• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5. PEMBAHASAN

5.4. Ibu Hamil Tidak Terdeteksi Mengalami Preeklampsi

Beberapa wanita pada awal kehamilannya berjalan normal tetapi cenderung berkembang menjadi komplikasi dan berisiko dan atau telah memiliki risiko sejak awal kehamilan. Pemerikasaan dini perlu dilakukan untuk mendeteksi faktor risiko. Petugas kesehatan profesional harus dapat melakukan manajemen kebidanan tepat dan benar. Yang dimaksud dengan pemeriksaan kehamilan dini adalah pemeriksaan yang dilakukan seorang wanita untuk pertama kali ketika menyadari dirinya hamil dengan tujuan dilakukannya pemeriksaan kehamilan secara dini adalah untuk mengetahui apakah wanita tersebut benar-benar hamil, untuk menentukan usia kehamilan, melakukan deteksi adanya faktor risiko dan komplikasi pada kehamilan, perencanaan penyuluhan dan pengobatan yang diperlukan, kemudian melakukan rujukan atau kolaborasi bila kehamilan mengalami komplikasi dan faktor risiko yang memungkinkan komplikasi terjadi. Semua ibu hamil dalam penelitian ini tidak terdeteksi mengalami preeklamsi ringan dan terdeteksi mengalami preeklampsi setelah berkembang menjadi preeklampsi berat.

Berikut ini beberapa penyebab ibu hamil tidak terdeteksi secara dini mengalami preeklampsi sehingga masuk kerumah sakit sudah mengalami preeklampsi berat :

1. Tidak melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur a. Tidak mengetahui pentingnya pemeriksaan kehamilan

Ibu hamil yang kurang pemahamannya terhadap pentingnya pemeriksaan kehamilan dapat menyebabkan ibu tidak melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin. Ibu hamil merasa bahwa kehamilan merupakan proses yang alami dan dilakukan pemeriksaan apabila terjadi keluhan yang lebih berat. Jika dilihat dari karakteristik ibu hamil dari enam kasus yang dikaji hanya satu orang yang mempunyai pendidikan SMA, rata rata pendidikan SMP, hal ini dapat merupakan faktor yang mempengaruhi akses untuk memperoleh atau mencari informasi kesehatan khususnya yang berkaitan dengan informasi tentang kehamilan dan kurangnya kesadaran untuk memeriksakan kehamilannya. Berikut beberapa ungkapan informan :

”Saya memeriksakan kehamilan setelah kehamilan empat bulan, dan selanjutnya aku tidak periksa hamil lagi karena tidak ada keluhan, dan saya merasa ngak kenapa kenapa baru ini aku sakit (Debi)”

”Aku sebenarnya ee...periksa hamil tiga bulan terlambat haid karena terjadi mual muntah dan aku kurang selera makan, aku tidak tahu kalo terlambat haid itu tandanya hamil dan harus periksa, aku tahu hamil aja karena ada mual dan muntah itu, awalnya aku hamil ngak tahu kalau ngak diajak suamiku periksa. Selanjutnya kuperiksa karna ada keluhan pusing pada kandungan enam bulan (Lia)”

b. Tidak mempunyai biaya untuk melakukan pemeriksaan kehamilan

Pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam melakukan pemeriksaan kehamilan tidak dilakukan secara rutin disebabkan faktor sosial ekonomi ibu hamil yang kurang mendukung dalam memperoleh pelayanan kesehatan. Ibu hamil mengetahui bahwa pemeriksaan kehamilan perlu dilakukan secara rutin untuk menetahui keadaan kehamilannya dan juga untuk mengetahui kalau ada gangguan dalam kehamilan.

