• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman (SWOT)

Sesuai dengan pendapat Hunger & Wheelen (2001:192), untuk dapat membuat rancangan strategi alternatif yang layak, pembuat strategi harus menganalisis faktor- faktor strategis perusahaan atau organisasi (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman kunci) pada situasi sekarang. Berdasarkan hal tersebut, sesuai dengan tujuan penelitian, pada kajian ini dilakukan analisis faktor-faktor strategis yang mendukung pada Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air, pertama dengan melakukan identifikasi faktor internal dan eksternal dan selanjutnya membandingkan antara faktor eksternal: peluang dan ancaman dengan faktor internal: kekuatan dan kelemahan dengan menggunakan analisis SWOT.

Analisis SWOT merupakan awal proses perumusan strategi. Selain itu, analisis SWOT juga mengharuskan pembuat strategi untuk menemukan kesesuaian strategis antara peluang-peluang eksternal dan kekuatan-kekuatan internal, disamping memperhatikan ancaman-ancamann eksternal dan kelemahan-kelemahan internal.

Melalui metode pengumpulan data yang digunakan yakni wawancara dengan bantuan kuesioner kepada responden yang merupakan pemangku kepentingan manajerial pada Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air, dapat teridentifikasi faktor- faktor kekuatan dan kelemahan serta faktor-faktor peluang dan ancaman pada Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal dinas sesuai dengan jawaban responden atas kuesioner analisis SWOT dalam penentuan strategi optimalisasi penyerapan anggaran pada Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air. Penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua puluh tiga faktor-faktor strategis yang mendukung terhadap kinerja penyerapan anggaran belanja pada Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut : 1. Faktor Internal

a. Kekuatan ( Strengths)

1) Tersedianya sarana pra sarana yang memadai

Sarana prasarana yang memadai memberikan gambaran tidak saja kepada masyarakat tetapi juga stakeholder lainnya tentang kesiapan dalam melaksanakan tugas. Sarana dan prasarana menjadi salah satu faktor kekuatan yang dibutuhkan untuk mendukung kerja kita agar dapat terlaksana secara efisien dan efektif.

2) Adanya pengawasan melekat dari pimpinan

Pengawasan melekat sebagai salah satu kegiatan pengawasan, merupakan tugas dan tanggung jawab setiap pimpinan untuk menyelenggarakan manajemen atau administrasi yang efektif dan efisien di lingkungan organisasi atau unit kerja masing-masing, baik di bidang pemerintahan maupun swasta. Pengawasan melekat di lingkungan Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air bertolak dari motivasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi, dengan cara sedini mungkin mencegah terjadinya kekurangan dan kesalahan dalam merencanakan dan melaksanakan tugas-tugas di lingkungan Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air. Pelaksanaan pengawasan melekat yang

42 demikian tersebut dapat mengurangi dan mencegah secara dini terjadinya berbagai kelemahan dan kekurangan aparatur pemerintah dalam melaksanakan tugas pokok masing-masing.

3) Hubungan kerja yang kondusif

Satu faktor yang akan sangat berperan terhadap terciptanya iklim kerja yang kondusif adalah terbangunnya hubungan kerja yang kondusif meliputi terciptanya hubungan yang baik antara sesama pegawai dan hubungan yang baik antara atasan dan bawahan.

4) Adanya rencana kerja yang jelas

Perencanaan merupakan awal dari suatu aktifitas. Disinilah titik tolak setiap program maupun kegiatan yang akan menentukan masa depan. Namun kata kunci untuk persolaan ini bukan hanya terletak pada merencanakan, lebih dari itu adalah merencanakan dengan baik. Artinya, menyusun perencanaan saja belum cukup, tetapi harus membuatnya dengan baik sehingga dapat membawa kesuksesan dalam implementasinya.

5) Adanya kewenangan bidang kebinamargaan dan SDA

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bogor nomor 3 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Bogor nomor 4 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Bogor nomor 3 Tahun 2010 tentang Organisasi Perangkat Daerah, Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air diberi kewenangan sesuai fungsinya untuk melaksanakan perumusan kebijakan teknis di bidang Bina Marga dan SDA; menyelenggarakan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang Bina Marga dan SDA; melakukan pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang Bina Marga dan SDA; dan melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai tugas dan fungsinya.

b. Kelemahan ( Weaknesses)

1) Alokasi waktu kegiatan yang kurang memadai

Mengingat paket kegiatan pada Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air yang begitu banyak dengan alokasi waktu yang kurang memadai jika pelaksanaannya dibatasi dalam satu tahun anggaran maka capaian target kinerja kegiatannya terutama pada kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan secara bertahap akan mengalami gangguan dan memungkinkan target penyerapann anggarannya tidak tercapai.

