• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI EMPING MELINJO DI DESA KOHALA KECAMATAN BUKI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI EMPING MELINJO DI DESA KOHALA KECAMATAN BUKI KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI EMPING

MELINJO DI DESA KOHALA KECAMATAN BUKI

KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

WILDA YULITA 105961118516

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020

(2)

ii

STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI EMPING MELINJO DI DESA KOHALA KECAMATAN BUKI

KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

WILDA YULITA 105961118516

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (S-1)

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2020

(3)
(4)
(5)

v

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Strategi pengembangan agroindustry emping melinjo di Desa Kohala Kecamatan Buki” adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Makassar, 01 Desember 2020

Wilda Yulita 105961118516

(6)

vi

ABSTRAK

Wilda Yulita. 105961118516. Strategi Pengembangan Agroindustri Emping Melinjo di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar. Dibimbing oleh RENI FATMASARI SYAFRUDDIN dan ISNAM JUNAIS.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor internal dan eks ternal serta untuk menganalisis strategi pengembangan agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar .

Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja atau purposive yaitu teknik penentuan informan yang disesuaikan dengan kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Adapun informan dalam penelitian ini terdiri dari : pemilik usaha 2 orang, pembeli 2 orang dan warga yang berdomisili di sekitar agroindustri berjumlah 1 orang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal yang mempengaruhi pengembangan agroindustri emping melinjo di Desa Kohala yaitu rasa emping yang enak, agroindustri telah lama berdiri, ketergantungan bahan baku dan tidak adanya promosi. Sedangkan faktor eksternal meliputi banyak event yang menggunakan emping melinjo, meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan asing, persaingan ketat dan harga bahan baku yang naik turun. Alternatif strategi yang cocok diterapkan dalam pengembangan agroindustri emping melinjo berada pada kuadran I, pada matriks posisi SWOT. Oleh karena itu, maka strategi yang cocok untuk digunakan adalah SO (Strength-Opportunities). Mempertahankan kelebihan yang dimiliki oleh agroindustri emping melinjo seperti rasa emping yang enak, pengrajin berpengalaman, harga terjangkau serta meningkatkan hasil produksi dan penjualan dengan mempertahankan respon cepat terhadap permintaan konsumen, dan tetap memanfaatkan perkembangan teknologi serta pengenalan produk melalui event yang banyak menggunakan emping melinjo.

(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjat kan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah SAW beserta para keluarganya, sahabat dan para pengikutnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Strategi Pengembangan Agroindustri Emping Melinjo di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar.”

Skripsi ini merupakan tugas yang diajukan untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Dr. Reni Fatmasari Syafruddin S.P., M.Si, selaku pembimbing I dan bapak Isnam Junais S.TP., M.Si selaku pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat selesai.

2. Bapak DR. H. Burhanuddin S.Pi, M.P., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Dr. Sri Mardiyati, S.P., M.P., selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar.

(8)

viii

4. Kedua orangtua Ayahanda Arifuddin Dg. Sibeta dan ibunda Syarifa, Adikku tercinta Indah Yunita dan kakak-kakakku tersayang kak Sri Anti, Rezkiyati, Nahria, Muh. Aspar, Suryana dan segenap keluarga yang senantiasa memberikan bantuan, baik moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Seluruh Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah membekali segudang ilmu kepada penulis.

6. Kepada pihak pemerintah Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar beserta jajarannya yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di daerah tersebut.

Akhir kata penulis ucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah terkait dalam penulisan skripsi ini, semoga karya tulis ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Semoga kristal-kristal Allah senantiasa tercurah kepadanya. Aamiin.

Makassar, 13 Maret 2020

(9)

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PENGESAHAN KOMISI PENGUJI ... iv

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI .... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Konsep Agribisnis dan Agroindustri ... 6

2.2 Emping Melinjo ... 7 2.3 Strategi Pengembangan ... 10 2.4 Analisis SWOT ... 13 2.5 Perilaku Konsumen ... 18 2.6 Kerangka Pikir ... 19 2.7 Penelitian Terdahulu ... 21

III. METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

(10)

x

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 30

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.5 Teknik Analisis Data... 32

3.6 Definisi Operasional ... 36

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN ... 38

4.1 Keadaan Geografis ... 38

4.2 Keadaan Demografis ... 39

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

5.1 Sejarah Agroindustri Emping Melinjo ... 44

5.2 Identifikasi Faktor Internal... 46

5.3 Identifikasi Faktor Eksternal ... 58

5.4 Matriks Strategi Internal ... 72

5.5 Matriks Strategi Eksternal ... 74

5.6 Matriks Posisi ... 76

5.7 Matriks SWOT ... 78

5.8 Strategi Pengembangan Agroindustri Emping Melinjo ... 81

VI. KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

6.1 Kesimpulan ... 83

6.2 Saran ... 84 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(11)

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Teks

1. Produksi Melinjo Perkecamatan ... 2

2. Penelitian Terdahulu ... 21

3. Matriks SWOT ... 35

4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40

5. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 41

6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ...43

7. Identifikasi Faktor Internal... 47

8. Identifikasi Faktor Eksternal ... 59

9. Matriks Strategi Internal ... 72

10. Matriks Strategi Eksternal ... 74

11. Matriks Analisis SWOT Strategi Pengembangan ... 78

12. Data Time Series Harga Melinjo ... 67

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Teks

1. Pohon Agroindustri Emping Melinjo ... 10

2. Matriks Posisi Analisis ... 17

3. Kerangka Pikir Teoritis ... 20

4. Peta Wilayah Kecamatan Buki ... 39

(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Teks

1. Kuisener Penelitian ...87

2. Peta Lokasi Penelitian ...96

3. Identitas Responden ...97

4. Jumlah Unit Usaha ...98

5. Dokumentasi Penelitian ...99

6. Rekapitulasi Faktor Internal dan Eksternal ...100

7. Hasil Pembobotan, Rating dan Skor ...102

8. Produksi Emping Melinjo di Desa Kohala ...103

9. Hasil Penilaian dengan Menggunakan Bobot ...104

10. Hasil Penilaian dengan Menggunakan Rating ...106

(14)

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Melinjo merupakan tanaman yang tumbuh dimana-mana dan banyak ditemukan di pekarangan penduduk kota maupun desa. Tanaman melinjo (Gnetum gnemon, L) merupakan bahan utama yang digunakan dalam pembuatan emping melinjo, merupakan tanaman esensial yang semua bagian dari tanaman ini dapat dimanfaatkan. Daun muda yang disebut dengan so, bunga yang disebut dengan kroto, kulit biji yang sudah tua dapat digunakan sebagai bahan sayuran yang cukup populer di masyarakat. Bahkan kulit biji yang sudah tua setelah diberi bumbu dan digoreng akan menjadi camilan yang cukup enak yang disebut gangsir. Buah matang merupakan bahan baku pembuatan keripik melinjo yang bernilai ekonomis tinggi (Sunanto. H, 2001).

Emping melinjo merupakan komoditas pertanian dengan nilai tambah tinggi. Merupakan komoditas yang menarik untuk dianalisis karena prospek pasarnya yang cukup baik dan juga merupakan komoditas ekspor. Ekspor melinjo telah dilakukan ke negara Jepang, Taiwan, Singapura, Saudi Arabia, Uni Emirat Arab, Amerika Serikat dan Belanda (Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepulauan Selayar, 2011). Banyak produksi melinjo dapat dilihat dari Tabel 1.

(15)

2

Tabel 1. Produksi Melinjo Per Kecamatan di Kabupaten Kepulauan Selayar.

KECAMATAN PRODUKSI (TON)

2010 2011 2012 2013 2014 Pasimarannu 0,20 0,33 1,58 1,58 0 Pasilambena 18,50 18,61 16,55 13,65 7,72 Pasimasunggu 0 0 0 0 0 Taka Bonerate 0 0 0 0 0 Pasimasunggu Timur 0 0 0 0 0 Bontosikuyu 33,60 16,10 10,55 14,41 6,52 Bontoharu 36,70 22,56 26,70 26,99 69,60 Benteng 0 0 0 0,18 0,18 Bontomanai 206,90 91 101,36 200,27 171,71 Bonto Matene 26,00 129,23 99,41 111,34 116,23 Buki 148,30 78,12 30,03 36,11 121 Kepulauan Selayar 55,40 42,07 35,66 51,99 60,64 (Sumber : Dinas Pertanian dan Kehutanan Kepulauan Selayar).