Namun keterbatasan biaya menyebabkan ibu hamil melakukan pemeriksaan apabila terjadi keluhan saja. Berikut beberapa ungkapan informan :

”Saya tau, periksa hamil penting, tetapi saya hanya periksa jika ada keluhan. Menurut bidan itu, kalau punya jamkemas hanya gratis empat kali periksa hamil. Setelah itu bayar sendiri, makanya saya periksa klo ada keluhan saja seperti mencret dan demam, takut nanti kalau lebih dari empat kali bayar pula (Zahlia)”

”Aku orang susah bu, aku tidak punya uang untuk periksa hamil terus-terus. Tapi kalau ada masalah aku periksa juga, takut juga kalau kenapa kenapa, Kalo periksa ke dokter bayarnya mahal bu. Aku masih sekolah, ini aja buat makan numpang sama ibu kos (Dina)”

c. Memiliki riwayat perkawinan yang tidak sah dan kehamilan yang tidak diinginkan Wanita yang mengalami kehamilan sebelum menikah akan mengalami masalah dalam hal menerima kehamilannya. Kehamilan yang terjadi diluar perkawinan yang sah akan menimbulkan dampak bagi individu yang mengalaminya, adanya rasa stress, takut, malu dan merasa bersalah, juga akan mengalami masalah sosial dikalangan masyarakat khususnya dikalangan tetangga dan keluarga. Keluarga dan masyarakat juga sering langsung menyalahkan wanita yang mengalami kehamilan diluar nikah dan langsung mengangap wanita tersebut rendah sehingga akan menyebabkan individu yang mengalaminya akan mengalami masalah sosial dan yang semakin tenggelam dalam masalah yang dialami. Kehamilan yang terjadi atas dasar perkawinan yang sah dan kehamilan yang diinginkan akan berbeda dengan kehamilan di luar nikah. Kehamilan yang diinginkan cenderung lebih diperhatikan dibandingkan kehamilan yang tidak diinginkan. Ibu hamil yang mengalami kehamilan di luar pernikahan merasa malu apabila diketahui oleh orang lain

(keluarga) sehingga mereka cenderung untuk menutup diri dan terkadang harus memikirkan dan menempuh jalan pintas terutama kehamilan yang tidak diakhiri dengan pernikahan, kondisi ini juga merupakan salah satu penyebab informan tidak melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur. Ibu hamil yang mengalami kehamilan diluar pernikahan akan mengalami kesulitan untuk mencari informasi kesehatan khususnya yang berkaitan dengan kehamilannya, merasa malu untuk bertanya dan mengungkapkan keluhan keluhan yang dirasakan. Berikut beberapa ungkapan informan:

“Saya menikah pada usia kandungan saya sudah empat bulan. Saya sering mengurung diri di rumah dan memakai pakaian longgar untuk menutupi perut saya. Saya malu diketahui orang lain sedang hamil, makanya saya pun periksa hamil setelah resmi menikah dan setelah itu karena ngak ada keluhan aku ngak pergi lagi periksa, kan malu kalau ketemu orang orang, pasti orang bilang nikahnya baru kok hamilnya dah besar (Debi)”

“Klo keluar rumah sering-sering, saya malu la buk, apalagi periksa hamil, karena saya takut berjumpa dengan orang yang saya kenali, apa lagi di Medan ini banyak teman temanku satu kerja dulu dan satu kuliah, saudaraku juga ada di Medan ini. Saya kan belum nikah bu, orang pacarku dulu ngak maubertanggung jawab, dulu disusruhnya kugugurkan kandunganku ini tapi arena dokter melarangnya, dokter itu bilang menggugurkan kandungan sama dengan membunuh, aku jadi takut, makanya kupala palai bu. Maka saya periksa hamil kalau ada keluhan aja (Dina)”