2) Rendahnya kualitas SDM

Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan organisasi. SDM berkontribusi pada proses pelaksanaan tugas pokok dan fungsi organisasi. Harus diakui kontribusi SDM Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air tidak menunjukkan signifikansi selama ini dalam penyerapan anggaran. Sangat disayangkan, jumlah kegiatan dan alokasi anggaran yang besar yang dipercayakan kepada Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air tidak dibarengi banyaknya SDM berkualitas. Masih rendahnya SDM inilah menyebabkan tidak optimalnya penyerapan anggaran.

3) Kurangnya reward & punishment

Reward dan punishment merupakan dua bentuk metode dalam memotivasi seseorang untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan prestasinya. Kedua

43 metode ini sudah cukup lama dikenal dalam dunia kerja. Reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan. Dalam konsep manajemen, reward merupakan salah satu alat untuk peningkatan motivasi para pegawai. Metode ini bisa meng-asosiasi-kan perbuatan dan kelakuan seseorang dengan perasaan bahagia, senang, dan biasanya akan membuat mereka melakukan suatu perbuatan yang baik secara berulang-ulang. Selain motivasi, reward juga bertujuan agar seseorang menjadi giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau meningkatkan prestasi yang telah dapat dicapainya. Sementara punishment diartikan sebagai hukuman atau sanksi. Jika reward merupakan bentuk reinforcement yang positif, maka punishment sebagai bentuk reinforcement yang negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Tujuan dari metode ini adalah menimbulkan rasa tidak senang pada seseorang supaya mereka jangan membuat sesuatu yang jahat. Jadi, hukuman yang dilakukan mesti bersifat pedagogies, yaitu untuk memperbaiki dan mendidik ke arah yang lebih baik. Pada dasarnya keduanya sama-sama dibutuhkan dalam memotivasi seseorang, termasuk dalam memotivasi para pegawai dalam meningkatkan kinerjanya. Keduanya merupakan reaksi dari seorang pimpinan terhadap kinerja dan produktivitas yang telah ditunjukkan oleh bawahannya; hukuman untuk perbuatan jahat dan ganjaran untuk perbuatan baik. Melihat dari fungsinya itu, seolah keduanya berlawanan, tetapi pada hakekatnya sama-sama bertujuan agar seseorang menjadi lebih baik, termasuk dalam memotivasi para pegawai dalam bekerja.

4) Kurangnya pemahaman terhadap sistem dan prosedur keuangan

Sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah di lingkungan Pemerintah Kota Bogor merupakan pedoman bagi para pejabat dan pelaksana pengelola keuangan daerah agar keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.

5) Keterlambatan pelaksanaan lelang

Percepatan pelaksanaan pembangunan yang menjadi tanggung jawab Pemerintah daerah kerap kali dihadapkan pada kondisi yang kurang mendukung bagi percepatan pelaksanaan belanja daerah, hal ini antara lain disebabkan oleh adanya keterlambatan pelaksanaan lelang. Berdasarkan hal tersebut Pemerintah beberapa kali melakukan penyempurnaan terhadap peraturan presiden tentang pengadaan barang dan jasa, yang ditekankan kepada upaya untuk memperlancar pelaksanaan APBN dan APBD, dan menghilangkan multitafsir yang menimbulkan ketidakjelasan bagi para pelaku dalam proses pengadaan barang/jasa pemerintah.

6) Rendahnya kualitas data dasar kebutuhan pembangunan

Secara umum data dasar kebutuhan pembangunan bidang Bina Marga dan SDA memiliki kualitas data yang rendah, seperti tidak lengkap, tidak akurat, tidak konsisten, tidak up to dan lain-lain. Kondisi ini ternyata memiliki dampak serta resiko yang signifikan terhadap kinerja dinas. Hal ini dapat teridentifikasi dengan adanya kegiatan (proyek) yang tidak dapat direalisasikan karena tidak terantisipasi sebelumnya dalam dokumen rencana kerja SKPD.