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui produksi melinjo jika dirata-ratakan mengalami perkembangan yang cukup baik. Hal tersebut dapat dilihat pada tahun 2014 total produksinya mencapai 60,64 Ton. Produksi melinjo setiap tahunnya berfluktuasi dikarenakan adanya serangan hama dan penyakit yang menyebabkan gagal panen.

Di Kabupaten Kepulauan Selayar sendiri, industri emping melinjo tersebar di Kecamatan Pasimarannu, Kecamatan Pasilambena, Kecamatan Pasimasunggu, Kecamatan Takabonerate, Kecamatan Pasimasunggu Timur, Kecamatan Bontosikuyu, Kecamatan Bontoharu, Kecamatan Benteng, Kecamatan Bontomanai, Kecamatan Botomatene dan Kecamatan Buki. Sebagian daerah ini

(16)

3

sudah menjadi sentra industri pengolahan atau pengrajin emping melinjo skala industri kecil atau industri rumah tangga.

Berdasarkan data Dinas Koperasi, UKM, Perindag, Pertambangan dan Energi Kabupaten Kepulauan Selayar (data terlampir) terdapat 115 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja 201 orang. Sentra usaha ini menempati posisi tiga besar setelah sentra pengeringan hasil laut dan pembuatan minyak kelapa. Hal tersebut menunjukkan usaha emping melinjo mempunyai prospek yang cukup tinggi untuk dikembangkan. Dikarenakan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber penghasil PDRB bagi Kabupaten Kepulauan Selayar, namun kenyataan menunjukkan bahwa agroindustri melinjo sampai saat ini prospek pengembangannya belum mengalami perubahan yang signifikan.

Dikarenakan dari dulu sampai sekarang masyarakat kurang melakukan pengelolaan secara profesional. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan agroindustri emping melinjo dalam upaya meningkatkan pendapatan dan perkembangan agroindustri.

Untuk mengembangkan agroindustri emping melinjo yang ada di Kabupaten Kepulauan Selayar diperlukan pendekatan yang matang. Dimana pendekatan tersebut kemudian akan dianalisis menggunakan analisis SWOT untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Oleh karena itu, dibutuhkan perencanaan jangka panjang. Konsep strategi perlu dikembangkan, mulai dari alat mencapai tujuan kemudian akan berkembang menjadi alat untuk menciptakan kompetensi yang memberdayakan dan memotivasi stakeholder sehingga agroindustri tersebut dapat memberikan kontribusi secara optimal.

(17)

4

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai strategi pengembangan agroindustri emping melinjo di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apa saja faktor internal dan eksternal pengembangan agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar ?

2. Bagaimana strategi pengembangan agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kahala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis faktor internal dan eksternal pengembangan agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar.

2. Untuk menganalisis strategi pengembangan agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar.

(18)

5

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagi Penulis, diharapkan penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan.

2. Bagi Pemerintah, diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi dan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengambil kebijakan dan keputusan dalam rangka mengembangkan agroindustri emping melinjo yang ada di Kabupaten Kepulauan Selayar.

(19)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Agribisnis dan Agroindustri

Agribisnis sebagai sistem merupakan sekumpulan elemen yang selalu saling berhubungan membentuk satu kesatuan. Agribisnis diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang dimulai dengan proses pasca panen, pemasaran dan kegiatan lain yang berkaitan dengan kegiatan pertanian (Soekartawi, 2001).

Agribisnis dalam arti luas mencangkup tiga hal, yaitu : agribisnis hulu, on-farm agribisnis dan agribisnis hilir. Agribisnis hulu meliputi industri yang menghasilkan sarana produksi (input) pertanian. On-farm agribisnis meliputi pertanian tanaman pangan, tanaman hortikultura, obat-obatan, perkebunan, peternakan, serta perairan. Agribisnis hilir meliputi kegiatan industri untuk mengolah hasil pertanian menjadi produk olahan. Ketiga hal tersebut sangat penting dan terganggunya salah satu aktivitas akan berpengaruh pada kelancaran seluruh aktivitas dalam bisnis.

Agroindustri merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan efisiensi sektor pertanian sehingga menjadi kegiatan yang produktif melalui reformasi pertanian. Melalui proses reformasi sektor agroindustri di tingkat nasional, pendapatan dapat ditingkatkan dengan biaya tambahan dan ekspor bahkan lebih besar (Saragih, 2004).

Agroindustri dapat didefinisikan menjadi dua hal. Pertama, agroindustri adalah industri yang usaha utamanya dari produk pertanian. Studi agroindustri pada konsep ini menekankan pada food processing.

(20)

7

Pengelolaan hasil alam yang bahan bakunya merupakan hasil pertanian. Definisi kedua adalah agroindustri diartikan sebagai proses pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan tersebut untuk mencapai lamanya pengembangan industri (Soekartawi, 2000).

2.2 Emping Melinjo

2.2.1 Definisi Emping Melinjo

Emping melinjo adalah sejenis keripik yang dibuat dari biji melinjo yang telah tua. Proses pembuatan emping tidak sulit dan dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat sederhana. Emping melinjo merupakan salah satu komoditas pengolahan hasil pertanian yang memiliki nilai tinggi, baik karena harga jual yang relatif tinggi.

Ada dua cara yang dikenal dalam proses pembuatan emping melinjo, yaitu biji-biji melinjo sebelum dipipihkan dipanaskan terlebih dahulu dengan cara yaitu : (1) Digoreng pada wajan aluminium atau wajan yang terbuat dari tanah (layah, kuali) tanpa diberi minyak goreng dan (2) Direbus.

Umumnya proses pembuatan emping melinjo menggunakan metode penggorengan cabang. Dilengkapi dengan pasir, biji melinjo goreng dibagikan merata karena pasir menyerap panas dengan cepat (dari api atau kompor) dan mencampurkan biji melinjo dicampur dengan pasir panas saat ditukar, biji melinjo matang merata.Selain itu dengan digoreng, aroma dan bahan pada melinjo tidak hilang sehingga keripik melinjo bisa dirasakan. berbeda jika direbus, zat yang

(21)

8

terkandung akan larut dalam air rebusan. Akibatnya rasa keripik kurang enak dan aroma yang khas akan berkurang (Sunanto, H. 1997).

Proses pembuatan emping melinjo memerlukan kesabaran untuk memperoleh hasil yang berkualitas. Tenaga kerja produksi, yang disebut pengrajin adalah perempuan pada umumnya, yang biasanya berumur paruh baya (ibu-ibu). tidak ada keterampilan khusus yang dibutuhkan dalam industri emping. Keahlian membuat ini biasanya didapatkan secara turun-temurun. Tenaga kerja yang digunakan dalam industri emping biasanya berasal dari dalam keluarga.

Emping yang yang bermutu tinggi adalah emping yang sesuai dengan standar (SNI 01-3712-1995), yaitu emping yang tipis dan kelihatan agak bening dengan diameter seragam kering sehingga dapat di goreng langsung. Emping dengan mutu yang lebih rendah mempunyai ciri tebal, diameter kurang seragam dan kadang-kadang masih harus dijemur sebelum digoreng (Anonim, 2009).

Klasifikasi emping melinjo yang didasarkan pada kualitasnya adalah sebagai berikut :

A. Kualitas nomor satu, sering disebut dengan emping super, yang tanda-tandanya adalah :

1. Lempengnya sangat tipis merata

2. Berwarna agak putih dan bening dan transparan

3. Tiap lempengannya berasal dari satu biji melinjo yang ukuran dan kualitasnya sama, sehingga garis tengahnya hampir seragam

(22)

9

B. Kualitas nomor dua, emping dengan kualitas ini memiliki tanda-tanda, antara lain:

1. Lempengannya lebih tebal dari emping super

2. Berwarna agak putih kekuning-kuningan dan kurang bening (kurang transparan)

3. Tiap lempengannya berasal dari satu biji melinjo yang ukuran dan kualitasnya sama, sehingga garis tengahnya hampir seragam.

