• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kejadian Preeklampsi Berat pada Ibu Hamil dan Bersalin Studi Kasus terhadap Pasien di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kejadian Preeklampsi Berat pada Ibu Hamil dan Bersalin Studi Kasus terhadap Pasien di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2012"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

KEJADIAN PREEKLAMPSI BERAT PADA IBU HAMIL DAN BERSALIN STUDI KASUS TERHADAP PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH Dr. PIRNGADI KOTA MEDAN

TESIS

Oleh

LISNAWATI SIHOTANG 107032198/ IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

KEJADIAN PREEKLAMPSI BERAT PADA IBU HAMIL DAN BERSALIN STUDI KASUS TERHADAP PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH DR. PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

LISNAWATI SIHOTANG 107032I98/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Tesis : KEJADIAN PREEKLAMPSI BERAT PADA IBU HAMIL DAN BERSALIN STUDI KASUS

TERHADAP PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2012

Nama Mahasiswa : Lisnawati Sihotang Nomor Induk Mahasiswa : 107032198

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Fikarwin Zuska) (dr. Ria Masniari Lubis, M.Si) Ketua Anggota

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

(4)

Telah diuji

Pada Tanggal : 26 Juli 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Fikarwin Zuska

(5)

PERNYATAAN

KEJADIAN PREEKLAMPSI BERAT PADA IBU HAMIL DAN BERSALIN STUDI KASUS TERHADAP PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM

DAERAH DR. PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2012

(6)

ABSTRAK

Preeklampsi adalah penyakit dengan tanda-tanda khas tekanan darah tinggi, disertai protein dalam urine dengan atau tanpa edema yang timbul karena kehamilan. Preeklampsi dapat berkembang menjadi preeklampsi berat karena ketidaktahuan dan sering terlambat mencari pertolongan sehingga angka kematian ibu akibat preeklampsi belum dapat diturunkan. Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Pirngadi Kota Medan terjadi peningkatan kejadian preeklampsi berat, tahun 2010 ditemukan 43 kasus dari 531 (8,1%) kehamilan menjadi 73 kasus dari 644 (11,3%) kehamilan pada tahun 2011.

Tujuan Penelitian untuk mengetahui pengalaman ibu hamil/bersalin yang mengalami preeklampsi berat sejak hamil sampai tiba RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan interpretif. Yang menjadi informan adalah enam orang ibu hamil/bersalin yang mengalami preeklampsi berat. Hasil penelitian menggambarkan pengalaman ibu hamil/bersalin yang mengalami preeklampsi berat yang meliputi keluhan yang dialami, tanggapan terhadap kehamilan dan keluhan yang dialami, penyebab ibu hamil/bersalin sampai di rumah sakit sudah dengan diagnosa preeklampsi berat yaitu ibu tidak terdeteksi mengalami preeklampsi, terdeteksi mengalami preeklampsi berat tetapi tidak mendapat penanganan yang tepat dan birokrasi penggunaan dan informasi mengenai dana bantuan operasional pelayanan kesehatan ibu hamil/bersalin yang belum memadai.

Petugas kesehatan perlu meningkatan pelayanan kesehatan ibu hamil/bersalin dengan melakukan penjaringan risiko tinggi kehamilan khususnya preeklampsi ringan jangan berkembang menjadi preeklampsi berat, peningkatan pengetahuan masyarakat tentang perawatan kehamilan dan tanda bahaya komplikasi kehamilan serta peningkatan pelayanan di pasilitas rujukan.

(7)

ABSTRACT

Preeclampsia is a disease with the typical signs of high blood pressure, followed by proteinurine, with or without oedema caused by pregnancy. Preeclampsia can progress into a severe preeclampsia because of not knowing or not getting help on time, so that the maternal mortality rate cannot be reduced yet. The incidence of severe preeclampsia at dr. Pirngadi General Hospital, Medan was increased, from 43 cases of 531pregnancy (8.1 %) in 2010 into 73 cases of 644 pregnancy (11.3 %) in 2011.

The aim of the research is to study of the experience of the pregnant women and delivery suffered severe preeclampsia since they had been pregnant until they arrived at dr. Pirngadi General Hospital, Medan. The research was conducted using qualitative method with interpretive approach. Six pregnant/giving-birth women suffered from severe preeclampsia were used as the research informants.

The results of the research described the experiences of pregnant women and delivery suffered severe preeclampsia, which covered their preeclampsia problems, their responses to their pregnancies and the preeclampsia problems, and the causes why they arrived at the hospital with the diagnose of severe preeclampsia. The causes were some of the pregnant women and delivery were not detected as preeclampsia patients, some were detected as preeclampsia patients but did not receive an appropriate medical treatment, and some did not receive appropriate funds due to bureaucracy and the lack of information.

It is recommended that the health workers improve their services to pregnant women and delivery by screening the high risk pregnancy to prevent preeclampsia progress into severe preeclampsia, by improving community knowledge on prenatal care and first sign of pregnancy complication, and by improving service in referred facilities.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan anugerah-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Kejadian Preeklampsi Berat pada Ibu Hamil dan Bersalin Studi Kasus terhadap Pasien di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2012”

Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan, dorongan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

(9)

5. dr. Muhammad Rusda, Sp. OG (K) selaku ketua komisi penguji dan

dr. Christoffel L.Tobing, Sp. OG (K) selaku anggota komisi penguji yang telah memberikan bimbingan, kritik serta saran yang sangat membantu untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.

6. Seluruh dosen pengajar Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal ilmu dan pengetahuan.

7. dr. H. Amran Lubis Sp. J (K) FIHA selaku Direktur RSUD dr. Pirngadi Kota Medan telah memberikan izin belajar dan izin untuk melakukan penelitian kepada penulis di RSUD dr. Pirngadi Kota Medan

8. Teristimewa buat suami tercinta Asbon Antonius Sinaga, SE dan ananda tersayang Valerine Geovanni Sinaga dan Laurensius A.R. Sinaga yang penuh pengertian, kesabaran, pengorbanan dan doa serta cinta yang dalam setia menunggu memotifasi dan memberi dukungan moril agar bisa menyelesaikan pendidikan ini.

9. Ayahanda K. Sihotang, Ibunda N. Tinambunan serta seluruh keluarga atas doa, dukungan dan bantuan selama penulis mengikuti pendidikan.

10. Debi, Dina, Zahlia, Sari, Lia dan Dani sebagai informan yang bersedia memberikan informasi-informasi yang dituangkan di dalam tesis ini.

(10)

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa membalas segala kebaikan Bapak, Ibu dan saudara-saudariku sekalian.

Medan, Agustus 2012 Penulis

(11)

RIWAYAT HIDUP

Lisnawati Sihotang lahir tanggal 22 Juni 1977 di Siringoringo Parlilitan, putri dari Ayahanda Kander Sihotangdan Ibunda Norita Tinambunan. Melangsungkan pernikahan pada tanggal 1 November 2003 dengan Asbon Antonius Sinaga di Gereja Katolik St. Theresia Percut. Dikarunia satu putri dan satu putra yaitu Valerine Geovani Sinaga dan Laurensius A.R. Sinaga.

Pendidikan formal penulis di mulai dari sekolah dasar di sekolah dasar Negeri Siringoringo selesai tahun 1989, Sekolah Menengah Pertama di SMP 2 Parlilitan selesai tahun 1992, Sekolah Perawat Kesehatan di SPK RS. St. Elisabet Medan selesai tahun 1995, Progarn Pendidikan Bidan RS. St. Elisabet Medan selesai tahun 1998, Akademi Kebidanan di AKBID RS. St. Elisabet Medan selesai tahun 2000, D IV Bidan Pendidik di STIKES Helvetia Medan selesai tahun 2010.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Permasalahan ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Pengertian Preeklampsi dan Eklampsi ... 10

2.2 Epidemiologi Preeklampsi dan Eklampsi ... 12

2.3 Klasifikasi Hipertensi dalam Kehamilan ... 13

2.4 Tanda dan Gejala Preeklampsi dan Eklampsi ... 14

2.5 Etiologi Preeklampsi dan Eklampsi ... 16

2.6 Faktor Risiko Preeklampsi/Eklampsi ... 19

2.7 Faktor-faktor yang Memengaruhi Preeklampsi/Eklampsi ... 21

2.8 Pencegahan Preeklampsi/Eklampsi ... 28

2.9 Penanganan Preeklampsi/Eklampsi ... 30

2.10 Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan ... 33

2.11 Kerangka Pikir Penelitian ... 33

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 34

3.1 Jenis Penelitian ... 34

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 35

3.2.1 Tempat Penelitian... 35

3.2.2 Waktu Penelitian ... 35

3.3 Pemilihan Informan ... 36

3.4 Metode Pengumpulan Data ... …. 38

3.5 Defenisi Istilah ... 44

3.6 Metode Analisis Data ... 45

3.7 Penyajian Data ... 47

(13)

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 49

4.1. Deskripsi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi ... 49

4.2. Penderita Preeklampsi Berat ... 57

4.3. Kondisi Ibu Hamil Sampai di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan ... 70

4.4. Prosedur Penanganan Ibu Hamil dan Bersalin yang Mengalami Preeklampsi Berat di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ... 70

