• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weakness) 1.) Rasa emping yang enak

1. Ketergantungan bahan baku

5.3 Identifikasi Faktor Eksternal

“Injo jua Susana rinni ka dere kampong battu ri kota jari la mae paki konjo ampa a‟rai malli gareppe (artinya : yang menjadi kendala adalah pembeli harus menempuh perjalanan yang cukup jauh ke kampung jika ingin membeli emping melinjo)”

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Siti selaku konsumen yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Injo susana ka biasa ampa lakbusui na riek tuppasang lohe lanaungpaki ri kampong appasang gareppe apalagi lala alle memangi mintara taunna (artinya : yang menjadi kendala ketika permintaan emping melonjak, penjual harus menempuh perjalan jauh agar dapat memenuhi permintaan konsumen)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu selaku pemilik usaha emping melinjo. Sebagai produsen beliau menjelaskan bahwa, yang menjadi kendala adalah pembeli harus menempuh perjalanan jauh untuk mendapatkan emping melinjo. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Siti selaku konsumen beliau menjelaskan bahwa, kendala yang beliau hadapi adalah ketika permintaan emping melonjak, untuk memenuhi permintaan konsumen beliau harus menempuh perjalanan jauh untuk mendapatkan emping melinjo.

5.3 Identifikasi Faktor Eksternal

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis langsung pada lokasi penelitian serta pengumpulan data yang telah dilakukan, maka dapat diidentifikasi faktor-faktor eksternal dari agroindustri emping melinjo yang meliputi peluang dan ancaman dapat dilihat pada Tabel berikut :

59

Tabel 9

.

Identifikasi Faktor – Faktor Eksternal Agroindustri Emping Melinjo. Faktor –Faktor Eksternal

Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats) 1.) Pelanggan setia

2.) Banyak event yang menggunakan emping melinjo

3.) Perkembangan teknologi 4.) Penghasil emping melinjo

berkualitas

5.) Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan asing

1.) Persaingan ketat 2.) Harga bahan baku 3.) Banyak tengkulak 4.) Masalah keuangan 5.) Kurangnya kemitraan

Sumber : Data primer yang telah diolah 2020.

Penjelasan mengenai faktor eksternal strategi pengembangan agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar sebagai berikut :

A. Peluang

1. Pelanggan setia

Salah satu faktor yang mendukung pengembangan agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar yaitu memiliki pelanggan setia. Hal tersebut dapat terjadi karena pihak tenaga kerja menjaga hubungan baik dengan konsumen dengan cara memberikan kenyamanan dan pelayanan terbaik dari segi kualitas produknya.

60

Misalnya saja konsumen akan memberikan tester ketika pelanggan hendak membeli produk emping melinjo sehingga konsumen akan lebih percaya dengan produk yang ditawarkan. Biasanya jumlah konsumen yang akan memesan pada satu produsen emping melinjo di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar adalah 9-11 konsumen setiap pekannya. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu selaku pemilik usaha emping melinjo yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Apa kambe rinni gele makang malla, takua tidek tumalli, kanu riekmo memang langganang battu ri kota (artinya : untuk masalah konsumen kami tidak perlu khawatir lagi, karena kami sudah punya konsumen tetap yang berada di kota)”

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Siti selaku konsumen yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

„‟Sallo makang langganang minang riolo mae riolo, sa‟genna konni gele pakang minang lapaka hussang ampa masalah gareppe (kerjasama kami sudah berlangsung cukup lama, hingga saat ini kami belum pernah merasa dikecewakan dalam proses pembelian emping melinjo . ”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu selaku pemilik usaha beliau menjelaskan bahwa, pemilik usaha tidak perlu merasa takut apabila produk emping melinjo yang diproduksi tidak laku karena sudah ada pelanggan setia yang datang dari kota setiap saat membeli dan memesan emping melinjo. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Siti selaku konsumen beliau menjelaskan bahwa, sebagai pembeli mereka tidak pernah dikecewakan sehingga tetap setia hingga kini menjalin kerja sama dengan pengrajin emping melinjo.