4. Bila akan digoreng harus dalam keadaaan kering agar hasil gorengannya baik.

C. Kualitas nomor tiga,

1. Lempengannya agak tebal

2. Berwarna kekuning-kuningan dan tidak transparan

3. Tiap lempengan berasal dari satu biji melinjo yang ukuran dan kualitasnya bermacam-macam

4. Bila akan digoreng harus dijemur lebih dahulu hingga kering agar hasil gorengannya baik (Sunanto. H, 1997).

2.2.2 Pohon Agroindustri Melinjo

Keistimewaan tanaman melinjo selain memberikan kebutuhan seumur hidup bagi petani, juga dapat menjadi tanaman warisan dan hampir seluruh bagian tanaman dimanfaatkan serta tanaman ini bisa hidup sampai ratusan tahun. Melinjo merupakan bahan baku penting dalam industri emping melinjo, kayu tanaman melinjo dapat digunakan untuk bahan baku kertas, serat tali dan bahan papan atau

(23)

10

alat rumah tangga sederhana, daun dan buah melinjo sering dipakai untuk bahan campuran sayur.Pohon agroindustri dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Pohon Agroindustri Emping Melinjo (Rahayu, 2012).

Berdasarkan Gambar 1 dapat diketahui bahwa semua bagian melinjo dapat dimanfaatkan. Biji sebagai bahan utama pembuatan emping melinjo, Daun sebagai bahan campuran kosmetik karena dipercaya dapat mencegah jerawat, kayu sebagai bahan baku pembuatan kertas dan serat tali, batok buah sebagai campuran pupuk organik, kulit buah melinjo sebagai bahan campuran sayur serta ranting yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar.

2.3 Strategi Pengembangan

Menurut Clausewizt dan Wahyudi (1996), strategi adalah seni menggunakan pertempuran untuk memenangkan suatu perang. Jika konsep ini diterapkan pada

Bahan Campuran Kosmetik

1. Bahan Baku Kertas 2. Serat Tali Biji Daun/ Bunga Kayu Batok Buah Melinjo Melinjo Kulit Buah Melinjo

Ranting Kayu Bakar

Bahan Campuran Sayur Pupuk Organik Emping Melinjo

(24)

11

dunia pendidikan maka pendekatannya adalah dengan mempelajari pendidikan secara global dan lokal.

Strategi adalah bakal tindakan yang menuntut keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan yang banyak untuk merealisasikannya. Di samping itu, strategi juga mempengaruhi kehidupan organisasi dalam jangka panjang. Paling tidak selama lima tahun. Oleh karena itu, sifat strategi adalah berorientasi masa depan. Strategi mempunyai fungsi multifungsi dan multidimensi dan dalam perumusannya harus memperhatikan faktor internal dan eksternal yang dihadapi perusahaan (David, 2004).

Menurut Sondang P, Siagian dalam buku Handito Joewono (2001) strategi adalah cara terbaik untuk mempergunakan dana, daya dan tenaga yang tersedia sesuai tuntutan. Menurut Handoko Joewono dalam bukunya strategi manajemen, strategi adalah rumusan rencana pemikiran yang sistematis, keberanian mengambil resiko dan semangat untuk menang dan mencapai tujuan.

Menurut Hanifuddin dan Hendri Tanjung (2012) adalah merupakan respon yang berkesinambungan dan bergantung pada kemungkinan dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi perencanaan strategis, terdapat banyak tingkatan dalam organisasi.

Tingkatan strategi dapat dibagi menjadi tiga bagian : 1. Strategi Korporat

Suatu pertanyaan maksud perusahaan, arah pertumbuhannya dan tujuan jangka panjangnya. Tujuan utama perusahaan ada pada pertanyaan utama: bisnis apa yang seharusnya dilakukan? Strategi perusahaan akan menentukan

(25)

12

apakah bentuk organisasi bisnis harus terintegrasi dengan perusahaan lain atau harus mandiri dan bagaimana hubungan bisnis dengan masyarakat.

2. Strategi bisnis

Pernyataan rinci definisi, misi, tujuan unit bisnis dan rancangan-rancangan akan digunakan untuk mencapai tujuan jangka panjang perusahaan. Masalah utama dari level strategi ini terkait dengan persaingan di pasar masing-masing unit bisnis, seperti, apa saja keunggulan pesaing, peluang yang digunakan, bagaimana perusahaan mengalokasikan sumber daya untuk mencapai posisi kompetitif yang diinginkan.

3. Strategi Fungsional

Suatu pertanyaan rinci tujuan jangka pendek dan metode yang akan digunakan oleh suatu bidang operasional untuk mencapai tujuan jangka pendek unit bisnisnya. Masalah utama strategi pada tahap ini berkaitan dengan bagaimana setiap bagian organisasi dapat diintegrasikan ke dalam arsitektur strategis yang dapat menghasilkan arahan strategis secara efektif (M. Husni, 2009).

Rantai nilai (Value Chain) berpengaruh dalam menentukan strategi yang diperlukan bagi suatu perusahaan. Konsep rantai nilai yang dikembangkan oleh Michael Porter melihat perusahaan sebagai sekumpulan aktivitas utama atau lini produksi yang menghargai produk dan layanan untuk mendukung profitabilitas. Di dalam konsep rantai nilai terdiri dari beberapa aktivitas dasar yang merupakan aktivitas utama sedangkan aktivitas yang lain merupakan aktivitas pendukung (Porter, 2000).

(26)

13

2.3.1 Perencanaan Strategis

Kata perencanaan strategis terdiri dari kata perencanaan dan strategi (Kerzner, 2001) mengungkapkan bahwa perencanaan strategis (Strategic Planning) adalah alat manajemen yang digunakan untuk mengelola situasi saat ini untuk mengatur kondisi masa depan sehingga rencana strategis tersebut menjadi pedoman. dapat digunakan oleh organisasi dari kondisi yang ada. sekarang bekerja selama 5 sampai 10 tahun ke depan.

Adapun proses perencanaan strategis (Hanafi, 2011) mengungkapkan ada delapan proses perencanaan strategis yaitu : Mengembangkan target, mengevaluasi target dan strategi saat ini, penilaian lingkungan, penilaian sumber daya, mengidentifikasi peluang strategis, pengambilan keputusan strategis, implementasi strategis, evaluasi dan pengendalian strategis.

2.4 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah pengenalan konstan berbagai faktor untuk membentuk strategi perusahaan. Studi ini didasarkan pada logika yang meningkatkan kekuatan dan ketepatan waktu sambil meminimalkan kerentanan dan ancaman (Rangkuti, 2006).

Analisis SWOT adalah evaluasi hasil identifikasi sesuatu untuk menentukan apakah sesuatu akan dikategorikan sebagai sebagai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (Tripomo dan udan, 2005).

Analisis ini terbagi atas empat komponen dasar yaitu :

1. Strengths (S), adalah karakteristik positif internal yang dapat dimanfaatkan organisasi untuk mencapai target kinerja strategis.

(27)

14

2. Weaknesses (W), merupakan karakteristik internal yang dapat menghambat atau mengurangi efektivitas organisasi.

3. Opportunities (O), merupakan karakteristik potensial dari lingkungan eksternal dapat membantu organisasi mencapai atau melampaui target strategis.

4. Threats (T), adalah fitur lingkungan eksternal yang dapat mencegah organisasi mencapai target strategis yang telah ditentukan sebelumnya Proses pengambilan keputusan strategis selalu berkaitan dengan pengambilan misi, tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaaan strategis harus menganalisis faktor-faktor strategis agroindustri (kekuatan, peluang, ancaman dan kelemahan). Analisis SWOT digunakan untuk mencapai serangkaian keputusan dan tindakan manajemen yang menentukan kinerja perusahaan dalam jangka panjang dengan mengamati lingkungan eksternal untuk melihat peluang dan ancaman serta mengamati lingkungan internal untuk melihat kekuatan dan kelemahan dari agroindustri.

