• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Risk Control pada Bagian Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit (PKS)

5.1 Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)

Identifikasi potensi bahaya dilakukan terhadap lingkungan kerja, alat atau mesin, bahan, dan tenaga kerja untuk menemukan bahaya-bahaya yang mungkin

mengakibatkan kecelakaan kerja yang pada akhirnya akan mengakibatkan kerugian dan kerusakan terhadap perusahaan dan tenaga kerja. Hal ini berarti sesuai dengan PP No 50 tahun 2012 tentang SMK3.

Berdasarkan hasil identifikasi bahaya di pabrik kelapa sawit (PKS) PTPN IV Unit Usaha Pabatu tahun 2015 tiap stasiun didapat bahwa bahaya yang terjadi di bagian pengolahan berupa :

1. Stasiun sortasi/ loading ramp

Sortasi merupakan tempat untuk memilih fraksi-fraksi sesuai kriteria matang panen yang kemudian menuju tempat penimbunan sementara dan pemindahan tandan buah ke dalam lori rebusan (loading ramp).

Pada stasiun ini, kegiatan yang teridentifikasi bahaya berupa kegiatan mensortir TBS, memasukkan TBS ke lori dan menarik tali. Kegiatan tersebut menimbulkan bahaya berupa tertusuk duri TBS, tertimpa TBS, tertusuk gancu, terjepit pintu dan jari tangan terjepit dimana dengan risiko luka.

Disamping itu, menurut Heinrich (1972) dalam Tarwaka (2008) bahwa penyebab terjadinya kecelakaan kerja dapat juga dikelompokkan menjadi dua yaitu sebab dasar dan sebab utama. Jika dilihat dari hasil identifikasi di atas dan dibandingkan dengan teori Heinrich bahwa penyebab kecelakaan di bagian pengolahan pada stasiun sortasi/ loading ramp PTPN IV Unit Usaha Pabatu adalah sebab dasar karena berasal dari manusia itu sendiri.

2. Stasiun Rebusan

kegiatan menarik tali dan merebus TBS. a. Kegiatan menarik tali

TBS yang akan direbus ditarik dengan tali capstandard untuk menuju perebusan (sterilizer), dimana kegiatan ini menimbulkan bahaya berupa terlibas tali dengan risiko luka.

b. Kegiatan merebus TBS

Rebusan digunakan untuk merebus buah dengan temperatur ± 135-1400 C . Panas dari mesin rebusan tersebut menimbulkan bahaya berupa tersembur uap panas dan peledakan dimana dengan risiko luka bahkan kematian. Namun berdasarkan observasi peneliti didapati bahwa kegiatan memasang tali penarik pintu menimbulkan bahaya berupa terpeleset dengan risiko luka. Kondisi kerja yang memungkinkan pekerja terlibas tali, tersembur uap panas dan peledakan jika terjadi kesalahan dalam bekerja. Syukri Sahab (1997) dalam Arif (2012) metode kerja atau cara kerja yang salah dapat membahayakan pekerja itu sendiri maupun orang lain disekitarnya.

3. Stasiun Bantingan

Bantingan merupakan tempat untuk melepas dan memisahkan buah dari tandan. Pada stasiun ini, kegiatan yang teridentifikasi bahaya berupa kegiatan memisahkan buah sawit dari janjangan. Buah masak yang keluar dari lori rebusan ditarik kebawah hosting crane untuk diangkut dan dituangkan ke dalam autonatic feeder, kemudian dimasukkan ke dalam bantingan. Kegiatan tersebut menimbulkan bahaya berupa tertimpa lori dimana dengan risiko luka bahkan

Menurut Wodson (1992), karena ukuran beberapa alat berat yang digunakan didalam industri begitu besar, hal ini menyebabkan operator

kesulitan dalam menempatkan posisi alat serta melihat apa yang ada maupun apa yang sedang terjadi disekitarnya. Dengan demikian, komunikasi merupakan hal vital yang sangat penting karena tanpa komunikasi, mesin tersebut menjadi mesin pembunuh yang dapat mengancam siapa saja.

Pekerja berada di stasiun bantingan, yang mana seharusnya area ini harus bebas dari pekerja. Kondisi ini memungkinkan pekerja tertimpa lori yang diangkut oleh hosting crane. Hal ini terjadi karena pekerja lupa akan jarak aman yang diperbolehkan saat berada di bawah alat berat. Hal ini selaras dengan pernyataan ILO yang mengungkapkan unsur penyebab utama kecelakaan 85% disebabkan oleh faktor manusia dan 15% merupakan faktor kondisi yang berbahaya.