BAB 5. PEMBAHASAN ... 74

5.1. Keluhan Fisik yang Dirasakan Oleh Ibu Hamil yang Mengalami Preeklampsi Berat ... 76

5.2. Keluhan Psikologis yang Dialami Ibu Hamil yang Mengalami Preeklampsi ... 81

5.3. Tanggapan terhadap Kehamilan dan Keluhan Fisik yang Dialami Ibu Hamil yang Mengalami Preeklampsi Berat ... 83

5.4. Ibu Hamil Tidak Terdeteksi Mengalami Preeklampsi ... 86

5.5. Ibu Hamil Terdeteksi Mengalami Preeklampsi Berat Tetapi Tidak Mendapatkan Pelayanan yang Efektif ... 98

5.6. Harapan Terhadap Pelayanan Kesehatan ... 101

5.7. Harapan Terhadap Kehidupan Ke Depan ... 104

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 108

6.1. Kesimpulan ... 108

6.2. Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 113

(14)

DAFTAR TABEL

(15)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman 2.1 Kerangka Pikir ... 33 5.1. Penyebab Ibu Hamil/Bersalin Masuk RSUD dr. Pirngadi Kota

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Pedoman Wawancara ... 116

2. Penjelasan Penelitian ... 117

3. Persetujuan Menjadi Informan Penelitian ... 119

4. Tema Penelitian dan Pengalaman Ibu Hamil ... 120

5. Surat Permohonan Penelitian dari FKM USU ... 129

6. Surat Izin Penelitian dari RSUD dr. Pirngadi Kota Medan ... 130

(17)

ABSTRAK

Preeklampsi adalah penyakit dengan tanda-tanda khas tekanan darah tinggi, disertai protein dalam urine dengan atau tanpa edema yang timbul karena kehamilan. Preeklampsi dapat berkembang menjadi preeklampsi berat karena ketidaktahuan dan sering terlambat mencari pertolongan sehingga angka kematian ibu akibat preeklampsi belum dapat diturunkan. Di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Pirngadi Kota Medan terjadi peningkatan kejadian preeklampsi berat, tahun 2010 ditemukan 43 kasus dari 531 (8,1%) kehamilan menjadi 73 kasus dari 644 (11,3%) kehamilan pada tahun 2011.

Tujuan Penelitian untuk mengetahui pengalaman ibu hamil/bersalin yang mengalami preeklampsi berat sejak hamil sampai tiba RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan interpretif. Yang menjadi informan adalah enam orang ibu hamil/bersalin yang mengalami preeklampsi berat. Hasil penelitian menggambarkan pengalaman ibu hamil/bersalin yang mengalami preeklampsi berat yang meliputi keluhan yang dialami, tanggapan terhadap kehamilan dan keluhan yang dialami, penyebab ibu hamil/bersalin sampai di rumah sakit sudah dengan diagnosa preeklampsi berat yaitu ibu tidak terdeteksi mengalami preeklampsi, terdeteksi mengalami preeklampsi berat tetapi tidak mendapat penanganan yang tepat dan birokrasi penggunaan dan informasi mengenai dana bantuan operasional pelayanan kesehatan ibu hamil/bersalin yang belum memadai.

Petugas kesehatan perlu meningkatan pelayanan kesehatan ibu hamil/bersalin dengan melakukan penjaringan risiko tinggi kehamilan khususnya preeklampsi ringan jangan berkembang menjadi preeklampsi berat, peningkatan pengetahuan masyarakat tentang perawatan kehamilan dan tanda bahaya komplikasi kehamilan serta peningkatan pelayanan di pasilitas rujukan.

(18)

ABSTRACT

Preeclampsia is a disease with the typical signs of high blood pressure, followed by proteinurine, with or without oedema caused by pregnancy. Preeclampsia can progress into a severe preeclampsia because of not knowing or not getting help on time, so that the maternal mortality rate cannot be reduced yet. The incidence of severe preeclampsia at dr. Pirngadi General Hospital, Medan was increased, from 43 cases of 531pregnancy (8.1 %) in 2010 into 73 cases of 644 pregnancy (11.3 %) in 2011.

The aim of the research is to study of the experience of the pregnant women and delivery suffered severe preeclampsia since they had been pregnant until they arrived at dr. Pirngadi General Hospital, Medan. The research was conducted using qualitative method with interpretive approach. Six pregnant/giving-birth women suffered from severe preeclampsia were used as the research informants.

The results of the research described the experiences of pregnant women and delivery suffered severe preeclampsia, which covered their preeclampsia problems, their responses to their pregnancies and the preeclampsia problems, and the causes why they arrived at the hospital with the diagnose of severe preeclampsia. The causes were some of the pregnant women and delivery were not detected as preeclampsia patients, some were detected as preeclampsia patients but did not receive an appropriate medical treatment, and some did not receive appropriate funds due to bureaucracy and the lack of information.

It is recommended that the health workers improve their services to pregnant women and delivery by screening the high risk pregnancy to prevent preeclampsia progress into severe preeclampsia, by improving community knowledge on prenatal care and first sign of pregnancy complication, and by improving service in referred facilities.

(19)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

World Health Organization (WHO) melaporkan pada tahun 2005 terdapat 536.000 wanita hamil meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan di seluruh dunia. Angka Kematian Ibu (AKI) di Sub Sahara Afrika 270/100.000 kelahiran hidup, Asia Selatan 188/100.000 kelahiran hidup dan di negara-negara ASEAN seperti Singapura 14/100.000 kelahiran hidup, Malaysia 62/100.000 kelahiran hidup, Thailand 110/100.000 kelahiran hidup, Vietnam 150/100.000 kelahiran hidup, Filipina 230/100.000 kelahiran hidup dan Myanmar 380/100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu di Indonesia yaitu 420/100.000 kelahiran hidup, angka ini lebih tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Kematian ibu akibat komplikasi dari kehamilan dan persalinan tersebut terjadi pada wanita usia 15-49 tahun diseluruh dunia.

(20)

kelahiran hidup maka angka 227 per 100.000 masih sangat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat risiko kematian ibu yang melahirkan di Indonesia masih sangat tinggi dan berdampak terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia. Oleh karena itu perlu upaya serius untuk menurunkan angka kematian tersebut.

Penyebab langsung kematian ibu adalah perdarahan (28%), preeklampsi/ eklampsi (24%) dan infeksi (11%) (Depkes RI, 2007). Berkat kemajuan dalam bidang anestesi, teknik operasi, pemberian cairan infus dan transfusi dan peranan antibiotik yang semakin meningkat, maka penyebab kematian ibu karena perdarahan dan infeksi dapat diturunkan dengan nyata. Namun penderita preeklampsi dapat berkembang menjadi preeklampsi berat karena ketidaktahuan dan sering terlambat mencari pertolongan. Sehingga angka kematian ibu karena preeklampsi belum dapat diturunkan (Haryono, 2006).

Preeklampsi ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, disertai proteinuria dengan atau tanpa edema yang timbul karena kehamilan. Penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti. Pada kondisi berat preeklampsi dapat menjadi eklampsi dengan penambahan gejala kejang-kejang (Prawirohardjo, 2008; Rukiyah, 2008).

(21)

yang unik, dan tidak terjadi pada setiap orang selama kehamilan. Karena itu, wanita yang memiliki kecenderungan darah tinggi sebaiknya harus berhati-hati (Cuningham, 2001).

Faktor risiko ibu hamil yang mengalami preeklampsi/eklampsi antara lain adalah riwayat preeklampsi, primigravida, kegemukan, kehamilan ganda, riwayat penyakit tertentu (Prawirohardjo, 2008). Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi preeklampsi/eklampsi adalah usia, pendidikan, pekerjaan, usia kehamilan, paritas, riwayat penyakit dan antenatal care (Depkes RI, 2002).

Haryono (2006) menyebutkan dalam seleksi kasus, preeklampsi dan eklampsi dapat terjadi pada 6%-8% wanita hamil diantaranya 3%-7% pada nullipara dan 0,8– 5% pada multipara. Penelitian Norwitz dkk (1999), menyebutkan preeklampsi dan eklampsi terjadi pada 75%-80% nullipara. Adi Putra (2005) menemukan pada 44% nullipara dan Sukatendel (2004) pada 39% nullipara.

(22)

bayi seperti kelahiran prematur sampai dengan kematian pada saat kelahiran (Prawirohardjo, 2008).

Menurut Sukatendel (2004) masalah yang sering dihadapi pada penderita preeklampsi dan eklampsi adalah penderita tidak melakukan pemeriksaan antenatal secara teratur dan sering datang terlambat ke rumah sakit. sekitar 40% serangan kejang pada penderita eklampsi biasanya terjadi sebelum penderita masuk ke rumah sakit.

Keterlambatan pertolongan pada ibu dengan preeklampsi dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain faktor dari individu, lingkungan dan tenaga kesehatan. Faktor individu adalah ibu hamil dengan pendidikan rendah, pengetahuan yang kurang dan sedikit informasi tentang penyakit preeklampsi sering mengalami keterlambatan dalam mengambil keputusan sehingga dapat berakibat fatal untuk dirinya sendiri dan bayinya. Faktor lingkungan seperti kurangnya peran serta keluarga (suami), status wanita yang dianggap masih rendah. Sedangkan faktor tenaga kesehatan antara lain kurangnya keterampilan bidan dalam pelayanan kebidanan dan keterlambatan bidan dalam mendeteksi kelainan yang menyertai kehamilan ibu (Depkes RI, 2003).

