• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control (HIRARC)

TINJAUAN PUSTAKA

2. SMK3 Peraturan Pemerintah No.50 Tahun 2012

2.4 Metode Hazard Identification, Risk Assessment and Risk Control (HIRARC)

Implementasi K3 dimulai dengan perencanaan yang baik yang meliputi identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko (HIRARC- Hazards Identification, Risk Assesment, dan Risk Control) yang merupakan bagian dari manajemen risiko. Program K3 harus mampu menjawab isu yang ditemukan dalam HIRARC yang digunakan sebagai dasar menentukan objektif dan target serta program K3 yang jelas dan terukur (Ramli, 2010).

Langkah-langkah manajemen risiko dengan menggunakan HIRARC (Suma’mur, 1986):

1. Hazard Identification

Proses pemeriksaan tiap-tiap area kerja dengan tujuan untuk mengindentifikasi semua bahaya yang melekat pada suatu pekerjaan. Area kerja termasuk juga meliputi mesin peralatan kerja, laboratorium, area perkantoran gudang dan angkutan.

2. Risk Assessment

Suatu proses penilaian risiko terhadap adanya bahaya di tempat kerja. 3. Risk Control

Suatu proses yang digunakan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan semua kemungkinan bahaya di tempat kerja serta melakukan peninjauan ulang secara terus menerus untuk memastikan bahwa pekerjaaan mereka telah aman.

Proses pembuatan HIRARC terbagi menjadi empat langkah yaitu: a. Mengklasifikasikan jenis pekerjaan

b. Mengidentifikasi jenis bahaya

c. Melakukan penilaian risiko (mengalisis dan menghitung kemungkinan terjadinya bahaya (occurrence) serta tingkatan keparahan (severity)).

d. Pengendalian risiko

2.4.1 Identifikasi Bahaya (Hazard Identification)

Identifikasi bahaya merupakan langkah awal dalam mengembangkan manajemen risiko K3. Identifikasi bahaya, adalah upaya sistematis untuk mengetahui adanya bahaya dalam aktivitas organisasi. Identifikasi bahaya merupakan landasan dari manajemen risiko. Tanpa melakukan identifikasi bahaya tidak mungkin melakukan pengelolaan risiko dengan baik (Ramli, 2010).

Landasan dari program pencegahan kecelakaan atau pengendalian risiko. Tanpa mengenal bahaya, maka risiko tidak dapat ditentukan sehingga upaya pencegahan dan pengendalian risiko tidak dapat dijalankan.

Identifikasi bahaya memberikan berbagai manfaat anatara lain: a. Mengurangi peluang kecelakaan

b. Untuk memberikan pemahaman bagi semua pihak mengenai potensi bahaya dari aktivitas perusahaan sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan dalam menjalankan operasi perusahaan.

c. Sebagai landasan sekaligus masukan untuk menentukan strategi pencegahan dan pengamanan yang tepat dan efektif.

d. Memberikan informasi yang terdokumentasi mengenai sumber bahaya dalam perusahaan kepada semua pihak khususnya pemangku kepentingan.

Teknik identifikasi bahaya ada berbagai macam yang dapat diklasifikasikan atas: a) Teknik Pasif

Bahaya dapat dikenal dengan mudah jika kita mengalaminya sendiri secara langsung. Cara ini bersifat primitif dan terlambat karena kecelakaan te;ah terjadi, baru kita mengenal dan mengambil langkah penceghan. Teknik ini sangat rawan, karena tidak semua bahaya dapat menunjukkan eksistensinya sehingga dapat terlihat dengan mudah.

b) Teknik semi proaktif

Teknik ini disebut juga belajar dari pengalaman orang lain karena kita tidak perlu mengalaminya sendiri. Teknik ini lebih baik karena tidak perlu mengalaminya sendiri setelah itu baru mengetahui adanya bahaya. Namun teknik ini juga kurang efektif karena:

1. Tidak semua bahaya telah diketahui atau pernah menimbulkan dampak kejadian kecelakaan.

2. Tidak semua kejadian dilaporkan atau diinformasikan kepada pihak lain untuk diambil sebagai pelajaran.

3. Kecelakaan telah terjadi yang berarti tetap menimbulkan kerugian, walaupun menimpa pihak lain.

c) Teknik proaktif

Metode terbaik untuk mengidentifikasi bahaya adalah cara proaktif, atau mencari bahaya sebelum bahaya tersebut menimbulkan akibat atau dampak yang merugikan.

Tindakan proaktif memiliki kelebihan anatara lain:

1. Bersifat preventif karena dikendallikan sebelum menimbulkan kecelakaan atau cedera

2. Bersifat peningkatan berkelanjutan karena dengan mengenal bahaya dapat

dilakukan upaya perbaikan. Meningkatkan “awareness” semua pekerjaan

setelah mengetahui dan mengenal adanya bahaya disekitar tempat kerja. 3. Dapat mencegah pemborosan yang tidak diinginkan, karena adanya

bahaya dapat menimbulkan kerugian. 2.4.2 Penilaian Risiko

Setelah semua risiko dapat diidentifikasi, dilakukan penilaian risiko melalui analisa risiko dan evaluasi risiko. Analisa risiko dimaksudkan untuk menentukan besarnya suatu risiko dengan mempertimbangkan kemungkinan terjadinya dan besarnya akibat yang ditimbulkan. Berdasarkan hasil analisa dapat ditentukan peringkat risiko sehingga dapat dilakukan pemilihan risiko yang memiliki dampak besar terhadap perusahaan dan risiko ringan atau dapat diabaikan.

