Wahai orang yang memiliki iman! Bila kamu tidak mendapatkan rasa cemburu di hatimu, tidak terbakar ketika larangan-larangan Allah dilanggar dan kehormatan dinodai dan ketika ahli maksiat berpesta-pora dengan kemungkaran dan bila hal ini tidak membuatmu resah dan gelisah, maka periksalah imanmu! Karena ada kerusakan yang tersembunyi, mati rasa terhadap tanggung jawab dan besarnya amanah.
Rasul Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda:
“Sesungguhnya manusia, apabila mereka melihat orang zhalim kemudian mereka
tidak mencegahnya (dari kezhaliman) hampir saja Allah menimpakan pada mereka siksaan yang merata dari-Nya.'' (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Nasa'i dengan sanad
shahih).
Sesungguhnya kita berada di negeri pertarungan dan pergulatan bersama nafsu dan amarah yang menginginkan syahwat, yang condong kepada kehidupan santai dan istirahat. Sesungguhnya orang yang menjaga nilainya di mata manusia dengan anggapan dia tidak ingin menghadapi seseorang dengan sesuatu yang tidak mereka sukai, tidak mau mengusik kemungkaran dan takut dicemooh dan dihina, maka dia berusaha untuk tetap dimuliakan dan dihormati, disiapkan untuknya majlis-majlis. Sesungguhnya orang yang memiliki pemahaman dan persepsi ini perlu memeriksa kembali imannya.
Karena iman yang benar akan mendorong pemiliknya dengan kuat agar mengutamakan ridha Allah di atas segala ridha, sehingga ia tidak berbasa-basi dan berpura-pura di hadapan manusia dengan merugikan agamanya. Bahkan orang yang