• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. Risk Control pada Bagian Pengolahan Pabrik Kelapa Sawit (PKS)

5.2 Penilaian Risiko (Risk Assessment)

Penilaian risiko merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari PP No. 50 tahun 2012 tentang SMK3. Namun, belum semua perusahaan melaksanakan penilaian risiko bahaya di tempat kerja, salah satunya hasil penelitian Eggar (2013) di PT Hanil Indonesia pada bagian drawing. Penilaian risiko yang telah dilaksanakan oleh PTPN IV Unit Usaha Pabatu tahun 2015, ternyata risiko yang terdapat di bagian pengolahan pabrik kelapa sawit (PKS)

termasuk kategori risiko tinggi, sedang dan rendah. Hasil dari penilaian risiko diperoleh dengan mempergunakan tabel ranking system.

1. Stasiun sortasi/loading ramp a. Mensortir TBS

1. Tertusuk duri TBS

Tertusuk duri TBS berdampak pada timbulnya kecelakaan yang menyebabkan luka. Risiko ini digolongkan pada kriteria “sedang/ moderate”, dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah besar, namun hanya memerlukan perawatan P3K. 2. Tertimpa TBS

Tertimpa TBS masuk dalam kategori jenis bahaya mekanik karena berdampak pada timbulnya kecelakaan yang menyebabkan luka. Risiko ini digolongkan pada kriteria “sedang/ moderate”, dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adlah kecil, namun memerlukan perawatan medis.

3. Tertusuk gancu

Tertusuk gancu masuk dalam kategori jenis bahaya mekanik karena berdampak pada timbulnya kecelakaan yang menyebabkan luka. Risiko ini digolongkan pada kriteria “rendah/ low”, dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah kecil dan hanya memerlukan perawatan P3K.

b. Memasukkan TBS ke lori

Terjepit pintu lori masuk dalam kategori jenis bahaya mekanik karena berdampak pada timbulnya kecelakaan yang menyebabkan luka. Risiko ini digolongkan pada kriteria “sedang/ moderate”, dengan keterangan kecelakaan jarang terjadi, namun jika terjadi kecelakaan memerlukan perawatan medis dan menyebabkan kerugian materi cukup besar.

c. Menarik lori dengan tali capstandard

Jari tangan terjepit tali masuk dalam kategori jenis bahaya mekanik karena berdampak pada timbulnya kecelakaan yang menyebabkan luka. Risiko ini digolongkan pada kriteria “sedang/ moderate, dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah kecil, namun memerlukan perawatan medis.

2. Stasiun Rebusan a. Menarik tali

Terlibas tali masuk dalam kategori jenis bahaya mekanik karena berdampak pada timbulnya kecelakaan yang menyebabkan luka. Risiko ini digolongkan pada kriteria “sedang/ moderate”, dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah kecil, namun memerlukan perawatan medis.

b. Merebus TBS

1. Tersembur uap panas

Tersembur uap panas merupakan kegiatan dengan risiko sedang/ moderate, dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah kecil, namun memerlukan perawatan medis. 2. Peledakan

Peledakan berdampak pada timbulnya kecelakaan yang menyebabkan luka bahkan kematian. Risiko ini digolongkan pada kriteria “tinggi/ high”, dengan keterangan kecelakaan jarang terjadi, namun jika terjadi kecelakaan menyebabkan kerugian materi sangat besar bahkan kematian.

3. Stasiun Bantingan

Memisahkan buah sawit dari janjangan berdampak pada timbulnya kecelakaan yang menyebabkan luka bahkan kematian. Risiko ini digolongkan pada kriteria “sedang/ moderate” , dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah besar, namun hanya memerlukan perawatan P3K.

4. Stasiun Kempa

Membuka tutup corong Digester ke kempa berdampak pada timbulnya kecelakaan yang menyebabkn kulit tangan melepuh. Risiko ini digolongkan pada kriteria “tinggi/ high”, dengan keterangan bahwa kecelakaan jarang terjadi, jika terjadi kecelakaan mengakibatkan cacat/hilang fungsi tubuh

Tingkat risiko pada stasiun kempa digolongkan kriteria tinggi, dengan adanya prosedur penilaian risiko dilakukan pengendalian risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

5. Stasiun Pabrik Biji a. Polishing drum

1. Terantuk

Terantuk mesin polishing drum berisiko menyebabkan kecelakaan berupa kepala bocor dengan kriteria risiko “sedang/ moderate”, dengan keterangan bahwa keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah kecil, namun memerlukan perawatan medis.

2. Kebisingan

Kebisingan merupakan jenis bahaya yang masuk dalam kategori jenis bahaya fisik (Ramli, 2010). Paparan yang diterima setiap hari memiliki risiko gangguan pendengaran dengan kriteria risiko “sedang/ moderate, dengan keterangan keterangan bahwa kemungkinan

terjadinya kecelakaan adalah kecil, namun memerlukan perawatan medis.

3. Debu

Debu yang berasal dari kegiatan polishing drummemiliki risiko gangguan pernafasan bagi pekerja yang terpapar. Risiko ini digolongkan pada kriteria “sedang/ moderate”, dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah kecil, namun

b. Pengoperasian pabrik biji 1. Conveyor tidak pakai tutup

Conveyor tidak pakaia tutup berdampak pada timbulnya kecelakaan yang menyebabkan kaki tergulung conveyor. Risiko ini digolongkan pada kriteria “tinggi/ high”, dengan keterangan bahwa kecelakaan jarang terjadi, jika terjadi kecelakaan mengakibatkan cacat/hilang fungsi tubuh secara total.