61

2. Banyak event yang menggunakan emping melinjo

Salah satu faktor yang menjadi peluang dalam pengembangan agroindustri emping melinjo adalah banyaknya event yang menggunakan emping melinjo. Sebagai contoh pada bulan desember event yang diadakan diantaranya Adventure Trail Wisata, Finswimming dan Festival A, Dinging-Dinging dan pada bulan oktober adalah Takabonerate Islands Expedition, Festival Layang-Layang, Festival Kuliner dan Selayar Miracle Night. Pada setiap event akan disediakan stan untuk setiap produk lokal yang berasal dari Selayar, termasuk emping melinjo. Dari event tersebut produk emping melinjo dapat dikenal oleh konsumen yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Baho selaku pemilik usaha emping melinjo yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Bajikna rinni ka lohe acara jari biasa riek hattu tertentu na lohe tauppa doek, ka lohe tuppasang (artinya : karena sering diadakan event, jadi banyak yang memesan emping sehingga pendapatan kami bertambah)”

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Siti selaku konsumen yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Biasana riek hattu-hattu tertentu na lohe tu malli emping, contona pasna hari jadi. Biasana appasangkang rua kali lipat gareppe (artinya : adakalanya pada event tertentu seperti pada saat ulang tahun kabupaten kami akan memesan emping dua kali lipat dari biasanya karena pembeli juga meningkat)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Baho selaku pemilik usaha beliau menjelaskan bahwa, pemilik usaha cukup diuntungkan ketika diadakan event karena pendapatan mereka meningkat sebagai bukti dari tingginya

62

permintaan emping. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Siti selaku konsumen beliau menjelaskan bahwa pada event tertentu mereka akan memesan emping lebih banyak dari biasanya karena permintaan yang meningkat seperti pada saat ulang tahun kabupaten.

3. Perkembangan teknologi

Perkembangan teknologi menjadi salah satu peluang untuk mengembangkan agroindustri emping melinjo karena dengan adanya perkembangan teknologi penjualan serta promosi dilakukan lebih efisien sehingga barang yang diproduksi dapat langsung dijual melalui aplikasi yang ada di internet. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Siti selaku selaku konsumen yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Ampa kambe rinni biasa ta aplo‟I mae ri internet, supaya lohe tumalli ka konni-konni loheang mo pole tu balu-balu online (artinya : sekarang sudah marak pedagang online. agar pembeli meningkat kami memanfaatkan media internet sebagai media promosi)”

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Marni selaku warga yang berdomisili di Desa Kohala yang telah diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Ampa nakke rinni bajina ampa labalukang onlinengi pasti loe tu malli gareppe. pasti lohe tabalukang ampa pakonjo ta‟ranna baluk (artinya : akan lebih baik lagi ketika penjualan emping melinjo dipasarkan secara online. Pati akan banyak pembeli serta penjualan juga akan meningkat)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Siti selaku selaku konsumen. Beliau menjelaskan bahwa beliau menjual kembali barang yang telah beliau

63

beli dari pedagang dengan memanfaatkan media internet yang dianggap efektif dapat meningkatkan penjualan produk emping melinjo.

Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Marni selaku warga yang berdomisili di Desa Kohala beliau memberikan saran agar pedagang memanfaatkan media internet sebagai media promosi agar penjualan dapat ditingkatkan sehingga pendapatan juga akan meningkat.

4. Penghasil emping melinjo berkualitas

Desa Kohala Kecamatan Buki kabupaten Kepulauan Selayar merupakan penghasil emping yang sudah cukup terkenal di kalangan masyarakat Selayar. Sehingga masyarakat rata-rata akan membeli produk emping dari desa tersebut. Dikatakan emping melinjo berkualitas karena dalam proses produksi tidak menggunakan bahan pengawet serta pengeringan dilakukan selama 3 hari jika matahari terik dan 7-10 hari jika musim hujan sehingga emping dapat bertahan sampai 6 bulan.

Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marni selaku Masyarakat yang berdomisili di Desa Kohala yang telah diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Ampa kambe rinni tajaming juamu sanging nu ballo gareppe‟na ka lohemo tuppasang. Pagelena pole lassiri daa na langai i toyya ka pengaruh ta sallona ta alloy na tahangi manna salloi ri taro (artinya : kualitas emping disini sudah terjamin. Hal tersebut dapat dilihat dari kondisi emping yang tidak mudah rusak. Proses pengeringan yang kami lakukan membuat emping lebih tahan lama. Sehingga banyak konsumen yang menyukai produk emping melinjo dari desa kami)”

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Biah selaku konsumen yang telah diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