2.4.1 Analisis Lingkungan Internal (ALI) dan Eksternal (ALE)

Lingkungan internal meliputi kekuatan dan kelemahan organisasi. Kekuatan (Strength) adalah situasi dan kapabilitas internal yang positif yang memungkinkan organisasi untuk memenuhi tujuan strategis dalam mencapai visi dan misinya. Sedangkan kelemahan (weaknesses) adalah kondisi dan faktor di luar organisasi yang bersifat negatif dan menghambat organisasi untuk mencapai atau melampaui keberhasilan visi dan misinya (Akdon, 2011).

(28)

15

Analisis lingkungan internal mencermati (Scanning) kekuatan dan kelemahan lingkungan internal organisasi yang dapat dikelola manajemen yaitu sebagai berikut:

1. Struktur organisasi termasuk rekrutmen dan penempatan pegawai.

2. Sistem organisasi dalam mencapai keberhasilan organisasi mencangkup keberhasilan komunikasi internal

3. Sumber daya manusia, sumber daya alam, tenaga terampil (skill) dalam tingkat pemberdayaan sumber daya, termasuk struktur dan kualitas sumber daya manusia.

4. Biaya operasional serta sumber dananya.

5. Faktor-faktor lain yang menunjukkan dukungan terhadap proses kinerja/misi organisasi yang sudah ada, maupun yang secara potensial dapat muncul di lingkungan internal organisasi seperti teknologi yang telah digunakan sampai saat ini.

Sedangkan analisis lingkungan eksternal meliputi peluang dan tantangan organisasi. Peluang (opportunities) adalah situasi dan faktor-faktor luar organisasi yang bersifat positif dan membantu organisasi mencapai atau mampu melebihi pencapaian visi dan misi. Sedangkan tantangan (threats) adalah faktor-faktor luar organisasi yang bersifat negatif dan dapat mengakibatkan organisasi tidak berhasil dalam mencapai visi dan misi.

Tujuan audit eksternal adalah membuat daftar terbatas mengenai berbagai peluang yang dapat menguntungkan perusahaan dan berbagai ancaman yang harus

(29)

16

dihindari (David, 2009). Lingkungan eksternal meliputi aspek ekonomi sosial dan budaya , pesaing , bahan baku, iklim dan cuaca serta kebijakan pemerintah.

2.4.2 Menganalisis dan Menentukan Keputusan Strategis Menggunakan Matriks SWOT

Analisis dan penentuan keputusan dengan menempatkan pendekatan matriks SWOT, dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis sebagai berikut :

1. Strategi S0 (Strength, Opportunities)

Strategi ini didasarkan pada pola pikir korporasi, yaitu menggunakan semua kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

2. Strategi ST (Strength, Threats)

Strategi ini adalah strategi pemanfaatan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

3. Strategi WO (Weakness, Opportunities)

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

4. Strategi WT (Weakness, Threats)

Strategi ini didasarkan pada aktivitas defensif dan upaya untuk meminimalkan kerentanan yang ada dan mencegah ancaman. Hasil analisis tabel internal faktor strategi dan faktor eksternal kemudian dipetakan ke dalam matriks posisi.

(30)

17

Berikut adalah matriks posisi analisis SWOT dari hasil pembobotan yang telah dilakukan :

Kuadran III (-,+) Kuadran I(+,+)

Mendukung Strategi Mendukung Strategi

(Turn-around) (Progresif)

Kuadran IV Kuadran II (+,-)

Mendukung Strategi Mendukung Strategi

(Despensive) (Deversifikasi)

Gambar 2. Matriks Posisi Analisis (Rangkuti, 2000).

Keterangan : Kuadran I

a. Merupakan posisi yang layak untuk dikembangkan

b. Mempunyai peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang secara maksimal

c. Menerapkan strategi yang mendukung kebijakan sehingga pertumbuhan agresif

Peluang

Ancaman

Kekuatan Kelemahan

(31)

18

Kuadran II

a. walaupun menghadapi ancaman tetapi mempunyai keunggulan sumber daya b. Menggunakan kekuatan agar dapat memanfaatkan peluang jangka panjang c. Melalui diversifikasi produk atau pasar

Kuadran III

a. Dapat dikembangkan

b. Peluang besar tetapi sumber daya sangat lemah oleh karena itu, harus memanfaatkan peluang tersebut secara optimal dan fokus pada strategi posisi untuk meminimalkan kendala-kendala internal pemasaran.

Kuadran IV

a. Kondisi tidak menguntungkan serta tidak dapat dikembangkan.

b. Menghadapi berbagai ancaman eksternal sedangkan sumber daya yang dimiliki mempunyai banyak kelemahan.

2.5Perilaku Konsumen

Menurut Mangkunegara (2002), perilaku konsumen adalah tindakan yang dilakukan oleh setiap kelompok atau organisasi yang berkaitan dengan proses pengambilan keputusan untuk mendapatkan dan menggunakan barang atau jasa ekonomi yang dapat mempengaruhi lingkungan.

Menurut Winardi (2003), perilaku konsumen adalah tindakan yang ditunjukkan oleh desain pembelian dan penggunaan barang dan jasa dalam perekonomian.

Dari beberapa pengertian perilaku konsumen yang diberikan oleh para ahli pemasaran maka, dapat disimpulkan yaitu :

(32)

19

a. Perilaku konsumen menjadi ciri individu dan rumah tangga.

b. Perilaku konsumen menyangkut mencakup proses pengambilan keputusan sebelum membeli dan tindakan memperoleh, mengkonsumsi dan menghabiskan produk.

c. Perilaku konsumen meliputi perilaku yang dapat diamati seperti jumlah barang yang telah dibelanjakan, kapan dengan siapa, siapa saja dan bagaimana barang yang telah dibeli dikonsumsi. Selain itu juga terdapat variabel yang tidak dapat diamati, seperti nilai yang dimiliki konsumen, kebutuhan pribadi, persepsi, bagaimana konsumen mengevaluasi pilihan lain dan bagaimana perasaan konsumen tentang kepemilikan dan penggunaan produk.

2.6 Kerangka Pikir

Agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar merupakan merupakan salah satu bentuk pengembangan industri pertanian yang dapat memberikan nilai tambah yang berasal dari bahan baku melinjo. Kerangka berfikir dari penelitian ini dimulai dengan penggalian informasi dari empat keadaan di agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kohala yaitu, produk, tempat, harga dan pemasaran. Keempat elemen tersebut akan dijadikan sebagai referensi daftar pertanyaan yang akan diajukan sebagai sumber informasi utama dalam penelitian ini dengan menggunakan analisis SWOT.

Pertanyaan yang akan diajukan terbagi kedalam dua bagian, sesuai dengan pembagian dalam analisis SWOT. Pertama pertanyaan tentang faktor-faktor

(33)

20

internal dari usaha pembuatan emping melinjo yaitu kekuatan dan kelemahan, kedua pertanyaan tentang faktor- faktor eksternal yaitu peluang dan ancaman. Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu kemudian diolah menggunakan analisis SWOT yang berujung pada lahirnya strategi-strategi untuk masing-masing matriks (keadaan). Matriks strategi yang menjadi hasil akhir dari penelitian itu yang nantinya semoga ini dapat menjadi solusi untuk strategi yang tepat bagi agroindustri emping melinjo di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar untuk meningkatkan omzet penjualan dan mempertahankan daur hidup produk. Adapun penjelasannya dapat dilihat melalui gambar berikut:

Gambar. 3 Kerangka Pikir Teoritis.

Faktor Eksternal - Peluang - Ancaman Faktor Internal - Kekuatan - Kelemahan Strategi Pengembangan Emping Melinjo Analisis SWOT Agroindustri Emping Melinjo

(34)

21

No. Nama Peneliti. Judul Penelitian Metode Analisis Hasil Penelitian 1 Rizky Ramadhani

Puspanegara, 2018

Strategi Pengembangan Agroindustri Beras Siger di Desa Wonokarto Kecamatan Sekampung Kabupaten Lampung Timur dan Desa Margosari Kecamatan Pagelaran Utara Kabupaten Pringsewu

Analisis Deskriptif Kualitatif

Analisis SWOT

-Kekuatan yang dimiliki oleh kedua agroindustri berbeda, KWT Suka Maju memiliki banyak sekali konsumen serta melakukan kegiatan pemasaran yang beraneka ragam. Kekuatan yang dimiliki KWT Melati yaitu kualitas produk yang sangat baik yang benar-benar dapat dicirikan sebagai beras siger (mirip seperti beras). Kelemahan yang dimiliki masing-masing agroindustri pun berbeda, KWT Melati memiliki kelemahan besar dalam teknologi produksi yang dikarenakan kondisi keuangan yang belum memungkinkan dan kelemahan KWT Melati adalah konsumen tidak beragam karena hanya menjual kepada reseller.