44

Tabel 18. Identifikasi faktor strategis internal Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Bogor

Faktor internal

No. Strenghts (Kekuatan) No. Weaknesses (Kelemahan)

S1 Saranan prasarana yang memadai W1 Alokasi waktu Kegiatan yang kurang memadai

S2 Adanya pengawasan melekat dari pimpinan

W2 Rendahnya kualitas SDM

S3 Hubungan kerja yang kondusif W3 Kurangnya reward & punishment S4 Adanya rencana kerja yang jelas W4 Kurangnya pemahaman terhadap

sistem dan prosedur keuangan S5 Adanya kewenangan bidang

kebinamargaan dan SDA

W5 Keterlambatan pelaksanaan lelang

W6 Rendahnya kualitas data dasar

kebutuhan pembangunan

2. Faktor Eksternal

a. Peluang ( Opportunities)

1) Adanya peraturan perundang-undangan sebagai payung hukum

UU Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan menyatakan bahwa yang dimaksud dengan peraturan perundang- undangan adalah peraturan tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum. PNS maupun SKPD dalam melaksanakan tugasnya harus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

2) Adanya diklat dan bimtek PNS

Pendidikan dan pelatihan (diklat) maupun bimbingan teknis (bimtek), merupakan kegiatan pelatihan dan pengembangan pengetahuan serta kemampuan yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi oleh setiap PNS maupun SKPD tertentu. Sehingga dengan mengikuti Diklat maupun Bimtek diharapkan setiap PNS maupun SKPD dapat mengambil sebuah manfaat dengan berorientasi pada kinerja. Menghadapi kenyataan bahwa semakin tingginya tingkat kompetensi yang dibutuhkan, maka tentunya Diklat dan Bimtek PNS telah menjadi sebuah kebutuhan untuk individu ataupun lembaga pemerintahan.

3) Mekanisme rekrutmen PNS yang berkualitas

Selama ini, proses penyelenggaraan rekrutmen dan seleksi pengadaan PNS sarat akan nuansa KKN, tertutup, kurang terbuka, kurang transparan, dan akuntabel. Proses pengadaan PNS di sebagian besar lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dinilai oleh berbagai kalangan masih kental dengan hubungan kekerabatan, ikatan emosional, jaringan kewilayahan, dan nuansa kekeluargaan. Pelaksanaan rekrutmen PNS yang terjadi selama ini dipersepsikan masyarakat sangat tidak profesional. Hanya orang-orang

45 yang memiliki hubungan dan koneksi dengan “orang dalam” atau panitia saja yang akan lulus menjadi PNS dengan imbalan materi berupa uang tertentu sebagai kompensasi. Rekrutmen PNS melalui tes CPNS harus memiliki tujuan sebagai proses penjaringan para calon penyelenggara negara yang memiliki integritas dan kualitas yang unggul, melalui proses rekruitmen transparan dan akuntabel. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, masyarakat harus dilibatkan sebagai pengawas eksternal mulai dari proses pengumuman lowongan, hingga pada tahap akhir tes.

4) Adanya pengawasan eksternal

Pengawasan eksternal adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat dari luar organisasi sendiri. Seperti pengawasan dibidang keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), inspektorat daerah, dan DPRD yang memiliki kewenangan terhadap pengawasan pelaksanaan APBD sebagai pengawasan keuangan eksternal tingkat kabupaten/kota. Dalam pengawasan keuangan DPRD kabupaten/kota dalam melakukannya lewat dengar pendapat, kunjungan kerja, panitia khusus dan pembentukan panitia kerja yang dibentuk dengan peraturan tata tertib DPRD.Pengawasan Internal Pemerintahan Daerah.

5) Respon positif dari masyarakat mengenai pengembangan sarana & prasarana transportasi

Itikad baik pemerintah menyediakan sarana dan prasarana transportasi untuk kenyamanan masyarakat (publik), ternyata tidak serta merta mendapatkan respon positif dari masyarakat. Tidak dapat dipungkiri bahwa pembangunan sarana dan prasarana transportasi terlebih yang memerlukan pengadaan tanah sangat bergantung pada respon dan partisipasi masyarakat khususnya yang terdampak langsung. Dalam hal respon masyarakat positif, tentunya pembangunan sarana dan prasarana transportasi dapat dilaksanakan dengan baik.