64

“Ampa kambe rinni tappa makang takua nu balloi inni gareppe‟na tu kohala ka manna salloi naung tataro geleji da a (artinya : dari segi kualitas emping disini tidak perlu dipertanyakan lagi, cukup dibuktikan dengan emping yang tidak mudah rusak meskipun disimpan berhari-hari)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marni selaku Masyarakat yang berdomisili di Desa Kohala beliau mengatakan emping disini memiliki kualitas yang bagus, karena meskipun disimpan berhari-hari tidak akan mudah rusak karena telah melalui proses pengeringan. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Biah selaku konsumen. Beliau menjelaskan bahwa konsumen percaya akan kualitas yang dimiliki emping melinjo karena produk yang tidak mudah rusak meskipun disimpan berhari-hari)”

5. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan asing

Salah satu faktor yang menjadi peluang adalah pertumbuhan penduduk yang hari semakin hari semakin tinggi menjadi bukti bahwa semakin meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke Selayar. Pada tahun 2015-2018 mengalami peningkatan. Jumlah kunjungan wisatawan di akhir tahun 2018 mencapai 9209 orang (Dinas Pariwisata Kabupaten Kepulauan Selayar). Kunjungan yang terus dilakukan diharapkan berdampak baik terhadap pengembangan emping melinjo. Karena, dengan keberadaan mereka sebagai wisatawan asing dapat memperkenalkan emping melinjo dengan cara membawa pulang emping melinjo sebagai oleh-oleh.

Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marni selaku masyarakat yang berdomisili di Desa Kohala yang telah diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

65

“Ampa kambe peluang kaminang bakka rinni injo ampa riek acara bakka, kullei lajanjang lakua rinni riek gareppe nu ballo bua,na ka biasana la halli i la erengi lampa muliang ri kamponna (artinya : peluang terbesar untuk menjual emping dengan jumlah banyak adalah ketika diadakan event besar, karena akan banyak pengunjung yang membeli emping dan membawanya pulang sebagai oleh-oleh)”

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Biah selaku konsumen yang telah diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Injo harapangba kambe semoga turis tummallinjo sodi kullei laisse laku gareppe battu ri silajara memang sanging nu ballo (artinya : harapan kami ketika banyak pengunjung yang datang, mereka akan membeli dan percaya bahwa produk yang kami hasilkan berkualitas)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marni selaku masyarakat yang berdomisili di Desa Kohala beliau mengatakan peluang terbesar adalah pengunjung yang hari kehari semakin meningkat, akan lebih memperkenalkan produk emping melinjo sehingga penjualan dan pendapatan akan ikut meningkat. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Biah selaku konsumen, beliau menjelaskan bahwa konsumen sangat berharap dengan adanya peningkatan pengunjung baik itu lokal atau internasional dapat menjadi ajang untuk memperkenalkan ole-ole khas Desa Kohala yaitu emping melinjo.

B. Ancaman

1. Persaingan ketat

Persaingan ketat menjadi ancaman dalam pengembangan agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kohala. Karena banyaknya jumlah pengrajin yang berasal dari luar daerah yang ikut bersaing memasarkan produknya dalam daerah yang sama. Tercatat di Kabupaten Kepulauan Selayar ada sebanyak 116

66

unit usaha dengan jumlah tenaga kerja 201 orang (Dinas Koperasi, UKM, dan Perindag Kabupaten Kepulauan Selayar). Jika 25 pengrajin terdapat di Desa Kohala maka ada 185 pengrajin yang terdapat di daerah lain yang menjadi pesaing agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marni selaku masyarakat yang berdomisili di Desa Kohala yang telah diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Apa rinni sannamo lohene tubuak gareppe, ampa nu ta‟catat injo riek ruang pulo karua tau tu buak injo gareppe. (artinya : warga disini kebanyakan bekerja sebagai pengrajin emping, tercatat ada 28 orang yang berprofesi sebagai pengrajin.)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marni selaku masyarakat yang berdomisili di Desa Kohala beliau mengatakan bahwa sebagian besar ibu-ibu di Desa Kohala berprofesi sebagai pengrajin emping. Tercatat ada sekitar 28 orang menunjukkan tingginya angka persaingan.

2. Harga bahan baku

Harga melinjo yang kadang kala mengalami naik turun menyebabkan ancaman terhadap agroindustri emping melinjo karena meskipun harga bahan baku mahal pengrajin tetap melakukan produksi bahkan biasanya harga jual tetap dipertahankan. Berikut daftar harga time series melinjo yang ada di Desa Kohala selama 6 tahun.

67

Tabel 11. Data Time Series Harga Melinjo Di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar

No Tahun Harga Melinjo (Rp)

1 2014 3,000 2 2015 4,000 3 2016 5,000 4 2017 4,000 5 2018 5,000 6 2019 4,000

Sumber : Data primer yang telah diolah 2020.