-Peluang utama yang dimiliki KWT 2.7 Penelitian Terdahulu.

(35)

22

Melati adalah tidak adanya saingan di wilayah tersebut, dan ancaman yang dimiliki oleh KWT Melati ada keterbatasan teknologi .

-Strategi yang diprioritaskan untuk agroindustri beras siger KWT Suka \Maju adalah membuat diversifikasi dan modifikasi produk sehingga konsumen makin tertarik mengkomsumsi. Strategi yang diprioritaskan untuk agroindustri KWT adalah melakukan inovasi produk baru dari teknologi dan pelatihan yang telah di dapat dari BKP Provinsi Lampung dan mengembangkannya.

2. Nur Afni Evilia,E. Gumbira Sa’id dan Rita Nurmalina Suryana, 2012.

Stategi Pengembanagan Agroindustri dan Peningkatan Nilai Tambah Gambir di Kabupaten Lima Puluh Kota

Analisis Kualitatif dan Kuantitatif. Analisis Deskriptif

Rasio nilai tambah dari pengolahan gambir menjadi katekin 91,67%, dengan nilai tambah sebesar Rp. 2.442.000.

(36)

23

Sumatera Barat. dengan nilai tambah dari tani sebesar

Rp.1.149.000. dengan rasio nilai tambah sebesar 83,81%. Faktor internal terdiri atas kekuatan dan kelemahan. Kekuatan utama adalah adanya Agrotechnopark (0,063), sedangkan kelemahan utama adalah belum adanya kebijakan pemerintah daerah yang tertuang dalam peraturan perundang-undangan daerah

(Pemda) dalam mendukung

pengembangan agroindustri gambir (0,074).Faktor Eksternal terdiri atas peluang dan ancaman utama adalah perdagangan global yang menuntut standar mutu produk tinggi (0,065). Matriks QSPM menghasilkan strategi prioritas utama, yaitu menggiatkan kembali program ATP dalam upaya meningkatkan inovasi teknologi untuk

(37)

24

pengolahan gambir menjadi berbagai produk olahan dengan mutu yang terjamin dan jumlah yang memadai dengan nilai TES tertinggi 6,897.

3 Dwi Retno Andriani, Fransiska Dwi L, 2015

Analisis Kelayakan Usaha dan Strategi Pengembanagan Agroindustri Emping Melinjo Skala Rumah Tangga di Desa Wates Kecamatan Wates Kabupaten Blitar.

Metode Analisis Keuntungan dan Kelayakan Usaha dan Analisis SWOT

-Keuntungan yang diperoleh agroindustri emping melinjo skala rumah tangga di daerah penelitian sebesar Rp. 28.443,,00 per hari dan Rp. 711.075,00 per bulan. Agroindustri tersebut menguntungkan karena rata-rata biaya yang dikeluarkan Rp. 343.557.00 per hari untuk rata-rata kapasitas bahan baku yang digunakan sebanyak 37.14 kg dan memperoleh penerimaan terbesar Rp. 372,000.00 per hari (TR>TC).

-Agroindustri emping melinjo layak dikembangkan berdasarkan perhitungan R/C ratio lebih besar dari satu yaitu 1.1 (R/C Ratio > 1) dan jumlah produk yang

(38)

25

dihasilkan melebihi nilai BEP yaitu 18,6 kg emping melinjo dengan harga Rp. 20,000.00 (Produk saat BEP 17 kg dengan harga Rp18, 475 00.

-Strategi yang dapat diterapkan oleh agroindustri emping melinjo skala rumah tangga berdasarkan matriks IE adalah Growth and Stability. Pada matriks Grand strategi, agroindustri berada pada kuadran satu yaitu strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan Agresif, berdasarkan analisis SWOT strategy utama adalah Growth and stability dan Agresif strategy. Kemudian dengan analisis QSPM dirumuskan 3 Alternatif strategi yang paling utama yaitu :

1.) Pengembangan usaha dengan meningkatkan kuantitas, kualitas dan kontinuitas produk di pasar.

(39)

26

2.) Memperluas pasar ke berbagai daerah dengan menambah dan mempertahankan pelanggan serta diversifikasi produk. 3.) Bekerjasama dengan pemerintah untuk membentuk kelompok usaha dalam hal, modal, pelatihan tenaga kerja, promosi dan teknologi tepat guna.

4 Nur Afni Evalia, 2015 Strategi Pengembagan Agroindustri Gula Semut Aren, (Studi Kasus Kecamatan Lareh Sago Halaban Kabupaten Lima Puluh Provinsi Sumatera Barat) ,2015.

Analisis Deskriptif Kualitatif

-Pengembangan agroindustri gula semut aren di Kecamatan Lareh Sago Halaban merupakan hal yang sangat penting untuk diimplementasikan . ini dapat dilihat dari nilai faktor IFE senilai (2,64) ini berarti secara internal sangat mendukung dalam penegembangan agroindustri gula semut kedepannya. Begitu juga dengan nilai EFE sebesar 298. Ini mengkondisikan bahwa masih banyak peluang-peluang yang belum dimanfaatkan dengan baik. Dari hasil penelitian juga didapatkan 10

(40)

27

alternatif strategi yang mewakili dalam pengembangan agroindustri gula semut, yang dapat diterapkan di Kecamatan Lareh Sago Halaban. Prioritas strategi yang dapat segera diimplementasikan berdasarkan hasil olahan AHP, Khususnya faktor penentu utama yang telah didapat Faktor tersebut adalah teknologi, dengan pelaku yang bertanggung jawab adalah pemerintah sebagai fasilitator yang dapat diprioritaskan untuk diversifikasi produk turunan aren ( gula semut aren). Tujuan akhir dari strategi pengembangan agroindustri gula semut aren adalah pemberian bantuan berupa teknologi tepat guna dan teknologi packing untuk skala komersial.

(41)

28

5 Dwi Rizky Agustina, R. Hanung Ismono Adia Nugraha, 2015

Harga pokok Produksi, Nilai Tambah Dan Prospek Pengembangan Agroindustri Marning Di Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran.

Analisis Kualitatif dan Kuantitatif. Analisis Deskriptif

Harga pokok produksi (HPP) agroindustri marning dengan analisis Variable

Costing adalah Rp. 9.634,76 dan metode Full Costing adalah sebesar Rp. 9.809,55. HPP tersebut merupakan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan untuk menghasilkan per kilogram marning. Nilai tambah yang dihasilkan oleh agroindustri marning adalah Rp. 3.715,88. Persentase imbalan tenaga kerja terhadap nilai tambah sebesar 53,15 persen, sedangkan persentase keuntungan untuk pemilik agroindustri marning adalah sebesar 46,85 persen dari nilai produk. Prospek pengembangan agroindustri marning di Desa Karang Anyar dapat dikatakan cukup prospektif, jika dilihat dari identifikasi terhadap

(42)

29

ketersediaan bahan baku, ketersediaan tenaga kerja, penawaran marning, daerah pemasaran produk, dukungan masyarakat, dan dukungan pemerintah.

(43)

III.

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada agroindustri rumah tangga pembuatan emping melinjo di Desa Kahala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar. lokasi dipilih karena di Desa Kohala terdapat banyak agroindustri pembuatan emping melinjo yang layak untuk di kembangkan. penelitian dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus 2020.

3.2 Teknik Penentuan Informan

Dalam penelitian ini informan yang dipilih adalah informan yang menguasai pokok permasalahan, memiliki data dan mengerti tentang topik masalah penelitian. Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling adalah teknik mengambil informan atau narasumber dengan tujuan tertentu sesuai dengan tema penelitian karena orang tersebut dianggap memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian.