Penilaian risiko bertujuan untuk memberikan makna terhadap suatu bahaya yang teridentifikasi untuk memberikan gambaran sebera besar risiko

tersebut. Sehingga dapat diambil tindakan lanjut terhadap bahaya yang teridentifikasi, apakah bahaya itu dapat diterima atau tidak.

Dalam menilai suatu risiko berbagai standar dapat kita gunakan sebagai acuan, salah satu diantaranya adalah standar AS/NZS 4360 yang membuat matrik atau peringkat risiko sebagai berikut:

1. E : Extreme Risk 2. H : High Risk 3. M : Moderat Risk 4. L : Low Risk

Matrik atau peringkat risiko sebaiknya dikembangkan sendiri oleh perusahaan sesuai dengan kondisi masing-maisng. Hal ini dikarenakan setiap perusahaan memiliki berbagai potensi bahaya dan risiko kecelakaan kerja yang sangat beragam (Ramli, 2010).

Teknik penilaiam risiko yang dapat kita gunakan untuk menilai risiko kecelakaan kerja dianataranya adalah:

1. Teknik Kualitatif

Metoda kualitatif menggunakan matrik risiko yang menggambarkan tingkat dari kemungkinan dan keparahan suatu kejadian yang dinyatakan dalam bentuk rentang dari risiko rendah sampai risiko tinggi.

Pendekatan kualitatif dilakukan sebagai langkah awal untuk mengetahui risiko suatu kegiatan atau fasilitas. Pendekatan ini dilakukan jika data-data yang lengkap tidak tersedia. Menurut standar AS/NZS 4360, kemungkinan atau

likelihood diberi rentang antara suatu risiko yang jarang terjadi sampai dengan risko yang dapat terjadi setiap saat.

Untuk keparahan dikategorikan antara kejadian yang tidak menimbulkan cedera atau hanya kerugian kecil dan yang paling parah jika dapat menimbulkan kejadian fatal atau kerusakan besar terhadap aset perusahaan.

Tabel 2.1 Ukuran Kualitatif dari “ likelihood

Level Descriptor Uraian

A Almost Certain Dapat terjadi setiap saat

B Likely Kemungkinan terjadi sering

C Possible Dapat terjadi sekali-sekali

D Unlikely Kemungkinan terjadi jarang

Tabel 2.2 Ukuran Kualitatif dari “consequency

Level Descriptor Uraian

1 Insignifant Tidak terjadi cedera, kerugian finasial kecil

2 Minor Cedera ringan, kerugian finansial sedang

3 Moderate Cedera sedang, perlu penanganan medis, kerugian

finansial besar

4 Major Cedera berar lebih satu orang, kerugian besar,

gangguan produksi

5 Catastrophic Fatal lebih satu orang, kerugian sangat besar dan dampak luas yang berdampak panjang, terhentinya seluruh kegiatan.

2. Teknik Semi Kuantitatif

Teknik semi kuantitatif dapat dilakukan jika data-data yang tersedia lebih lengkap. Nilai risiko digambarkan dalam angka numerik, namun nilainya tidak bersifat absolute. Teknik ini baik digunakan untuk risiko yang bersifat komulatif. Dalam pengaplikasiannya dibutuhkan sedikit keahlian dalam menggunakan Analisa Lapis Proteksi (LOPA).

3. Teknik Kuantitatif

Analisa risiko kuantitatif menggunakan pehitungan probabilitas kejadian atau kensekuensinya dengan data numerik. Besarnya risiko lebih dinyatakan dalam angka seperti 1, 2, 3 atau 4 yang namanya 2 mengandung arti risiko dua kali lipat dari 1. Oleh karena itu, hasil perhitungan kuantitatif akan memberikan data yang lebih akurat terhadap suatu potensi bahaya.

Evaluasi risiko merupakan proses membandingkan level atau tingkat risiko yang ada dengan kriteria standar. Setelah itu tingkatan risiko yang ada untuk beberapa hazard dibuat tingkatan prioritas manajemennya. Jika tingkat risiko ditetapkan rendah, maka risiko tersebut masuk ke dalam kategori yang dapat diterima dan mungkin hanya memerlukan pemantauan saja tanpa harus melakukan pengendalian. Jika risiko tidak dapat diterima, perlu dilakukan langkah pengendalian risiko untuk menekan tingkat risiko.

2.4.3 Pengendalian Risko

Pengendalian risiko merupakan langkah penting dan menentukan dalam keseluruhan manajemen risko. Pengendalian risiko dilakukan terhadap seluruh bahaya yang ditemukan dalam proses identifikasi bahaya dan mempertimbangkan peringkat risiko untuk menentukan prioritas dan cara pengendaliannya.

OHSAS 18001 memberikan pedoman pengendalian risiko yang lebih spesifik untuk bahaya K3 dengan pendekatan sebagai berikut:

1. Eliminasi 2. Substitusi

3. Pengendalian teknis 4. Pengendalian administratif

5. Penggunaan alat pelindung diri (APD)

Menurut standar AS/NZS 4360, pengendalian risiko secara ginerik dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut:

1. Hindarkan risiko dengan mengambil keputusan untuk menghentikan kegiatan atau pengguanaan proses, bahan, alat yang berbahaya.

2. Mengurangi kemungkinan terjadi 3. Mengurangi konsekuensi kejadian 4. Pengendalian risiko ke pihak lain

5. Menanggung risiko yang tersisa. Penanganan risiko tidak mungkin menjamin risiko atau bahaya hilang seratus persen, sehingga masih ada sisa riisik yang harus ditanggung perusahaan.

Dokumen terkait