(23)

(b) status wanita yang dianggap masih rendah dan (c) hambatan sosiokultural dalam mencari pengobatan atau pertolongan; (2) keterlambatan akses terhadap tempat pengobatan atau pertolongan, misalnya karena letak geografis atau karena faktor ekonomi dan (3) keterlambatan dalam mendapat pertolongan karena sarana tidak memadai, petugas kesehatan yang tidak terlatih.

Menurut Wardhani (1998) dalam Rabiah (2001), menyebutkan penyebab kematian ibu hamil dan bersalin di rumah sakit rujukan umumnya berkaitan dengan permasalahan gawat darurat obstetri yang mengalami empat hal keterlambatan, yaitu terlambat mengenali resiko atau bahaya, terlambat mengambil keputusan untuk mencari pertolongan, terlambat mendapatkan transportasi untuk membawa ke fasilitas yang lebih mampu dan terlambat mendapatkan pertolongan di rumah sakit.

Program MDGs pada tahun 2000 menetapkan 8 (delapan) sasaran yang harus dicapai dalam meningkatkan pembangunan kesehatan yaitu m

Untuk dapat menekan Angka Kematian Bayi (AKB) dan AKI perlu digerakkan upaya Gerakan Sayang Ibu (GSI), Safe Motherhood,

emberantas kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, malaria atau penyakit menular lainnya, memastikan kelestarian lingkungan hidup dan mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan (Depkes RI, 2003).

Making Pregnancy

(24)

dalam rangka mewujudkan program MDGs. Tahun 2012 dana untuk Jaminan Persalinan mencapai 1,56 triliun rupiah, dana untuk pelayanan kesehatan ibu dan reproduksi 120 miliar rupiah, biaya operasional kesehatan (BOK) sebesar 1,07 triliun rupiah (Depkes RI, 2012).

Tujuan kelima Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015 yaitu meningkatkan kesehatan ibu dan bayi. Tujuan ini merupakan tantangan yang sangat berat bagi Indonesia karena berbagai upaya untuk memperbaiki derajat kesehatan ibu dan bayi baru lahir telah diterapkan tetapi hasilnya masih belum memuaskan (Depkes RI, 2009).

Salah satu program untuk menurunkan AKI dengan mencegah terjadinya komplikasi kehamilan dan persalinan melalui deteksi dini. Deteksi dini preeklampsi/eklampsi pada ibu hamil dilakukan melalui pemeriksaan kehamilan. Antenatal care (pemeriksaan kehamilan) merupakan metode pendeteksian yang melibatkan pemeriksaan rutin sejak masa kehamilan dini dan mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil seperti preeklampsi/eklampsi termasuk riwayat penyakit secara umum. Hal ini sebenarnya dapat dicegah dengan pengenalan dini dan penatalaksanaan yang tepat (Sudhaberata, 2001; Depkes RI, 2003).

(25)

bagi tenaga kesehatan dalam melakukan tindakan yang sesuai dengan kompetensi dan wewenang yang diberikan (Depkes RI, 2003).

Pencegahan preeklampsi dengan cara melakukan deteksi dini disarankan kepada ibu hamil untuk selalu memantau tekanan darah, memadukan pola makan berkadar lemak rendah dan memperbanyak suplai kalsium, vitamin C dan vitamin A serta hindari stres. Apabila tidak segera diatasi, akan berlanjut menjadi eklampsi yang ditandai dengan kejang, bahkan sampai koma. Sedangkan untuk perawatan preeklampsi ringan dapat dengan berobat jalan, diet pantang garam, kontrol setiap minggu dan anjuran segera kembali periksa bila gejala makin berat (Bandiyah, 2009). Program penanggulangan AKI sudah dilaksanakan oleh tenaga kesehatan sejak lama akan tetapi angka kejadian preeklampsi berat/eklampsi masih tinggi seperti yang ditemukan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan. Di RSUD Dr. Pirngadi Medan diperoleh data dari Bagian Rekam Medik kasus preeklampsi berat/eklampsi terjadi peningkatan dari tahun 2010 ditemukan 43 kasus preeklampsi berat/eklampsi per 531 (8,1%) kehamilan menjadi 73 kasus per 644 (11,3%) kehamilan pada tahun 2011.

(26)

Walaupun demikian ada juga penderita yang melakukan ANC secara teratur, namun mereka tidak mendapat informasi yang jelas tentang tanda bahaya komplikasi kehamilan khususnya tentang preeklampsi dan eklampsi, dan sebelum dirujuk ke rumah sakit penderita tidak mendapat pertolongan yang tepat sehingga dalam perjalanan terjadi komplikasi lanjut seperti kejang.

Berdasarkan uraian di atas, maka sangat perlu bagi ibu hamil memiliki perilaku kesehatan untuk lebih memahami tentang kejadian preeklampsi/eklampsi, sehingga dapat dideteksi sedini mungkin agar terhindar dari komplikasi yang lebih membahayakan.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas, angka kejadian preeklampsi berat/eklampsi masih muncul dalam jumlah relatif tinggi seperti yang dijumpai pada pasien yang dirawat di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan padahal program-program penanggulangan angka kesakitan dan kematian ibu telah berlangsung lama dalam rangka menurunkan AKI. Maka masalah yang dikaji adalah bagaimana pengalaman ibu hamil/bersalin penderita preeklampsi berat mulai hamil sampai sebelum sampai ke Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

(27)

Rumah Sakit Umum Daerah dr. Pirngadi Kota Medan antara lain mengetahui keluhan-keluhan fisik dan psikologis yang dialami, tanggapan terhadap kehamilan dan keluhan-keluhan yang dialami, bagaimana ibu menghadapi kehamilannya, pengalaman dalam deteksi dini (hambatan dan faktor pendorong), kapan ibu mulai mengalami keluhan, kapan ibu mengalami tekanan darah tinggi, upaya yang dilakukan ibu dan keluarga selama kehamilan (apa yang dianjurkan dan yang tidak dianjurkan), informasi kesehatan dan pelayanan kesehatan yang diterima.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Dengan diketahuinya riwayat/pengalaman ibu hamil/bersalin dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk mengevaluasi implementasi program penanggulangan AKI khususnya kejadian preeklampsi/eklampsi. 2. Manfaat bagi ilmu pengetahuan sebagai bahan kajian dalam menerapkan

program kesehatan reproduksi melalui program penurunan AKI khususnya kejadian preeklampsi/eklampsi pada ibu hamil.

3. Sebagai bahan masukan bagi ibu untuk mengetahui kejadian preeklampsi/eklampsi pada ibu hamil sehingga tidak mengalami komplikasi kehamilan yang lebih berat.

(28)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Preeklampsi dan Eklampsi

Preeklampsi adalah terjadinya peningkatan tekanan darah paling sedikit 140/90, proteinuria dengan atau tanpa edema. Edema tidak lagi dimasukkan dalam kriteria diagnostik , karena edema juga dijumpai pada kehamilan normal. Pengukuran tekanan darah harus diulang berselang 4 jam. Preeklampsi merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan dan masa nifas. Dari gejala-gejala klinik preeklampsi dapat dibagi menjadi preeklampsi ringan dan preeklampsi berat (Haryono, 2006).

Preeklampsi adalah penyakit dengan tanda-tanda khas tekanan darah tinggi (hipertensi), disertai protein dalam urine (proteinuria) dengan atau tanpa edema yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam trimester ketiga kehamilan, tetapi dapat juga terjadi pada trimester kedua kehamilan. Sering tidak diketahui atau diperhatikan oleh wanita hamil yang bersangkutan, sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat terjadi preeklampsi berat bahkan dapat menjadi eklampsi yaitu dengan tambahan gejala kejang-kejang dan atau koma. Kedatangan penderita sebagian besar dalam keadaan preeklampsi berat dan eklampsi (Sarwono, 2008).

(29)

peningkatan tekanan darah dan proteinuria. Preeklampsi terjadi pada umur kehamilan di atas 20 minggu, paling banyak terlihat pada umur kehamilan 37 minggu, tetapi dapat juga timbul kapan saja pada pertengahan kehamilan. Preeklampsi dapat berkembang dari preeklampsi yang ringan sampai preeklampsi yang berat (Cunningham et al, 2003).

Preeklampsi beratadalah suatu sindrom yang dijumpai pada ibu hamil di atas 20 minggu yang ditandai dengan tekanan darah >160/110 mmHg, proteinuria ≥+2, dapat disertai keluhan subjektif seperti nyeri epigastrium, sakit kepala, gangguan penglihatan dan oliguria (Hariadi, 2004)

Superimposed preeklamsi adalah preeklampsi yang terjadi pada wanita menderita hipertensi kronis dan penyakit ginjal. Hipertensi kronik yaitu hipertensi oleh sebab apapun yang ditemukan atau timbul sebelum kehamilan 20 minggu tanpa adanya molahidatidosa atau hipertensi yang menetap setelah 6 minggu pasca persalinan (Chistopher, 2006).

(30)

Gejala-gejala yang sering timbul sebelum kejang adalah sakit kepala dan gangguan visus (Sastrawinata, 2004).

