V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.2. Ide Alih Fungsi Lahan
50 Tabel 7. Luas Lahan Tambak Yang di Alihkan Petani Menjadi Sawah
dan Tahun Peralihan No. Nama Petani
Luas Lahan Tambak Yang di Alihkan Menjadi Sawah (Ha)
Tahun Peralihan
1 H. Haking 1.25 2017
2 Zul 1,70 2017
3 Sakka 0,50 2016
4 Fahruddin 0,80 2016
5 Muh. Yusuf 3,0 2016
6 Samsuddin 1,65 2017
7 Aripais 1,0 2010
8 H. Attasa 1,0 2015
Sumber: Hasil Wawancara, Setelah diolah 2018.
Berdasarkan Tabel di atas, alih fungsi lahan tambak ke sawah di Kelurahan Langnga dimulai sejak tahun 2010, saat itu Bapak Aripais merubah lahan tambahnya seluas 1 Ha menjadi sawah, beberapa tahun kemudian sebagian besar petani di Kelurahan Langnga ikut melakukan alih fungsi lahan pada tahun 2015, 2016 hingga tahun 2017. Disamping itu sebagian petani masih tetap mengelolah tambak seperti yang dilakukan H.
Haking, Zul, dan Muh. Yusuf.
51 digunakan untuk menanam padi. Perubahan lahan tambak menjadi sawah di Kelurahan Langnga juga tidak serta merta semua lahan tambak langsung di alih fungsikan menjadi sawah. Tetapi melalui tahapan dan waktu, sedikit demi sedikit tambak berubah menjadi sawah hal tersebut dapat di lihat dari sembilan informan dalam penelitian ini. Bahwa alih fungsi lahan yang tergambar dari informan di mulai dari tahun 2010 hingga 2017. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Bapak Aripais.
“Sebenarna ia maccio toma aria bali pangempangku, nasaba yako kukitai wasselena galung na pangempang e sekarang beda laddai, angka mua wadding i tajang wasselena galung daripada pangempang, apalagi tu rata-rata balikampong e na pencadi manang i pangempang e menjadi galung. Jadi makkuatomiro iya mulanna maccio ma aria bali pangempangku na nulle iyaro bali pangempangku maccio tomi kapang”….”Artinya, Sebenarnya saya cuman mengikut dengan tetangga tambak saya, karna di lihat dari hasil sawah dengan tambak sangat berbeda, hasil sawah sudah jelas ada ketimbang dengan tambak, apalagi kebanyakan Desa sebelah rata-rata sudah merubah tambaknya menjadi sawah. Sama halnya dengan saya hanya mengikut dengan tetangga tambak saya yang telah merubah tambaknya menjadi sawah dan bisa jadi itu tetangga tambak saya juga hanya mengikut juga dengan yang lain”.
Informasi yang telah diungkapkan oleh Bapak Aripais terkait dengan, siapa sebenarnya pelopor ide alih fungsi lahan di Kelurahan Langnga belum dia ketahui, bahkan Bapak Aripais sendiri salah satu informan yang melakukan alih fungsi lahan pada tahun 2010 sedangkan informan yang lain kebanyakan mereka mengalihfungsikan lahannya pada tahun 2015, 2016 dan 2017. Beralih dari informan selanjutnya yaitu Bapak H. Attasa merupakan informan yang melakukan alih fungsi lahan pada tahun 2015, beliau mengungkapkan bahwa :
52
“Keluarga e tomi je iya kukitai, apa yolo i memang kalena pencadi galung i pangempang na apalagi kalena kan wadding laddani pencadi galung i pangempang na apa aria i Patobong galunna na wasselena galung e koro makanja daripada pangempang e”….”Artinya, Saya melihat di keluarga saya sendiri, karna dia lebih dulu mengalihfungsikan tambaknya menjadi sawah apalagi potensinya disana sudah sangat layak tambak dijadikan sawah karna hasil sawah sudah jauh lebih baik daripada tambak”.
Hal yang di ungkapkan Bapak H. Attasa terkait dengan pelopor ide alih fungsi lahan di Kelurahan Langnga, menunjukkan sebagian pelaku alih fungsi lahan tambak menjadi sawah di Kelurahan Langnga hanya mengikut dengan kondisi lingkungan sekitar. Akan tetapi berbeda dengan ketiga informan yang melakukan alih fungsi lahan pada tahun 2016 Bapak Sakka, Fahruddin dan Muh. Yusuf, mereka mengungkapkan bahwa :
“Adeku pada tau lain e iya, kada kacio-cio ka pencadi galung i pangempangku, nasaba iya metto melo pencadi galung i apa degaga wasselena pangempang e itikkang”….”Artinya, Saya tidak seperti orang yang lain, bahwa hanya mengikut merubah tambak menjadi sawah, sebab saya punya keinginan sendiri merubah menjadi sawah karna hasil tambak tidak ada sama sekali saya peroleh”.