Tujuan pemeriksaan kehamilan adalah untuk mendeteksi secara dini gangguan kehamilan yang mungkin terjadi. Banyak faktor yang menyebabkan ibu hamil tidak melakukan pemeriksaan kehamilan secara tidak rutin seperti kurang mengetahui dan memahami pentingnya periksa hamil segera setelah terlambat haid, sosial ekonomi yang rendah, dan status perkawinan. Hal ini menyebabkan ibu hamil tidak terdeteksi secara dini mengalami preeklampsi ringan, sehingga tanpa disadari preeklampsi

ringan berkembang menjadi preeklampsi berat. Untuk dapat menegakan diagnosa dini diperlukan pengawasan kehamilan yang teratur dengan memperhatikan kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah dan pemeriksaan untuk menentukan protein urine (Wiknjosastro, 2005). Dalam penelitian ini informan kurang memeriksakan kehamilannya sehingga faktor faktor yang sesungguhnya dapat diperbaiki tidak segera ditangani, ibu hamil datang setelah keadaan memburuk, penelitian ini sesuai dengan Depkes RI (2008), bahwa penderita preeklampsi cenderung kurang memeriksa kandungannya pada sarana kesehatan, sehingga faktor-faktor yang sesungguhnya dapat dicegah atau komplikasi kehamilan yang dapat diperbaiki serta tidak segera dapat ditangani. Seringkali mereka datang setelah keadaannya menjadi berat atau buruk (preeklampsi berat).

2. Melakukan pemeriksaan kehamilan tetapi tidak terdeteksi mengalami preeklampsi berat

Ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan empat kali atau lebih tetapi juga

tidak terdetaksi telah mengalami preeklampsi ringan. Yang dimaksud dengan deteksi dini adalah suatu mekanisme pemberian informasi secara tepat waktu dan efektif, melalui institusi yang dipilih, agar masyarakat/individu di daerah rawan mampu mengambil tindakan menghindari atau mengurangi resiko dan mampu bersiap-siap untuk merespon secara efektif. Atau dapat juga dikatakan bahwa deteksi dini merupakan upaya memberitahukan kepada seorang klien yang berpotensi dilanda suatu masalah untuk menyiagakan mereka dalam menghadapi kondisi dan situasi suatu masalah. Prinsip deteksi dini terhadap kelainan, komplikasi dan penyakit yang

lazim terjadi pada ibu masa kehamilan, persalinan dan masa nifas yaitu merupakan kebenaran yang menjadi pokok dasar berpikir, bertindak seorang bidan dalam suatu mekanisme berupa memberikan informasi secara tepat waktu dan efektif, melalui institusi yang dipilih, agar ibu hamil mampu mengambil tindakan menghindari atau mengurangi resiko mampu bersiap-siap untuk merespon secara efektif terhadap kelainan, komplikasi dan penyakit yang lazim yang terjadi pada ibu masa kehamilan, persalinan dan nifas. Ibu hamil tidak melakukan deteksi dini karena informasi yang tidak diperoleh secara lengkap.

Petugas kesehatan dalam melakukan tugasnya harus selalu siap jika seorang ibu mengalami risiko yang terjadi pada masa kehamilan, bersalin dan nifas. Kompetensi seorang petugas kesehatan disini akan terlihat dari caranya mengkomunikasikan apa yang mungkin terjadi pada seorang ibu dalam masa tersebut, pemberitahuan ini tidak hanya disampaikan pada ibu tetapi juga pada suami, serta keluarganya, juga masyarakat sekitarnya agar pada saat seorang wanita hamil dalam masa ini benar-benar mengalami komplikasi sudah siap baik secara fisik, psikologi, keuangan maupun kondisi sosialnya. Sistem deteksi ini dapat dimulai sejak seorang wanita merasakan dirinya hamil sampai ibu tersebut memasuki masa nifas, petugas kesehatan dalam hal ini membantu ibu dan janinnya melewati masa kehamilan, persalinan dan nifas dengan selamat, sehat dan sejahtera, deteksi ini dilakukan dalam beberapa tahap dan dengan cara antara lain pemeriksaan kehamilan dini untuk memberikan informasi kepada ibu hamil bahwa semenjak seorang wanita merasa dirinya hamil, harus segera melakukan pemerikasaan kehamilan. Prinsip deteksi dini

terhadap faktor risiko kehamilan sangat diperlukan. Keuntungan skrining ANC untuk menilai factor risiko kehamilan adalah memungkinkan untuk mengidentifikasi masalah potensial selama kehamilan; evaluasi kebutuhan konseling utuk kehamilan; mengurangi ketakutan terhadap masalah dan prosedur yang mungkin dibutuhkan; membantu untuk membangun komunikasi dan rasa percaya terhadap pelayanan yang dilakukan diawal kunjungan; memungkinkan mengubah diagnosa melalui proses monitoring kehamilan yaitu kesejahteraan fisik, psikologi dan emosional ibu dan janin; melakukan rujukan ke tenaga professional sesuai masalah dan komplikasi.