2.2. Epidemiologi Preeklampsi/Eklampsi

Frekuensi preeklampsi untuk tiap negara berbeda-beda karena banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain jumlah primigravida, keadaan sosial ekonomi, tingkat pendidikan dan lain-lain. Frekuensi kejadian preeklampsi di Indonesia sekitar 3-10% (Triatmojo, 2003), sedangkan di Amerika Serikat dilaporkan kejadian preeklampsi sebanyak 5% dari semua kehamilan, yaitu 23,6 kasus per 1.000 kelahiran (Dawn C. Jung, 2007). Pada primigravida frekuensi preeklampsi lebih tinggi bila dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda, Sudinaya (2000) mendapatkan angka kejadian preeklampsi dan eklampsi di RSU Tarakan Kalimantan Timur sebesar 74 kasus (5,1%) dari 1431 persalinan selama periode 1 Januari 2000 sampai 31 Desember 2000, dengan preeklampsi sebesar 61 kasus (4,2%) dan eklampsi 13 kasus (0,9%). Dari kasus ini terutama dijumpai pada usia 20-24 tahun dengan primigravida (17,5%). Diabetes melitus, mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidropsfetalis, umur lebih dari 35 tahun dan obesitas merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya preeklampsi (Triatmojo, 2003).

(31)

Hasan Sadikin Bandung paling banyak terjadi pada ibu dengan paritas 1-3 yaitu sebanyak 19 kasus dan juga paling banyak terjadi pada usia kehamilan diatas 37 minggu yaitu sebanyak 18 kasus. Wanita dengan kehamilan kembar bila dibandingkan dengan kehamilan tunggal, maka memperlihatkan insiden hipertensi gestasional (13% : 6%) dan preeklampsi (13% : 5%) yang secara bermakna lebih tinggi. Selain itu, wanita dengan kehamilan kembar memperlihatkan prognosis neonatus yang lebih buruk daripada wanita dengan kehamilan tunggal (Cunningham, 2003).

2.3. Klasifikasi Hipertensi dalam Kehamilan

The Working Group Report dan High Blood Pressure ini Pregnancy (2000) dalam Hariadi (2004) menetapkan klasifikasi hipertensi dalam kehamilan sebagai berikut:

1. Hipertensi gestasional adalah kenaikan tekanan darah yang hanya dijumpai dalam kehamilan sampai 12 minggu pasca persalinan, tidak dijumpai keluhan dan tanda-tanda preeklampsia lainnya. Diagnosa akhir ditegakkan pasca persalinan.

(32)

3. Superimposed preeklampsia adalah gejala dan tanda-tanda preeklampsia muncul sesudah kehamilan 20 minggu pada wanita yang sebelumnya menderita hipertensi kronis.

4. Preeklampsi ringan, preeklampsi berat, eklampsi

a. Preeklampsi ringanadalah jika tekanan darah ≥140/90 mmHg, tapi <160/110 mmHg dan proteinuria +1.

b. Preeklampsi berat adalah jika tekanan darah >160/110 mmHg, proteinuria ≥+2, dapat disertai keluhan subjektif seperti nyeri epigastrium, sakit kepala,

gangguan penglihatan dan oliguria.

c. Eklampsiadalah kelainan akut pada wanita hamil dalam persalinan atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang dan atau koma. Sebelumnya wanita ini menunjukkan gejala-gejala preeklampsi berat. (kejang timbul bukan akibat kelainan neurologik).

Sebagai batasan yang disebut hipertensi dalam kehamilan adalah kenaikan tekanan darah diastolik ≥90 mmHg dan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg pada dua kali pemeriksaan yang berjarak 4 jam atau lebih dan proteinuria, jika dijumpai protein dalam urine melebihi 0,3 gr/24 jam atau dengan pemeriksaan kualitatif minimal positif (+) satu.

2.4. Tanda dan Gejala Preeklampsi/Eklampsi

(33)

urine (diketahui dari pemeriksaan laboratorium urine) +1/+2 dan terjadi pada usia kehamilan di atas 20 minggu (Wibisono dan Dewi, 2009).

Tanda dan gejala preeklampsi ringan dalam kehamilan, antara lain edema (pembengkakan) terutama tampak pada tungkai, muka disebabkan ada penumpukan cairan yang berlebihan di sela-sela jaringan tubuh, tekanan darah tinggi dan dalam air seni terdapat zat putih telur (pemeriksaan urine dari laboratorium). Preeklampsi berat terjadi bila ibu dengan preeklampsi ringan tidak dirawat, ditangani dan diobati dengan benar. Preeklampsi berat bila tidak ditangani dengan benar akan terjadi kejang-kejang menjadi eklampsi (Bandiyah, 2009).

Preeklampsi terjadinya karena adanya mekanisme imunolog yang kompleks dan aliran darah ke plasenta berkurang. Akibatnya suplai zat makanan yang dibutuhkan janin berkurang. Makanya, preeklampsi semakin parah atau berlangsung lama bisa menghambat pertumbuhan janin. Preeklampsi dapat menyebabkan bahaya pada ibu dan janin. Gejalanya adalah pembengkakan pada beberapa bagian tubuh, terutama muka dan tangan. Lebih gawat lagi apabila disertai peningkatan tekanan darah secara tiba-tiba serta kadar protein yang tinggi pada urin (Indiarti, 2009).

(34)

mental sebab kurangnya aliran darah melalui plasenta dan oksigen di otak (Indiarti, 2009).

[image:34.612.120.528.376.591.2]

Menurut Bandiyah (2009), bahaya preeklampsi dalam kehamilan antara lain preeklampsi berat, timbul serangan kejang-kejang (eklampsi). Sedangkan bahaya pada janin antara lain memberikan gangguan pertumbuhan janin dalam rahim ibu dan bayi lahir lebih kecil, mati dalam kandungan. Bahaya preeklampsi berat dalam kehamilan antara lain bahaya bagi ibu dapat tidak sadar dan bahaya bagi janin dalam kehamilan antara lain gangguan pertumbuhan janin dan bayi lahir kecil, mati dalam kandungan.

Tabel 2.1. Klasifikasi Tanda Preeklampsi /Eklampsi

Diagnosa Tekanan Darah Tanda Lain

Hipertensi Kenaikan sistole ≥30 mmHg, distolik 15 mmHg atau ≥90 mmHg dalam 1 jam

Proteinuria (-)

Kehamilan >20 minggu Pre Eklampsi

Ringan

TD ≥ 140/90 mmHg tetapi

≤160/110 mmHg Proteinuria ≥300 mg/24 jam

Pre Eklampsi Berat

Tekanan darah istirahat

≥160/110 mmHg Proteinuria Oliguria ≤500 ml/24 jam≥300 mg/24 jam Serum Kreatinin meningkat Edema

Eklampsi PEB + kejang kronik dan tonik disertai dengan koma

Hamil ≥35 tahun Nyeri epigastrium

Hellp Sindrom PEB Hemolisis, peningkatan kadar

fungsi hati d a n t r o m b o s i t o p e n i a Sumber : Roeshadi, RH (2006)

2.5. Etiologi Preeklampsi/Eklampsi

(35)

yang memuaskan, sehingga penyakit ini disebut “the disease of theories”. Setiap teori menunjukkan bahwa hipertensi yang ditimbulkan akan diperberat oleh kehamilan yang terjadi pada ibu terpapar villi korialis untuk pertama kalinya dengan jumlah besar, mempunyai riwayat penyakit vaskular atau mempunyai kecenderungan genetik (Cunningham, 2003).

Ada 4 hipotesis sebagai konsep etiologi dan patogenesis preeklampsi berat dan eklampsi (Dekker & Sibai, 1998):

1. Iskemia Plasenta

Pada preeklampsi berat perubahan arteri spiralis terbatas hanya pada lapisan desidua dan arteri spiralis yang mengalami perubahan hanya lebih kurang 35- 50%. Akibatnya perfusi darah ke plasenta berkurang dan terjadi iskemia plasenta. 2. Maladaptasi Imun

Maladaptasi imun menyebabkan dangkalnya invasi arteri spiralis oleh sel-sel sitotrofoblast endovaskular dan disfungsi sel endotel yang diperantarai oleh peningkatan pelepasan sitokin desidual, enzim proteolitik dan radikal bebas.

3. Genetik Imprinting

Timbulnya preeklampsi berat/eklampsi didasarkan pada gen resesif tunggal atau gen dominan dengan penetrasi yang tidak sempurna.

4. Perbandingan Very Low Density Lipoprotein (VLDL) dan Toxicity Preventing Activity (TxPA)

(36)

rendah, pengangkutan kelebihan asam lemak nonsterifikasi dan jaringan lemak ke dalam hepar menurunkan aktivitas antitoksik albumin sampai pada titik dimana toksisitas VLDL menjadi terekspresikan. Jika kadar VLDL melebihi TxPA maka efek toksik dan VLDL akan muncul dan menyebabkan disfungsi endotel.

Keempat faktor etiologi preeklampsi berat/eklampsi ini saling berkaitan dan akhirnya invasi sel-sel trofoblast abnormal, iskemia plasenta dan kerusakan serta aktivasi sel-sel endotel merupakan titik temu dan fenomena preeklampsi berat/eklampsi (Dekker & Sibai, 1998).