2. Debu yang berasal dari kegiatan pengoperasian pabrik bijimemiliki risiko gangguan pernafasan bagi pekerja yang terpapar. Risiko ini digolongkan pada kriteria “sedang/ moderate”, dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah kecil, namun memerlukan perawatan medis.

3. Kebisingan

Lingkungan di stasiun pengoperasian pabrik biji merupakan stasiun dengan kebisingan 91.7 dBA. Kebisingan masuk dalam kategori jenis bahaya fisik karena memiliki potensi bahaya yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran (Enggar, 2013).Paparan yang diterima setiap hari memiliki kriteria risiko “sedang/ moderate”, dengan keterangan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah kecil, namun memerlukan perawatan medis.

6. Stasiun Klarifikasi

a. Buka/tutup kran oil purifier

Kegiatan ini berisiko menyebabkan kulit terkena minyak panas akibat selang karet oil purifier pecah. Risiko ini digolongkan pada kriteria “sedang/ moderate, dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah besar, namun hanya memerlukan perawatan P3K. b. Keatas tangki minyak

Bekerja pada ketinggian merupakan pekerjaan dengan risiko yang tinggikarena dapat mengakibatkan jatuh dari ketinggian dengan risiko cidera ringan dan berat. Risiko ini digolongkan pada kriteria “tinggi/ high”, dengan keterangan bahwa kecelakaan jarang terjadi, jika terjadi kecelakaan mengakibatkan cacat/hilang fungsi tubuh secara total.

c. Panel listrik

Bahaya arus listrik merupakan jenis bahaya yang masuk dalam kategori bahaya listrik (Ramli, 2010). Risiko ini digolongkan pada kriteria “rendah/ low”, dengan keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan kecil dan hanya memerlukan perawatan P3K.

7. Stasiun Ketel Uap a. Pembersihan

1. Terhirup debu

Debu yang berasal dari kegiatan pembersihan ketel uapmemiliki risiko gangguan pernafasan bagi pekerja yang terpapar. Risiko ini

bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan kecil, namun memerlukan perawatan medis.

2. Jatuh dari ketinggian

Bekerja pada ketinggian merupakan pekerjaan dengan risiko yang tinggikarena dapat mengakibatkan jatuh dari ketinggian dengan risiko patah tulang bahkan kematian. Risiko ini digolongkan pada kriteria “tinggi/ high”, dengan keterangan bahwa kecelakaan jarang terjadi, jika terjadi kecelakaan mengakibatkan kematian dan kerugian materi sangat besar.

b. Pengorekan

Kegiatan pengorekan menimbulkan bahaya semburan api dengan risiko luka bakar. Risiko ini digolongkan pada kriteria “tinggi/ high, dengan keterangan bahwa kecelakaan jarang terjadi, jika terjadi kecelakaan mengakibatkan cacat/hilang fungsi tubuh secara total.

c. Buka/tutup kran uap induk

Terkena uap panas masuk dalam kategori jenis bahaya fisik karena memiliki potensi bahaya yang dapat menyebabkan kulit melepuh dengan kriteria risiko “sedang/ moderate”, dengan keterangan bahwa keterangan bahwa kemungkinan terjadinya kecelakaan adalah kecil, namun memerlukan perawatan medis.

Perusahaan memili hasil penilaian risiko di tiap stasiun, hal ini selaras dengan PP No.50 tahun 2012 tentang pelaksanaan rencana K3 dalam pasal 13 ayat

setiap kegiatan yang dilakasana. Namun perusahaan tidak melakukan penilaian secara objekif pada tiap stasiun, dapat dilihat dari tidak ada perbedaan antara hasil penilaian tahun 2013-2015. Hal ini didukung dengan kejadian kecelakaan tahun 2012 di stasiun bantingan dengan kegiatan memisahkan buah sawit dari janjangan sehingga menimbulkan bahaya berupa tertimpa lori, sebaiknya kegiatan ini berada pada tingkat risiko tinggi/ high, dan ini tidak selaras dengan PP No.50 tahun 2012, bahwa dalam pelaksanaan perncangan dan rekayasa kegiatan pelaksanaan rencana K3 harus memperhatikan unsur penilaian risiko.

Menurut penelitian Enggar R (2013) bahwa potensi bahaya dan risiko akan selalu ada disetiap lingkungan kerja sehingga perlu adanya identifikasi potensi bahaya dan penilaian risiko agar selanjutnya dapat dilakukan pengendalian yang sesuai.

Menurut penelitian Andriani (2010) bahwa penelitian yang dilakukan di perusahaan pupuk tidak terdapat tingkat risiko yang tinggi, namun terdapat tingkat risiko sedang dan rendah. Hal ini disebabkan karena di perusahaan tersebut telah melakukan identifikasi dan penilaian risiko yang sesuai dengan Permenaker No. Per-05/MEN/1996 tentang SMK3 dan sesuai dengan Pedoman OHSAS 18001:2007 Elemen No.4.3.1 tentang prosedur Identifikasi Bahaya, penilaian dan pengendalian risiko.

Dokumen terkait