6) Adanya mekanisme perubahan anggaran

Perubahan anggaran (APBD) dapat diartikan sebagai upaya pemerintah daerah untuk menyesuaikan rencana keuangannya dengan perkembangan situasi dan kondisi yang terjadi. Perkembangan situasi dan kondisi tersebut dapat berimplikasi pada meningkatnya anggaran penerimaan maupun pengeluaran, atau sebaliknya. Namun, bisa juga untuk mengakomodasi pergeseran-pergeseran dalam satu SKPD.

b. Ancaman ( Threats)

1) Kegagalan pembebasan lahan

Tanah merupakan modal dasar pembangunan. Hampir tidak ada kegiatan pembangunan bidang Bina Marga dan SDA yang tidak memerlukan tanah. Oleh karena itu tanah memegang peranan yang sangat penting, bahkan menentukan berhasil tidaknya suatu pembangunan. Secara hakiki, makna dan posisi strategis tanah dalam kehidupan masyarakat Indonesia, tidak saja mengandung aspek fisik, tetapi juga aspek sosial, ekonomi, budaya, politik, pertahanan keamanan dan aspek hukum. Tanah bagi masyarakat memiliki makna multidimensional. Secara normatif, pengadaan tanah itu berhubungan dengan kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti kerugian kepada yang melepaskan atau menyerahkan

46 tanah, bangunan, tanaman dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah. Sehubungan dengan itu, pengadaan tanah menyangkut dua sisi dimensi harus ditempatkan secara seimbang, yaitu kepentingan masyarakat dan kepentingan pemerintah. Terkait dengan pengadaan tanah ini, beberapa kali Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air tidak jadi atau menunda melaksanakan pembangunan khususnya pembangunan jalan baru karena masih adanya warga masyarakat pemilik persil tanah dengan beragam alasan yang enggan melepas haknya kepada pemerintah daerah untuk kepentingan pembangunan prasarana dan sarana umum.

2) Penyedia barang/jasa yang tidak kompeten

Kompetensi penyedia barang/jasa antara lain diukur dari sejauh mana penyedia barang/jasa memiliki kemampuan SDM, teknis, modal dan peralatan yang cukup. Penyedia barang/jasa yang tidak kompeten memiliki kecenderungan bermasalah dalam proses menyediakan barang/jasa yang pada akhirnya mengganggu kinerja penyerapan anggaran karena tidak tercapainya target fisik sesuai ketentuan untuk menerima pembayaran (termin).

3) Regulasi yang berubah-ubah

Regulasi perundang-undangan yang sering berubah-ubah kerapkali menjadi problem bagi pemerintah daerah tidak terkecuali bagi Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air, apalagi menyangkut kebijakan yang harus dilaksanakan, terkadang harus berhenti karena adanya perubahan perundang-undangan.

4) Peningkatan kemacetan lalu lintas

Peningkatan kemacetan di Kota Bogor tidak terhindarkan lagi, karena ruas jalan yang tersedia tidak mampu menampung jumlah kendaraan yang beroperasi, dimana rata-rata pertumbuhan jumlah kendaraan di Kota Bogor untuk kendaraan roda dua sebanyak 500 hingga 600 unit per tahun, sedangkan roda empat antara 300-500 per tahun.

5) Adanya program/kegiatan yang tidak sesuai dengan usulan dinas

Karena tugas pokok dan fungsinya, SKPD tidak terkecuali Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air tidak jarang mendapat alokasi dana yang bersumber dari bantuan pemerintah provinsi atau pemerintah pusat yang bersifat spesifik grand untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai dengan usulan dinasnya. Untuk kegiatan yang bersifat top down sepanjang terencana dengan baik dan telah diantisipasi kegiatan pendukungnya akan dapat dilaksanakan sesuai ketentuan. Dalam hal kegiatan-kegiatan yang harus didahului dengan kegiatan lainnya yang harus dilakukan oleh SKPD pelaksana namun tidak terantisipasi dalam perencanaan dan anggaran SKPD tersebut maka biasanya kegiatan yang bersumber dari bantuan pemerintah provinsi atau pemerintah pusat yang bersifat spesifik grand tersebut akan ditunda pelaksanaannya untuk direncanakan kembali di tahun berikutnya atau bahkan sama sekali dibatalkan jika tidak dapat dialokasikan kembali pada kegiatan yang sama.

47 6) Adanya Upaya Kriminalisasi

Praktek penyelenggaraan pemerintahan menuntut adanya keputusan dan/atau tindakan pejabat pemerintahan untuk memenuhi kebutuhan hukum masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan, di sisi lain sampai dengan saat ini Negara dirasakan masih kurang memberikan perlindungan hukum bagi para pejabat dimaksud dari upaya kriminalisasi keputusan dan/atau tindakan pejabat oleh penegak hukum. Kekhawatiran akan adanya upaya kriminalisasi oleh penegak hukum tersebut merupakan salah satu penyebab yang menjadikan pejabat ragu-ragu bahkan enggan untuk mengambil keputusan dan/atau tindakan yang dampaknya pada penyerapan anggaran APBD tidak optimal.