Teori sekarang yang dipakai sebagai penyebab preeklampsi adalah teori “iskemia plasenta”. Namun teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit preeklampsi/eklampsi (Rustam, 1998). Adapun teori-teori lain yang dipakai sebagai penyebab preeklampsi tersebut adalah :

a. Peran Prostasiklin dan Tromboksan

Pada preeklampsi dan eklampsi didapatkan kerusakan pada endotel vaskuler, sehingga sekresi vasodilatator prostasiklin oleh sel-sel endotelial plasenta berkurang, sedangkan pada kehamilan normal, prostasiklin meningkat. Sekresi tromboksan oleh trombosit bertambah sehingga timbul vasokonstriksi generalisata dan sekresi aldosteron menurun. Akibat perubahan ini menyebabkan pengurangan perfusi plasenta sebanyak 50%, hipertensi dan penurunan volume plasma.

b. Peran Faktor Imunologis

(37)

sempurna. Pada preeklampsi terjadi kompleks imun humoral dan aktivasi komplemen. Hal ini dapat diikuti dengan terjadinya pembentukan proteinuria.

c. Peran Faktor Genetik

Preeklampsi hanya terjadi pada manusia. Preeklampsi meningkat pada anak dari ibu yang menderita preeklampsi.

d. Iskemik dari uterus. Terjadi karena penurunan aliran darah di uterus. e. Defisiensi kalsium

Diketahui bahwa kalsium berfungsi membantu mempertahankan vasodilatasi dari pembuluh darah.

f. Disfungsi dan Aktivasi dari Endotelial

Kerusakan sel endotel vaskuler maternal memiliki peranan penting dalam patogenesis terjadinya preeklampsi. Fibronektin dilepaskan oleh sel endotel yang mengalami kerusakan dan meningkat secara signifikan dalam darah wanita hamil dengan preeklampsi. Kenaikan kadar fibronektin sudah dimulai pada trimester pertama kehamilan dan kadar fibronektin akan meningkat sesuai dengan kemajuan kehamilan.

2.6. Faktor Risiko Preeklampsi/Eklampsi

(38)

1. Riwayat preeklampsi

Seseorang yang mempunyai riwayat preeklampsi atau riwayat keluarga dengan preeklampsi maka akan meningkatkan risiko terjadinya preeklampsi.

2. Primigravida

Pada primigravida pembentukan antibodi penghambat (blocking antibodies) belum sempurna sehingga meningkatkan risiko terjadinya preeklampsi. Perkembangan preeklampsi semakin meningkat pada kehamilan pertama dan kehamilan dengan umur yang ekstrim seperti terlalu muda atau terlalu tua.

3. Kegemukan

Kegemukan disamping menyebabkan kolesterol tinggi dalam darah juga menyebabkan kerja jantung lebih berat, oleh karena jumlah darah yang berada dalam badan sekitar 15% dari berat badan maka makin gemuk seseorang makin banyak pula jumlah darah yang terdapat di dalam tubuh yang berarti makin berat pula fungsi pemompaan jantung, sehingga dapat menyumbangkan terjadinya preeklampsi.

4. Kehamilan ganda

Preeklampsi dan klampsia lebih sering terjadi pada wanita yang mempunyai bayi kembar atau lebih.

5. Riwayat penyakit tertentu

(39)

riwayat diabetes militus, penyakit ginjal atau penyakit vaskular hipertensi sebelumnya.

2.7. Faktor-faktor yang Memengaruhi Preeklampsi/Eklampsi 1. Usia Ibu

Usia reproduksi yang sehat bagi seorang wanita adalah 20-35 tahun. Pada usia tersebut bentuk dan fungsi alat reproduksi sudah mencapai tahap yang sempurna untuk dapat digunakan secara optimal. Usia ibu yang terlalu muda memiliki risiko yang cukup besar untuk terjadinya preeklampsi berat/eklampsi dalam kehamilan dan persalinan. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia <20 tahun meningkat 2-5 kali lebih tinggi dibandingkan pada wanita yang berusia 20- 35 tahun (Manuaba, 2001).

Setiap ibu nullipara yang masih sangat muda memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami preeklampsi berat (Cunningham, 2003). Sebaliknya pada wanita usia >35 tahun juga merupakan usia yang berisiko untuk hamil dan melahirkan karena pada saat itu telah terjadi penurunan fungsi alat reproduksi sehingga memudahkan untuk terjadinya berbagai masalah obstetrik termasuk diantaranya preeklampsi berat/eklampsi. Kejadian preeklampsi berat/eklampsi semakin meningkat pada wanita yang lebih tua.

(40)

peningkatan insiden preeklampsi berat/eklampsi sebesar 2-3 kali lipat pada nullipara yang berusia >40 tahun (Cunningham, 2003).

Ibu dengan umur yang lebih tua di mana dengan bertambahnya usia menunjukkan peningkatan insidensi hipertensi kronis, menghadapi risiko yang lebih besar untuk menderita preeklampsi berat/eklampsi (Cunningham, 2003). Selain itu pendapat lain juga menyatakan bahwa wanita hamil yang berada pada usia awal ataupun akhir usia reproduksi memiliki risiko yang lebih besar untuk terserang preeklampsi berat/eklampsi (Achadiat, 2004).

Menurut Saifuddin (2002), bahwa jika ingin memiliki kesehatan reproduksi yang prima seyogyanya harus menghindari “4 Terlalu” dimana dua diantaranya adalah menyangkut dengan usia sang ibu. T yang pertama yaitu terlalu muda artinya hamil pada usia kurang dari 20 tahun. Adapun risiko yang mungkin dapat terjadi jika hamil pada usia di bawah 20 tahun antara lain keguguran, preeklampsi, bayi lahir sebelum waktunya, berat badan bayi lahir rendah (BBLR). Sedangkan T yang kedua adalah terlalu tua artinya hamil di atas usia 35 tahun. Risiko yang mungkin terjadi jika hamil pada usia terlalu tua ini antara lain adalah terjadinya keguguran, preeklampsi berat/eklampsi, perdarahan, berat badan lahir rendah dan cacat bawaan.

(41)

daripada kematian ibu yang terjadi pada usia 20-29 tahun, kematian ibu meningkat kembali sesudah usia 30-35 tahun.

2. Pendidikan

Pendidikan seseorang memiliki pengaruh terhadap kehamilan dan persalinan. Wanita dengan tingkat pendidikan yang lebih baik umumnya memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi termasuk informasi kesehatan (Notoatmodjo, 2007). Hal ini akan mempengaruhi kemampuan dan peran serta wanita dalam menentukan fungsi reproduksinya dan perawatan kehamilan. Selain itu juga pendidikan dan pengetahuan ibu yang lebih baik akan mempengaruhi kemampuan ibu dalani mengenali berbagai masalah kesehatan dan pertolongan yang harus diperoleh (Sastrawinata, 2004).

3. Usia Kehamilan

Berdasarkan penelitian kasus preeklampsi berat/eklampsi dapat timbul sebelum kehamilan 20 minggu yaitu pada kasus molahidatidosa. Tetapi sebagian besar terjadi pada usia kehamilan > 37 minggu dan semakin tua usia kehamilan maka semakin besar kemungkinan untuk terjadinya preeklampsi berat/eklampsi. Hal ini terjadi berkaitan dengan semakin tua usia kehamilan maka plasenta juga semakin tua dimana telah mulai terjadi penurunan sirkulasi darah intra plasenter (Cunningham, 2003).

4. Paritas

(42)

berat/eklampsi sering terjadi pada kehamilan pertama terutama pada ibu yang berusia > 35 tahun dan menurun pada kehamilan berikutnya kecuali bila ibu mengalami kelebihan berat badan, diabetes melitus (DM), kehamilan kembar dan hipertensi essensial. Insiden preeklampsi berat/eklampsi cenderung meningkat pada nullipara dimana persalinan pertama biasanya memiliki risiko relatif lebih tinggi dan akan menurun pada paritas 2 dan 3.

Namun Sudhaberata (2001) berpendapat lain di mana ditemukan 20% dari nullipara menderita preeklampsi berat/eklampsi sebelum, selama persalinan dan pada masa nifas dibandingkan dengan insiden sebesar 7% pada multipara (Cunningham, 2003).

Menurut Dekker (1998) preeklampsi/eklampsi paling sering dijumpai pada primigravida yang umumnya diakibatkan oleh adanya respon immunitas ibu terhadap antigen janin dan akan menurun pada kehamilan berikutnya. Namun pada penelitian lain juga ditemukan peningkatan kejadian juga terjadi pada nullipara. Hasil penelitian ditemukan 70% dan wanita hamil yang mengalami preeklampsi berat/eklampsi adalah primipara dan nullipara. Pengaruh paritas sangat besar terhadap proporsi preeklampsi berat/ekianipsi dimana hampir 20% nullipara dan primipara menderita preeklampsi berat/eklampsi sebelum, selama persalinan dan pada masa nifas bila dibandingkan dengan proporsi pada multipara sebesar 7% (Cunningham, 2003).

(43)

5. Riwayat Penyakit

Preeklampsi/eklampsi dapat juga dipicu oleh karena adanya beberapa penyakit sistemik yang diderita ibu sebelum ataupun selama kehamilan. Pada wanita dengan riwayat hipertensi kronik dapat memperburuk terutama pada kehamilan bèrikutnya. Hipertensi yang diperberat oleh kehamilan seperti itu dapat disertai dengan proteinuria atau edema patologis yang disebut superimposed preeklampsi berat/eklampsi (Cunningham, 2003).