Beberapa tanda bahaya yang seharusnya di ketahui oleh informan dan keluarganya tidak sampaikan oleh petugas kesehatan, harus diinformasikan oleh petugas kesehatan antara lain sakit kepala lebih dari biasa; gangguan penglihatan; pembengkakan pada wajah/tangan; nyeri abdomen(epigastrik) dan tanda bahaya lainnya. Informan dalam mendapatkan pemeriksaan kehamilan sama untuk semua ibu hamil, seharusnya pelayanan ANC berdasarkan kebutuhan individu.

Pada saat petugas kesehata (bidan/dokter) berhadapan dengan seorang wanita dalam masa hamil harus memahami bahwa setiap individu mempunyai kebutuhan yang berbeda, artinya kita tidak boleh menyamakan semua individu yang kita hadapi dalam hal ini bukan bentuk pelayanan dan perlakuannya akan tetapi dari segi psikologi yang mana setiap orang mempunyai perbedaan (setiap individu mempunyai kekhususan masing-masing). Sebagaimana ibu hamil yang mengalami Kehamilan diluar pernikahan akan berbeda dengan ibu hamil yang mengalami kehamilan setelah menikah. Oleh sebab itu perlu dilakukan pendekatan psikologi untuk menggali lebih

dalam tentang apa yang sedang dialami, kehamilan seorang wanita terkadang mengalami ketidak siapan mental, ketidak yakinan akan dirinya dapat mengalami kehamilan, berbeda tentunya pada ibu yang mengalami kehamilan yang diinginkan dan sudah siap baik secara sosial dan ekonomi.

Deteksi untuk setiap wanita harus dilakukan tergantung kebutuhan setiap individu, pemerikasaan yang seksama, deteksi faktor risiko secara tepat. Skrining untuk deteksi dini Pemeriksaan dilakukan dengan cara anamnesa untuk menanyakan keluhan utama atau keluhan yang dirasakan saat ini, kemudian ditanyakan keseluruhan riwayat kesehatan/kehamilan termasuk status pernikahan, kondisi sosisl ekonomi. Berikut ini beberapa pengalaman ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan tetapi tidak terdetaksi mengalami preeklampsi berat:

a. Ketidak efektifan deteksi dini dan informasi kesehatan yang diberikan petugas kesehatan

Ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan secara teratur, akan tetapi informan tidak terdeteksi mengalami preeklampsi ringan. Informan juga tidak mengetahui gejala-gejala yang dapat menyebabkan terjadinya preeklampsi berat. Dalam melakukan pemeriksaan kehamilan, petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu hamil secara umum. Ibu hamil diberikan hanya informasi tentang keadaan ibu hamil dan bayinya saat periksa, anjuran untuk periksa hamil kembali. Pemeriksaan kehamilan hanya terbatas pada pertanyaan kapan terlambat haid, keluhan yang dirasakan, ditimbang, ditensi dan diberi vitamin. Petugas kesehatan tidak melakukan pemeriksaan skrining terhadap ibu hamil yang berisiko

mengalami preeklampsi. Hal ini menyebabkan informan tidak mengetahui bahwa dirinya termasuk kehamilan risiko tinggi. Berikut beberapa ungkapan informan :