Tabel 19. Identifikasi faktor strategis eksternal Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Bogor

Faktor eksternal

No. Opportunities (Peluang) No. Threats (Ancaman)

O1 Adanya peraturan perundang- undangan sebagai payung hukum

T1 Kegagalan pembebasan lahan O2 Adanya diklat dan bimtek PNS T2 Penyedia barang/jasa yang tidak

kompeten O3 Mekanisme rekrutmen PNS yang

berkualitas

T3 Regulasi yang berubah-ubah O4 Adanya Pengawasan Eksternal T4 Peningkatan kemacetan lalu lintas O5 Respon positif dari masyarakat

mengenai pengembangan sarana & prasarana transportasi

T5 Adanya program/kegiatan yang tidak sesuai dengan usulan dinas O6 Adanya mekanisme perubahan

anggaran

T6 Adanya Upaya Kriminalisasi

Dari hasil identifikasi telah diperoleh lima faktor kekuatan dan enam faktor kelemahan. Faktor-faktor yang menjadi kekuatan atau kelemahan organisasi ini, kemudian dicoba untuk dianalisis antara satu faktor dengan faktor lainya, dengan melakukan komparasi antar faktor. Misalnya faktor kekuatan a dibandingkan dengan faktor kekuatan b, faktor mana yang lebih urgen. Demikian pula faktor kekuatan a dengan faktor kekuatan c, faktor kekuatan a dengan faktor kelemahan d dan seterusnya. Suatu faktor disebut penting terhadap pencapaian tujuan apabila memiliki nilai lebih dari faktor yang lain. Sejauh mana pentingnya faktor yang teridentifikasi ditindaklanjuti dengan melakukan komparasi antar faktor sebagaimana Tabel 20.

48 Tabel 20. Komparasi urgensi faktor internal

No Faktor internal a b c d e f g h i j k NF BF %

a Saranan prasarana yang memadai a a a e f g h i j k 3 5.45

b Adanya pengawasan melekat dari

pimpinan a b b e f g h i j k 2 3.64

c Hubungan kerja yang kondusif a b c e f g h i j k 1 1.82

d Adanya rencana kerja yang jelas a b c e f g h i j k 0 0.00

e Adanya kewenangan bidang

kebinamargaan dan SDA e e e e e e e e e e 10 18.18

f Alokasi waktu Kegiatan yang

kurang memadai f f f f e f f f f f 9 16.36

g Rendahnya kualitas SDM g g g g e f g g g g 8 14.55

h Kurangnya reward & punishment h h h h e f g h h h 7 12.73

i Kurangnya pemahaman terhadap

sistem dan prosedur keuangan i i i i e f g h i i 6 10.91

j Keterlambatan pelaksanaan lelang j j j j e f g h i j 5 9.09

k Rendahnya kualitas data dasar

kebutuhan pembangunan k k k k e f g h i j 4 7.27

JUMLAH 3 2 1 0 10 9 8 7 6 5 4 55 100.00

Dari hasil pembandingan masing-masing faktor yang dilakukan oleh unsur pemangku kepentingan manajerial pada Dinas Bina Marga dan SDA, yang dilakukan dalam forum diskusi (FGD), diperoleh nilai urgensi tiap faktor (NF) dimana faktor internal: Adanya kewenangan bidang kebinamargaan dan SDA merupakan faktor yang memiliki nilai urgensi paling tinggi, dengan nilai urgensi faktor sebesar 10, dan nilai urgensi kedua terbesar adalah alokasi waktu kegiatan yang kurang memadai, dengan nilai urgensi faktor sebesar 9. Sedangkan faktor dengan nilai urgensi terendah/terkecil adalah adanya rencana kerja yang jelas, dengan nilai urgensi faktor sebesar 0. Dari sebelas faktor internal yang teridentifikasi, faktor adanya kewenangan bidang kebinamargaan dan SDA merupakan faktor yang paling penting atau menjadi kebutuhan untuk pencapaian tujuan pada Dinas Bina Marga dan SDA. Faktor adanya rencana kerja yang jelas, bukanlah faktor yang menjadi kebutuhan atau setidaknya faktor tersebut sangat kecil/rendah dalam mencapai tujuan jika dibandingkan dengan faktor internal lainnya.