Superimposed preeklampsi berat/eklampsi timbul lebih awal dalam kehamilan bila dibandingkan dengan preeklampsi berat murni dan cenderung menjadi berat pada kebanyakan kasus. Hipertensi yang diperberat oleh kehamilan umumnya terjadi pada multipara yang menderita penyakit vaskuler, termasuk hipertensi essensial yang kronis dan DM atau dengan penyakit ginjal. Insiden hipertensi yang diperberat oleh kehamilan atau superimposed preeklampsi berat/eklampsi berkisar antara 15-25% (Cunningham, 2003).

6. Pemeriksaan Kehamilan (Kunjungan Antenatal)

(44)

keadaannya buruk. Oleh karena itu (Depkes RI, 2008) menganjurkan agar setiap ibu hamil mendapatkan paling sedikit 4 kali kunjungan selama periode antenatal :

a. Satu kali kunjungan pada trimester pertama (usia kehamilan 14 minggu). b. Satu kali kunjungan pada trimester kedua (usia kehamilan 14-28 minggu).

c. Dua kali kunjungan pada trimester ketiga (usia kehamilan 28-36 minggu dan sesudah usia kehamilan 36 minggu).

Hasil assement safe motherhood di Indonesia tahun 1990-1991 bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadi kesakitan dan kematian ibu hamil antara lain: a) Faktor medik, meliputi faktor risiko kehamilan, adanya komplikasi kehamilan,

persalinan dan nifas serta kurang gizi dan anemia.

b) Faktor non medik, meliputi kurangnya kesadaran ibu hamil untuk mendapatkan antenatal care, terbatasnya pengetahuan ibu hamil/bersalin tentang bahaya kehamilan risiko tinggi, ketidakberdayaan ibu hamil untuk mengambil keputusan dalam rujukan dan rendahnya tingkat ekonomi masyarakat.

c) Faktor pelayanan kesehatan meliputi belum mantapnya jangkauan pelayanan kesehatan ibu dan anak serta penanganan ibu hamil berisiko, masih rendahnya cakupan pertolongan oleh tenaga kesehatan dan tingginya persalinan di rumah oleh dukun bayi (Depkes RI, 2002).

(45)

neonatal ditangani secara adekuat dan (3) setiap perempuan usia subur mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. MPS memiliki empat strategi utama yaitu:

1. Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir berkualitas.

2. Membangun kemitraan yang efektif melaui kerjasama lintas program, lintas sektor dan mitra lainnya dalam melakukan advokasi untuk memaksimalkan sumber daya yang tersedia.

3. Mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga melalui peningkatan pengetahuan untuk menjamin perilaku yang menunjang kesehatan ibu/bayi baru lahir serta pemanfaatan pelayanan yang tersedia.

4. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir (Prawirohardjo, 2008).

MPS merupakan lanjutan dari program 4 pilar Safe Motherhood sebagai prioritas utama dalam rencana pembangunan nasional yaitu:

1. Keluarga Berencana untuk menjamin tiap individu dan pasangannya memiliki informasi dan pelayanan untuk merencanakan saat, jumlah dan jarak kehamilan. 2. Pelayanan Antenatal untuk mencegah komplikasi dan menjamin bahwa komplikasi

dalam persalinan dapat terdeteksi secara dini serta ditangani secara benar.

(46)

bersih, aman dan menyediakan pelayanan pasca persalinan kepada ibu dan bayi baru lahir.

4. Pelayanan Obstetrik Neonatal Esensial/Emergensi untuk menjamin tersedianya pelayanan esensial pada kehamilan risiko tinggi dengan gawat-obstetrik/GO, pelayanan emergensi untuk gawat-darurat-obstetrik/GDO dan komplikasi persalianan pada setiap ibu yang membutuhkannya.

Keempat pilar tersebut harus disediakan melalui pelayanan kesehatan primer yang bertumpu pada pondasi keadilan (equity) bagi seluruh kaum perempuan. Safe Motherhood merupakan upaya global untuk mencegah/menurunkan angka kematian ibu.

2.8. Pencegahan Preeklampsi/Eklampsi

Preeklampsi dan eklampsi merupakan komplikasi kehamilan yang berkelanjutan dengan penyebab yang sama. Oleh karena itu, pencegahan atau memperhatikan kenaikan berat badan, diagnosis dini dapat mengurangi kejadian dan menurunkan angka kesakitan dan kematian. Untuk dapat menegakkan diagnosis dini diperlukan pengawasan kehamilan yang teratur dengan memperhatikan kenaikan berat badan, kenaikan tekanan darah dan pemeriksaan untuk menentukan proteinuria. (Wiknjosastro, 2005).

(47)

tanda preeklampsi yang sudah terjadi maka deteksi dini keadaan ini memerlukan pengamatan yang cermat dengan masa-masa interval yang tepat (Cunningham, 2003). Kita perlu lebih waspada akan timbulnya preeklampsi dengan adanya faktor faktor risiko seperti yang telah diuraikan di atas. Walaupun timbulnya preeklampsi tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita hamil antara lain :

a. Diet makanan

Makanan tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak. Kurangi garam apabila berat badan bertambah cepat dan edema .untuk meningkatkan protein dengan tambahanan satu butir telur setiap hari.

b. Cukup istirahat

Istirahat yang cukup pada ibu hamil semakin tua dalam arti bekerja seperlunya dan disesuaikan dengan kemampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring ke arah punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak mengalami gangguan.

c. Pengawasan antenatal (hamil)

Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera datang ke tempat pemeriksaan. Keadaan yang memerlukan perhatian:

1) Uji kemungkinan preeklampsi

(48)

c) Pemeriksaan kenaikan berat badan atau edema d) Pemeriksaan protein urine

e) Bila memungkinkan dilakukan pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, gambaran darah umum dan pemeriksaan retina mata.

2) Penilaian kondisi janin dan rahim a) Pemantauan tinggi fundus uteri

b) Pemeriksaan janin gerakan janin dalam rahim, denyut jantung janin dan pemantauan air ketuban

c) Usulkan untuk melakukan pemeriksaan ultrasonografi

Pencegahan terbaik preeklampsi adalah dengan memantau tekanan darah ibu hamil. Padukan pola makan berkadar lemak rendah dan perbanyak suplai kalsium, vitamin C dan vitamin A serta hindari stres. Selain bedrest, ibu hamil juga perlu banyak minum untuk menurunkan tekanan darah dan kadar proteinuria, sesuai petunjuk dokter. Lalu, untuk mengurangi pembengkakan, sebaiknya ibu hamil mengurangi garam dan beristirahat dengan kaki diangkat ke atas (Indiarti, 2009).

2.9. Penanganan Preeklampsi/Eklampsi

(49)

sakit) dapat menyebabkan terjadinya eklampsi pada trimester ketiga yang dapat berakhir dengan kematian ibu dan janin.

Penanganan preeklampsi bertujuan untuk menghindari kelanjutan menjadi eklampsi dan pertolongan kebidanan dengan melahirkan janin dalam keadaan optimal dan bentuk pertolongan dengan trauma minimal. Pengobatan hanya dilakukan secara simptomatis karena etiologi preeklampsi dan faktor-faktor apa dalam kahamilan yang menyebabkannya, belum diketahui. Tujuan utama penanganan ialah a) mencegah terjadinya preeklampsi berat dan eklampsi; b) melahirkan janin hidup; c) melahirkan janin dengan trauma sekecil-kecilnya. Pada dasarnya penanganan preeklampsi terdiri atas pengobatan medik dan penanganan obtetrik (Wiknjosastro, 2005).

Pada preeklampsi ringan (tekanan darah 140/90 mmHg sampai 160/100 mmHg) penanganan simptomatis dan berobat jalan masih mungkin ditangani di puskesmas dan dibawah pengawasan dokter, dengan tindakan yang diberikan:

1. Menganjurkan ibu untuk istirahat (bila bekerja diharuskan cuti) dan menjelaskan kemungkinan adanya bahaya.

2. Sedativa ringan.

a. Phenobarbital 3 x 30 mg b. Valium 3 x 10 mg 3. Obat penunjang

(50)

4. Nasehat

a. Garam dalam makan dukurangi

b. Lebih banyak istirahat baring kearah punggung janin

c. Segera datang memeriksakan diri, bila terdapat gejala sakit kepala, mata kabur, edema mendadak atau berat badan naik, pernafasan semakin sesak, nyeri epigastrium, kesadaran makin berkurang, gerak janin melemah-berkurang, pengeluaran urin berkurang.

5. Jadwal pemeriksaan hamil dipercepat dan diperketat

Petunjuk untuk segera memasukkan penderita ke rumah sakit atau merujuk penderita perlu memperhatikan hal berikut:

a) Bila tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih b) Protein dalam urin 1 plus atau lebih

c) Kenaikan berat badan 11/2 kg atau lebih dalam seminggu d) Edema bertambah dengan mendadak

e) Terdapat gejala dan keluhan subyektif.