Berdasarkan Tabel 11 terlihat harga melinjo terendah yaitu pada tahun 2014 dengan harga Rp.3.000 /Liternya dan tertinggi pada tahun 2016 dan 2018 mencapai harga Rp.5.000 /liternya naik turunnya harga setiap tahun di pengaruhi oleh banyak faktor. Namun, untuk Desa Kohala sendiri berdasarkan hasil wawancara selama 6 tahun terakhir faktor utama yang menjadi penyebab naik turunnya harga disebabkan karena buah melinjo termasuk buah musiman sehingga jika hasil panennya meningkat maka harga yang ditawarkan rendah dan sebaliknya jika hasil panen rendah maka harga melinjo yang ditawarkan tinggi. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu selaku pemilik usaha emping melinjo yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Injo ja biasana ka heranga ku‟lang nu gele kulle ri pastikan hargana jari biasa todok ka gele hattunna. Ka nu hattu injo ku‟lang gele allo-allo riek hallianna jari kullei paka rugi (artinya : karena harga bahan baku tidak dapat dipastikan. Sewaktu-waktu dapat merugikan. Contohnya saja jika bukan musimnya maka melinjo sulit untuk di dapat )”

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Biah selaku konsumen yang telah diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Ampa kambe biasa tahalli lammoroi tergantungji battu ri lohena ku‟lang. Ampa tidek kina gele hattu,biasa tahalli kajjala ji todok yang penting gelei tapaka rugi toyya(artinya : Biasanya kami beli

68

dengan harga murah. Tergantung dari emping yang tersedia. Kadangkala juga ketika melinjo langka dipasaran, kami juga membeli dengan harga tinggi. Yang terpenting kita tidak merasa dirugikan dan merugikan orang lain)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu selaku pemilik usaha. Beliau menjelaskan bahwa harga bahan baku pembuatan emping kadangkala tidak stabil. Contohnya saja, jika bukan musim buahnya. Maka melinjo akan sulit didapat dan harga yang ditawarkan akan tinggi. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Biah selaku konsumen beliau memaparkan jika harga emping melinjo kadangkala mengalami kenaikan sebagai akibat dari kurangnya melinjo yang tersedia di pasaran karena biasanya beliau membeli dengan harga sedikit lebih tinggi dari biasanya.

3. Banyak tengkulak

Tengkulak menjadi ancaman dalam pengembangan emping melinjo karena mereka biasanya membeli dengan harga yang jauh lebih murah dari petani kemudian produk ditimbun dan dibawa keluar daerah dijual kembali dengan harga yang cukup mahal sehingga merugikan petani.

Tabel 12. Daftar Harga Melinjo Di Tingkat Petani Dan Tengkulak

Sumber : Data primer yang telah diolah 2020.

No Tahun Harga Tengkulak (kg) Harga Petani Melinjo (kg)

1 2014 5,000 3,000 2 2015 6,000 4,000 3 2016 7,000 5,000 4 2017 6,000 4,000 5 2018 7,000 5,000 6 2019 6,000 4,000 7 2020 8,000 6,000

69

Berdasarkan Tabel 12 maka dapat kita lihat tingkat perbedaan harga yang ada di tingkat petani dan tengkulak sangat jauh berbeda. Harga terendah di tingkat tengkulak yaitu pada tahun 2014 yaitu sebesar Rp.5000 dan harga tertinggi pada tahun 2020 dengan harga Rp. 8.000 /liter Sedangkan ditingkat petani harga terendah yaitu pada tahun 2014 sebesar Rp.3.000 /liter dan harga tertinggi pada tahun 2020 sebesar Rp.6.000 /liter. Berdasarkan hasil wawancara, kenaikan harga melinjo tertinggi pada tahun 2020 disebabkan karena adanya pandemi Covid 19 yang menyebabkan aktivitas petani melinjo terbatas sehingga mereka menaikkan harga bahan baku pembuatan emping melinjo. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Baho selaku pemilik usaha emping melinjo yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Apa kambe injo jua kad biasa riek tummalli lohe jari tabalukang lammoroi battu pantara langkasa juai labalukangangi (artinya : biasanya kami menjualnya dengan harga murah, tetapi kadangkala mereka menjual dengan harga yang lebih tinggi dari harga pasar yang telah ditetapkan)”