Hasil NF dari setiap faktor akan menghasilkan bobot faktor (BF). Untuk mendapatkan bobot faktor, nilai urgensi tiap faktor dijumlahkan terlebih dahulu. Bobot masing-masing faktor dihitung dengan rumus :

BF = Nilai Faktor x 100 % Total Nilai Faktor

Sebagai contoh, hasil NF dari faktor Adanya kewenangan bidang kebinamargaan dan SDA, dengan nilai urgensi faktor sebesar 10 akan menghasilkan bobot faktor:

49

BF = 10 x 100 %

55

BF = 18.18 %

Jadi faktor Adanya kewenangan bidang kebinamargaan dan SDA, dengan nilai urgensi faktor sebesar 10 akan memiliki bobot faktor sebesar 18.18%.

Dari tabel 20, terlihat bahwa bobot faktor (BF) faktor internal: Adanya kewenangan bidang kebinamargaan dan SDA merupakan faktor yang memiliki bobot faktor paling tinggi, dengan bobot faktor sebesar 18.18%, dan bobot faktor kedua terbesar adalah alokasi waktu kegiatan yang kurang memadai, dengan bobot faktor sebesar 16.36%. Faktor dengan bobot faktor terendah/terkecil adalah adanya rencana kerja yang jelas, dengan bobot faktor sebesar 0.00%. Faktor yang memiliki nilai urgensi faktor paling tinggi atau paling rendah, faktor tersebut juga akan memiliki bobot faktor paling tinggi atau paling rendah dibandingkan dengan faktor internal lainnya.

Selesai dengan komparasi urgensi faktor internal, tahap selanjutnya adalah mengulangi langkah-langkah dan melakukan proses seperti yang dilakukan diatas terhadap faktor eksternal. Dari hasil identifikasi faktor strategis eksternal diperoleh enam faktor kesempatan dan enam faktor ancaman. Faktor-faktor yang menjadi kesempatan atau ancaman organisasi ini, kemudian dianalisis dengan proses yang sama yang telah dilakukan terhadap faktor strategis internal di atas, dengan hasil sebagaimana terlihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Komparasi urgensi faktor eksternal

No Faktor eksternal a b c d e f g h i j k l NF BF

a Adanya peraturan perundang- undangan sebagai payung hukum

a a a a a g a a a a a 10 15.15

b Adanya diklat dan bimtek PNS a b d e b g h i j k l 2 3.03

c Mekanisme rekrutmen PNS

yang berkualitas a b d e c g h i j k l 1 1.52

d Adanya Pengawasan Eksternal a d d e d g d d d k l 6 9.09

e Respon positif dari masyarakat mengenai pengembangan

sarana & prasarana transportasi a e e e e g e i e e l 7 10.61 f Adanya mekanisme perubahan

anggaran a b c d e g h i j k l 0 0.00

g Kegagalan pembebasan lahan g g g g g g g g g g g 11 16.67

h Penyedia barang/jasa yang

50

Tabel 21. Komparasi urgensi faktor eksternal (lanjutan)

No Faktor eksternal a b c d e f g h i j k l NF BF

i Regulasi yang berubah-ubah a i i d i i g h i i l 6 9.09

j Peningkatan kemacetan lalu

lintas a j j d e j g h i j l 4 6.06

k Adanya program/kegiatan yang tidak sesuai dengan usulan dinas

a k k k e k g h i j l 4 6.06

l Adanya Upaya Kriminalisasi a l l l l l g l l l l 9 13.64

JUMLAH 10 2 1 6 7 0 11 6 6 4 4 9 66 100.00

Dari hasil komparasi antar faktor eksternal, diperoleh nilai urgensi tiap faktor (NF) dimana faktor eksternal: Kegagalan pembebasan lahan merupakan faktor yang memiliki nilai urgensi paling tinggi, dengan nilai urgensi faktor sebesar 11, dan nilai urgensi kedua terbesar adalah adanya peraturan perundang-undangan sebagai payung hukum, dengan nilai urgensi faktor sebesar 10. Sedangkan faktor dengan nilai urgensi terendah/terkecil adalah Adanya mekanisme perubahan anggaran, dengan nilai urgensi faktor sebesar 0. Dari dua belas faktor eksternal yang teridentifikasi, faktor kegagalan pembebasan lahan merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya terhadap pencapaian tujuan pada Dinas Bina Marga dan SDA. Faktor adanya mekanisme perubahan anggaran, bukanlah faktor yang menjadi kebutuhan atau setidaknya faktor

Dokumen terkait