Dalam penelitian ini informan yang akan diambil dalam penelitian ini berjumlah 5 orang (data terlampir) terdiri dari : pemilik usaha 2 orang, konsumen 2 orang, beserta 1 orang warga yang berdomisili di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara kemudian dijelaskan dalam bentuk deskriptif kualitatif.

(44)

31

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Data Primer

Adalah data yang diperoleh secara langsung dari hasil wawancara langsung maupun survey dengan menggunakan (kuesioner) yang telah disiapkan sebelumnya untuk mendapatkan data-data tentang strategi pengembangan emping melinjo di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar.

2. Data Sekunder

Adalah data yang diperoleh melalui penelusuran studi-studi dokumen yang terdapat pada tempat penelitian. Data sekunder yang dikumpulkan diantaranya data produksi dan penjualan emping melinjo di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Observasi

Yaitu melakukan pengambilan data dengan melakukan pengamatan secara langsung pada industri rumah tangga pembuatan emping melinjo di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar.

2. Wawancara

Yaitu pengambilan data yang dilakukan melalui interview langsung dengan informan yaitu seluruh pengrajin dan pengelola produsen emping melinjo di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar.

(45)

32

3. Dokumentasi

Yaitu pengumpulan data dengan melakukan pencatatan dan pengambilan gambar di lokasi penelitian di Desa Kahala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar.

3.5 Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan alat analisis menggunakan metode SWOT. Yaitu suatu proses penyelidikan untuk memahami masalah sosial berdasarkan pada penciptaan gambaran Holistik lengkap yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan pandangan informan secara terperinci dan disusun dalam sebuah latar alamiah (Ulber Silalahi, 2009). Dalam penyusunan strategi dengan menggunakan metode SWOT, model yang digunakan sebagai berikut :

1. Identifikasi faktor internal dan eksternal 2. Matriks strategi internal dan eksternal 3. Melakukan perumusan matriks SWOT 4. Matriks SWOT

3.5.1 Identifikasi Faktor Eksternal dan Internal

Hal pertama yang perlu dilakukan yaitu perumusan strategi perlu adanya identifikasi terhadap faktor-faktor yang terdapat dalam pokok permasalahan. Faktor-faktor diantaranya yaitu : kekuatan dan kelemahan (internal) dan faktor peluang dan ancaman (eksternal).

(46)

33

Untuk menentukan cara penentuan faktor strategi internal perusahaan dapat di diketahui menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan yang terdapat pada kolom yang pertama.

2. Memberikan bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari yang paling rendah 0,20 (sangat kuat) sampai 0,05 (di bawah rata-rata), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis. (semua bobot jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00).

3. Hitung rating yang terdapat (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (Outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel masuk kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari 4 (sangat menarik) sampai 1 (tidak menarik) dengan membandingkannya dengan rata-rata industri atau dengan pesaing utama, sedangkan variabel bersifat negatif, serta kebalikannya.

4. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan yang terdapat pada kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1 (poor).

5. Gunakan kolom lima untuk memberikan komentar atau catatan mengapa faktor-faktor dipilih dan bagaimana skor pembobotannya dihitung . jumlahkan skor pembobotan yang terdapat pada (kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi yang bersangkutan. Nilai total

(47)

34

menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi internalnya . Skor total dapat kita gunakan sebagai perbandingan.

3.5.2 Matriks Posisi

Hasil analisis pada tabel faktor strategi internal dan faktor eksternal kemudian dipetakan pada matriks posisi, dengan langkah-langkah sebagai berikut 1. Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan

sumbu vertikal (y) menunjukkan peluang dan ancaman. 2. Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil sebagai berikut :

a. Jika kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka x > 0 dan sebaliknya jika kelemahan lebih besar daripada kekuatan maka nilainya x < 0.

b. Jika peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai y > 0 dan sebaliknya jika ancaman lebih besar daripada peluang maka nilainya y < 0.

3. Untuk menentukan posisi pemasaran, dibuat perhitungan berdasarkan selisih dari sub total skor da matriks faktor internal dan eksternal, hasilnya dapat dirangkum sebagai berikut :

a. Koordinat analisis internal Kekuatan - Kelemahan = ... ? b. Koordinat analisis eksternal

Peluang – Ancaman = ... ?

3.5.3 Matriks SWOT

Matriks SWOT dikembangkan untuk dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat

(48)

35

disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. Matriks SWOT Faktor Internal (IFAS) Faktor Eksternal (EFAS) Kekuatan (Strengths) Kelemahan (Weakness) Peluang (Opportunities) Strategi S - O :

Ciptakan strategi dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

Strategi W – O : Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk mendapatkan peluang Ancaman (Threats) Strategi S – T :

Ciptakan strategi yang menggunakan kekutan untuk mengatasi ancaman. Strategi W – T : Strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman. Sumber : (Rangkuti Freddy, 2001)

Keterangan :

1. Strategi SO (Strengths, Opportunities)

Memanfaatkan kekuatan yang dimiliki agroindustri untuk memanfaatkan berbagai peluang yang ada

(49)

36

Memanfaatkan kekuatan yang dimiliki agroindustri untuk menghindari berbagai ancaman

3. Strategi WO (Weakness, Opportunities)

Memanfaatkan peluang yang dimiliki agroindustri dengan cara meminimalkan berbagai kelemahan

4. Strategi WT (Weakness, Threats)

Memanfaatkan peluang yang dimiliki agroindustri dan meminimalkan berbagai kelemahan dan ancaman.

3.6 Definisi Operasional

1. Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, untuk merancang serta menyediakan peralatan dan jasa untuk kegiatan agroindustri emping melinjo.

2. Emping melinjo adalah adalah salah satu jenis makanan ringan yang terbuat dari melinjo yang berbentuk pipih bulat, diolah dengan cara dipanaskan kemudian dipipihkan dengan cara dipukul-pukul lalu dikeringkan di bawah sinar matahari dan digoreng dengan menggunakan minyak.

3. Strategi pengembangan adalah suatu upaya menganalisis situasi agroindustri emping melinjo dari perspektif internal yang meliputi kelemahan dan kekuatan.

4. Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk menilai kekuatan (strengths), kelemahan (weakness), peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dalam agroindustri emping melinjo.

(50)

37

5. Kekuatan adalah kemampuan yang dimiliki agroindustri emping melinjo yang berasal dari dalam agroindustri agar kegiatannya berjalan secara optimal.

6. Kelemahan adalah kekurangan yang yang dimiliki agroindustri emping melinjo yang berasal dari dalam agroindustri sehingga perusahaan tidak dapat beroperasi dengan baik.

7. Peluang adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar agroindustri emping melinjo yang bersifat positif yang dapat mendukung kinerja agroindustri emping melinjo.

8. Ancaman adalah faktor eksternal yang dapat menghambat kinerja agroindustri emping melinjo.

(51)

IV.

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

4.1 Keadaaan Geografis

Kabupaten Kepulauan Selayar sebagai salah satu provinsi di Sulawesi Selatan terletak di ujung Selatan pulau Sulawesi yang memanjang dari utara ke selatan. Berbeda dengan kabupaten lain di Sulawesi Selatan Kabupaten Kepulauan Selayar memiliki ciri khas dimana satu-satunya kabupaten yang seluruh wilayahnya terpisah dari daratan Sulawesi serta terdiri dari gugusan beberapa pulau.

Kecamatan Bukit yang berada pada arah utara Kabupaten Kepulauan Selayar dan merupakan pemekaran dari Kecamatan Bontomatene berdasarkan perda Nomor 6 tahun 2008. Kondisi topografi Kecamatan Buki sebagian besar terdiri dari perbukitan untuk wilayah bagian timur dan wilayah bagian barat sebagian datar dengan luas wilayah kecamatan tercatat ± 55,27 km². Wilayah administratif pemerintahan Kecamatan Buki terbagi atas 7 (tujuh) wilayah Desa terdiri dari (Desa Buki, Bontolempangan, Kohala, Lalang Bata, Balang Butung, Buki Timur dan Mekar Indah). Salah satu Desa yang berada di Kecamatan Buki yaitu Desa Kohala mempunyai luas ± 7 km². Terletak disebelah utara ibu kota kabupaten yaitu Benteng dengan jarak tempuh ± 15 km dengan waktu tempuh sekitar 30-40 menit dengan menggunakan kendaraan bermotor.