4. Stasiun Kempa

Staisun pertama dimulainya pengambilan minyak dari buah dengan jalan melumat brondolan dengan ketel adukan (digester) dan mengempa untuk memisahkan minyak kasar dan daging buah pada temperature 90-950C. Pada stasiun ini, kegiatan yang teridentifikasi bahaya berupa kegiatan membuka corong digester ke kempa. Kegiatan tersebut menimbulkan bahaya berupa minyak panas dan uap panas dimana dengan risiko kulit tangan melepuh.

5. Stasiun Pabrik Biji

a. Kegiatan polishing drum yang berfungsi untuk membersihkan biji dari serabut yang masih menempel pada biji, dimana menimbulkan bahaya berupa terantuk mesin polishing drum, kebisingan dari mesin dan debu akibat pembersihan biji dari serabut dengan risiko kepala bocor, gangguan pendengaran dan gangguan pernafasan.

b. Kegiatan pengoperasian biji, kegiatan pemisahan serabut dari biji dengan dipanaskan dan diaduk-aduk di dalam conveyor, dimana menimbulkan bahaya berupa conveyor tidak ditutup, debu akibat pemisahan serabut dari biji dan kebisingan dari mesin conveyor dengan risiko kaki tergulung conveyor, gangguan pernafasan dan pendengaran.

Kondisi kerja yang cukup berdebu dan bising saat pengoperasian pabrik biji berlangsung menyebabkan debu partikulat biji berterbangan di area kerja. Kondisi yang tidak aman ini, ditambah oleh tindakan tidak aman dari pekerja dengan tidak memakai masker dan alat pelindung telinga, memungkinkan terjadinya gangguan pernafasan dan gangguan pendengaran pada pekerja.

Keadaaan ini sesuai dengan pendapat Tarwaka (2008) yaitu setiap proses produksi, peralatan atau mesin di tempat kerja yang digunakan untuk menghasilkan produk, selalu mengandung potensi bahaya tertentu yang bila tidak mendapat perhatian secara khusus akan dapat menimbulkan kecelakaan kerja. 6. Stasiun Klarifikasi

Pada stasiun ini, kegiatan yang teridentifikasi bahaya berupa kegiatan buka/tutup oil purifier, ke atas tangki minyak dan panel listrik.

a. Kegiatan buka/tutup oil purifier berfungsi untuk menghilangkan kotoran dan kadar air, dimana menimbulkan bahaya berupa selang karet oil purifier pecah dengan risiko kulit tangan melepuh.

b. Kegiatan ke atas tangki minyak, kegiatan ini dilakukan oleh operator untuk melihat kondisi tangki minyak, dimana menimbulkan bahaya berupa ketinggian dengan risiko jatuh.

c. Panel listrik, menmbulkan bahaya berupa arus listrik dengan risiko kesetrum.

Kondisi peralatan selang karet oil purifier pecah mengakibatkan kulit tangan melepuh. Keadaan ini sesuai dengan pendapat Boedi (2011) mengenai peralatan yang rusak atau tidak baik menjadi penyebab banyak cedera yang terjadi, sehingga perlu adanya kontrol peralatan oleh petugas ruang peralatan.

Peralatan listrik harus bebas dari bahaya-bahaya yang dikenal yang mungkin dapat mengakibatkan kematian atau cedera fisik serius pada manusia, dengan begitu peralatan listrik harus dirawat dengan baik untuk keselamatan penggunanya (Boedi, 2011).

7. Stasiun Ketel Uap

Pada stasiun ini, kegiatan yang teridentifikasi bahaya berupa kegiatan pembersihan, pengorekan dan buka tutup kran uap induk.

a. Kegiatan pembersihan stasiun, dimana menimbulkan bahaya berupa terhirup debu dan jatuh dari mesin boiler dengan risiko gangguan pernafasan dan patah tulang.

b. Kegiatan pengorekan, dimana menimbulkan bahaya berupa semburan api dengan risiko luka bakar dan gangguan penglihatan.

c. Kegiatan buka/tutup kran uap induk, uap yang dihasilkan digunakan sebagai bahan pembangkit tenaga listrik, dimana menimbulkan bahaya berupa terkena uap panas dengan risiko kulit melepuh.

Pada staisun klarifikasi, kegiatan pembakaran fiber sel/ cangkang menimbulkan bahaya berupa licin dengan risiko luka.

Berdasarkan identifikasi bahaya, pada pabrik kelapa sawit terdapat tujuh stasiun yang teridentifikasi berpotensi bahaya dan mengakibatkan kecelakaan kerja serta gangguan kesehatan. Pada formulir hasil HIRAC perusahaan yang digambarkan hanyalah berupa penyakit akibat kerja dan gangguan kesehatan secara umum, sebaiknya perusahaan mengklasifikasikan kecelakaan akibat kerja berupa luka, menurut sifat luka berdasarkan Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) seperti patah tulang, keseleo, luka memar, amputasi, luka dipermukaan, luka bakar.

Dokumen terkait