“Saya sebenarnya rajin periksa hamil bu, kalo tidak salah ada lima kali saya periksa hamil bu. Saat periksa hamil pertama kali, ditanya sama bidan, kapan haid terakhir, apakah keluhannya, dan saya diperiksa, ditimbang, ditensi, dan diberi obat vitaminan, bu bidan itu bilang kandung saya baik baik saja. Pas kehamilan enam bulan kakiku malai bengkak, lama-lama seluruh badan juga bengkak, badanku terasa berat. karena takut saya periksa hamil ke bidan. Katanya tensi baik-baik aja. Trus bidan bilang kurangi garam dan terlalu capek. Saya ngak tau kalo ini bahaya, bidannya tak pernah dikasih tahu tanda bahaya selama hamil, tekanan darah tinggi itu bahaya (Debi)’’

“ Waktu saya sudah hamil tujuh bulan, saya pergi ke dokter. Saya diperiksa dan kata dokternya tensi saya tinggi. Dokter itu bertanya, kenapa tensi ibu tinggi. Ya saya jawab tak tahu dok, memang saya beberapa hari ini sudah tidur dan kepala pusing, apa itu penyebabnya dok. Dokter itu bilang ya udah banyak istirahat saya dulu di rumah dan jangan terlalu banyak bekerja. Kemudian dokter memberi obat vitamin dan darah tinggi, dokter itu juga ngak menyuruh saya pergi kerumah sakit untuk periksa (Dina)’’

b Implementasi program pelayanan antenatal care yang belum sesuai dengan standar pelayanan

Pada saat melakukan pemeriksaan hanya terbatas dengan pemeriksaan tekanan darah, timbang berat badan, pemeriksaan perut, pertanyaan kapan haid, terakhir keluhan yang dialami. Pemeriksaa dilakukan tanpa menanyakan riwayat kehamilan yang dapat digunakan penjarigan kehamilan yang beresiko tinggi untuk mengalami preeklampsi, setelah pemeriksaan dianjurkan untuk periksa satu bulan kemudian, selanjutnya diberikan obat obat seperti obat vitamign agar ibu dan bayi dalam keadaan sehat. Ibu hamil sudah mempunyai keluhan sakit kepala, tekanan darah meningkat tetapi tidak langsung dilakukan deteksi dini terhadap risiko terjadinya preekampsi, padahal hal ini dapat dilakukan dengan teknologi sederhana

dengan melakukan pemeriksaan urine ibu hamil. Ibu hamil yang mengalami keluhan- keluhan fisik tidak dilakukan pemeriksaan yang dapat mendeteksi ibu hamil mengalami preeklampsi atau tidak.

Ibu hamil tidak pernah diberikan pendidikan kesehatan tentang hal hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan ibu hamil, tanda- tanda yang perlu diwaspadai pada ibu hamil khususnya ibu hamil untuk pertama kalinya, kenyataan ini menyebabkan informan maupun keluarga tidak memperoleh pengetahuan tentang apa yang sedang dialami. Enam ibu hamil yang dikaji secara mendalam dalam penelitian ini, tidak ada satupun yang pernah mendengar informasi kesehatan tentang gejala/tanda preeklampsi dari petugas kesehatan, juga tidak memperoleh yang jelas tentang hal-hal yang perlu diwaspadai selama kehamilan dan ibu hamil yang mengalami kenaikan tekanan darah hanya satu yang dilakukan pemeriksaan urine setelah mengalami kejang di rumah. Dalam pemeriksaan kehamilan petugas kesehatan sering memperlakukan ibu hamil semua sama, pada hal setiap ibu hamil mempunyai keunikan dan permasalahan yang berbeda beda. Berikut beberapa ungkapan informan:

“Sewaktu periksa hamil, bidan tak pernah kasih tau tentang bahaya-bahaya yang timbul, apalagi bahaya tensi tinggi dan badan bengkak. Padahal waktu datang kaki dan tangan saya agak bengkak. Bidan itu menganjurkan jangan banyak makan garam, dan istirahat banyak di rumah. Kemudian bidan periksa tensi katannya tensinya baik-baik saja, berat badan banyak naik tetapi kan hanya diberi obat vitamin, saya ngak tau pas mau melahirkan jadi gawat katanya gawat karena tiba tiba tensi tinggi, hampir aja anakku meninggal, coba dari dulu dikasih tahu saya kan lebih hati hati bu (Deni)”