Secara topografi, tanah di kesuburan yang sedang dan relatif baik sehingga mendukung usaha pertanian yang Desa Kohala merupakan tanah dengan bentang wilayah berbukit yang memiliki tingkat dikembangkan oleh masyarakat di Desa

(52)

39

Kohala ditinjau secara parsial yakni ke 4 (empat) Dusun tersebut yaitu Dusun Lebo, Dusun Karebosi, Dusun Kadempak dan Dusun Bangsiang. Selain itu Desa Kohala memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Polebunging

 Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Bontolempangan

 Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Flores

 Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bonea Makmur

Secara geografis wilayah Kecamatan Buki dapat dilihat pada peta di bawah ini.

Gambar 4. Peta Wilayah Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar.

4.2 Keadaan Demografis

4.2.1 Penduduk Berdasarkan Jenis kelamin

Berdasarkan data tahun terakhir tahun 2016 jumlah penduduk Desa Kohala tercatat 266 (KK). Adapun banyaknya penduduk yang berjumlah 917 terdiri dari laki-laki sebanyak 436 jiwa dan perempuan sebanyak 481 jiwa yang kesemuanya terbagi dalam usia yang berbeda-beda, mulai dari kelompok penduduk yang berusia antara 1-20 tahun sampai pada kelompok yang berusia 61 tahun keatas.

(53)

40

Komposisi penduduk Desa Kohala berdasarkan kelompok umur untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini .

Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Kahala Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Penduduk (Jiwa) Presentase (%) 1. 2. Laki – laki Perempuan 436 481 47,55 52,45 Jumlah 917 100

Sumber : Data Sekunder 2018

Berdasarkan Tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa rasio jumlah penduduk jenis kelamin laki laki lebih sedikit daripada jumlah penduduk yang berjenis kelamin perempuan dengan perbandingan 436 jiwa yang berjenis kelamin laki-laki dan 481 jiwa yang berjenis kelamin perempuan. Dengan jumlah persentase untuk berjenis kelamin laki-laki sebesar 47,55 % sedangkan berjenis kelamin perempuan sebesar 52,45 %.

4.2.2 Keadaaan Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata pencaharian penduduk yang berada di Desa Kohala sebagian besar adalah petani dan URT. Adapun jenis dan jumlah mata pencaharian masyarakat Kohala selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini :

(54)

41

Tabel 5. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Di Desa Kahala Kecamatan Buki, Kabupaten Selayar.

No Mata Pencaharian Jumlah (orang) Presentase (%) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Petani PNS Peternak TNI Pensiunan Montir Tukang Batu Tukang Kayu Tukang Jahit Tukang Kue Tukang Anyaman

Pengrajin Industri Rumah Tangga Lainnya URT 158 30 20 3 8 3 17 16 4 14 8 35 601 17,23 3,27 2,18 00,3 00,8 00,3 1,85 1,74 00,4 1,52 00,8 3,81 65,54 Total 917 100

Sumber : Data Sekunder 2018

Data pada Tabel 5 diatas menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk Desa Kohala terbesar yaitu sebagai ibu rumah tangga berjumlah 601 jiwa atau 65,54 %, kemudian disusul oleh sektor pertanian yaitu 158 jiwa atau 17,23%. Hal ini didukung oleh potensi Desa Kohala yang berada pada wilayah perkebunan,

(55)

42

kemudian yang terendah terdapat pada bidang mata pencaharian montir berjumlah 3 atau 00,3 % Beberapa jenis mata pencaharian lain yang dikembangkan oleh masyarakat di Desa Kohala tersebut yaitu sebagai tukang batu, tukang kayu, tukang jahit, tukang kue, tukang anyaman dan pengrajin industri rumah tangga lainnya.

4.2.3 Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan.

Penduduk merupakan salah satu merupakan salah satu variabel yang sangat menentukan kemajuan suatu wilayah. Semakin banyak penduduk yang berpendudukan tinggi di suatu wilayah maka maka semakin tinggi pula tingkat kemajuan wilayah tersebut dan sebaliknya semakin banyak penduduk yang berpendidikan rendah maka tingkat kemajuan wilayah tersebut semakin lambat. Untuk mengetahui secara jelas keadaan penduduk menurut tingkat pendidikan, dapat dilihat pada Tabel 6.

(56)

43

Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Desa Kohala.

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (jiwa) Presentase (%)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. TK SD SMP SMA D2 S2 SDLB Tidak Sekolah 59 90 58 68 4 1 12 625 6,10 9,81 6,32 7,42 00.4 00,1 01,30 68,15 Total 917 100

Sumber : Data Desa Kohala, 2018

Berdasarkan Tabel 6 diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk di Desa Kohala yang sarjana berjumlah 1 orang atau 00,1 %, SMA berjumlah 68 orang atau 7,42 %, SMP berjumlah 58 orang atau 6,32 %, SD berjumlah 90 orang atau 9,81%, SDLB berjumlah 12 orang atau 01,30% tidak sekolah berjumlah 625 orang atau 68,15 %. Jadi, dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk Desa Kohala umumnya tidak sekolah dan bisa diartikan bahwa tingkat pendidikan masyarakat di Desa Kohala masih rendah.

(57)

V.

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Sejarah Agroindustri Emping Melinjo di Desa Kohala

Agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kohala telah ada sejak awal tahun 2001 dan telah berjalan turun-temurun. Emping melinjo yang diproduksi hanya emping melinjo tawar saja serta tidak menggunakan merek, usaha masih sederhana dan produksinya masih dikenal pada lingkungan setempat. Industri ini mengalami perkembangan namun tidak cukup signifikan. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya warga sekitar yang juga menjadi pengrajin emping melinjo. Namun, disisi lain tidak adanya pasar yang berada di tempat tersebut mengakibatkan emping yang telah dijual harus dibawa ke kota untuk dipasarkan.

Permasalahan yang sering muncul adalah masalah cuaca dan pasar. Biasanya sekali produksi pada musim kemarau hanya butuh 2-3 hari masa pengeringan. Tetapi pada musim hujan bisa 7-10 hari untuk proses pengeringan.

Selain itu, pasar yang cukup jauh ke kota menambah pengeluaran dikarenakan sebagian besar pengrajin belum memanfaatkan media sosial sebagai media promosi.

Sebagai langkah awal mereka menggunakan modal seadanya untuk membeli bahan baku yaitu melinjo mentah dengan menggunakan peralatan yang masih sangat sederhana untuk membuat emping melinjo. Adapun cara pembuatan emping melinjo adalah sebagai berikut :

(58)

45

a. Rendam melinjo mentah dengan air selama seminggu hingga biji melinjo terlepas dari kulit luarnya.

b. Wajan dari tanah liat dipanaskan dengan menggunakan tungku dari tanah liat atau kompor menggunakan api kecil, kemudian masukkan biji melinjo lalu goreng sangan hingga setengah matang.

c. Biji setengah matang kemudian dikupas kulit luarnya.

d. Dalam keadaan masih panas segera masukkan kedalam plastik bening yang telah diapit oleh kedua sisinya. Pukul-pukul dengan palu hingga pipih.

Emping dengan ukuran besar cukup dibuat dari satu biji melinjo saja. Dan emping dengan ukuran besar dibuat dari 3-5 biji melinjo. Setelah biji melinjo dipipihkan, lepaskan dan simpan pada talenan dan jemur hingga kering.

Dari uraian diatas sudah dapat diketahui bahwa dalam pembuatan emping menggunakan bahan baku melinjo, tidak menggunakan bahan pengawet sedikitpun. Melinjo yang diproduksi oleh ibu-ibu Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar biasanya dipasarkan langsung ke pasar. Usaha ini cukup menjanjikan karena pada dasarnya banyak event yang menggunakan bahan baku emping melinjo, namun kurangnya varian produk yang ditawarkan juga menjadi salah satu penghambat peningkatan penjualan emping. Oleh karena itu, mereka menjual ke pedagang pengecer dan pengumpul karena menurut mereka dengan cara tersebut maka emping melinjo akan laku dan habis terjual.