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Biah selaku konsumen yang telah diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Ampa kambe biasana tahalli lammoroi atau kajjalai tergantung ji battu ri situasi, singkama inni pa korona na manna a,rai tabalukang ka,jala ka melinjo gele singkama biasana. Terkecuali riek memang pabalu nu malli lohe na laerangi mange ri kampong biasana labalukang ka, jalai ampa riek tu malli gareppe, (artinya : biasanya kami membeli dengan harga murah atau mahal tergantung dari kondisi. Seperti pada saat ini karena maraknya virus corona, meskipun kami ingin menjualnya dengan harga mahal pembeli tidak akan banyak seperti biasanya. Terkecuali untuk tengkulak yang membeli dengan alih sebagai ole-ole tapi menjualnya dengan harga yang lebih tinggi)”

70

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Baho selaku pemilik usaha emping melinjo beliau mengatakan biasanya sebagai penjual beliau memberikan harga rendah untuk produknya. Tetapi pembeli tersebut menjualnya jauh diatas harga pasar. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Biah selaku konsumen. Beliau menjelaskan bahwa sebagai penjual beliau selalu melihat situasi dan kondisi, untuk menaikkan dan menurunkan harga produknya. Tidak sama dengan pedagang tengkulak yang membeli dengan harga yang murah dan menjualnya dengan harga tinggi tanpa melihat situasi dan keadaan yang justru merugikan banyak pihak, terutama pedagang seperti ibu Biah.

4. Masalah Keuangan

Masalah keuangan menjadi ancaman dalam pengembangan agroindustri emping melinjo karena sewaktu-waktu jika terjadi lonjakan harga bahan baku, para tenaga kerja mengalami kekurangan dana untuk membeli dalam jumlah besar karena budget yang telah dipersiapkan tidak sesuai sehingga kapasitas produksi dapat berkurang. Berdasarkan hasil wawancara pengrajin Desa Kohala dapat memproduksi 5,16 kg /hari dan 154 kg /bulan (data terlampir).

Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu selaku pemilik usaha emping melinjo pertama yang diwawancarai dalam penelitian ini yang mengatakan :

“Injo ja biasana kambe ampa lohe tuppasang na riek acara baka‟ ka tidak deok lari pahalli na lohe. jari sikonjo todokja sesuai surang doek nu tasiapkang injo gelekang mengurangi gelang nambai (yang menjadi masalah ketika ada pesanan dalam jumlah besar, karena budget yang kami sediakan pas-pasan kami tidak bias menyediakan emping. Contohnya saja pesanan pada saat diadakan event besar)‟‟

71

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu selaku pemilik usaha beliau mengatakan bahwa yang menjadi masalah adalah ketika jumlah pesanan banyak pada saat diadakan event besar, kami tidak dapat penuhi karena uang yang kami sediakan tidak mencukupi.

5. Kurang Kemitraan

Agroindustri emping melinjo yang ada di Kabupaten Buki Kepulauan Selayar belum memiliki kerjasama dengan lembaga lain untuk mengembangkan usahanya.

Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marni selaku masyarakat yang berdomisili di Desa Kohala yang telah diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“Ampa nakke seharusna riek laurang kerja sama supaya kullei lapaka bakka usahana. Sa‟ginna konni tide kpa kelompok usaha na tu buak injo gareppe rinni. Na nu ballo inni ampa ri kembangkangi (sampai saat ini, para pengrajin belum bekerjasama dengan pihak manapun. Seharusnya para pengrajin yang ada di Desa Kohala menjalin kerjasama dengan lembaga lain agar mereka dapat mengembangkan usahanya)”

Pendapat lain disampaikan oleh ibu Baho selaku pemilik usaha yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

“kambe rinni betul-betul doek usaha tonjuang. Gelepakang minang lappikiri ngalle kredit untuk tatambai modala‟ba. (artinya : modal usaha betul-betul berasal dari udang peribadi kami sendiri. Sampai sekarang kami tidak pernah berfikir untuk bekerja sama dengan pihak manapun untuk tambahan modal)”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marni selaku masyarakat yang berdomisili di Desa Kohala beliau mengatakan seharusnya para tenaga kerja menjalin kerjasama dengan lembaga keuangan untuk menambah permodalan agar

72

usaha emping dapat berkembang. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Biah selaku pemilik beliau mengatakan belum menjalin kerjasama dengan pihak manapun untuk menambahkan modal. Modal usaha benar-benar berasal dari uang pribadinya.

Dokumen terkait