“Waktu aku merasa sakit kepala dan mual seperti masuk angin saya pergi periksa ke bidan, bidan bilang tensi saya agak naik kalau ngak salah 140, terus periksa kemudian 180, tapi bidan ngak ada suruh ke rumah sakit tapi dikasih obat dan disuruh istirahat, ngak tau kalau akhirnya jadi gawat (I3)”

Pemeriksaan kehamilan yang tidak sesuai standar, informasi yang kurang efektif dan implementasi pemeriksaan kehamilan kurang baik dapat menyebabkan informan tidak terdeteksi mengalami preeklampsi ringan dan tidak terjaring termasuk kehamilan risiko tinggi oleh petugas kesehatan. Disamping itu, ibu hamil juga tidak mendapat informasi yang akurat tentang tanda/bahaya masa kehamilan khususnya preekslampsi, sehingga pada saat terjadi tanda bahaya, informan/ keluarga tidak mengetahui bahwa ibu hamil harus segera di bawah ke rumah sakit untuk mendapat perawatan dan pengobatan selanjutnya. Hal ini menyebabkan ibu hamil terlambat di bawah ke rumah sakit.

Keterlambatan mengenal tanda bahaya dirumah, pada umumnya ibu hamil tidak mengenal tanda bahaya dirumah, walaupun ibu hamil merasakan ada keluhan, suami dan anggota keluarga mengetahui adanya keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil, tetapi suami dan anggota keluarga tidak mengetahui bahwa keluhan yang dialami oleh ibu merupakan tanda bahaya yang dapat mengancam jiwa ibu dan bayinya. Hal ini terjadi karena ibu/ suami tidak mendapat informasi yang lengkap tentang kehamilannya terutama ibu yang hamil untuk pertama kalinya setelah kehamilan 20 minggu. Ibu hamil tidak mendapat informasi saat melakukan pemeriksaan kehamilan. Setiap ibu hamil mempunyai buku kesehatan ibu dan anak tetapi ibu hamil hanya mengatakan buku itu hanya untuk tempat mencatat hasil

pemeriksaan, pada hal dalam buku itu cukup lengkap informasi tentang perawatan kehamilan, tetap informan hanya membawa saat periksa kemudian menyimpannya dan pada saat masuk rumah sakit ibu hamil tidak lupa untuk membawanya dan menunjukkan ke petugas di rumah sakit .

Program pelayanan perawatan antenal menurut Saifudin (2002) terdiri dari: kunjungan pertama pada trimester 1 yang bertujuan untuk melakukan penapisan dan deteksi dini anemia secara dini, memberi penyuluhan tentang bahaya kehamilan,persalinan dan penatalaksanaannya, kunjungan kedua dan ketiga memberi penyuluhan tentang tanda bahaya atau komplikasi yang mungkin terjadi dan cara mengatasinya, penapisan preeklampsi, memantapkan tempat dan penolong persalinan, kunjungan keempat memantapkan rencana persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan dengan pertolongan dari tenaga kesehatan, mengenali tanda tanda persalinan sejak dari awal. Pelayanan perawatan antenatal mencakup banyak hal yang meliputi anamnese bertujuan untuk menggali data yang dapat mempengaruhi kesehatan selama kehamilan misal status perkawinan, kehamilan diharapkan apa tidak, apakah ibu menderita suatu penyakit, riwayat obstetri, pemeriksaan fisik secara umum, pengukuran berat badan, tekanan darah dan pemeriksaan laboratorium terutama protein. Dalam standart perawatan antenatal melakukan anamneses riwayat kesehatan yang lengkap sehingga dapat diketahui apakah ibu tergolong risiko tinggi mengalami preeklamsi, melakukan pemeriksaan fisik termasuk pemeriksaan tekanan darah yang merupakan cara yang efektif untuk mendeteksi preeklampsi /eklampsi).

5.5 Ibu Hamil Terdeteksi Mengalami Preeklampsi Berat tetapi tidak

Dokumen terkait