“Elokumuto, apa degaga iharapkan je wasselena pangempang, apalagi yako kuitai wasselena galung e sekarang ya angkamua denapada pangempang toli matemi doang”….”Artinya, Keinginan sendiri, karna hasil tambak sudah tidak bisa diharapkan apalagi kalau dilihat perkembangan hasil sawah sekarang sudah lumayan tidak seperti tambak udang selalu mati”.
“Keinginan sendiri, nasaba ia mappangempang muaka na maggalung to ma apa nappai 3 hetto pangempangku kupancadi galung jadi kudesaba makanja wasselena galung iyaro pangempangku 2 hetto kupancadi galung toi”….”Artinya, Keinginan sendiri, karna saya mengelolah tambak dan sawah cuman baru 3 Ha tambak saya jadikan sawah jadi kalau misalnya hasilnya bagus tidak menutup kemungkinan tambak saya yang 2 Ha saya juga jadikan sawah”.
53 Alih fungsi lahan yang dilakukan oleh Bapak Sakka, Fahruddin dan Muh. Yusuf tidak sama sekali di pelopori oleh masyarakat lain dan kondisi lingkungan sekitar, melainkan mereka mengungkapkan bahwa alih fungsi lahan yang mereka lakukan adalah atas keinginan sendiri disamping itu, mereka juga mengungkapkan bahwa selain atas keinginan sendiri juga didasari oleh perkembangan tambak dan sawah yang jauh berbeda.
Perkembangan tambak hingga saat ini mengalami berbagai permasalahan mulai dari serangan penyakit pada udang, kondisi lingkungan sampai dengan pemenuhan kebutuhan air pada tambak tidak tercukupi.
Sedangkan perkembangan sawah hingga saat ini jauh lebih baik ketimbang mengelolah tambak, hal inilah yang juga mendorong sebagian besar masyarakat Kelurahan Langnga yang mengelolah tambak hingga mereka merubah tambaknya menjadi sawah. Sama halnya yang diungkapakan beberapa Informan dalam penelitian ini Bapak H. Haking, Zul dan Samsuddin bahwa :
“Dua sabana ia pakedoka mapai na kupancadi galung i pangempangku, pertama perkembanganna galung e lebih makanjai na pangempang apalagi bali pangempangku manang mega galungmi jadi ia akkuato”….”Artinya, Dua alasan mengapa saya merubah tambak saya menjadi sawah, pertama perkembangan sawah jauh lebih baik daripada tambak kemudian lingkungan sekitar tambak saya didominasi oleh sawah sehingga saya juga berinisiatif untuk merubahnya menjadi sawah”.
“Maccio ma ia aria Bapakna Paisal (H. Haking), apalagi kalena kuala tomatoami apa tania to tau lain keluarga muto, nasaba sikacawekang moi pangempangku iyaro mencadi galung”….”Artinya, Saya mengikut dengan H. Haking, apalagi beliau saya ambil orang tua karna dia bukan orang lain melainkan ada hubungan keluarga, apalagi tambak saya yang sudah menjadi sawah baku dekat dengan sawah beliau”.
54
“Iyana tau paling monri mencadi galungi pangempangku aria daerah Langnga 2, nasaba mittai kuperhatikan galung e manang kada akkamua ga wasselena ternyata makanja wasselena jadi iyaro pamittaika rubah i pangempangku jadi sawah”….”Artinya, Saya orang paling terakhir yang merubah tambak saya menjadi sawah didaerah Langnga 2, karna saya perhatikan betul sawah disekitar tambak saya apakah hasilnya bagus atau tidak dan ternyata hasilnya sangat lumanyan jadi itu sebabnya saya paling terakhir merubah tambak saya”.
Sembilan informan dalam penelitian ini mengungkap bahwa pelopor dari ide alih fungsi lahan dari tambak menjadi sawah di Kelurahan Langnga, sebenarnya di dominasi oleh faktor keinginan sendiri, disamping itu sebagian masyarakat juga melihat kondisi lingkungan sekitar yang ada dan melihat perkembangan dari tambak dan sawah. Dari kedua hal inilah yang mendorong masyarakat Kelurahan Langnga berpikir dan memunculkan ide alih fungsi lahan sebagai solusi dalam pemanfaatan lahan tambak yang mengalami berbagai permasalahan mulai dari serangan penyakit, kebutuhan air asin tidak menentu dan degradasi lingkungan yang menyebabkan petambak mengalami gagal panen.