(51)

2.10. Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan

Tujuannya adalah untuk mengenali dan menemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda serta gejala preeklampsi lainnya serta mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya. Hasil yang diharapkan adalah ibu hamil dengan tanda preeklampsi mendapat perawatan yang memadai dan tepat waktu serta dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat eklampsi (UNICEF, 1999).

[image:51.612.126.526.328.661.2]

2.11. Kerangka Pikir

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian

Preeklampsi Berat Pengalaman

Ibu Hamil/ Bersalin - Karakteristik

- Pemeriksaan kehamilan - Deteksi dini

a. Faktor penghambat b. Faktor pendorong

Program pelayanan ibu hamil/bersalin

-Informasi kesehatan -Petugas kesehatan

-Sarana/prasarana di tempat rujukan

-Birokrasi biaya operasional kesehatan

Keluhan-keluhan yang dialami -Keluhan fisik

-Keluhan psikologi

(52)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan paradigma interpretif. Paradigma interpretif berasumsi bahwa dunia sosial adalah kontruksi makna simbolik yang dapat diobservasi dalam tindakan, interaksi, bahasa manusia. Realita adalah subyektif dan ganda, dilihat dari perspektif yang berbeda (Ulin, 2005). Penelitian kualitatif ini dilakukan untuk memahami/menggali bagaimana cara manusia memaknai kehidupan sosial dan bagaimana manusia mengekspresikan pemahamannya dalam bidang kesehatan. Dengan kata lain penelitian ini berusaha menceritakan bagaimana makna dari suatu peristiwa menurut orang yang mengalaminya.

Penelitian kualitatif dengan paradigma interpretif berusaha melihat kebenaran, dimana dalam melihat kebenaran tersebut tidak cukup dengan melihat apa yang nyata, akan tetapi perlu melihat sesuatu yang tersembunyi dan harus menggali lebih jauh ke balik sesuatu yang nyata tersebut, tujuannya adalah untuk memahami penampilan dan sesuatu yang khusus misalnya pengalaman hidup dan tanpa terpengaruh oleh teori sebelumnya atau mungkin tidak perlu menguji tentang dugaan sebelumnya (Saryono, 2011).

(53)

ditonjolkan, landasan teori bermanfat untuk memberikan gambaran umum tentang latar belakang dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian. Penelitian ini bersifat naturalistik berbasis data lapangan, dilakukan dalam kondisi yang alamiah dan data lapangan tersebut digunakan menjadi bahan dalam proses perumusan teori hasil penelitian, melihat suatu fenomena secara alami bukan manipulasi manusia/peneliti. Fokus utama adalah pengalaman nyata, memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya dengan orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu serta bagaimana pengalaman orang lain dan apa maknanya bagi mereka (Saryono, 2011).

(54)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Medan atas ibu hamil/bersalin yang tercatat sebagai penderita preeklampsi berat di Ruang Tanjung II Kebidanan RSUD dr. Pirngadi Kota Medan. Cukup banyak ibu hamil/bersalin yang dirawat di Rumah Sakit ini karena mengalami preeklampsi berat. Data terakhir pada tahun 2011 terdapat 73 kasus yang didiagnosis mengalami preeklampsi berat dari 644 ibu hamil/bersalin yang datang ke RSUD dr. Pirngadi Kota Medan.

Alasan lain pemilihan lokasi adalah kemudahan dalam hal aspek akses untuk melakukan wawancara mendalam (in depht interview) dan pengamatan (observation) pada setiap kasus yang menjadi subjek penelitian, karena peneliti bertugas di lokasi penelitian. RSUD dr. Pirngadi Kota Medan juga merupakan salah satu rumah sakit rujukan, menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengembangan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai bulan Mei 2012 sampai dengan Juni 2012. Penelitian ini diawali dengan pengumpulan data di lapangan, analisis data sampai dengan seminar hasil penelitian .

3.3. Pemilihan Informan

(55)

informan ini bertujuan untuk merinci kekhususan yang ada ke dalam ramuan konteks yang unik pada masing-masing individu. Informan dipilih berdasarkan kriteria tertentu yang telah ditetapkan sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Penelitian kualitatif menggunakan informan yang mengalami sendiri substansi yang akan diteliti.

Pengambilan informan penelitian berdasarkan suatu pemikiran bahwa dalam penelitian kualitatif menuntut suatu kedalaman penggalian informasi yang berkaitan dengan objek atau permasalahan penelitian, oleh sebab itu tidak memungkinkan untuk mengambil subjek penelitian dengan jumlah banyak tetapi berdasarkan asas kedalaman penggalian informasi tentang pengalaman ibu hamil/bersalin yang mengalami preeklampsi berat sampai mencapai data yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan dan tujuan penelitian.

Peneliti sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu menentukan yang menjadi informan penelitian adalah ibu primipara atau multipara yang didiagnosa oleh dokter Spesial Obstetri Gynekologi mengalami preeklamsi berat, ibu bersedia dilakukan wawancara yang mendalam dan dapat diajak berkomunikasi dengan lancar. Penelitian ini mengambil enam (6) kasus ibu hamil/bersalin yang menderita preeklampsi berat di Ruang Tanjung II Kebidanan RSUD dr. Pirngadi Kota Medan yang secara langsung dirawat dan ditangani tenaga kesehatan.

(56)

dan ibu tersebut bisa diajak berkomunikasi serta bersedia menjadi informan dalam penelitian ini.

Dalam penelitian ini informan yang digunakan adalah ibu hamil/bersalin yang mengalami preeklampsi berat dan bersedia menjadi informan. Mereka adalah ibu hamil/bersalin yang mengalami preeklampsi berat dan sedang melakukan perawatan di Ruang Tanjung II Kebidanan RSUD dr. Pirngadi Kota Medan yang tercatat di lokasi penelitian. Informasi juga dapat diperoleh dari orang yang dapat menjelaskan dan memberi keterangan atas pertanyaan yang berkembang di lapangan. Informasi dapat diperoleh dari suami, orangtua dan petugas kesehatan yang turut melakukan perawatan dan pemeriksaan terhadap ibu hamil/bersalin yang mengalami preeklampsi berat.

Hasil wawancara dan pengamatan dituangkan ke dalam bentuk ‘field note’ dan dianalisis. Analisis terus berlangsung sehingga jumlah informasi yang diperoleh terus bertambah sesuai dengan kebutuhan data penelitian untuk melengkapi data yang ada juga sebagai suatu proses berlangsungnya triangulasi terhadap informasi-informasi y kebuang diperoleh.

3.4. Metode Pengumpulan Data

(57)

Pengumpulan data diawali mencari informasi ke dokter yang sedang mengikuti program pendidikan dokter spesial obtetri gynekologi tentang pasien yang mengalami preeklamsi berat . Pengamatan dimulai pada saat pasien tiba di RSUD dr.Pirngadi Kota Medan tepatnya di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD). Pengumpulan data dimulai dari pasien tiba di IGD RSUD dr. Pirngadi Kota Medan, selanjutnya peneliti mempelajari status medical record tentang keadaan pasien masuk kerumah sakit, tindakan apa yang dilakukan di IGD dan di Intensif Care Unit (ICU). Peneliti mengamati setiap hari perkembangan kesehatan calon informan sampai dinyatakan oleh dokter bisa dirawat/dipindahkan ke ruang perawatan Tanjung II Kebidanan.

(58)

oleh ibu yang akan dijadikan sebagai informan, calon informan mulai merasa diperhatikan dan memanggil peneliti jika memerlukan atau menanyakan hal- hal yang berkaitan dengan kondisi calon informan, misalnya tentang makanan yang boleh dimakan, kapan bisa turun dari tempat tidur, penyebab ibu mengalami penyakit yang sedang dialami, peneliti selalu menanggapi pertanyaan-pertanyaan dari calon informan, peneliti berupaya untuk menjalin hubungan baik dengan calon informan sekaligus untuk menciptakan rasa percaya kepada peneliti. Peneliti juga merasakan bahwa calon informan sudah mulai percaya karena dikala ada pertukaran jadwal dinas calon informan menanyakan kemana saya semalam, hal ini diungkapkan karena ada hubungan yang lebih baik dan rasa saling percaya di antara calon informan dan peneliti.

Selanjutnya setelah terbina hubungan saling percaya antara calon informan dengan peneliti mencoba untuk mulai menggali pengalaman-pengalaman atau hal-hal yang diketahui sehingga akhirnya sampai ke RSUD dr. Pirngadi Kota Medan. Calon informan kadang-kadang menanyakan kepada peneliti untuk apa ditanyakan semua itu dan apa gunanya itu diceritakan.

(59)

Peneliti meminta calon informan untuk mengisi formulir tentang kesediaan menjadi informan dalam penelitian ini, setelah terlebih dahulu menjelaskan hal-hal penting yang berhubungan dengan penelitian. Calon informan juga mengetahui bahwa hasil penelitian ini sangat berguna dan bermamfaat bagi ibu hamil/bersalin, khususnya ibu hamil yang beresiko tinggi mengalami preeklampsi.