Dalam pembuatan emping melinjo bahan baku yang digunakan adalah melinjo, ketersediaan bahan baku sangat menunjang produktivitas usaha emping melinjo. Dikarenakan sebagian besar baku baku didapatkan dari desa sekitar.

(59)

46

Sehingga apabila terjadi kendala dalam ketersediaan bahan baku, pengrajin akan mencari bahan baku pada berbagai tempat, untuk kesediaan produksi yang akan datang atau beralih pada pekerjaan lain hingga melinjo tersedia.

Lokasi usaha pembuatan emping melinjo yang tidak strategis membuat para konsumen lebih memilih untuk membeli di pasar yang berada di kabupaten karena akses jalan yang cukup dekat dan mudah untuk ditemukan. Biasanya pengrajin emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar langsung menjual ke pasar dengan harga Rp. 5.000-7.000 /liternya.

5.2 Identifikasi Faktor Internal

Lingkungan internal meliputi Lingkungan internal mengandung kekuatan dan kelemahan organisasi. Kekuatan adalah situasi positif dan kapabilitas internal yang memungkinkan organisasi mencapai keunggulan strategis dalam mencapai visi dan misi serta kelemahannya adalah faktor di luar organisasi yang buruk dan menghalangi organisasi mencapai atau melampaui visi, misi atau tujuan perusahaan.

Berdasarkan hasil penelitian dan survei langsung di lokasi penelitian, sesuai dengan pengumpulan data yang dilakukan penelitian, maka dapat diidentifikasi faktor-faktor internal dari agroindustri emping melinjo yang meliputi kekuatan dan kelemahan dapat dilihat pada Tabel berikut :

(60)

47

Tabel 7

.

Identifikasi Faktor-Faktor Internal Agroindustri Emping Melinjo

Faktor –Faktor Internal

Kekuatan (

Strengths)

Kelemahan (

Weakness) 1.) Rasa emping yang enak

2.) Agroindustri yang sudah lama berdiri

3.) Tenaga kerja yang sudah ahli 4.) Harga terjangkau

5.) Merespon cepat permintaan konsumen

1.) Ketergantungan bahan baku 2.) Tidak ada promosi

3.) Belum ada merk

4.) Produk kurang bervariasi

5.)

Lokasi tidak strategis

Penjelasan mengenai faktor internal strategi pengembangan agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar sebagai berikut :

A.Kekuatan

1. Rasa emping yang enak

Produk emping yang di produksi oleh ibu-ibu pengrajin emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar mempunyai rasa yang enak serta bau yang khas. Berdasarkan hal tersebut banyak konsumen yang menyukai produk emping melinjo yang berasal dari Desa Kohala untuk dijadikan oleh-oleh ataupun untuk dikonsumsi pribadi. Selain itu, jumlah produk yang tersedia akan cepat habis terjual dengan jangka waktu singkat biasanya kurang dari waktu 4 hari setelah produk emping

(61)

48

melinjo diproduksi. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Sitti selaku konsumen pertama produk emping melinjo yang diwawancarai dalam penelitian ini yang mengatakan :

“Nyamangi inni rasanna gareppe, jari apa araki pasang paki memang barang kalakbusangki. Lohe biasa tau tuppasang, biasana lalaerangi mange ri kamponna lohe todok tu malli untuk lala kangre jua (artinya : emping yang diproduksi rasanya enak, agar tidak kehabisan stok, kita dapat memesan jauh hari sebelumnya.biasanya konsumen membeli emping untuk dijadikan oleh-oleh, namun ada juga yang memesan emping untuk dikonsumsi pribadi)”

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Biah selaku konsumen kedua, yang diwawancarai dalam penelitian ini, mengatakan bahwa :

“Bajik ini rasanna gareppe jari lohe tuppasang, biasana turiek batu ha‟le. lamuliang pi mange ri kamponna ampai la alle (artinya : emping disini rasanya enak ,konsumennya sebagian besar berasal dari luar daerah. Biasanya emping yang telah mereka pesan akan diambil ketika mereka hendak kembali ke kampung halamannya”

Berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Sitti selaku konsumen pertama, beliau menjelaskan bahwa karena rasa emping yang diproduksi enak, konsumen harus memesan jauh hari sebelumnya, agar tidak kehabisan stok . karena banyak konsumen lain yang memesan emping untuk dijadikan oleh-oleh atau hanya sekedar dikonsumsi pribadi. Sedangkan berdasarkan tanggapan ibu Biah selaku konsumen kedua beliau menjelaskan, konsumen membeli emping yang ada di Desa Kohala karena rasanya enak. Sebagian besar konsumen berasal dari luar daerah sehingga mereka akan mengambil pesanan emping ketika mereka hendak kembali ke daerahnya.

(62)

49

2. Agroindustri yang sudah lama berdiri

Agroindustri emping melinjo yang ada di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar telah berdiri sejak awal tahun 2001. Merupakan agroindustri yang telah lama berdiri.

Terlihat dari banyaknya konsumen yang mengenal produk emping melinjo. Hal tersebut berdasarkan hasil wawancara dengan ibu Marannu selaku pemilik usaha emping melinjo pertama yang diwawancarai dalam penelitian ini yang mengatakan :

“Pa‟pisa‟ringku inni tukbuak injo gareppe nu sallomo riekna rikamponginni, ampa gele jua sala pangguranggi riekmu ri mulana tahun 2001(artinya : seingat saya pengrajin emping melinjo di desa ini sudah ada sejak lama, jika tidak salah, usaha emping melinjo sudah berdiri sejak awal tahun 2001)‟‟

Pernyataan lain disampaikan oleh ibu Baho selaku pemilik usaha emping melinjo kedua yang diwawancarai dalam penelitian ini, mengatakan bahwa :

“Ampa tuk buak injo gareppe nu sallomo ampa ri kohala,

riekmu minang hattuanna awal tahun 2001 (artinya : usaha pembuatan emping melinjo telah lama berdiri, sudah ada sejak awal tahun 2001) ”

Kedua pernyataan diatas diperkuat oleh pernyataan ibu Marni selaku masyarakat yang berdomisili di Desa Kohala Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar yang diwawancarai dalam penelitian ini, beliau mengatakan bahwa :

Gambar

Gambar 1. Pohon Agroindustri Emping Melinjo (Rahayu, 2012).
Gambar 2. Matriks Posisi Analisis (Rangkuti, 2000).
Tabel 3. Matriks SWOT  Faktor Internal  (IFAS)  Faktor  Eksternal (EFAS)  Kekuatan  (Strengths)  Kelemahan  (Weakness)  Peluang  (Opportunities)  Strategi S - O :
Gambar 4. Peta Wilayah Kecamatan Buki Kabupaten Kepulauan Selayar.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh pembelajaran di Sekolah Menengah Kejuruan PU Negeri dan Balai Latihan Pendidikan Teknik pada perilaku belajar siswa

Optimasi Penerapan Teknologi Budidaya Padi BPTP Jabar 2009 148 Distan

Berdasarkan urian diatas dapat disimpulkan bahawa, iklim sangat berpengaruh terhadap risiko produksi usahatani bawang merah, dimana menanam bawang merah pada

Hasil : Terdapat perbedaan bermakna antara selisih kedua kelompok pada tekanan darah sistolik( p =0,005) dan tekanan arteri rerata( p =0,009) yang terjadi antara pra preload dengan

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kualitas layanan, hubungan pemasaran pelanggan, dan kepercayaan merek secara simultan dan parsial terhadap loyalitas

kebandarudaraan nasional di Indonesia maupun peraturan lainnya, belum terdapat pengaturan lebih detail untuk penggunaan bandar udara khusus. Selain bandar udara umum

Petani jahe putih akan menghasilkan pendapatan yang lebih besar jika pengelolaan usaha taninya dilakukan dengan baik yaitu menggunakan faktor produksi secara

Hasil fraksi ekstrak n-heksan dan etil asetat kulit buah muda pisang ambon (Musa paradisiaca var. sapientum) memiliki aktivitas teraktif terhadap bakteri