Setelah calon informan bersedia menjadi subjek penelitian baru dilanjutkan pengumpulan data dengan wawancara mendalam dan pengamatan. Sebelum dilakukan proses pengumpulan data penulis terlebih dahulu menyusun pedoman wawancara yang bertujuan untuk memberikan kemudahan pada penulis supaya pertanyaan yang diajukan terarah dan sesuai dengan tujuan penelitian. Pedoman wawancara tidak bersifat kaku, karena pertanyaan bisa berkembang sesuai dengan proses yang berlangsung selama wawancara. Bentuk pertanyaan yang digunakan pada umumnya adalah pertanyaan terbuka, yang memungkinkan informan bebas mengekspresikan diri, menentukan jenis dan banyaknya informasi yang akan diperoleh serta menyatakan apa yang mereka pikir penting dan informasi penting yang mereka alami yang sebelumya tidak terpikir oleh peneliti.

Pedoman wawancara tersebut tidak selalu bisa digunakan karena kadang tidak aplikatif selama dilapangan, misalnya ketika informan menceritakan bagaimana situasi atau keberadaan di dalam keluarga.

(60)

Medan dan dilanjutkan dengan wawancara mendalam secara langsung terhadap informan dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat umum, kemudian mengarah kearah yang lebih khusus. Pada saat wawancara dilakukan peneliti membuat catatan-catatan kecil, selanjutnya catatan kecil tersebut dituliskan dan dikembangkan kedalam catatan lapangan yang lebih lengkap sesuai dengan hasil wawancara. Wawancara terhadap informan yang dirawat di rumah sakit dan untuk informasi selanjutnya dengan mendatangi informan ketempat tinggalnya. Sedangkan observasi dilakukan terhadap informan penelitian yang berkaitan dengan tingkah laku dan segala tindakan ataupun perlakuan yang diterimanya.

Proses wawancara dengan informan kadangkala dihentikan jika informan kelihatan seperti kecapekan, kesakitan atau hendak mau menyusui bayinya dan dilanjutkan setelah informan bersedia kembali untuk dilakukan wawancara dan peneliti melihat informan sudah tidak kesakitan atau kecapekan.

Pengumpulan data ini juga berlanjut setelah informan sudah boleh berobat jalan, informan meminta nomor telepon peneliti untuk sewaktu waktu ada hal penting yang hendak dibicarakan, peneliti juga meminta nomor telepon dan alamat lengkap tempat tinggal informan serta menanyakan kesediaan apabila peneliti mau berkunjung ketempat tinggal informan apabila ada informasi yang perlu diketahui, informan dengan sangat senang menerimanya.

(61)

hasil wawancara yang dianggap sangat penting dalam penelitian, yang tidak dapat terekam pada saat informan dirawat dirumah sakit.

Selanjutnya setelah dalam proses pengumpulan data sudah mencukupi untuk menggambarkan seluruh yang berkaitan dengan topik penelitian dan peneliti hendak menuliskan tesis, maka peneliti tidak perlu lagi untuk mencari informan baru, proses pengumpulam informasi dianggap selesai.

Pada penelitian kualitatif melakukan verifikasi/konfirmasi data kepada informan merupakan salah satu cara untuk memvalidasi dan memperoleh keabsahan data. Menurut Guba dan Lincoln (1994) dalam Saryono (2011) bahwa salah satu kriteria untuk memperoleh keabsahan data yaitu derajat kepercayaan (credibility). Setelah selesai pengumpulan data peneliti melakukan komfirmasi kepada informan apakah data yang telah dikumpulkan sudah sesuai dengan apa yang dipikirkan atau apa yang telah dialami oleh informan, masih adakah informasi, pengalaman atau hal-hal penting yang belum diungkapkan atau informasi yang telah ditulis bertentangan dengan yang dialami oleh informan.

(62)

Proses triangulasi dilakukan terus-menerus sepanjang proses mengumpulkan data dan analisis data, sampai suatu saat peneliti yakin bahwa sudah tidak ada lagi perbedaan-perbedaan dan tidak ada lagi yang perlu dikonfirmasikan kepada informan.

Tehnik pengumpulan data dengan menggunakan alat bantu yaitu alat tulis, ‘note book dan alat perekam. Data hasil pengamatan dan wawancara umumnya langsung ditulis di tempat penelitian dalam bentuk tulisan-tulisan singkat. Tulisan-tulisan singkat ini kemudian dikembangkan ke dalam bentuk ‘field note’ yang lebih rinci dan lengkap .

Alat perekam tidak selalu digunakan dalam pengumpulan data, untuk menghindarkan kecemasan atau kecanggungan informan dalam memberikan jawaban-jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Namun, sesekali alat perekam akan digunakan untuk merekam jalannya wawancara (setelah mendapat persetujuan dari informan dalam penggunaannya di lapangan), sehingga semua data penting yang diungkapkan informan tidak ada yang hilang. Peneliti menghapus rekaman percakapan peneliti dengan informan, setelah kegiatan penelitian selesai.

(63)

3.5. Defenisi Istilah

Gravida : Perempuan yang sedang hamil Primigravida : Perempuan yang pertama kali hamil Primipara : Perempuan yang pertama kali melahirkan Nulipara : Perempuan yang belum pernah melahirkan Informan : Orang yang memberikan informasi

Orang pintar : Orang yang dapat menyembuhkan orang yang kesurupan Kesurupan : Orang yang kemasukan roh jahat

3.6. Metode Analisis Data

Hal yang ingin dicapai dalam melakukan analisis data kualitatif adalah menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena dan memperoleh gambaran tuntas terhadap proses tersebut serta menganalisis makna yang ada dibalik informasi, data dan proses suatu fenomena. Pengolahan data dilakukan dengan menganalisis jawaban-jawaban yang diberikan oleh informan. Penganalisisan data dilakukan dengan tehnik “on going analysis” yaitu analisis yang terjadi di lapangan berdasarkan data-data yang diperoleh.

(64)

dianggap kredibel (dipercaya). Aktivitas dalam analisis data dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai peneliti memutuskan bahwa data yang diperoleh sudah cukup untuk dituangkan dalam tesis. Pengolahan data dilakukan dengan mengklasifikasikan atau mengkategorikan data berdasarkan tema penelitian yaitu tentang pengalaman ibu hamil/bersalin penderita preeklampsi/ eklampsi mulai hamil dan sampai sebelum dirujuk ke rumah sakit. Tema-tema tersebut meliputi keluhan fisik, keluhan psikologis, tanggapan terhadap kehamilan dan keluhan yang dialami, pengalaman dalam pemeriksaan kehamilan (dukungan dan hambatan dalam melakukan deteksi dini), informasi kesehatan dan pelayanan kesehatan yang diperoleh.

Pengalaman-pengalaman ibu hamil/bersalin yang mengalami preeklampsi berat sangat bervariasi dan mempunyai kekhususan tersendiri Peneliti membiarkan keaneka ragaman variasi pengalaman informan. Keanekaragaman tersebut memberikan gambaran adanya berbagai pengalaman yang dialami dan dirasakan oleh informan. Tahapan- tahapan dalam analisis data meliputi (Saryono, 2011):

1. Penulis memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh tentang fenomena pengalaman ibu hamil/bersalin yang telah dikumpulkan.

2. Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir mengenai data yang dianggap penting kemudian dilakukan pengkodean data.

(65)

diperlukan. Selanjutnya pernyataan bersifat repretitif atau tumpang tindih dihilangkan sehingga yang sisa hanya horizons.

4. Pernyataan tersebut kemudian dikumpulkan ke dalam unit makna atau tema lalu ditulis gambaran pengalaman ibu hamil/ bersalin penderita preeklampsi/eklampsi berdasarkan tema tersebut.

5 Penulis kemudian memberikan penjelasan secara naratif mengenai esensi dari fenomena yang diteliti dan mendapatkan makna pengalaman ibu hamil/bersalin mengenai kejadian preeklampsi/eklampsi.

Urutan tahapan analisis tidak berlangsung dalam hubungan secara linear, namun bersifat interaktif yaitu hubungan yang berlangsung dua arah.

3.7. Penyajian Data

Peneliti menyajikan data dengan teks yang bersifat naratif, hal ini untuk memudahkan untuk memahami apa yang terjadi sehingga informan masuk ke RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan sudah dengan preeklampsi berat, merencanakan kerja sela

Gambar

Tabel 2.1. Klasifikasi Tanda Preeklampsi /Eklampsi
Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
Tabel 4.1  Karakteristik Demografi  Ibu Hamil
Tabel 4.2  Karakteristik Obstetrik Ibu Hamil
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sistem proteksi pada gardu induk terdiri dari peralatan yang disusun menjadi sebuah sistem, antara lain: Relai, sebagai alat perasa untuk mendeteksi adanya

Dari pengertian diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa kode etik jurnalistik adalah norma atau landasan moral yang mengatur tindak-tanduk seorang wartawan

Jadual berikut menunjukkan maklumat perakaunan yang diperoleh daripada dua buah perniagaan yang terlibat dalam industri makanan segera:?. Butir Burger Aya Ki g Burger

Provided the differences seen in the yearly and daily estimates are in fact related to vegetation changes across the different years, the quality of the soil moisture retrieval

[r]

Pada umumnya para guru juga masih ragu atas implementasi yang dilakukan berdasarkan tuntunan kurikulum 2013, ini terjadi disebabkan pemahaman Kompetensi Inti baik sikap

[r]

Dalam manajemen nstru pemeliharaan, cara tersebut dikenal dengan pemeliharaan tak terencana atau darurat (emergency maintenance). Pada umumnya metode yang digunakan dalam